Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Wisata Rohani. Show all posts
Showing posts with label Wisata Rohani. Show all posts

Prinsip Manajemen Modern Sesuai Al Qur'an


Ajaran Islam sangat lengkap dan tidak tenggelam oleh perkembangan jaman. Ajaran islam selalu bisa bersanding dengan perkembangan jaman, update mekipun jaman itu berubah. Benar-benar bahwa Al Qur'an adalah Firman Alloh SWT, Zat yang Maha Tahu, Yang Maha Mengatur Seluruh alam. Awal diutusnya Nabi Muhammad SAW jaman tersebut sudah menghadapai berbagai kemajemukan. Semua segi kehidupan majemuk dalam hal suku, tentu masing-masing suku memiliki adat masing-masing. Rasululloh SAW menghargai kemajemukan dan keberagaman serta membangun berdasarkan kasih sayang. Tersebut sehingga bagaimana kita meneladani apa yang Rasululloh telah lakukan. 
Pada tahun 622M, Rasululloh SAW dengan sekitar 200 orang sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ketika Rasululloh SAW, ketika samapi di Madinah, kota madinah adalah sebuah tempat yang majemuk juga, terdiri dari pemeluk agama Yahudi, Nasrani dan Pagan. Rasululloh SAW melakukan terobosan yang tercatat sebagai dokumen konstitusi tertua dalam sejarah peradaban. yaitu dengan dikeluarkannya Piagam Madinah. Piagam Madinah berisi pentingnya prinsip tasamuh (toleransi). Menyatakan bahwa orang islam tidak memaksa orang yang beragama lain untuk memeluk islam. Landasannya adalah ayat "laa ikroha fiddiin". Mereka memiliki kebebasan beribadah menurut keyakinannya.Sesuai dalam QS. Al-Kafirun : 1-6. 
Rasululloh SAW berhasil membangun masyarakat Madinah dalam waktu yang relatif pendek menjadi masyarakat baru dengan tatanan masyarakat majemuk yang menghargai kemajemukan dengan kebaikan dan kasih sayang. Sebagai pemimpin Rasululloh SAW dihormati karena amanah yang diembannyya. Sehingga Madinah penuh dengan kemampuan untuk menyikapi heterogenitas dengan dewasa.
1. Mengingat Alloh dan Berfikir
2. Menjadi Agent of Change
3. Membangun Sistem
4. Mencapai Kinerja Terbaik
5. Melahirkan Manfaat

Read More »
12 April | 0komentar

Istilah Mutawwif dan Muassis

Pertenakan Unta di Huadibiyah Kota Makkah

Dalam konteks ibadah haji/umroh, terdapat dua istilah yang sering digunakan, yaitu “Mutawwif” dan “Muassis”. Kedua peran ini memainkan peranan penting dalam memfasilitasi proses perjalanan ibadah haji bagi para jamaah. Namun, perbedaan antara Mutawwif dan Muassis seringkali membingungkan bagi banyak orang. 
Memahami perbedaan masing-masing peran, serta pentingnya peran mereka dalam menjalankan ibadah haji dengan lancar. 

Mutawwif adalah seorang pemandu atau pendamping yang ditunjuk oleh Kementerian Agama atau lembaga yang berwenang untuk membimbing jamaah haji selama menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Tugas utama Mutawwif adalah memberikan arahan, bimbingan, dan pengawasan kepada jamaah haji dalam melaksanakan rangkaian ritual ibadah haji, serta menyediakan informasi yang diperlukan selama perjalanan. 

Tugas dan Tanggung Jawab Mutawwif Pendampingan Jamaah Haji: 
Mutawwif bertanggung jawab untuk mendampingi jamaah haji sejak awal perjalanan dari tanah air hingga kembali ke tanah air setelah menunaikan ibadah haji. Mereka memastikan jamaah haji mendapatkan panduan yang tepat dan bimbingan selama menjalankan ibadah haji. 

Penyediaan Akomodasi dan Transportasi: 
Mutawwif juga bertugas menyediakan akomodasi dan transportasi yang diperlukan selama perjalanan ibadah haji. Mereka berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan jamaah haji mendapatkan fasilitas yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Penyampaian Informasi Penting: Mutawwif memberikan informasi yang diperlukan oleh jamaah haji, seperti tata cara pelaksanaan ritual, jadwal kegiatan, dan aturan-aturan yang berlaku di Tanah Suci. Mereka juga memberikan penjelasan mengenai tempat-tempat bersejarah dan penting selama perjalanan ibadah haji. 
Pengawasan dan Perlindungan: Mutawwif menjaga keamanan dan keselamatan jamaah haji selama perjalanan. Mereka memastikan jamaah haji tidak tersesat, mengawasi kesehatan mereka, dan memberikan bantuan jika terjadi situasi darurat. 

Muthawif Yang sanagat menyenangkan dari travel Dzakirah adalah dengan disediakannya Muthawif yang handal dan menguasai medan. Selain mumpuni dari segi keilmuan terkait dengan bimbingan Umrah juga memahami berbagai daerah yang akan dikunjungi di Saudi Arabia Muthawif adalah sebutan untuk orang yang menjadi pembimbing atau pemandu ibadah haji maupun umrah. 

Peran Muassis 
Muassis adalah seorang penyelenggara atau pengelola yang bertanggung jawab atas administrasi dan logistik terkait ibadah haji. Mereka bekerja sama dengan Mutawwif untuk memastikan seluruh kebutuhan jamaah haji terpenuhi dengan baik. Peran Muassis sangat penting dalam menyelenggarakan proses pendaftaran, pengurusan dokumen, dan persiapan lainnya yang diperlukan sebelum dan selama perjalanan ibadah haji. 

Tugas dan Tanggung Jawab Muassis 
Pendaftaran Jamaah Haji: Muassis bertanggung jawab untuk menerima pendaftaran jamaah haji dan memastikan dokumen-dokumen yang diperlukan telah lengkap. Mereka melakukan verifikasi identitas, memproses pembayaran, dan mendaftarkan jamaah haji ke dalam sistem yang berlaku. 
Pengurusan Dokumen: Muassis mengurus seluruh dokumen yang diperlukan untuk keperluan ibadah haji, seperti paspor, visa, dan surat-surat lainnya. Mereka memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut telah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas terkait. 
Koordinasi dengan Pihak Terkait: Muassis bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan pihak terkait lainnya, seperti maskapai penerbangan dan pengelola akomodasi, untuk mengatur jadwal keberangkatan, penginapan, dan transportasi selama perjalanan ibadah haji. Mereka memastikan semua persiapan logistik telah terkoordinasi dengan baik. 
Pemberian Layanan dan Bantuan: Muassis memberikan pelayanan dan bantuan kepada jamaah haji terkait dengan kebutuhan administrasi dan logistik. Mereka siap menjawab pertanyaan, memberikan panduan, dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul selama perjalanan ibadah haji. 

Kesimpulan 
Dalam menjalankan ibadah haji, peran Mutawwif dan Muassis sangatlah penting. Mutawwif sebagai pemandu dan pendamping memberikan arahan, bimbingan, dan pengawasan kepada jamaah haji, sedangkan Muassis sebagai penyelenggara dan pengelola bertanggung jawab atas administrasi dan logistik terkait ibadah haji. Kedua peran ini saling melengkapi dan bekerja sama untuk memastikan ibadah haji dapat berjalan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Read More »
25 November | 0komentar

Menghadirkan Ismail, Ibrahim dalam Keluarga; Hikmah Idul Adha


Tanggal 10 Dzulhijjah merupakan hari besar Umat Islam sebagai Hari Raya Qurban/Idul Adha/ Hari Raya Haji. Momen Idul Adha tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa yang dialami keluarga Nabi Ibrahim AS. Peristiwa itu tercantum dalam Quran Surah Ash-Saffat ayat 100-103. Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, isterinya sangat menantikan kehadiran calon buah hati mereka. Mereka tak henti meminta kepada Allah Swt. agar diberikan keturunan yang dapat melanjutkan misi dakwahnya. 
Doa Nabi Ibrahim As akhir dikabulkan dengan datangnya Malaikat yang membawa kabar gembira bahwa mereka akan dikaruniai seorang putra yang cerdas lagi sabar, yaitu Nabi Ismail AS. Singkat cerita setelah Nabi Ismai AS besar,  menginjak usia remaja, Nabi Ibrahim AS mendapatkan perintah dari Allah Swt. melalui mimpi untuk menyembelih putra semata wayangnya, Nabi Ismail AS. 
Mendengar cerita ayahnya soal mimpi tersebut, sikap Nabi Ismail justru mengejutkan. “Hai ayahku, kerjakan lah apa yang diperintahkan kepadamu; termasuk menyembelihku insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar,” ucap Nabi Ismail. 
Nabi Ibrahim akhir melaksanakan perintah Allah tersebut, namun Allah mengutus malaikat untuk mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini kemudian menjadi titik awal kemunculan Idul Adha, yang juga bertepatan dengan kegiatan pelemparan jumrah bagi jamaah haji. 
Sikap yang diambil oleh Nabi Ismail AS mencerminkan sikap seorang yang sabar serta percaya bahwa mimpi tersebut merupakan kebenaran yang datang dari Allah, dan semua perintah yang datang dari Allah harus dilaksanakan. 
Menyelami perasaan batiniah Nabi Ibrahim AS yang menanti lama seorang anak, namun ketika diberi justru diperintahkan untuk menyembelihnya, bahwa keikhlasan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS adalah karena dirinya menyadari bahwa semua yang dimilikinya saat ini adalah sekedar titipan dari Allah SWT
“Setiap Ibrahim pasti memiliki Ismail. Ismail yang kita miliki bisa berupa harta, jabatan, keluarga, prestasi, seseorang yang paling engkau sayangi, bahkan sesuatu yang sangat engkau pertahankan di dunia ini”. “Maka sebenarnya, yang dikurbankan oleh Nabi Ibrahim AS kala itu bukanlah putranya, melainkan rasa kepemilikannya terhadap Nabi Ismail AS”. Segala sesuatu yang kita miliki di dunia hanyalah titipan dari Allah, maka kita perlu belajar untuk ikhlas ketika semua harus kembali kepada pemiliknya serta menjaganya dengan baik selagi masih dititipkan kepada kita. 
Melalui peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Ismail AS.terdapat 3 point tiga poin utama yang dapat dijadikan contoh untuk dapat menciptakan spirit idul adha. 
  1. Iman. iman bisa dikuatkan dengan cara melaksanakan perintah Allah Swt. 
  2. Ikhlas, yang berarti ikhlas dengan hubungan kita kepada Allah. Dengan begitu, kita akan terhindar dari sifat riya atau pamer. 
  3. Ilmu, karena dengan terus mencari ilmu maka hidup kita serta ibadah kita dapat bernilai. Sedangkan S adalah sabar. 
  4. Cinta orang tua kepada anaknya, serta hormatnya anak kepada orang tua. Terbentuknya sikap baik dari Nabi Ismail tidak luput dari peran Nabi Ibrahim dan Siti Hajar sebagai orang tuanya. Sedangkan yang bisa membalas cintanya orang tua kepada anaknya adalah birrul walidain. Doa orang tua adalah doa yang mustajab, “Akan datang suatu masa di mana mulut kita dikunci, tangan kaki menjadi saksi. Artinya sikap kita kepada orang tua pun akan diperlihatkan di hari akhir, dan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karenanya kita perlu menghormati mereka dengan membahagiakan mereka selagi masih bersama kita, dan doakan beliau, serta jaga lah cucunya kelak.
  5. Membangun keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Melalui Nabi Ibrahim kita dapat melihat satu keluarga yang saling asah, asih, dan asuh. 

Untuk dapat ketiga poin itu maka kita perlu menyingkirkan jauh-jauh rasa kepemilikan kita terhadap ‘Ismail-ismail yang kita miliki’ sebagai orang tua menghadirkan diri sebagai Ibrahim-Ibrahim dengan membangun keluarga sesuai dengan poin diatas. Merasa lah bahwa semua hanyalah titipan Allah. Dengan begitu kita dapat lebih menjganya dan ikhlas ketika hal itu pergi,

Read More »
29 June | 0komentar

MengIstiqomahkan Amaliyah Pasca Ramadhan

Pengajian Rutin


“Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta’ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah bulan Ramadhan berlalu yang tadinya syaitan dibelenggu maka Syaitan sudah dilepas lagi. Agar kita dapat selamat maka kita istiqomahkan amalan yang ada. Sebagai orang yang beriman, kita berupaya tetap istiqomah melakukan ama-amal sholeh pasca Ramadhan. Karena pada hakikatnya, kita adalah hamba-hamba Allah dan bukan hamba-hamba Ramadhan. 
Lalu muncul pertanyaan besar: Apa yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu? Bekas-bekas kebaikan apa yang terlihat pada diri kita setelah keluar dari madrasah bulan puasa? Apakah bekas-bekas itu hilang seiring dengan berlalunya bulan itu? Apakah amal-amal kebaikan yang terbiasa kita kerjakan di bulan itu pudar setelah puasa berakhir? 
Sekalipun Ramadhan telah pergi meningalkan kita, tetapi Allah SWT akan tetap terus ada dan tidak akan pergi meninggalkan kita, selama kita terus mengingat-Nya dalam segala keadaan. Orang-orang yang sukses dalam menjalankan segala amal sholeh selama bulan Ramadhan, memiliki peluang besar untuk tetap istiqomah menjalankan amal-amal sholeh tersebut pasca Ramadhan. Syaratnya adalah segala amal ibadah yang telah ia lakukan, dilandasi oleh iman dan semata-mata mengaharap ganjaran pahala dari Allah SWT. 
Sikap istiqomah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Secara vertikal, seseorang yang istiqomah akan terus menjaga hubungannya dengan sang Khaliq dan berusaha untuk senantiasa dekat (taqorrub) dengan-Nya. Esensi dari dimensi vertikal ini kemudian diejawantahkan dalam dimensi horisontal dengan terus menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Allah, baik manusia, hewan, dan alam sekitar. 
  1. Biasakan Amalan-amalan Amaliah Ramadhan 
  2. Tetap tilawah, sholat malam. jika Ramadhan 1 malam juz sehari 
  3. Mencari lingkungan yang baik Hindarkan kemaksiatan 
  4. Berdoa, "Yaa muqallibal quluub tsabbit quluubanaa 'alaa diinik” Artinya, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu”. 
Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa enam hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh” (HSR Muslim (no. 1164)). 
Akhirnya, kita berharap kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat terus melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta diberikan keistiqomahan untuk tetap berada di jalan yang lurus, senantiasa mendapatkan bimbingan dan petunjuk-Nya, yang pada puncaknya kita akan kembali kepada Allah SWT dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.

Read More »
24 April | 0komentar

Ramadhan Telah Meninggalkan Kita, Lagi !

Kultum Remaja, Ramadhan 1444H, 2023 Masehi


Bulan Suci Ramadhan pada tahun ini telah genap 29 hari, tepat pada tanggal 21 April 2023 adalah 1 Syawal 1444H. Ramadhan telah meninggalkan kita seperti tahun yang lalu apakah yang membekas dalam setiap pergantian dari Ramadhan ke Ramadhan berikutnya? Dan insya Allah kita akan bertemu lagi 11 bulan yang akan datang jika Allah memberi kita umur yang lebih panjang. Bulan Ramadan yang di dalamnya diwajibkan bagi setiap orang beriman untuk berpuasa memang dihadirkan khusus oleh Allah untuk memberi kesempatan kepada manusia agar melakukan penyucian diri dari semua dosa yang telah dilakukan. Di Bulan Ramadhan pula Alloh SWT menjanjikan pahala yang berlipat-lipat, berganda-ganda.
Karena itu, banyak janji Allah baik yang lewat firman-Nya langsung di dalam al Qur’an maupun yang melalui hadits Nabi atas pahala bagi orang yang menjalankan ibadah puasa semata karena imannya kepada Allah dan memohon pahala atas puasanya itu, yakni dihapuskannya dosa-dosa di masa lalu dan dosanya yang akan datang. Siapa yang tidak bahagia jika dosanya telah diampuni oleh Allah. Atau, adakah berita yang lebih menggembirakan dibanding dengan berita tatkala dosa kita diampuni oleh Allah? Niscaya tidak ada. Mengapa bulan itu begitu didambakan? Karena banyaknya rahmat yang diturunkan Allah khusus di bulan itu. 
Begitu mulianya Ramadan, hingga Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda andai saja umatku tahu hikmah yang ada di balik bulan suci Ramadan niscaya umatku meminta bahwa sepanjang tahun itu bulan Ramadan. Di kesempatan lain, karena begitu istimewanya bulan Ramadan, Nabi juga pernah bersabda barang siapa yang senang dengan datangnya bulan suci Ramadan, maka haram jasadnya bagi apai neraka. Bagaimana bulan Ramadan tidak disebut bulan mulia? Sebab, Allah melipatgandakan pahala semua ibadah wajib dengan berpuluh-puluh kali, sedangkan ibadah sunnah diberi pahala sebagaimana ibadah wajib. Tidak hanya itu, di dalam bulan Ramadan Allah juga secara tegas menurunkan sebuah malam yakni ‘lailatul qodar’ yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, kurang lebih 83 tahun 4 bulan. 
Karena itu, jika kita sedang berpuasa dan sedang mengerjakan amal sholeh tepat di malam istimewa itu sama dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan. Padahal, belum tentu usia kita bisa mencapai angka 83 tahun 4 bulan itu. Jika menggunakan ukuran Nabi, usia rata-rata umat Muhammad hanya berkisar antara 60-70 tahun. Jadi sangat pendek. Subhannallah. Karena itu, sungguh rugi bagi orang yang tidak tahu makna yang dikandung di dalam bulan Ramadan, sehingga menganggap Ramadan layaknya bagaikan bulan-bulan lain sepanjang tahun, sehingga tidak cukup amalan yang diperbuat selama Ramadan. Para ulama sufi menjelaskan bahwa manusia lahir dengan keadaan suci. 
Dalam Islam tidak dikenal istilah dosa waris, sebagaimana dipercaya agama lain. Islam mengenal setiap manusia terlahir suci. Karena itu, Allah yang maha Suci hanya mau menerima orang-orang yang suci tanpa dosa tatkala menghadap-Nya. Manusia suci bukan manusia tanpa dosa, melainkan manusia yang punya dosa dan mau bertaubat, sehingga dosanya diampuni oleh Allah swt. Sebab, Allah sendiri telah mendeklarasikan diri sebagai Sang Maha Penerima Taubat. Jadi surga bukan hanya tempat orang tak berdosa, melainkan tempat orang berdosa yang kemudian mau bertaubat sehingga dosanya diampuni.
Allah menyadari benar jika manusia itu makhluk yang amat sangat lemah. Bahkan kata Nabi saja iman manusia itu naik turun. Tatkala imannya sedang naik, dia mudah diajak berbuat amal sholeh. Sebaliknya, tatkala imannya sedang turun, seseorang enggan diajak berbuat amal sholeh. Karena kelemahannya itu, manusia mudah berbuat dosa. Karena itu pula bisa dibayangkan. jika Allah tidak menciptakan sebuah momentum waktu khusus bagi manusia untuk menyucikan diri dari dosa niscaya sebagian besar manusia akan menjadi penghuni neraka. 
Dalam konteks penyucian diri dari dosa tersebut, Allah secara sistematis membuat momentum-momentum waktu secara khusus untuk beribadah. Untuk penyucian diri tiap hari Allah sediakan ibadah sholat wajib lima kali sehari. Karena itu, sholat merupakan ibadah untuk menghindarkan diri dari perbuatan mungkar dan keji dari kurun waktu harian. Jadi sholat merupakan ibadah harian. Sholat juga menjadi pembeda yang sangat jelas apakah seorang itu muslim atau tidak. Dengan menjalankan ibadah secara rutin insya Allah seorang muslim terjaga perilaku dari perbuatan mungkar dan keji. Setiap waktu sholat hakikatnya merupakan momentum penyucian diri, sehingga seorang yang terus menjaga sholatnya niscaya selalu dalam keadaan suci. Selain ibadah harian, Allah juga menciptakan ibadah mingguan, yakni sholat Jum’at. Selang waktu antara Jum’at dan Jum’at berikutnya juga merupakan momentum penyucian diri seorang muslim dari dosa mingguan. Dengan demikian, seorang muslim yang menjaga ibadah sholat Jum’at sejatinya dia juga menjaga penyucian dirinya dari perbuatan dosa mingguan. 
Ramadhan diisi dengan Tilawah Al Qur'an 


Ramadan adalah ibadah tahunan. Hanya setahun sekali Allah menurunkan waktu untuk beribadah secara khusus, yakni di bulan Ramadan. Logikanya, jika ibadah sholat merupakan momentum penyucian diri tingkat harian, dan ibadah sholat Jum’at tingkat mingguan, maka puasa Ramadan merupakan momentum penyucian diri pada tingkat tahunan. Selama satu tahun tentu banyak perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Karena itu, lewat ibadah puasa Ramadan dosa-dosa itu dihapus sehingga tatkala Allah memanggilnya manusia menghadap dengan keadaan suci. 
Bagi orang yang menghadap dengan keadaan tidak berdosa atau suci, Allah abadikan dengan panggilan khusus sebagaimana di dalam Al Qur’an pada surat Al Fajr empat ayat terakhir, yang artinya: ”hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. Selain ibadah tahunan, Allah juga menyediakan momentum khusus untuk beribadah hanya sekali seumur hidup, yakni ibadah haji. Itu pun bagi yang mampu, baik secara fisik, materi, maaupun ketakwaannya. 
Bagi yang mampu, ibadah haji merupakan ibadah wajib. Ibadah haji tentu sangat berat. Karena itu, tidak berlebihan jika Nabi bersabda bagi orang yang memperoleh haji mabrur tidak ada balasannya selain surga. Dengan demikian, orang yang menjalankan ibadah haji semata karena panggilan Allah maka saat itu pula dia melakukan penyucian diri dari dosa sepanjang umurnya. Subhanallah. 
Kembali ke judul tulisan di atas bahwa kini bulan penuh berkah itu telah pergi dan akan datang kembali 11 bulan lagi. Masa penyucian diri dari kurun waktu sebelas bulan yang lalu telah kita lalui. Karena itu. kita isi lembaran hidup kita selama 11 bulan yang akan datang dengan terus mengerjakan amal sholeh seolah-olah masa kurun waktu 11 bulan yang akan datang hingga datangnya Ramadan 1444H adalah bulan Ramadan. 
Kita teruskan amalan-amalan seperti sholat berjamaah, sholat malam, berdzikir, bertadarus, berinfaq dan bersodaqoh, bersilaturrahim, dan sebagainya. Sebab, berakhirnya Ramadan tidak berarti berhentinya kita berbuat amal sholeh. Justru kata Nabi tanda-tanda orang yang puasanya diterima Allah adalah selepas Ramadan justru meningkat amal sholehnya. Sebaliknya, orang yang gagal puasanya adalah orang yang tidak memetik buah dari amalan Ramadan sama sekali. Dengan kata lain, ibadah puasa sepanjang bulan Ramadan tidak memberikan dampak pada perbuatannya pasca-Ramadan. 
Dengan berhasil menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh dengan baik, insya Allah kita telah menjadi pemenang setelah bertarung melawan hawa nafsu kita masing-masing. Sebab, dalam jiwa manusia selalu ada dua macam nafsu, baik dan buruk. Kedua nafsu tersebut selalu bertarung, dan masing-masing tentu ingin menjadi pemenang. Jika pemenangnya nafsu yang buruk, maka kita enggan berbuat amal sholeh. Sebaliknya, jika yang menang adalah nafsu yang baik, maka kita suka beramal sholeh. 
Selain itu, ibadah puasa merupakan jelajah spiritual yang sungguh berat karena hanya kita sendiri dan Allah saja yang tahu bahwa kita berpuasa atau tidak dan bagaimana kualitas puasa kita masing-masing. Oleh karena itu, panggilan ibadah puasa hanya bagi orang-orang yang beriman saja. Sebab, orang yang tidak beriman pasti tidak sanggup menjalankan ibadah tersebut, sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam al Qur’an pada surat al Baqarah ayat 183, yang sering para Ustadz ssampaikan saat Bulan Ramadhan.


Read More »
23 April | 0komentar

Islam Membangun Masyarakat Yang Baldatun Thoyyibatun wa robbun Ghofur



Pada hari Jumat, 21 April 2023 bertepatan dengan 1 Syawal 1444H dilaksanakan Sholat Idul Fitri bertempat di Alun-alun Banjarnegara. Kutbah 'Idul Fitri 1444H Alun-alun Banjarnegara. bertema Baldatun Thoyyibatun dengan Khotib Ustadz Muhammad Fahmi Hisyam ketua Takmir Masjid An Nur Banjarnegara.

Baldatun Thoyyibatun wa robbun Ghofur adalah sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan aman. Dimana yang berhak akan mendapat haknya, yang berkewajiban akan melaksanakan kewajibannya dan yang yang berbuat baik akan mendapat anugerah sebesar kebaikannya. Tidak ada lagi kezaliman. 
Orang kaya menzalimi yang mizkin, yang kuat menzalimi yang lemah, yang berharta memanfaatkan hartanya untuk meraih posisi dan prestasi. Hal yang seperti ini akan menyebabkan sebuah negeri menjadi negeri yang Baldatun la'natun wa Robbun ghofur Menjadi negeri yang dilaknat Allah. Sehingga kedamaian keadilan, kemakmuran tidak akan pernah menyentuh negeri yang seperti ini. Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur merupakan cita-cita seluruh bangsa di dunia. 
Dan hanya dengan segala usaha dan kerjakeras beriring doa maka impian dan harapan suatu kaum akan terlaksana. Dan Allah berjanji akan menurunkan berkah dari langit dan bumi jika mayoritas manusia itu bertakwa. 

 وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 

 “Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat.” (TQS al-A’raf [7]: 96). 
Negeri yang nyaman, aman dan sejahtera dengan penduduk-penduduk yang berakhlak baik tentulah harapan banyak manusia, Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. Sebuah negeri seperti yang digambarkan oleh Firman Allah dalam QS. Saba ayat 15. 
“Sungguh bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) ditempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun disebelah kanan dan disebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”.









Read More »
23 April | 0komentar

Sunnah-Sunnah Ibadah Haji




Ibadah haji memerlukan kondisi fisik yang prima. Pada tulisan terdahulu telah dibahas mengenai rukun,wajib dan sunah ibadah haji. Pada kali ini kita bahas mengenai sunah haji. Ibadah sunah adalah ibadah yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa atau menebus dengan dam. 
Sunnah haji adalah sesuatu yang tidak berkaitan dengan sah atau tidaknya haji, tidak diwajibkan pula membayar dam bila meninggalkannya, dan tidak berdosa meninggalkannya meskipun dengan sengaja. Tetapi, pahala haji akan terasa kurang sempurna bila tidak melakukan sunnah haji ini. Masing-masing memiliki konsekuensinya yang berbeda-beda. Maka sunnah dalam ibadah haji sangat dianjurkan dan rugi jika ditinggalkan. Sunnah haji dibagi menjadi dua, yaitu sunnah haji secara umum dan sunnah haji secara khusus. 

 1. Sunnah Haji Secara Umum
Ada beberapa sunnah yang umum dijalankan, misalnya: Melaksanakan Haji Ifrad Memperbanyak membaca Talbiyah Thawaf Qudum (bagi yang melaksanakan Haji Ifrad) Salat sunnah Thawaf Mandi. Ada beberapa macam mandi dalam ibadah haji, yaitu: Mandi Ihram, mandi masuk tanah haram (Makkah dan Madinah), mandi Wukuf, serta mandi Mabit di Muzdalifah. Berpakaian ihram dengan kain putih. Minum air Zam-zam. 

2. Sunnah Haji Secara Khusus 
Selain itu, terdapat pula sunnah haji yang khusus dilakukan, seperti: 

Sunnah saat melakukan ihram 
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mandi. Berdasarkan hadits Zaid bin Tsabit dan juga dari ‘Aisyah ia berkata, “Aku pernah memberi wewangian Rasulullah SAW untuk ihramnya sebelum berihram dan untuk tahallulnya sebelum melakukan thawaf di Ka’bah. Melakukan salat ihram dan berdoa kepada Allah sambil menghadap ke arah kiblat. Mengucapkan niat ihram dilanjutkan dengan berdoa serta memperbanyak bacaan talbiyah serta salawat.” 

Sunnah saat thawaf 
Lakukan thawaf dengan berjalan kaki, selanjutnya memulai dengan posisi menghadap kiblat. Setelah itu, mengusap permukaan Hadjar Aswad atau jika tidak memungkinkan cukup dengan melambaikan tangan lalu dikecup. 

Membaca do’a-do’a ma’tsur dengan berlari-lari kecil pada tiga putaran pertama 
Selanjutnya mengusap Rukun Yamani atau cukup dengan melambaikan tangan tanpa dikecup. Setelah itu memanjatkan doa di Multazam, melakukan salat sunnah Thawaf di belakang Makam Ismail, salat sunnah mutlaq di Hijr Ismail, serta minum air zam-zam. 
 
Sunnah ketika melakukan Sa’i 
Pertama harus bersih dari hadast besar dan kecil. Selanjutnya masuk dimulai dari pintu shafa (Babus Shafa). Untuk jamaah pria melakukan perjalanan naik sampai ke bukit Shafa dan Marwah, menghadap ke arah Ka’bah setiap mau memulai perjalanan. Setelah itu berlari-lari kecil di antara dua pilar hijau, memanjatkan do’a-do’a ma’tsur dan terakhir adalah muwalah (nuli-nuli). 

Sunnah ketika melakukan wuquf 
Harus suci dari hadast besar dan kecil (mandi dan wudhu), mendengarkan khutbah dengan khidmat, menghadap ke arah Ka’bah (kiblat), dan melaksanakan ibadah wuquf hingga matahari tenggelam. Selain itu, dapat juga memperbanyak amalan-amalan sunnah seperti, doa, zikir, salawat, membaca Alquran, bertaubat, menenangkan hati dan berdoa dengan khusyuk, serta menjaga lisan untuk tidak mengucapkan hal-hal yang tidak berguna apalagi berkata kotor. 

Sunnah yang harus dilakukan saat mabit di Muzdalifah 
Hal pertama yang harus dilakukan adalah salat jamak ta’khir yaitu salat Maghrib dan Isya secara berjamaah, mengambil batu kerikil untuk melempar jumrah, memperbanyak bacaan takbir dan talbiyah,serta berdoa di Masjidil Haram. 

Sunnah saat melempar Jumrah
Melempar Jumrah Aqobah setelah terbit matahari tanggal 10 Dzulhijjah. Pada tanggal 10 Dzulhijajah lakukan juga hal-hal lain yaitu, menyembelih qurban dan dam, memotong rambut (Tahallul Awal), melakukan Thawaf Ifadloh, mandi setiap akan melempar Jumrah, membaca takbir ketika akan melempar Jumrah, berdo’a setiap selesai 7 kali lemparan pada Jumrah Ula dan Wustho. Lalu melempar Jumrah lagi tanggal 11 Dzulhijah setelah Zawal (setelah matahari condong ke barat). Diwajibkan bagi laki-laki yang melempar Jumrah sunnah mengangkat tangan kanan sampai kelihatan ketiaknya. Batu yang digunakan untuk melempar Jumrah berukuran sedang (Hashal Qodfi). Itu dia Moms, pengertian dan serba-serbi haji yang perlu diketahui. Diawali dengan mengetahui apa saja yang terkait dengan haji, akan semakin meningkatkan keinginan Moms dan keluarga untuk bisa disegerakan pergi berhaji bersama.

Read More »
27 January | 0komentar

Rukun,Wajib dan Sunah Haji

Rukun, Wajib dan Sunah Haji 

Ibadah haji di tahun ini telah digaungkan dilaksanakan dengan adanya kenaikan ONH (ongkos Naik Haji). Dengan kenaikan ongkos untuk menunaikan ibadah haji ini maka diharapkan kita yang akan melaksanakannya untuk mempelajari rukun,wajib dan sunah haji. Sehingga ibadah haji kita akan diterima/sah.

Rukun haji 
Rukun Haji adalah syarat wajib yang harus dilakukan saat menunaikan ibadah haji. Rukun haji dan umrah ada 5 sedangkan urutannya adalah diawali dari ihram, wukuf di Arafah, thawaf, sa'i, dan terakhir cukur rambut (tahalul).
Berikut Penjelasannya:
  1. Ihram yaitu berniat untuk haji. Niat haji dan umrah diwajibkan sebagaimana niat sholat. 
  2. Wukuf di Arafah, Waktunya mulai dari waktu Zuhur tanggal 9 Zulhijjah sampai Subuh tanggal 10 Zulhijjah. Jamaah bisa mengambil waktu siang sampai setelah maghrib, ataupun malam harinya sampai jelang subuh. 
  3. Tawaf  yakni mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali. Putaran ini dimulai dari sekiranya arah dari Hajar Aswad, dan Kabah berada di sisi kiri badan jamaah haji. Gampangnya, orang berhaji berputar melawan arah jarum jam. 
  4.  Sa'i adalah berjalan kaki dari Bukit Shafa dan Marwah. Dimulai dari Bukit Shafa, kemudian berjalan sampai tujuh kali perjalanan hingga berakhir di Bukit Marwah. 
  5.  Tahalul yaitu mencukur rambut kepala setelah seluruh rangkaian haji selesai. Waktunya sekurang-kurangnya adalah setelah lewat tanggal 10 Dzulhijjah. 

Wajib haji 
Wajib Haji ada 6 yaitu 
1. Mabit di Muzdalifah 
2. Lempar jumrah aqabah tujuh kali 
3. Lempar tiga jumrah di hari tasyriq (11, 12, dan 13 Zulhijjah). 
4. Mabit pada malam tasyriq 
5. Ihram dari miqat 
6. Tawaf wada 

Antara rukun haji dan wajib haji terdapat perbedaan/ harus dibedakan. Pembedaan keduanya tidak terdapat pada ibadah lainnya. Rukun haji menjadi bagian inti ibadah haji. Rukun haji menentukan keabsahan ibadah haji. Rukun haji tidak dapat digantikan dengan denda atau dam dan lainnya. Sedangkan wajib haji tidak berpengaruh pada keabsahan haji. Orang yang meninggalkannya tanpa uzur terkena dosa atas kelalaiannya dan diwajibkan membayar dam atau denda. 

Sunah haji 
adalah amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilakukan dalam ibadah haji. Bagi yang mengerjakan sunahnya akan mendapat pahala. Tetapi bila ditinggalkan, tidak perlu mengulang dan tidak membayar denda, sehingga ibadah hajinya pun tetap sah

Read More »
26 January | 0komentar

Penyelenggaraan Haji di Tahun 2023

Umroh dan Haji


Musim haji tahun 2023 segera tiba. Indonesia datang ke Arab Saudi untuk mengikuti Pameran Haji sekaligus melobi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi agar mendapat tambahan kuota haji lebih tahun ini. Selain kuota haji, sejumlah kebijakan pun berubah untuk penyelenggaraan haji tahun 2023, mulai dari sistem syarikah pengganti muassasah, hingga pengaturan landing pesawat di Jeddah dan Madinah. Beberapa kebijakan tertuang dalam dokumen nota kesepahaman (MoU) penyelenggaraan ibadah haji 1443 H/2023 M yang diserahkan oleh Menteri Umrah dan Haji Arab Saudi Tawfiq F Al Rabiah kepada Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. 
Penandatanganan ikut disaksikan oleh Ketua Komisi VIII Ashabul Kahfi, Dirjen Penyenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief, serta Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Fadlul Imansyah. Hadir juga Sekretaris Jenderal Kemenag Nizar Ali, Dubes Indonesia untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad, Staf Khusus Menteri Agama Wibowo Prasetyo dan Ishfah Abidal Aziz, serta Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam. Kuota haji bertambah Pemerintah Kerajaan Arab Saudi menetapkan kuota haji Indonesia tahun ini berjumlah 221.000. Jumlah ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya, yaitu 100.051 orang. 
Kepastian kuota yang diinformasikan sejak dini akan memudahkan Indonesia dalam melakukan persiapan. Kuota itu terdiri dari 203.320 jemaah haji reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Adapun untuk petugas, kuotanya tahun ini sebanyak 4.200 orang. "Alhamdulillah misi haji 2023 dimulai. Saya menandatangani kesepakatan haji dengan Menteri Haji Saudi. Kuota haji Indonesia tahun ini sebesar 221.000 jemaah," ujar Menag. Tambahan kuota itu didapat dengan memanfaatkan kuota negara lain yang tidak terserap maksimal. “Ini kami perjuangkan agar kuota yang tersedia terserap efektif dan antrean jemaah haji Indonesia juga tidak terus bertambah,” kata Yaqut. 
Saat ini, Kemenag tengah bersiap membahas Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2023 setelah mendapat kuota haji tahun ini bersama Komisi VIII DPR RI. Sebelumnya, karena pandemi, Pemerintah Arab Saudi membatasi usia jemaah haji. Saat itu, Saudi menerapkan syarat usia jemaah haji 2022 di bawah 65 tahun. Namun, sesuai kesepakatan yang tertuang dalam MoU, pembatasan usia dihapus. "Sesuai kesepakatan, tahun ini sudah tidak ada pembatasan usia jemaah haji. Artinya, jemaah 65 tahun ke atas juga dapat berangkat haji tahun ini," ujar Yaqut. 
Menteri Umrah dan Haji Arab Saudi Tawfiq F Al Rabiah menyatakan, tidak ada lagi muassasah dalam penyelenggaraan haji. Tercatat, ada 6 syarikah/Perusahaan yang ditunjuk dalam pelaksanaan layanan ibadah haji tahun ini. Setiap negara, termasuk Indonesia, dapat memilih syarikah dalam menyiapkan layanan. Hal ini memberi kesempatan bagi setiap negara untuk mendapatkan harga terbaik. "Sehingga akan ada kesempatan untuk mendapatkan harga terbaik. Saya juga meminta agar perjanjian dibuat dengan detail, agar dapat memberikan layanan terbaik juga. Jika detail, ini akan menjadi pegangan ketika syarikah melanggar. Jika mereka melanggar, kami bisa memberikan sanksi," ujar Tawfiq. 
Dilansir dari Kompas.com


Read More »
25 January | 0komentar

Mencicipi Masakan Khas Timur Tengah; Shawarma

Mencicipi Shawarma ba'da Sai

Daging yang biasa digunakan di dalam shawarma adalah daging yang ditumpuk vertikal, kemudian dipanggang perlahan dengan cara memutar. Cara masak ini membuat daging yang dimasak memiliki tekstur yang masih juicy dan gurih.Daging pada shawarma dipanggang pada kerucut besar berputar kemudian diiris tipis-tipis. 
Daging itu kemudian diiris dengan pisau khusus yang panjang hingga jatuh di nampan. Irisan daging tipis tersebut kemudian digunakan sebagai isian Shawarma, bersama dengan sayur dan saus.Shawarma banyak diyakini berasal dari Turki. 
Kata “Shawarma”, konon berasal dari kata “çevirme” dalam bahasa Turki yang artinya berputar. Makanan serupa Shawarma disebut dengan Kebab Doner di Turki. Di Yunani, ada juga makanan serupa yang disebut Gyro.
Daging yang digunakan untuk isian Shawarma biasa dibumbui dengan beragam rempah. Rempah-rempah yang biasa digunakan untuk membuat Shawarma ayam biasanya adalah pasta cabai, oregano, cuka putih, dan saus bawang putih. Sementara Shawarma dengan daging sapi biasanya divariasi dengan kayu manis, kapulaga, oregano, thyme, pala, minyak jagung, dan campuran saus tahini. Saus yang biasa digunakan adalah tahini (saus putih dari kacang yang dihaluskan) atau toum (saus dari bawang). Shawarma dengan daging sapi biasa menggunakan saus tahini, sedangkan Shawarma dengan daging ayam biasa menggunakan toum.
Asyiknya menikmati Shawarma berasal dari beragam tekstur yang kontras di dalam roti pipih. Cita rasa dan tekstur yang kontras itu berasal dari bahan yang digunakan. Rempah daun dan sayur digunakan untuk menimbulkan rasa segar, serta tekstur yang renyah berasal dari acar dan bawang bombay mentah.Shawarma yang semakin berkembang kini juga banyak dimodifikasi. 
Banyak pengusaha kuliner di Uni Emirat Arab yang berinovasi dalam membuat Shawarma. Di antaranya Shawarma dengan saus harissa, dibumbui dengan beragam rempah, acar ala Asia, menghidangkan dengan kentang goreng (french fries), hingga menggunakan bumbu barbeque ala Amerika (BBQ). Walaupun banyak orang yang lebih menyukai versi original, namun aneka ragam inovasi Shawarma membuat penggemarnya memiliki banyak pilihan saat akan menyantap Shawarma kesukaan.
Sumber : Umroh.com

Read More »
16 January | 0komentar

Masjid Quba

Masjid Quba

Pada pelaksanaan Ibadah Umroh sesuatu banget saat dapat singgah dan beribadah di Masjid Quba. Ada satu amalan yang tak boleh dilewatkan begitu saja saat umrah, yaitu shalat sunnah di masjid Quba. Menurut dari Hadits Rasullullah SAW yang mana diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA, ia pernah mendengar bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: 
 ” Barang siapa yang bersuci di rumahnya, lalu mendatangi Masjid Quba, lalu ia sholat di dalamnya, maka untuknya akan mendapat pahala seperti pahala Umrah” . (HR. Tirmizi nomor 298, Ibnu Majah nomor 1401). 

Masjid Quba telah mengalami beberapa kali rerenovasi. 
Namun nuansa tradisional dalam arsitekturnya tetap dipertahankan. Masjid ini memiliki enam kubah besar, masing-masing berdiameter 12 meter dan 56 kubah kecil berdiameter enam meter. Bagi jamaah haji dan umrah yang singgah di Masjid Quba, petugas sudah menyediakan air zamzam. Untuk jemaah dari Indonesia disediakan juga buku bimbingan haji dan umrah berbahasa Indonesia. 
Selesai sholat, jemaah dapat berbelanja. Banyak pedagang menjajakan dagangannya seperti kurma, minyak zaitun, buah tin, dan peci dengan harga beragam. Jika tak ada uang Riyal, tak usah khawatir karena di sini hampir semua pedagang menerima mata uang rupiah dan bisa berbahasa Indonesia. Masjid Quba ini letaknya di Madinah. Biasanya, ada agenda untuk mengunjungi masjid ini saat pagi hari, jadi Anda dapat shalat dhuha di Masjid Quba untuk meraih keutamaannya.
Masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun 1 Hijriyah di Quba. Masjid Quba memiliki pesona keindahan dan nilai sejarah yang penting dalam tarikh Islam sehingga menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Masjid tersebut menjadi titik awal sejarah kemasjidan dalam Islam. Berada di tepi Kota Madinah di kawasan perkampungan yang dinamai Quba, lebih kurang 5 Km di arah selatan Masjid Nabawi. 
Pembangunannya saat Rasulullah SAW tiba dari perjalanan hijrah dari Kota Makkah. Dalam Al Qur'an disebutkan bahwa Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan Rasullullah Saw kepada Allah SWT. 
 ”Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah [9]: 108). 
Di  Quba, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disambut meriah oleh penduduk Madinah dengan lantunan nasyid thala’al badru’alaina. Beliau singgah di Quba selama empat hari, dan beliau memerintahkan untuk membangun Masjid Quba bahkan ikut terlibat dalam proses pembangunannya.

Read More »
15 January | 0komentar

Ka'bah dan Sejarah Pembangunannya

Ka'bah

Ka'bah pertama dibangunan oleh Nabi Ibrahim As dan tentunya bersama anak Beliau yaitu Nabi Ismail As atas perintah Allah SWT. Bentuk Ka'bah tatkala pertama kali dibangun oleh Ibrahim adalah :

 - Berupa susunan batu tanpa ada semacam semen yang melengketkan batu-batu tersebut ;
-  Al-Hijr masuk dalam bangunan Ka'bah. 
 - Ka'bah tersebut tidak memiliki atap. 
 - Pintu Ka'bah ada dua, yaitu pintu masuk dan pintu keluar.

Sementara pembangunan yang dilakukan oleh kaum Quraisy dilakukan ketika Nabi ﷺ berusia 35 tahun (lima tahun sebelum diangkat menjadi Nabi). Pada zaman jahiliah, Ka'bah dibangun dan disusun dengan batu-batu saja tanpa ada semen atau sejenisnya untuk melekatkan batu-batu tersebut (sebagaimana bangunan Ka'bah pada zaman Nabi Ibrahim Alaihissallam). 
Tinggi Ka'bah juga hanya seberapa dan tidak terlalu tinggi. Pada awalnya, Ka'bah hanya memiliki dua sudut saja, yaitu rukun yamaani dan rukun al-Hajar al-Aswad dan bentuknya kira-kira seperti huruf kapital "D". Karena kondisi Ka'bah yang demikian dan tanpa adanya dinding (semacam pagar) yang mengitari dan melindunginya, Ka'bah mudah sekali terhantam oleh banjir yang mengalir dari gunung-gunung sekitar Makkah apabila terjadi hujan.
Ketika Nabi ﷺ berusia 35 tahun (lima tahun sebelum menjadi Nabi), terjadilah banjir hebat yang menghantam dinding-dinding Ka'bah sehingga merusak fondasinya. Orang-orang kafir Quraisy pun ingin merenovasi Ka'bah dengan membongkar total Ka'bah. Akan tetapi, mereka takut hal itu dapat meruntuhkan Ka'bah mengingat 35 tahun yang lalu telah terjadi peristiwa dihancurkannya tentara bergajah milik Abrahah yang hendak merusak Ka'bah. Oleh karena itu, orang-orang Quraisy tidak berani melakukannya karena takut ditimpa azab seperti yang telah dialami pasukan Abrahah 35 tahun lalu. 
Namun, salah seorang di antara mereka yang bernama Al-Walid Ibnul Mughirah nekat membongkar Ka'bah. Dia berkata kepada orang-orang Quraisy: 
 "Kalian ingin menghancurkan Ka'bah dengan tujuan untuk memperbaikinya atau memperburuknya?" Jawab mereka: "Kami ingin memperbaikinya". "Kalau begitu, Allah tidak akan menghancurkan orang-orang yang berbuat baik."
 Akhirnya, ia mulai mengambil cangkulnya dan membongkar Ka'bah sedikit demi sedikit. Pada malam itu, tidak seorang pun yang berani mengikuti dirinya membongkar Ka'bah. Orang-orang mulai menunggu dan menanti apa yang akan terjadi pada malam itu karena khawatir Al-Walid terkena azab seperti Abrahah dan pasukannya. Mereka berkata: "Jika dia ditimpa musibah, kita tidak akan membongkar Ka'bah sama sekali dan kita kembalikan Ka'bah sebagaimana sedia kala. Namun jika ia selamat, berarti Allah telah ridha dengan apa yang kita lakukan. Maka kita runtuhkan Ka'bah".
Pada pagi harinya, Al-Walid tetap dalam keadaan sehat. Ia pun kembali melanjutkan membongkar Ka'bah, dan akhirnya orang-orang ikut membantunya. Mereka kemudian membongkar Ka'bah seluruhnya hingga fondasi Ibrahim Alaihis salam, sirah Ibnu Hisyaam. Mereka menggantikan semua baru Ka'bah dengan batu yang baru, kecuali batu Hajar Aswad. 
Ketika mereka sedang membangun Ka'bah, salah seorang dari mereka berkata, sambil mengingatkan: "Wahai kaum Quraisy sekalian, janganlah kalian menggunakan biaya untuk membangun Ka'bah, kecuali dari hasil penghasilan yang baik. Jangan sampai di dalamnya ada hasil zina, hasil jual beli riba, dan hasil sebab menzalimi seseorang", sirah Ibnu Hisyaam. Inilah sebabnya kaum Quraisy kekurangan biaya tatkala membangun Ka'bah. Mereka hanya membangun Ka'bah dengan uang yang halal. Akhirnya, mereka tidak mampu membangun Ka'bah secara sempurna. 
Kekurangan biaya ini menyebabkan kaum Quraisy hanya bisa membangun sebagian Ka'bah sehingga tidak mencapai tahap yang sempurna. Padahal, Al-Hijr (yang disebut oleh orang-orang dengan Hijr Isma'il) termasuk bagian dari Ka'bah. Inilah sebab mengapa orang yang sedang melakukan tawaf tidak boleh masuk Hijr Isma'il. 
Barangsiapa yang tawaf memasuki Hijr Isma'il berarti tawafnya tidak sah karena belum mengelilingi Ka'bah secara sempurna. Saat pemugaran Ka'bah, orang-orang Quraisy membuat Ka'bah bertambah tinggi. Sebelumnya, tinggi Ka'bah hanya sembilan hasta (kira-kira empat atau 4,5 meter) ditambah sembilan hasta lagi menjadi 18 hasta (8-9 meter). 
Sementara itu, pintu Ka'bah diangkat menjadi lebih tinggi sehingga tidak lagi menempel di tanah. Tujuan mereka melakukan hal ini adalah: 
 - Memperkuat fondasi Ka'bah dan tidak terkena banjir saat hujan. 
 - Agar tidak semua orang bisa masuk Ka'bah. Mereka yang ingin masuk Ka'bah harus meminta izin terlebih dahulu kepada orang-orang Quraisy.

Referensi ; Dari berbagai sumber

Read More »
14 January | 0komentar

Jabal Rahmah: Wahyu Al Qur'an Terakhir diturunkan


Jabal Rahmah, sebuah bukit tempat bertemunya kembali Nabi Adam dan Siti Hawa setelah berpisah ratusan tahun, usai diturunkan ke bumi dari surga karena memakan buah terlarang, khuldi. Padahal Allah telah melarang mereka, akan tetapi setan terus menggoda. 
Kisah pertemuan Adam dan Hawa sudah sangat akrab di telinga jamaah haji/umroh Indonesia. Di antara doa-doa yang dipesan oleh saudara dan kerabat yang belum bisa berangkat haji/umroh adalah urusan perjodohan. Di tempat inilah doa pesanan itu dipanjatkan. Jamaah haji/umroh Indonesia memanfaatkan waktu selama di Arafah untuk mengunjungi tempat ini. Kesempatan yang paling ideal untuk mengunjungi Jabal Rahmah adalah saat pagi atau petang ketika matahari tidak terlalu terik.
Di puncak Jabal Rahmah, kini telah dibangun monumen dari beton yang tingginya mencapai delapan meter, lebar sekitar 1,8 meter. Dibangun juga sebanyak 168 anak tangga untuk memudahkan mendaki ke puncak.

Tempat Turun Wahyu Al Qur'an yang Terakhir

Ketika kembali ke Madinah, Rasulullah saw menyampaikan turunnya Surat Al-Maidah ayat 3 yang mengabarkan bahwa Islam sudah sempurna. Para sahabat menyambut gembira kabar tersebut, kecuali dua orang sahabat paling utama, Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang malah bersedih. 
Kala itu, Nabi Muhammad SAW, menyampaikan surah An Nashr.:
 “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
Diriwayatkan bahwa Surat Al-Maidah Ayat 3 diturunkan sesudah Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah musim haji terakhir (Wada). Pada masa itu, Rasulullah shallalahu 'alaihi wassalam berada di atas untanya bernama Qashwa. Ketika ayat ini turun, Rasulullah tidak begitu jelas menangkap isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. 
Kemudian, beliau bersandar pada untanya dan unta itu pun duduk perlahan-lahan. Lalu Malaikat Jibril turun berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Dan demikian juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu denganmu." Setelah itu, Malaikat Jibril pergi. 
Maka Rasulullah pun mengumpulkan para sahabat dan menceritakan apa yang telah diberitahu oleh Malaikat Jibril. Ketika para sahabat mendengar sabda Nabi, mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuna." 
Ketika Abu Bakar radiyallahu 'anhu mendengar keterangan Rasulullah, beliau tidak dapat menahan kesedihannya dan kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis dari pagi hingga malam. 
Sahabat terdekat Nabi ini sedih karena menangkap pesan akan berpisah dengan manusia paling mulia di muka bumi. 
Referensi : Dari berbagai Sumber

Read More »
13 January | 0komentar

Kota Mekah dan Peradaban Baru Islam


Sejarah Kota Makkah tidak terlepas dari sejarah Nabi Ismail dan ibunya Siti Hadjar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya di lembah yang dahulu tidak berpenghuni, tidak ada air maupun orang yang tinggal di sana. Imam Al-Bukhari meriwayatkan, Nabi Ibrahim meninggalkan Nabi Ismail saat masih bayi dan masih menyusu kepada ibunya. Sedangkan Nabi Ibrahim kembali ke Suriah. Nabi Ibrahim menurunkan istri dan anaknya di bawah sebuah pohon dengan meninggalkan sekantong kurma dan sebotol air, lalu kembali ke Suriah kuno. 
Sesaat sebelum pergi, Hajar memanggil dan bertanya: “Kamu hendak kemana? Bagaimana kamu bisa meninggalkan kami di lembah terpencil ini yang tidak ada manusia atau apa pun (kehidupan)?"Nabi Ibrahim masih terdiam dan Hadjar kembali mengulang pertanyaannya. Hingga kesekian kali Hadjar bertanya, Nabi Ibrahim hanya terdiam. 
Hadjar kemudian mengubah pertanyaannya, "Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan ini?" Barulah kemudian Nabi Ibrahim menjawab, "Ya. Maka Allah tidak akan pernah meninggalkan kita," kata Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim kemudian mengambil beberapa langkah lalu berdiri di atas bukit kecil, mengangkat tangannya seraya berdoa dan memohon kepada Allah SWT. "Ya Allah ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di sebuah lembah yang belum digarap dekat Rumah Suci-Mu, Ya Allah (yang demikian itu), agar mereka mendirikan sholat. 
Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, semoga mereka bersyukur,” (Q.S Ibrahim ayat 37).

Suku pertama yang tinggal di Makkah adalah suku Jurhum di mana Nabi Ismail dibesarkan dan dengan siapa ia menikah. Kemudian Nabi Ibrahim datang sesekali ke Makkah untuk mengunjungi anak dan istrinya. Kemudian Allah memerintahkannya untuk membangun Ka'bah. Allah berfirman: "Dan (ingatlah) ketika Ibrahim sedang meningkatkan fondasi rumah (bersama) Ismail (seraya berkata) : Ya Tuhan kami! Terima (ini) dari kami. Sungguh, Engkau adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui," (QS, Al-Baqara ayat 127).
Allah juga berfirman: "Dan (ya Muhammad), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di Baitullah Rumah, (dengan mengatakan), "Jangan mengasosiasikan apa pun dengan-Ku dan sucikanlah Rumah-Ku bagi orang-orang yang melakukan tawaf (mengelilingi dari Ka'bah) dan orang-orang yang beribadah (sholat) dan orang-orang yang ruku dan bersujud," (QS. Al-Hajj ayat 26). Kota Makkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah, kurang lebih 200 km sebelah timur laut kota Jeddah. Kota ini merupakan lembah kering, dikelilingi pegunungan karang yang tandus dengan bangunan Ka'bah sebagai pusatnya. Dengan demikian, pada masa dahulu kota ini rawan banjir bila di musim hujan sebelum akhirnya pemerintah Arab Saudi memperbaiki kota ini dan merenovasi kota ini.
Seperti pada umumnya kota-kota di wilayah Arab Saudi, kota ini beriklim gurun. Panjang lembah barat ke timur sekitar 3 km, sedangkan panjang lembah utara ke selatan sekitar 1,5 km. Kota ini dikelilingi oleh beberapa gunung, diantaranya gunung Abu Qubais pada bagian timur, gunung Abi Badidah (Kudai) dan gunung Khundamah pada bagian selatan, gunung Al Falj, gunung Qaiqa'an, gunung Hindi, gunung Lu'lu dan gunung Kada (gunung tertinggi) pada bagian utara. Dulu, hanya ada tiga jalan yang bisa dilalui untuk masuk Makkah. Yaitu celah utara di kaki gunung Al Falh, celah barat menuju Laut Merah dan celah selatan menuju Yaman.

Read More »
12 January | 0komentar

Cita-Cita dan Keberkahan Hidup (01 Januari 2023)


Apa yang terlintas dapat menjadi keinginan. Sebuah keinginan akan menjadi sebuah hal yang sia-sia jika tidak berdasar, dasar kebutuhan dan tentu usaha untuk mencapainya.  Dalam surah an-nisâ’ ayat 119 dituliskan bahwa setan berjanji kepada Allah Swt untuk terus menggoda manusia, salah satunya dengan membuat mereka berangan-angan kosong sehingga manusia lalai terhadap perintah Allah Swt . 
Berangan-angan hanya akan membuang waktu dan hal tersebut merupakan salah satu bentuk godaan setan untuk menyesatkan manusia, oleh karena itu hendaknya kita segera memohon ampun ketika terjebak dalam angan-angan kosong tersebut.
Cita-cita adalah hal yang dimiliki oleh semua orang, terutama orang-orang yang memiliki pandangan hidup kedepan, karena dengan cita-cita seseorang akan merasa termotivasi dan memiliki harapan untuk memiliki hidup yang lebih baik. Cita-cita membuat kita melihat kedepan dan merencanakan sesuatu, yang berarti kita melakukan ikhtiar ataupun usaha agar kita dapat mencapai keinginan tersebut. Apa saja yang bisa kita lakukan sebagai orang yang beriman untuk menggapai cita-cita yang diridhai-Nya? disadur dari https://dppai.uii.ac.id/ :

1. Membuat Rencana dan Menyerahkan Segala Sesuatu Kepada Allah. 
Rencana adalah salah satu hal terpenting dalam hidup, orang yang tidak memiliki rencana dapat diibaratkan seperti air yang hanya mengikuti arus, sehingga mudah terombang-ambing dan tak tentu arah. Membuat suatu perencanaan merupakan langkah awal untuk mewujudkan keinginan atau cita-cita, rencana akan membuat kita mengerti langkah apa yang harus kita ambil sepanjang perjalanan berikhtiar. Berencana adalah tugas manusia sebagai bentuk usaha yang harus dilakukan, namun orang yang beriman tidak hanya sekedar berencana akan tetapi kita perlu menyerahkan segala sesuatu kepada Allah atau dengan kata lain kita percaya bahwa Allah melihat setiap usaha kita dan pasti memberikan jalan dan hasil yang terbaik, dengan demikian kita telah meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha dan menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 

2.Meluruskan dan Memperbaharui Niat. 
Sebagai orang yang beriman kita perlu memiliki visi tersendiri yang menjadi pembeda dengan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Swt . Semua orang mengharapkan kehidupan yang baik di dunia melalui cita-cita dan target yang mereka usahakan, akan tetapi orang yang beriman punya nilai tersendiri dalam mengupayakan keinginannya dibandingkan dengan mereka yang tidak beriman. Nilai tersebut terletak pada niat yang dimiliki, orang yang beriman memiliki visi yang lebih tinggi yaitu merasakan kebaikan di dunia hingga di akhirat nanti, oleh karena itu apapun keinginan dan cita-cita yang kita inginkan harus dilandasi oleh niat karena Allah terlebih dahulu. 
Niat akan menjadi faktor yang sangat menentukan, jika niat kita sudah dibenahi maka kebaikan yang akan kita dapatkan tidak hanya sampai di dunia saja akan tetapi dapat kita rasakan hingga di akhirat kelak. 
Dari Umar, bahwa Rasulullah ` bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (H.R. Bukhari, dan Muslim) 
Hadits tersebut menunjukkan bahwa apa yang akan kita dapatkan sesuai dengan niat yang kita miliki.
Ketika niat kita hanya sebatas menjadi sukses di dunia tanpa melibatkan Allah, maka kenikmatan yang akan kita dapatkan hanya sebatas usia kita di dunia, dan ajal akan datang kapan saja tidak peduli orang tersebut sudah merasakan nikmat dari kesuksesannya atau bahkan masih bersusah payah menitih kesuksesan tersebut. Kita tidak ingin menjadi orang yang merugi di akhirat kelak karena lalai dengan kesenangan duniawi, sehingga setiap kebaikan yang kita raih di dunia ini perlu kita usahakan untuk menjadi penyebab ridha Allah dan memberikan kebaikan di akhirat kelak. 

3. Menyadari Dunia dan Isinya Bersifat Sementara.
Orang yang beriman memiliki kesadaran bahwa segala sesuatu yang dimiliki di dunia ini akan ditinggalkan setelah kematian menjemput. Bahkan orang terkaya di dunia pada akhirnya akan mati dan semua harta kekayaan yang dimiliki tidak berarti lagi bagi jasadnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa manusia yang ada di muka bumi memiliki cita-cita tertentu seperti ingin membeli kendaraan dan rumah yang bagus, ingin memiliki usaha yang sukses atau ingin melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Semua contoh tadi bisa jadi adalah parameter kesuksesan dalam sebuah kehidupan yang sifatnya hanya sementara, namun tidak ada salahnya jika seseorang menginginkan kehidupan yang baik di dunia dengan syarat tetap berprinsip pada ketentuan Allah seperti firman-Nya dalam surah al-Qashash ayat 77 yang artinya, 
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan“.(Q.S. al-Qashash [28]: 77) 
 Ayat ini mengingatkan kita untuk tetap menjadikan akhirat sebagai tujuan utama karena kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah, namun di sisi lain kita juga perlu memperhatikan kualitas hidup selama di dunia. Orang yang beriman akan memanfaatkan kebaikan di dunia untuk memperoleh kebaikan di akhirat. Kita bisa membuat hal-hal itu terus memberikan kebaikan meskipun setelah pemiliknya meninggal dunia, yakni dengan kembali meniatkan semuanya sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah serta memanfaatkan segala apa yang kita peroleh untuk menolong agama Allah.

4.Meminta Doa dari Kedua Orang Tua 
Orang tua adalah orang terdekat dan orang yang paling pantas untuk kita hormati, terutama seorang ibu. Keridhaan Allah juga tidak akan terlepas dari keridhaan orangtua, sehingga sudah sepatutnya kita selalu menjalin komunikasi dan memberi tahu kedua orang tua kita megenai hal-hal yang akan kita rencanakan dan usahakan untuk kedepannya. 
Doa dari orang tua adalah salah satu kunci keberhasilan seseorang, oleh karena itu jangan pernah berjalan sendirian dan melupakan jasa-jasa mereka. Jika kita menanyakan balasan apa yang ingin mereka peroleh dari segala upaya dan jerih payah mereka selama mengurus dan membesarkan kita, maka mereka tidak akan menjawab untuk diberikan materi dan lain sebagainya, namun hal yang sangat mereka inginkan adalah anak yang dibesarkan bisa menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orang banyak serta menjadi anak yang dapat menambah timbangan kebaikan dan menyelamatkan mereka di akhirat nanti.

Read More »
31 December | 0komentar

Rindu Rosululloh SAW

Bersama Istri dan Bp/Ibu Mertua di Masjidil Haram

5 tahun yang lalu tepatnya di bulan Desember kami memenuhi Panggilan Allah SWT dalam ibadah Umroh bersama Istri dan Ibu/Bp. Mertua.  Sebagai manusia yg cenderung suka berhitung, hitungan matematika,itu masuk akal. Tapi jangan lupa, matematika Allah itu beda dgn matematika kita. Kalkulator Allah nggak sama dgn kalkulator kita Dan satu yg pasti, Allah tidak akan ingkar janji. Berdoalah pasti Aku ( Alloh) akan kabulkan.  
Alhamdulillah Saya dan Istri telah mendaftar Haji, In sya Alloh tahun 2030an nunggu antrian berangkat...Alhamdulillah sebelum haji diberi kesempatan untuk ibadah umroh. 
Dengan matematika Allah SWT semua akan bisa. Sekali lagi ini janji Alloh SWT. Berdoalah PASTI akan Aku kabulkan. Dalam setiap ba'da sholat," Ya Alloh berilah kepadaku,Istriku dan Anak-anaku utk dapat melihat langsung Ka'bah-Mu melalui beribadah Haji dan Umroh". 
Ketika pesawat mendarat di Madinah, aku diserbu oleh sebuah rasa yg tak biasa. BAHAGIA !!... menjelang jam 2 dini hari, saat pertama melangkahkan kaki ke Masjid Nabawi, Saat teman-teman masih saling bicara "dihafal ya pintu keluar. 
Pintu nomor 25. Tinggal nyebrang jalan, langsung ketemu hotel kita" Aku tak lagi konsentrasi mengikuti percakapan. Dada, hati, otak, semuaaaanya telah dikuasai oleh rasa haru biru dalam debit yg tak terhitung. Masyaallah. Subhanallah. damai menyusup ke seluruh permukaan diri saat pertama jejak menapak di dinginnya ubin Nabawi. ALLAH. siapa lah aku ini, kalau bukan karena kuasaMu tak kan mungkin diri yg kerdil ini bisa menjadi bagian tamuMu. Nabawi sedemikian indah.... derai angin sepoi-poi Nopember yg menawarkan suhu 28 derajat tak mampu mengalahkan semangat ribuan jamaah untuk mereguk kenikmatan shubuh berjamaah. Aku terpukau. Terpana. Kehilangan segala prosa. Payung payung raksasa yg menawan di pelataran. Karpetnya yg empuk. Dispenser berisi zam-zam yg selalu tersedia tertuliskan Cool dan juga Not Cool. Pilar -pilarnya yg megah Kubahnya yg mewah, yang bisa terbuka (seperti pintu geser) sehingga di dalam masjid kita bisa menatap indahnya langit di belahan bumi Allah yg diberkahi. Langit Madinah !! Sholat di raudhoh!!! 
Di dekat makam Sang Panutan... Kekasih Alloh... Cintanya Alloh... Makam Rasulullah, iya RASULULLAH. yg Allah pilih namanya bergandengan dengan nama Allah dalam kalimat sumpah suci syahadat. Sholat disini memang perlu kesabaran, tapi semua berbuah manis. Ada yg tak mampu teruraikan oleh kata-kata. Kenikmatan yg menjalar ke seluruh titik nadir. Damai yg mengalir ke seluruh inci pembuluh darah, rasa tenteram yg meresap ke setiap milli pori-pori raga. Diri larut dalam pemahaman akan perjuangam rasulullah dalam dimensi beribu tahun yg silam. 
Di sini. Iya disini, nabi berdakwah, mengajak pada kebaikan. Menyembah Allah yang Maha Tunggal. Bergumam di hati. "Ya Allah... ternyata sedemikian dahsyat pengalaman spritual yg kudapatkan disini. Sebuah rasa damai, tentram, bahagia yg tak bisa diwakili oleh seluruh bahasa. Sempat terbersit sesal, andai kutau senikmat ini berada dalam pelukan tanah suci, harusnya aku nggak perlu mendahulukan punya rumah, punya kendaraan. Berangkat umrohlah yg semestinya dipioritaskan. 
Di titik itu aku mengerti, mengapa semua orang yg pernah berumroh, ingin kembali lagi. Bahkan Kakak Ipar terbaikku, yg berangkat 3 minggu lebih awal dariku. Rela berbagi kebahagiaan ini dengan meng UMROH kan Aku,Istriku dan Ibu Bapak Mertua. Jazakumulloh khayr... Memelukku dengan mata yg basah saat aku berangkat, dia berbisik "doakan kami ya, biar bisa umroh lagi bersama istri" pintanya. Ingat yaa, dia baru belasan hari yg lalu kembali dari tanah suci, tapi dia udah rindu, sekarang aku mengerti. Dan kenikmatan beribadah disana juga yg menjadi alasan, sehingga hampir seluruh jamaah memilih berlama-lama dalam masjid. Karena cintanya kepada Rosululloh SAW. 
 Larut dalam sujud-sujud yg panjang dan dalam. Sholat wajib, sholat dhuha, sholat taubat, sholat hajat, sholat tahyatul mesjid, sholat tahajjud, tilawah alquran, sholawat, berdzikir.... Dan air mata mengucur deras saat sujud terakhir di Nabawi, karena saatnya perjalanan berlanjut ke Mekkah. Kulepas Nabawi dengan linangan airmata. Aku masih disana, tapi aku sudah dikuasai rindu tiada tara. Kala itu aku belum tahu, di Mekkah, pengalaman bathin ternyata jauh lebih luar biasa. (In sya Allah lain waktu ingin menulis pengalaman di Mekkah juga). 
Saudaraku seiman, itulah alasan, kenapa semua yg telah berumroh, bersemangat mengajak orang lain untuk berumroh juga. Mari minta pada Allah. Mari memohon pada Allah. Kalo dana sudah ada, berangkatlah. Prioritaskanlah untuk ibadah. Insyaallah kebutuhan yg lain nanti akan dicukupkan oleh Allah. mumpung Allah masih memberi kita umur dan kesehatan. Bersegeralah. Dan jika dirimu berangkat, tolong sebut namaku dalam doamu. 
Semoga Allah ijinkan diri ini,istri dan anak-anakku untuk menjadi tamu-Mu Ya Rabb. Semoga bisa mengulang mereguk kenikmatan yg luar biasa selama ibadah disana. Aamiin Berangkatlah, jangan merasa sayang dgn uang yg dikeluarkan. 
ALLAH akan membalas semuanya dgn balasan yg jauh lebih baik. 
Labaikalluhumma Labaik, labaikala sarikalaka Labaik Innalhahda wannikmata lakawalmulk lasarikala Ya Alloh panggil kami kembali ke Baitulloh bersama saudara2 muslim di seluruh dunia utk.Umroh dan Haji

Read More »
12 December | 0komentar

Penduduk Bumi Yang Terkenal di Penduduk Langit


Pada zaman Baginda Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda fakir. Dia sudah tidak memiliki ayah. Hidup dengan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Dia Pemuda bermata biru, rambutnya merah, bidang dadanya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, wajahnya selalu melihat pada tempat sujudnya dan tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya. Pemuda ini tidak pernah lalai dari membaca al-Quran dan senantiasa menangis. Pakaiannya hanya dua helai saja, sudah terlalu lusuh untuk dipakai sehinggakan tidak ada orang yang menghiraukannya. Dia bernama Uwais Al Qarni.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tidak mempunyai saudara mara kecuali hanya ibunya yang telah tua dan lumpuh. Untuk menyara kehidupan sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk kehidupan harian bersama ibunya. Jika ada uang lebihan, beliau akan membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Walaupun dalam keadaan serba payah, beliau tidak pernah lalai dalam mengerjakan ibadahnya, sedikit pun tidak berkurang.
Dia sangat patuh dan taat kepada ibunya. Ibu dia perlakukan bak seorang ratu. Bahkan ketika kerinduannya pada Nabi Muhammad SAW, mengutarakan keinginan tersebut kepada ibunya, ibunya berpesan agar cepat pulang.Tanpa menunggu kedatangan Rosululloh.
Karena diijinkan oleh ibunya akhir Uwais datang ke Madinah. Sampai di Madinah Uwais tidak dapat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Seketika itu pulalah Uwais langsung pulang. Untuk menepati janjinya kepada ibu.
Bahkan ketika ibunya berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, Uwais pun menyangupinya untuk menunaikan ibadah haji.
Uwais terus berpikir untuk mencari jalan keluar agar ibunya bisa berangkat ke Tanah Suci. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu dan Uwais membuat kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Banyak orang yang menganggap aneh tindakan Uwais tersebut. 
Setelah 8 bulan berat Lembu Uwais telah mencapai 100 kg lebih. Saat tiba musim haji, Uwais merasa otot-ototnya sudah kuat dan siap mengangkat beban berat. Dia pun menggendong sang Ibu dari Yaman ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. 
Di tanah suci, Uwais al Qarni dengan tegap menggendong ibunya wukuf di Arafah dan Thowaaf di Kakbah. Di depan Kakbah air mata sang Ibu tumpah.
Beliau tidak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit. Pemuda ini, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul.
Sumber : Dari berbagai Sumber

Read More »
05 June | 0komentar

Pasca Ramadhan; Istiqomah dengan Amaliah Ramadhan

Al Aqso

Setelah bulan Ramadhan berlalu yang tadinya syaitan dibelenggu maka Syaitan sudah dilepas lagi. Agar kita dapat selamat maka kita istiqomahkan amalan yang ada. Sebagai orang yang beriman, kita berupaya tetap istiqomah melakukan ama-amal sholeh pasca Ramadhan. Karena pada hakikatnya, kita adalah hamba-hamba Allah dan bukan hamba-hamba Ramadhan. 
Sekalipun Ramadhan telah pergi meningalkan kita, tetapi Allah SWT akan tetap terus ada dan tidak akan pergi meninggalkan kita, selama kita terus mengingat-Nya dalam segala keadaan. Orang-orang yang sukses dalam menjalankan segala amal sholeh selama bulan Ramadhan, memiliki peluang besar untuk tetap istiqomah menjalankan amal-amal sholeh tersebut pasca Ramadhan. Syaratnya adalah segala amal ibadah yang telah ia lakukan, dilandasi oleh iman dan semata-mata mengaharap ganjaran pahala dari Allah SWT. 
Sikap istiqomah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan horisontal. Secara vertikal, seseorang yang istiqomah akan terus menjaga hubungannya dengan sang Khaliq dan berusaha untuk senantiasa dekat (taqorrub) dengan-Nya. Esensi dari dimensi vertikal ini kemudian diejawantahkan dalam dimensi horisontal dengan terus menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk Allah, baik manusia, hewan, dan alam sekitar. 
  1. Biasakan Amalan-amalan Amaliah Ramadhan 
  2. Tetap tilawah, sholat malam. jika Ramadhan 1 malam juz sehari 
  3. Mencari lingkungan yang baik Hindarkan kemaksiatan 
  4. Berdoa, "Yaa muqallibal quluub tsabbit quluubanaa 'alaa diinik” Artinya, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu”. 
Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mensyariatkan puasa enam hari di bulan Syawwal, yangkeutamannya sangat besar yaitu menjadikan puasa Ramadhan dan puasa enam hari di bulan Syawwal pahalanya seperti puasa setahun penuh, sebagaimana sabda Rasululah Shallallahu’alaihi Wasallam: “Barangsiapa yang berpuasa (di bulan) Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan (puasa sunnah) enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh” (HSR Muslim (no. 1164)). 
Akhirnya, kita berharap kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kekuatan untuk dapat terus melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta diberikan keistiqomahan untuk tetap berada di jalan yang lurus, senantiasa mendapatkan bimbingan dan petunjuk-Nya, yang pada puncaknya kita akan kembali kepada Allah SWT dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin Ya Robbal 'Alamiin.

Read More »
22 May | 0komentar

Bulan Penuh Rahmat itu Telah Meninggalkan Kita

Kultum Tarawih Bersama Remaja

Bulan Ramadhan 1433 H, telah meninggalkan kita dan insya Allah kita akan bertemu lagi 11 bulan yang akan datang jika Allah memberi kita umur yang lebih panjang. Bulan Ramadan yang di dalamnya diwajibkan bagi setiap orang beriman untuk berpuasa memang dihadirkan khusus oleh Allah untuk memberi kesempatan kepada manusia agar melakukan penyucian diri dari semua dosa yang telah dilakukan.
Karena itu, banyak janji Allah baik yang lewat firman-Nya langsung di dalam al Qur’an maupun yang melalui hadits Nabi atas pahala bagi orang yang menjalankan ibadah puasa semata karena imannya kepada Allah dan memohon pahala atas puasanya itu, yakni dihapuskannya dosa-dosa di masa lalu dan dosanya yang akan datang. Siapa yang tidak bahagia jika dosanya telah diampuni oleh Allah. Atau, adakah berita yang lebih menggembirakan dibanding dengan berita tatkala dosa kita diampuni oleh Allah? Niscaya tidak ada. Mengapa bulan itu begitu didambakan? Karena banyaknya rahmat yang diturunkan Allah khusus di bulan itu. 
Begitu mulianya Ramadan, hingga Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda andai saja umatku tahu hikmah yang ada di balik bulan suci Ramadan niscaya umatku meminta bahwa sepanjang tahun itu bulan Ramadan. Di kesempatan lain, karena begitu istimewanya bulan Ramadan, Nabi juga pernah bersabda barang siapa yang senang dengan datangnya bulan suci Ramadan, maka haram jasadnya bagi apai neraka. Bagaimana bulan Ramadan tidak disebut bulan mulia? Sebab, Allah melipatgandakan pahala semua ibadah wajib dengan berpuluh-puluh kali, sedangkan ibadah sunnah diberi pahala sebagaimana ibadah wajib. Tidak hanya itu, di dalam bulan Ramadan Allah juga secara tegas menurunkan sebuah malam yakni ‘lailatul qodar’ yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, kurang lebih 83 tahun 4 bulan. 
Karena itu, jika kita sedang berpuasa dan sedang mengerjakan amal sholeh tepat di malam istimewa itu sama dengan ibadah selama 83 tahun 4 bulan. Padahal, belum tentu usia kita bisa mencapai angka 83 tahun 4 bulan itu. Jika menggunakan ukuran Nabi, usia rata-rata umat Muhammad hanya berkisar antara 60-70 tahun. Jadi sangat pendek. Subhannallah. Karena itu, sungguh rugi bagi orang yang tidak tahu makna yang dikandung di dalam bulan Ramadan, sehingga menganggap Ramadan layaknya bagaikan bulan-bulan lain sepanjang tahun, sehingga tidak cukup amalan yang diperbuat selama Ramadan. Para ulama sufi menjelaskan bahwa manusia lahir dengan keadaan suci. 
Dalam Islam tidak dikenal istilah dosa waris, sebagaimana dipercaya agama lain. Islam mengenal setiap manusia terlahir suci. Karena itu, Allah yang maha Suci hanya mau menerima orang-orang yang suci tanpa dosa tatkala menghadap-Nya. Manusia suci bukan manusia tanpa dosa, melainkan manusia yang punya dosa dan mau bertaubat, sehingga dosanya diampuni oleh Allah swt. Sebab, Allah sendiri telah mendeklarasikan diri sebagai Sang Maha Penerima Taubat. Jadi surga bukan hanya tempat orang tak berdosa, melainkan tempat orang berdosa yang kemudian mau bertaubat sehingga dosanya diampuni.
Allah menyadari benar jika manusia itu makhluk yang amat sangat lemah. Bahkan kata Nabi saja iman manusia itu naik turun. Tatkala imannya sedang naik, dia mudah diajak berbuat amal sholeh. Sebaliknya, tatkala imannya sedang turun, seseorang enggan diajak berbuat amal sholeh. Karena kelemahannya itu, manusia mudah berbuat dosa. Karena itu pula bisa dibayangkan. jika Allah tidak menciptakan sebuah momentum waktu khusus bagi manusia untuk menyucikan diri dari dosa niscaya sebagian besar manusia akan menjadi penghuni neraka. 
Dalam konteks penyucian diri dari dosa tersebut, Allah secara sistematis membuat momentum-momentum waktu secara khusus untuk beribadah. Untuk penyucian diri tiap hari Allah sediakan ibadah sholat wajib lima kali sehari. Karena itu, sholat merupakan ibadah untuk menghindarkan diri dari perbuatan mungkar dan keji dari kurun waktu harian. Jadi sholat merupakan ibadah harian. Sholat juga menjadi pembeda yang sangat jelas apakah seorang itu muslim atau tidak. Dengan menjalankan ibadah secara rutin insya Allah seorang muslim terjaga perilaku dari perbuatan mungkar dan keji. Setiap waktu sholat hakikatnya merupakan momentum penyucian diri, sehingga seorang yang terus menjaga sholatnya niscaya selalu dalam keadaan suci. Selain ibadah harian, Allah juga menciptakan ibadah mingguan, yakni sholat Jum’at. Selang waktu antara Jum’at dan Jum’at berikutnya juga merupakan momentum penyucian diri seorang muslim dari dosa mingguan. Dengan demikian, seorang muslim yang menjaga ibadah sholat Jum’at sejatinya dia juga menjaga penyucian dirinya dari perbuatan dosa mingguan. 
Ramadan adalah ibadah tahunan. Hanya setahun sekali Allah menurunkan waktu untuk beribadah secara khusus, yakni di bulan Ramadan. Logikanya, jika ibadah sholat merupakan momentum penyucian diri tingkat harian, dan ibadah sholat Jum’at tingkat mingguan, maka puasa Ramadan merupakan momentum penyucian diri pada tingkat tahunan. Selama satu tahun tentu banyak perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Karena itu, lewat ibadah puasa Ramadan dosa-dosa itu dihapus sehingga tatkala Allah memanggilnya manusia menghadap dengan keadaan suci. 
Bagi orang yang menghadap dengan keadaan tidak berdosa atau suci, Allah abadikan dengan panggilan khusus sebagaimana di dalam Al Qur’an pada surat Al Fajr empat ayat terakhir, yang artinya: ”hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. Selain ibadah tahunan, Allah juga menyediakan momentum khusus untuk beribadah hanya sekali seumur hidup, yakni ibadah haji. Itu pun bagi yang mampu, baik secara fisik, materi, maaupun ketakwaannya. 
Bagi yang mampu, ibadah haji merupakan ibadah wajib. Ibadah haji tentu sangat berat. Karena itu, tidak berlebihan jika Nabi bersabda bagi orang yang memperoleh haji mabrur tidak ada balasannya selain surga. Dengan demikian, orang yang menjalankan ibadah haji semata karena panggilan Allah maka saat itu pula dia melakukan penyucian diri dari dosa sepanjang umurnya. Subhanallah. 
Kembali ke judul tulisan di atas bahwa kini bulan penuh berkah itu telah pergi dan akan datang kembali 11 bulan lagi. Masa penyucian diri dari kurun waktu sebelas bulan yang lalu telah kita lalui. Karena itu. kita isi lembaran hidup kita selama 11 bulan yang akan datang dengan terus mengerjakan amal sholeh seolah-olah masa kurun waktu 11 bulan yang akan datang hingga datangnya Ramadan 1433 H adalah bulan Ramadan. 
Kita teruskan amalan-amalan seperti sholat berjamaah, sholat malam, berdzikir, bertadarus, berinfaq dan bersodaqoh, bersilaturrahim, dan sebagainya. Sebab, berakhirnya Ramadan tidak berarti berhentinya kita berbuat amal sholeh. Justru kata Nabi tanda-tanda orang yang puasanya diterima Allah adalah selepas Ramadan justru meningkat amal sholehnya. Sebaliknya, orang yang gagal puasanya adalah orang yang tidak memetik buah dari amalan Ramadan sama sekali. Dengan kata lain, ibadah puasa sepanjang bulan Ramadan tidak memberikan dampak pada perbuatannya pasca-Ramadan. 
Dengan berhasil menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh dengan baik, insya Allah kita telah menjadi pemenang setelah bertarung melawan hawa nafsu kita masing-masing. Sebab, dalam jiwa manusia selalu ada dua macam nafsu, baik dan buruk. Kedua nafsu tersebut selalu bertarung, dan masing-masing tentu ingin menjadi pemenang. Jika pemenangnya nafsu yang buruk, maka kita enggan berbuat amal sholeh. Sebaliknya, jika yang menang adalah nafsu yang baik, maka kita suka beramal sholeh. 
Selain itu, ibadah puasa merupakan jelajah spiritual yang sungguh berat karena hanya kita sendiri dan Allah saja yang tahu bahwa kita berpuasa atau tidak dan bagaimana kualitas puasa kita masing-masing. Oleh karena itu, panggilan ibadah puasa hanya bagi orang-orang yang beriman saja. Sebab, orang yang tidak beriman pasti tidak sanggup menjalankan ibadah tersebut, sebagaimana diabadikan oleh Allah dalam al Qur’an pada surat al Baqarah ayat 183:
Sumber: https://www.uin-malang.ac.id/ (Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M. Si)

Read More »
15 May | 0komentar