Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Ruang Kolaborasi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Tabel 3.1 Ide Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk Murid

KSE yang dikembangkan Bentuk Implementasi Skenario Penerapan
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran( apayang dilakukan dan dikatakan guru) Deskripsi tambahan: siapa yang terlibat, dimana, waktu dan durasi, dan kebutuhan/perlengkapan
Kesadaran Diri 1. Berdoa Guru meminta murid untuk memimpin berdoa “Sebelum pelajaran dimulai silahkan Ketua kelas untuk memimpin berdoa” Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat pembelajaran dari awal sampai akhir 1 menit.
2. Bernafas dengan kesadaran penuh Guru meminta murid utk berhenti melakukan kegiatan apaun dan menarik nafad dalam2 dan kemudian melepaskan perlahan sebanyak 3x “Marilah anak2 kita menarik nafas dalam2 kita focus pada pikiran kita apay g kita rasakan Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat pembelajaran dari awal sampai akhir, pada saat pembelajaran kurang lebih 4 menit.
Manajemen Diri 1. Berorganisasi, Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif Guru Meminta murid utk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (KBM) Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas, Instruktur pada saat kegiatan inti pembelajaran waktu sesuai dengan kegiatan KBM
2. Refleksi diri Guru melakukan refleksi/ menyimpulkan terhadap pembelajaran yang dilakukan. “Mari kita membuat kesimpulan Bersama dari kegiatan KBM dan diharapkan untuk semua siswa dapat merefleksikan diri dalam setiap kegiatan seperti mengelola emosi, focus Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas, waktu 10 menit
Kesadaran Sosial 1. Menghargai pendapat orang lain Guru meminta murid untuk saling menghargai pendapat atau ide2 dalam diskusi. “Mari kita menghargai pendapat/ide orang lain dalam setiap kegiatan diskusi" Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran
2. Menunjukan kepedulian pada orang lain Guru meminta siswa untuk berempati terhadap orang lain “Marilah kita sebagai mahluk social utk selalu peduli dengan rekan kita dan lingkungan” Yang terlibat murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran waktu setiap saat.
Keterampilan Relasi 1. Menerapkan 5S (senyum,salam,sapa, sopan dan santun) Guru membiasakan kepada siswa untuk menerapkan 5S baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Yang terlibat adalah semua ekosistem sekolah waktu fleksibel. Perlengkapan Poster budaya positif
2. Pembelajaran kolaboratif yg berdiferensiasi Guru membuat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa Yang terlibat adalah guru siswa tempat dilingkungan sekolah
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab 1.Strategi sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggungjawab dengan strategi kerangka POOCH (Problem,Option,Outcome,Chois) Menyadari bahwa berpikir kritis sangat berguna baik didalam maupun diluar kelas Guru membimbing mmengarahkan dan membantu kemampuan mengambilkan keputusan yang bertanggungjawab Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran
2. Pendekatan personal Jika ada siswa yang melanggar keyakinan kelas guru memanggil siswa tersebut utk kelas melakukan pendekatan personal sesuai dengan segitiga restitusi “Cob akita pahami dan kita terapkan tentang keyakinan kelas yang telah disepakati” Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatandilingkungan. Poster keyakinan

Tabel 3.2 Ide Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional untuk Rekan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah
 
Bentuk (Menjadi Teladan, Belajar atau Berkolaborasi) KSE yang akan dikembangkan Skenario Penerapan
Deskripsi Kegiatan Penguatan Deskripsi tambahan: siapa yang terlibat, di mana, waktu dan durasi, dan kebutuhan/perlengkapan
Kolaboratif Manajemen diri MGMP Sekolah Guru mapel masing-masing MGMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran awal tahun pelajara Kebutuhan/ Pelengkapan: Silabus/CP, Sumber belajar, Internet, Laptop, ATK.
Menjadi teladan Ketrampilan berelasi Mempraktekan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif, misalnya dalam setiap kepanitiaan Yang terlibat adalah guru, pelaksanaannya di sekolah sebelum dan saat pelaksanaan kegiatan, yang dibutuhkan adalah program kerja, laptop, ATK
Belajar Manajemen diri IHT merancang dan membuat media pembelajaran Yang terlibat adalah guru, pelaksanaannya di sekolah di awal tahun pembelajaran, yang dibutuhkan adalah Nara sumber, Materi,laptop, jaringan internet

Read More »
27 November | 0komentar

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 CGP

 



Pembelajaran Sosial-Emosional


Perasaan kesal, marah, stress dan cemas sebagai seorang pendidik/guru kita tentu pernah atau bahkan sering kita hadapi karena perilaku murid atau mendapat tugas tambahan dari kepala sekolah. Ketika menghadapi situasi tersebut, bagaimana kita menghadapinya ? Siswa yang kita bimbing pun sering menghadapi masalah serupa ; tidak fokus, Jenuh, stress, cemas dan marah ketika berada dalam pembelajaran. Murid-murid juga mengalami situasi yang sama. Dihadapkan dengan berbagai tantangan untuk dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan Tugas yang harus diselesaikan, dengan jumlah mapel yang banyak. Baik tugas-tugas akademik, maupun tugas lain misalkan ekstrakurikuler dan tugas pengurus osis, bahkan mereka juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, hubungan dengan teman sebaya, mencapai kemandirian dan tanggung jawab diri dalam keluarga dan masyarakat, menyiapkan rencana studi dan karir dikehidupan nyata.
Menghadapi berbagai situasi dan tantangan yang kompleks ini, baik pendidik maupun murid membutuhkan berbagai bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengelola kehidupan personal maupun sosialnya. Pembelajaran di sekolah harus dapat mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial dan emosional.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam.dan menyelesaikan masalahDan tentunya untuk mengajarkan menjadi orang yang berkarakter baik.PSE memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia. Pembelajaran sosial-emosional adalah tentang pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaboratif untuk anak dan orang dewasa memperoleh dan menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional


Pembelajaran Sosial-Emosional


Pembelajaran sosial dan emosional menurut kerangka CASEL bertujuan untuk mengembangkan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE), di antaranya adalah:
  1. Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
  2.  Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Bagaimana Penerapan PSE di sekolah dan kelas ? PSE dapat dilaksankan di sekolah dengan cara :
1. Rutin ( diluar waktu belajar sekolah )
2. Terintegrasi dalam pembelajaran
3. Protokol ( sesuai dengan budaya atau aturan sekolah )
Kompetensi Sosial - Emosional dapat dilaksanakan di kelas dengan teknik STOP. Teknik ini bisa dilaksnakan untuk melatih kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.




Keterkaitan Modul dengan Materi Sebelumnya


Filosofi KHD , Nilai dan Peran Guru Penggerak

Dengan memiliki keterampilan sosial- emosional dalam pembelajran berarti kita sudah mnerapkan filosofi pendiidkan Kihajar dewantara yaitu pendtingnya pembelajaran budi pekerti bagi murid, agar bisa memperoleh kebahagiaan setinggi-tingginya sbagai warga masyarakat. seperti dalam tulisannya : ' “Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.” Dengan KSE guru dapat menuntun murid untuk menuntun segala kodrat alam dan kodrat zaman yang ada pada anak sehingga mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setingii-tingginya sebagai individu dan anggota masayarakat.

Peran dan Nilai Guru Penggerak

Pembelajaran sosial emosional dpat menumbuhkan peran dan nilai guru penggerak dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat kepada murid. Dengan PSE guru dapat mengelola emosinya sehingga proses pembelajaran yang berpusat pada musrid akan berjalan dengan seimbang . Guru dapat mencipatakan 'well being" ekosistem pendidikan di sekolah, sehingga pembelajaran akan menjadi nyaman, sehat dan membahagian bagi murid.

 Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

Guru harus mmapu menggunakan segala kekutan dan potensi yang ada untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Maka dengan PSE guru dapat mengenali dan memahami emosi masing- masing yang sedang dirasakan sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif secara baik sesuai dengan kesadaran diri (self awarness). Bila hal itu tercapai maka murid dengan kesadaran penuh (mindfulness) menerapkan budaya positif tersebut.

Pembelajaran Berdiferensiasi



Pembelajaran Berdiferensiasi Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) murid berkembang, maka aspek akademik merekapun berkembang. Hal ini selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Dukungan di sini bisa berupa kesiapan sosial emosional mereka untuk mengikuti pembelajaran, serta bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar mereka.Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). ke-3 komponen ini disebut dengan kebutuhan belajar murid.


KESIMPULAN



Jika guru menerapka PSE di sekolah maka akan menjadi budaya postif . Budaya postif tersebut diharapkan bisa mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.Dan akhirnya pembelajaran akan dilaksankan sesuai dengan kebutuhan murid ( Pembejaran berdiferensiasi)


SUKSES DAN BAHAGIA



Read More »
20 November | 0komentar

Pedoman Asesmen Permendikbudristek No.21 Tahun 2022 (Standar Penilaian)

Download Pedoman Asesmen

Peserta didik seyogianya menjadi fokus utama dalam pembelajaran dan asesmen. Usaha untuk menjadikan peserta didik menjadi pembelajar yang aktif akan memudahkan usaha untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya karakter dan kompetensi peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran dan asesmen yang berpusat dan berpihak pada peserta didik perlu adanya panduan bagi pendidik pada tingkat satuan pendidikan dalam pengimplementasian Kurikulum Merdeka. 
Standar proses dan standar penilaian digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang efektif dan efisien sehingga mampu untuk mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan kemandirian peserta didik secara optimal. Selanjutnya, pembelajaran dan asesmen juga diarahkan untuk memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Panduan Pembelajaran dan Asesmen (PPA) merupakan dokumen yang berisi prinsip, strategi, dan contoh-contoh yang dapat memandu guru dan satuan pendidikan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dan asesmen. 
Pembelajaran yang dimaksud meliputi aktivitas merumuskan capaian pembelajaran menjadi tujuan pembelajaran dan cara mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Sementara asesmen adalah aktivitas selama proses pembelajaran untuk mencari bukti ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam panduan ini, pembelajaran dan asesmen merupakan satu siklus; di mana asesmen memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, kemudian asesmen digunakan untuk mengecek efektivitas pembelajaran yang berlangsung. 
Oleh karena itu, asesmen yang diutamakan adalah asesmen formatif yang berorientasi pada perkembangan kompetensi peserta didik. Panduan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka ini akan terus disempurnakan berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan dengan proses evaluasi tersebut, Panduan ini juga akan mengalami revisi dan pembaruan secara berkala.


Read More »
19 November | 0komentar

Aksi Nyata PMM

 Perubahan di kelas 

Pelaksanaan mengikuti kegiatan Platform Merdeka mengajar pada minggu ini, genap terlaksana selama 2 minggu dari 6 bulan pelaksanaan. Modul pertama yang dipelajari adalah bertemakan *Pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara. Selama ini proses belajar mengajar yang saya lakukan memberlakukan metoda yang sama untuk semua peserta didik. Menganggap bahwa satu metode yang sama untuk semua siswa. Mempelakari modul tentang Filosofi Pendidikan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, menjadi terbuka pemikiran saya terhadap apa yang seharusnya dilakukan guru dalam kelas.
Menyadari bahwa sebenarnya setiap anak itu memiliki kekhasan masing-masing, setiap anak memiliki kharakteristik yang berbeda-beda, setiap anak memiliki kodrat yang berbeda. Artinya dalam pembelajaran kita harus dapat memahami karakteristik dari masing-masing anak. Hal ini coba saya lakukan di dalam kelas dan hasilnya sangat memuaskan saya, karena tidak terpikiran anak yang yang tadinya diam saja namun setelah diberikan kesempatan untuk menjawab, anak tersebut dengan perasaan senang mengemukakan pendapatnya dengan suara yang cukup keras, walaupun anak tersebut mendapat informasi jawaban dari teman di sebelahnya. 
Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah memberikan apersiasi terhadap jawaban yang diberikan anak tersebut.
Media Komputer


Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Selama menerapkan pembelajaran sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara ada beberapa gagasan yang timbul diantaranya: 1) Menyiapkan program pengembangan dalam memperbaiki model pembelajaran yang digunakan menggunakan Media Pembelajaran Interaktif terkait gaya belajar siswa yang berbeda-beda 2) Mengaplikasi nilai kebudayaan yang dimiliki dalam proses pembelajaran. Nilai kebudayaan yang ada memiliki kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila yang salah satunya adalah “Bergotong Royong” dan nilai kebudayaan yang dipilih adalah “Masohi”. 3) Merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. 4) Menjadi penuntun bagi anak dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang diikuti. 

Media Pembelajaran Interaktif


Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan Best Practice
Pelaksanaan praktik baik di dalam kelas adalah pertama-tama melakukan asesmen diagnosis non kognitif. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang siswa, minat siswa, sarana dan prasarana yang mendukung yang dimiliki siswa. Asesmen ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan diantaranya untuk mengetahui gaya belajar siswa. Contoh pertanyaan pada analisis kebutuhan belajar di bawah ini.

Dari hasil ini maka kita lakukan treamen berkaitan penggunaan media untuk mengakomodasi gaya belajar siswa yaitu bentuk audiovisul, textual dan kinestetik. yaitu menggunakan media blog, Video tutorial dan MPI (Media Pembelajaran Interaktif).
Hal baik yang sudah dilakukan antara lain: 1) Setiap hari melaksanakan apel, mengumandangkan Indonesia Raya dan Asmaul Husna yang Islam dan puji-pujian bagi yang Kristen. 2) Anak-anak melakukan kebersihan pada lingkungan sekolah di waktu pagi dan sore. 3) Pada saat hari besar keagamaan, maka yang akan berperan dalam hal ini panitia adalah anak-anak yang beragama yang lain. 4) Melakukan pembelajaran dengan metode “Tutor Sebaya”  6) Melakukan 3S (senyum, sapa, salam) bagi siapa saja yang dilewati pada saat berada di lingkungan sekolah. Terkait budaya industri 7) Memberlakukan jalur hijau sesuai dengan di industri sebagai jalur untuk pejalan kaki.

Perencanaan, Penerapan dan Pelaksanaan 
Mengacu pada modul 1.1. Filosofi Ki Hajar Dewantar pada kegiatan ini yakni tentang membuat desaian kerangka pembelajaran sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka untuk aksi nyata saya memulai dengan: 1) Perencanaan: untuk prencanaan dimulai dengan membuat desain pembelajaran, sesuai dengan gaya belajar siswa.. Dukungan kepala sekolah terkait pelaksanaan program CGP di sekolah. Selanjutnya dalam pemberian materi saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil refleksi terhadap materi yang diberikan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran juga diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan diskusi dalam hal ini menerapkan Tutor Sebaya yang merupakan perwujudan nilai Profil Pelajaran Pancasila yakni Bergotong Royong. 
Akhir dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan, saya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan refleksi dan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
Salah satu bentuk refleksi yang disampaikan anak dalam bentuk testimoni. “Testimoni Rekan Guru dan Siswa” 1. Guru : Model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dilakukan oleh teman saya dapat memberikan inspirasi kepada saya sendiri untuk merubah model pembelajaran. 2. Siswa : Akhirnya dalam pembelajaran kita dapat bebas menyampaikan pendapat kita dengan baik tanpa harus merasa takut dimarahi. 3) Refleksi: Dari apa yang direncanakan dan dilaksanakan, maka sebenarnya untuk proses pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, 

Read More »
17 November | 0komentar

2.2.a.4.1.a. Eksplorasi Konsep CGP Angkatan 6




Kasus 1.
Pengantar dan Latar Belakang: 
Bapak Eling adalah seorang guru PPKN SMP selama lebih dari 15 tahun. 5 tahun belakangan, ia juga berperan sebagai wakil kepala sekolah bidang kemuridan. Selain mengajar PPKN, perannya sebagai wakil kepala sekolah memberikannya tanggungjawab untuk merancang kebijakan pendisiplinan murid, melakukan supervisi dan sebagai pendamping dalam kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kemuridan. Pada bulan September, kepala sekolah menunjuk Bapak Eling sebagai ketua panitia perayaan ulang tahun sekolah.
Bacalah dan lakukan refleksi setelah membaca :
Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar ulang tahun sekolah untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran PPKN. Sejak pagi, Bapak Eling sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Bapak Eling melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu murid, Diana, Pak Eling mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Bapak Eling spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?” Seisi ruang kelas terkejut. Wajah Diana memerah. Ia tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu.

Kasus diatas sesuai dengan modul 2.2 kita diminta untuk menjawab  pertanyaan berikut:
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas. 
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE kesadaran diri yang berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda.

Jawab :
1. Bapak Eling marah karena merasa tidak dihargai saat salah satu murid tidak melakukan instruksinya atau bisa juga Bapak Eling merasa kewalahan atau ketakutan (cemas) karena tidak bisa menangani kelas. 
2. menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness). Untuk mencapai pemahaman kesadaran diri dan mampu mengenali emosinya, Bapak Eling dapat mempraktikkan kesadaran penuh (mindfulness). Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan kesadaran penuh. STOP yang merupakan akronim dari: Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan. Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan? Seandainya saya menjadi Bapak Eling, saya akan menasehati Diana dengan baik, supaya tidak mengerjakan pelajaran lain di saat pelajaran saya. Saya ingatkan untuk semua murid supaya mempunyai sifat menghargai, menghormati Guru, karena Guru adalah orang tua kedua di sekolah, jadi jangan sampai kecewakan Guru. Atau saya akan bertanya ke Diana dan yang lainnya, bagaimana perasaan Diana kalau Diana menjadi saya (Guru) apakah akan merasa sakit hati atau biasa saja? nah biarlah anak bisa berpikir, supaya ini bisa menjadi pendidikan karakter dan supaya teringat lama di memori.

Kasus 2.

Setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir, Bapak Eling memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Pak Eling untuk mempelajari perubahan proposal acara. Pak Eling perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah. Oleh karena itu, Bapak Eling diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Bapak Eling pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran PPKN keesokan harinya. Paginya, Bapak Eling, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek PPKN sehingga proses pembelajaran sempat tersendat. Pada akhirnya, semua pekerjaan tidak ada yang terselesaikan sampai sehari sebelum hari pengumpulan.

Pertanyaan diskusi: 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas
2. Berdasarkan pemahaman Anda tentang KSE manajemen diri berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda
Jawaban:
1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah Pak Eling kurang dapat membagi manajemen waktu dan membagi beban kerja pada tugas tambahan. Seharusnya sebagai Guru harus lebih memprioritaskan tugas pokok sebagai Guru sebelum mengerjakan Tugas Tambahan di sekolah seperti menjadi Ketua Panitia 17 Agustus di sekolah. Dan seharusnya panitia yang lain juga bisa bekerja dengan baik, bukan semuanya harus dikerjakan oleh Pak Eling selaku ketua panitia.
2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah:
  • Pengelolaan emosi dan fokus, yaitu bapak Eling harus bisa mengelola emosi dan fokus agar dapat terlaksana semua tugas dalam waktu yang bersamaan, menjadi Guru (mengajar) dan juga menjadi ketua Panitia 17 Agustus di sekolah. 
  • Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik, hal ini sangat dibutuhkan oleh pak Eling karena sebagai ketua Panitia harus bisa bekerja sama dengan guru lain supaya pekerjaan menjadi ringan dan pak Eling tidak terlalu banyak bebannya.
3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan 
  •  Sebagai Guru saya akan lebih memprioritaskan bahan ajar untuk mengajar, jadi lebih baik semua administrasi mengajar, bahan ajar kita siapkan pada waktu awal tahun ajaran baru, bahkan sebelum KBM dimulai, kita sudah siap, sehingga bila sewaktu-waktu kita sibuk dengan kegiatan lain, kita sudah mempunyai bahan nya dan tidak mungkin terlewat karena sudah kita persiapkan jauh-jauh sebelunya. 
  • Saya akan membuat jadwal kegiatan harian saya supaya tidak ada yang terlewatkan, sehingga saya akan melakukan checklist terhadap hal-hal yang sudah saya kerjakan 
  • Kerja sama yang baik dengan rekan Guru sesama Panitia, agar melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi sehingga saya selaku Ketua hanya memantau dan mendampingi.

Kasus 3 
Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, Bapak Eling menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak Eling memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Bapak Eling bahwa dia sebenarnya merasakan lelah dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena latihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Bapak Eling menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.
Jawaban:
 1. Situasi yang dialami bapak Eling adalah Pak Eling kecewa terhadap siswa yang merupakan atlet renang tetapi tidak bisa menjunjung sikap bertanggungjawab, konsekuen dan disiplin karena tidak mengumpulkan tugas pada waktunya.
2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah empati terhadap murid atlet tersebut. Bapak Eling harus berlatih untuk bisa berempati terhadap keadaan murid yang merupakan seorang atlet, yang harus berlatih keras untuk dapat menjadi juara dan membawa naik baik sekolah dan daerahnya. Setelah berempati, maka Bapak Eling tetap harus membuat murid tersebut mindfullnes , supaya hidupnya bermakna dengan tetap menjalankan keduanya dengan seimbang dan tidak ada yang dikorbankan, menjadi murid yang baik dan atket yang handal. 
3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan latihan kesadaran penuh (mindfullnes) sehingga murid tersebut dapat mengerjakan kedua tugas sebagai murid dan atlet dengan seimbang. Memberikan nasehat yang berisi motivasi diri yaitu diminta untuk bisa membagi waktu supaya kedua kegiatan bellajar dan latihan dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan menjadi murid yang berprestasi dan atlet yang handal.

Kasus 4 
Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Bapak Eling mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Bapak Eling dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua murid. Bapak Eling tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Bapak Eling sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Bapak Eling mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Bapak Eling mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal. 


Pertanyaan diskusi. 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE keterampilan berelasi berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda. 

Jawaban:
1. Situasi yang dialami bapak Eling Pak Eling merasa kecewa karena harus mengulang proposal acara 17 Agustus, di saat yang bersamaan banyak tugas yang harus Pak Eling selessaikan. Akhirnya karena ada perasaan takut tidak menyelesaikan semua tugas dengan tepat waktu maka Pak Eling langsung menunjuk wakil ketua untuk merevisi proposal kegiatan 17 Agustus. Dan Pak Eling karena kecewa sekali maka menyampaikan kepada wakil ketua bahwa pak Eling tidak berkenan untuk mengganti proposal sesuai dengan permintaan Kepala sekolah. 

2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah Kemampuan Kerja sama dan resolusi konflik, karena ini yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin atau ketua pelaksana kegiatan. Pada saat seorang pemimpin dapat mengendalikan emosi dan sosialnya tinggi maka akan menjadi pemimpin yang baik,yang dapat bekerja sama, mengatur emosi. 

 3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan melakukan preventif dahulu, artinya saya akan fokus dengan hal yang diharapkan kepala sekolah mengenai kegiatan 17 agustus, jadi dalam pembuatan proposal diharapkan benar tidak perlu revisi. Bila memang harus di revisi maka saya akan bekerja sama dengan rekan panitia yang lain untuk membagi tugas, sehingga bukan saya yang membuat dan merevisi proposal, karena kan tiap panitia mempunyai tupoksi masing-masing. Saya akan berusaha keras untuk membagi waktu sebaik mungkin, menjalin kerja sama antar panitia untuk menghindari atau menyelesaikan konflik yang mungkin muncul.

Kasus 5
Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Bapak Eling merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Bapak Eling mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Bapak Eling sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Bapak Eling diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Awalnya Bapak Eling merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun saat ini, dia tidak merasa tertantang lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Bapak Eling terpikir untuk menulis surat pengunduran diri. 

Pertanyaan diskusi. 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE keterampilan berelasi berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda. 
Jawaban:
 1. Situasi yang dialami bapak Eling Bapak Eling mengalami kewalahan atas semua tugas tambahan di sekolah, yang membuat dirinya tidak bisa menjadi guru yang baik karena kualitas mengajarnya makin menurun. Awalnya tugas tambahan itu menambah motivasi buat bapak Eling ternyata justru bomerang untuk Pak Eling, maka beliau memutuskan untuk mengundurkan diri 
 2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah Pengambilan keputusan yang ertanggung jawab. Karena kegalauan bapak Eling yang akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah. Seharusnya bapak Eling mempertimbangkan baik- baik keputusan yang diambil, masalah beban bisa dibicarakan kepada kepala sekolah supaya mencapai tujuan yang paling tepat.

Read More »
15 November | 2komentar

Dasar-Dasar Pendidikan


Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”

1. Arti dan Maksud Pendidikan 
Kata ‘Pendidikan’ dan ‘Pengajaran’ itu seringkali dipakai bersama-sama. Sebenarnya gabungan kedua kata itu dapat mengeruhkan pengertiannya yang asli. Ketahuilah, pembaca yang terhormat, bahwa sebenarnya yang dinamakan ‘pengajaran’ (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Sekarang saya akan menerangkan arti dan maksud pendidikan (opvoeding) pada umumnya. Dengan sengaja saya memakai keterangan ‘pada umumnya’, karena dalam arti khususnya, pendidikan mempunyai beragam jenis pengertian. Bisa dikatakan bahwa tiap-tiap aliran hidup, baik aliran agama maupun aliran kemasyarakatan mempunyai maksud yang berbeda. Tidak hanya maksud dan tujuannya yang berbeda-beda, cara mendidiknya juga tidak sama. Mengenai keadaan yang penting ini, saya kan menerangkan secara lebih luas. Walaupun bermacam-macam maksud, tujuan, cara, bentuk, syarat-syarat dan alat-alat dalam soal pendidikan, pendidikan yang berhubungan dengan aliran-aliran hidup yang beragam itu memiliki dasar-dasar atau garis-garis yang sama. Menurut pengertian umum, berdasarkan apa yang dapat kita saksikan dalam beragam jenis pendidikan itu, pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Maksud Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anakanak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

2. Hanya Tuntunan dalam Hidup 
Pertama kali harus diingat, bahwa pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anakanak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. 
Uraian tersebut akan lebih jelas jika kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat-iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar. 

3. Perlukah Tuntunan Pendidikan itu? 
Meskipun pendidikan itu hanya ‘tuntunan’ saja di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, tetapi perlu juga pendidikan itu berhubungan dengan kodrat keadaan dan keadaannya setiap anak. Andaikata anak tidak baik dasarnya, tentu anak tersebut perlu mendapatkan tuntunan agar semakin baik budi pekertinya. Anak yang dasar jiwanya tidak baik dan juga tidak mendapat tuntunan pendidikan, tentu akan mudah menjadi orang jahat. Anak yang sudah baik dasarnya juga masih memerlukan tuntunan. Tidak saja dengan tuntunan itu ia akan mendapatkan kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, akan tetapi dengan adanya tuntunan itu ia dapat terlepas dari segala macam pengaruh jahat. 
Tidak sedikit anak-anak yang baik dasarnya, tetapi karena pengaruh-pengaruh keadaan yang buruk, kemudian menjadi orang-orang jahat. Pengaruh-pengaruh yang dimaksudkan itu ialah pengaruh yang muncul dari beragam jenis keadaan anak. Anak yang satu mungkin hidup dalam keluarga yang serba kekurangan, sehingga ditemui beragam jenis kesukaran yang menghambat kecerdasan budi anak. Bisa juga dalam keluarga itu tidak ditemui kemiskinan keduniawian, akan tetapi amat kekurangan budi luhur atau kesucian, sehingga anak-anak mudah terkena pengaruh-pengaruh yang jahat. Menurut ilmu pendidikan, hubungan antara dasar dan keadaan itu terdapat adanya ‘konvergensi’. Artinya, keduanya saling mempengaruhi, hingga garis dasar dan garis keadaan itu selalu tarik-menarik dan akhirnya menjadi satu. 
Mengenai perlu tidaknya tuntunan dalam kehidupan manusia, sama artinya dengan soal perlu tidaknya pemeliharaan pada tumbuh-kembangnya tanaman. Misalnya, kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak air, dan mendapatkan sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan. Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam dengan pemeliharaan yang sebaik-baiknya oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya. 
4. Dasar Jiwa Anak dan Kekuasaan Pendidikan 
Yang dimaksud dengan istilah ‘dasar-jiwa’ yaitu keadaan jiwa yang asli menurut kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan di luar diri. Dengan kata lain, keadaan jiwa yang dibawa oleh anak ketika lahir di dunia. Mengenai dasar jiwa yang dimiliki anak-anak itu, terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan soal daya Pertama, yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya. Artinya, si pendidik berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak atau budi seperti yang diinginkan. Teori ini dinamakan teori rasa (lapisan lilin yang masih dapat dicoret-coret oleh si pendidik). Namun, aliran ini merupakan aliran lama yang sekarang hampir tidak diakui kebenarannya di kalangan kaum cendikiawan. Kedua, ialah aliran negatif, yang berpendapat, bahwa anak itu lahir sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya, sehingga pendidikan dari siapapun tidak mungkin dapat mengubah karakter anak. Pendidikan hanya dapat mengawasi dan mengamati supaya pengaruh-pengaruh yang jahat tidak mendekati diri anak. Jadi, aliran negatif menganggap bahwa pendidikan hanya dapat menolak pengaruh-pengaruh dari luar, sedangkan budi pekerti yang tidak nampak ada di dalam jiwa anak tak akan diwujudkan. Ketiga, ialah aliran yang terkenal dengan nama convergentie-theorie. 
Teori ini mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut aliran ini, pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal, bahkan makin suram. 



5. Tabiat yang Dapat dan yang Tidak Dapat Berubah 
Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian. Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, yakni bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. Yang disebut intelligible yang dapat berubah karena pengaruh misalnya kelemahan pikiran, kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan sebagainya. 
Dengan kata lain, keadaan pikiran, serta kecakapan untuk menimbang-nimbang dan kuat-lemahnya kemauan. Bagian yang disebut ‘biologis’ yang tak dapat berubah ialah bagian-bagian jiwa mengenai ‘perasaan’ yang berjenis-jenis di dalam jiwa manusia. Misalnya, rasa takut, ras malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egoisme, rasa sosial, rasa agama, rasa berani, dan sebagainya. Rasa-rasa itu tetap pada di dalam jiwa manusia, mulai anak masih kecil hingga menjadi orang dewasa. Seringkali anak yang penakut, sesudah mendapatkan didikan yang baik akan segera hilang rasa takut tersebut. 
Sebenarnya anak itu bukan berubah menjadi orang yang berwatak pemberani, hanya saja rasa takutnya itu tidak nampak karena sudah mendapatkan kecerdasan pikiran. Akibatnya, anak tersebut mulai pandai menimbang dan memikir sesuatu sehingga dapat memperkuat kemauannya untuk tidak takut. Hal inilah yang dapat menutup rasa takut yang asli dimiliki anak tersebut. Karena ketakutannya itu hanya ‘tertutup’ saja oleh pikirannya, maka anak tersebut terkadang diserang rasa takut dengan tiba-tiba. Keadaan ini terjadi jika pikirannya sedang tak bergerak. Kalau pikirannya tak bergerak seberat saja, maka ia seketika akan takut lagi menurut dasar biologisnya sendiri. 
Demikian pula orang yang bertabiat pemalu, belas-kasihan, bengis, murka, pemarah dan sebagainya, selama ia sempat memikirkan segala keadaannya, maka ia dapat menahan nafsunya yang asli. Namun, jika pikirannya tidak sempat bergerak (dalam keadaan yang tiba-tiba datangnya), tentulah tabiat-tabiatnya yang asli itu akan muncul dengan sendiri. 
6. Perlunya Menguasai Diri dalam Pendidikan Budi Pekerti 
Watak biologis dan tidak dapat lenyap dari jiwa manusia sangat banyak contohnya. Kita juga dapat melihat dalam kehidupan setiap manusia. Misalnya, orang yang karena pendidikannya, keadaan dan pengaruh lainnya, seharunya berbudi dermawan. Namun demikian, jika ia memang mempunyai dasar watak kikir atau pelit, maka ia kan selalu kelihatan kikir, walaupun orang tersebut tahu akan kewajibannya sebagai dermawan terhadap fakir miskin (ini pengaruh pendidikannya yang baik).
Semasa ia tidak sempat berpikir, tentulah tabiat kikir orang tersebut itu akan selalu kelihatan. Setidak-tidaknya kedermawanan orang itu akan berbeda dengan orang yang memang berdasar watak dermawan.  Janganlah pendidik itu berputus asa karena menganggap tabiat-tabiat yang biologis (hidup perasaan) itu tidak dapat dilenyapkan sama sekali. Memang benar kecerdasan intelligible (hidup angan-angan) hanya dapat menutupi tabiat-tabiat perasaan yang tidak baik, akan tetapi harus diingat bahwa dengan menguasai diri (zelfbeheersching) secara tetap dan kuat, ia akan dapat melenyapkan atau mengalahkan tabiat-tabiat biologis yang tidak baik itu. Jadi, kalau kecerdasan budi yang dimiliki orang tersebut sungguh baik, yaitu dapat mengadakan budi pekerti yang baik dan kokoh sehingga dapat mewujudkan kepribadian (persoonlikjkheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan), maka ia akan selalu dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiatnya yang asli dan biologis tadi. 
Oleh karena itu, menguasai diri (zelfbeheersching) merupakan tujuan pendidikan dan maksud keadaban. ‘Beschaving is zelfbeheersching’ (adab itu berarti dapat menguasai diri), demikian menurut pengajaran adat atau etika. Kita sekarang sampai pada pembahasan ‘budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Dalam bahasa asing, disebut sebagai ‘karakter’, yaitu jiwa yang berasas hukum kebatinan. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasardasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia,sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. 
Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui bahwa budi berarti pikiran-perasaan-kemauan, sedangkan pekerti artinya ‘tenaga’. Jadi budi pekerti merupakan sifat jiwa manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga. Dengan adanya budi pekerti, setiap manusia berdiri sebagai manusia, dengan dasardasar yang jahat dan memang dapat dihilangkan, maupun dalam arti neutraliseeren (menutup, mengurangi) tabiat-tabiat jahat yang biologis atau yang tak dapat lenyap sama sekali karena sudah Bersatu dengan jiwa.
Disadur dari Lampiran 1 Modul 1.1. Guru Penggerak

Read More »
12 November | 0komentar