Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Tahun Pelajaran Baru 2020/2021 Ber-PJJ



Kesibukan Ibu Ida sebut saja demikian sebagai seorang ibu rumah tangga di Pondok Gede,Jakarta bertambah beberapa bulan belakang. Ibu Ida seorang ibu rumah tangga dari 2 orang putra-putri, harus mendampingi tak hanya sang anak, tapi kadang ada juga tetangga-orangtua murid bahkan ada sesama orang tua murid yang satu kelas dengan anaknya sekedar bertanya/menanyakan cara mengerjakan tugas/ soal online yang diberikan oleh Bp/Ibu guru, selama pembelajaran jarak jauh tahun kemarin.  Ini sekelumit cerita orang tua (ibu-ibu) yang tinggal di Jakarta, bukan daerah terpencil susah sinyal semacam Supardi sebut demikian seorang anak yg sekolah didaerah terpencil pedalaman yg susah sinyal.
Anaknya pun bersekolah di sekolah dasar negeri di Jakarta Barat. Tapi nyatanya PJJ tetap menjadi hambatan ketika diterapkan selama berbulan-bulan. Padahal aplikasi yang digunakan untuk pembelajaran juga tergolong umum, seperti Whatsapp, word, dan pdf serta google classroom. Namun nyatanya masih ada orangtua siswa yang tak paham cara mengoperasikannya. “Banyak memang ibu-ibu yang tidak mengerti. Saya bantu sebisa mungkin, karena katanya kalau nanya orang lain suka dicuekin," cerita Ida.
PJJ di sekolah anaknya selama ini mengombinasikan tayangan pendidikan di TVRI dengan pembelajaran daring sederhana. Misalnya untuk absen harian menggunakan foto yang dikirim via Whatsapp. Kemudian soal ujian kenaikan kelas dikirim dengan format pdf, siswa tinggal menyalin, menjawab di buku tulis dan mengirimkan dokumentasinya ke Whatsapp.
Pada tataran siswa di sekolah menengah, penggunaan aplikasi sudah menggunakan google classroom,sebut saja demikian, yang presensinya sudah menggunakan google form. Siswa sudah mandiri tidak terkendala dalam mengerjakan soal/ mempelajari materi yang disampaikan guru akan tetapi masalahnya tetap ada "Kuota data". Dari penuturan beberapan rekan kerja yang memiliki 2 anak bahwa dibutuhkan pulsa 50.000 habis untuk 2 (dua) hari untuk pembelajaran daring pada awal ini.
Ada juga dari golongan ekonomi kebawah.." maaf Pak sy belum mengerjakan tugas karena pulsa habis". Ada siswa yang japri setelah dikonfirmasi kenapa belum mengerjakan soal.


Dari sisi guru, Ibu Era membeberkan macam-macam kendala PJJ selama pandemi kemarin. Yang paling repot adalah jika fasilitas gawai anak berbarengan dengan orangtua. Selanjutnya mengukur kemampuan siswa yang jadi sama rata akibat tidak tatap muka. Belajar atau ujian di rumah tentu bisa disambi atau malah dibantu oleh keluarga, bukan?
“Dari awal sudah sulit, kadang HP dibawa orangtua kerja, anak jadi tidak ikut pembelajaran. Lalu masalah kuota, tidak semua mampu beli," ungkap guru SMK swasta di Jawa Tengah ini.
Sementara untuk mengakali kegagapan orangtua dalam teknologi, Ibu Era punya berinisiatif membuat grup orangtua murid. Semua metode belajar-mengajar ia unggah di sana sehingga para orangtua akan saling membantu jika menemukan kesulitan dalam pembelajaran daring. Tapi jika diminta memilih, Ibu Era lebih suka mengajar langsung dengan tatap muka. Dengan begitu ia bisa memahami karakter siswa dan melakukan pendekatan yang berbeda kepada mereka. Melihat masa pandemi yang belum berakhir sudah seyogyanya dipikirkan solusi terkait masalah diatas. Sinyal yang kurang mendukung, kuota yang membebani.... adakah solusi seperti tahun 80an ada listrik masuk desa, sekarang ada wifi masuk rumah disetiap desa?...hehehe
  • Agaknya sebelum mematenkan wacana PJJ hybrid, Mas Nadiem perlu terlebih dulu membenahi silang sengkarut pembelajaran daring saat ini. Sebab apa yang dimulai tanpa persiapan matang tentu tak akan menjadi hasil yang memuaskan.
Share this article now on :

4 comments:

  1. Masalah yang sama terjadi di sekolahku juga pak

    ReplyDelete
  2. daring dan luring, online dan offfline, dua pilihan yang bisa kita pilih sesuai dengan kedaan sehingga tak menjadi bebas. akses internet dan biaya membeli pulsa adalah masalah yang harus segera ducarikan solusinya.

    ReplyDelete