Al-Farabi adalah penerus tradisi intelektual
al-Kindi, tapi dengan kompetensi, kreativitas, kebebasan berpiki. Jika al-Kindi
dipandang sebagai seorang filosof Muslim dalam arti kata yang sebenarnya,
Al-Farabi disepakati sebagai peletak sesungguhnya dasar piramida studi falsafah
dalam Islam yang sejak itu terus dibangun dengan tekun. Ia terkenal dengan
sebutan Guru Kedua dan otoritas terbesar setelah panutannya Aristoteles. Di
kalangan pemikir Latin ia dikenal sebagai Abu Nashr atau Abunaser.
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (872-950) disingkat Al-Farabi
adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan.
Sejak kecil al-Farabi sudah tekun dan rajin
belajar, apalagi dalam mempelajari bahasa, kosa kata, dan tutur bahasa ia telah
cakap dan luar biasa. Penguasaan terhadap bahasa Iran, Turkistan dan
Kurdikistan sangat ia pahami. Malah sebaliknya, bahasa Yunani dan Suryani
sebagai bahasa ilmu pengetahuan pada waktu itu tidak ia kuasai. Ada sebuah
pendapat yang mengatakan bahwa Farabi dapat berbicara dalam tujuh puluh macam
bahasa; tetapi yang dia kuasai dengan aktif hanya empat bahasa; Arab, Persia,
Turki, dan Kurdi.
Selama hidupnya al
Farabi banyak berkarya. Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al-
Farabi dapat ditinjau menjdi 6 bagian:
- Logika
- Ilmu-ilmu
Matematika
- Ilmu
Alam
- Teologi
- Ilmu
Politik dan kenegaraan
- Bunga
rampai (Kutub Munawwa’ah).
Karyanya yang paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota
atau Negara Utama) yang membahas tentang pencapaian kebahagian melalui
kehidupan politik dan hubungan antara rejim yang paling baik menurut pemahaman
Plato dengan hukum Ilahiah Islam.
No comments:
Post a Comment