Setiap tahun ajaran baru tiba, suasana sekolah diwarnai dengan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Bagi banyak siswa, terutama yang baru memasuki jenjang pendidikan baru, MPLS seringkali identik dengan serangkaian kegiatan yang terkadang membingungkan, penuh ketegangan, dan kerap terasa minim makna. Ironisnya, di sisi lain, para guru dan panitia pun disibukkan dengan pencarian rundown dan persiapan teknis, sehingga esensi utama MPLS seringkali menguap begitu saja.
Ketika Rundown Mengalahkan Makna
Salah satu akar masalahnya terletak pada fokus yang terlalu berlebihan pada aspek administratif dan teknis. Panitia MPLS, termasuk para guru, kerap terjebak dalam lingkaran persiapan yang berkutat pada:
Pencarian dan penyesuaian rundown:
Jadwal kegiatan yang padat, bahkan terkadang terlalu padat, seringkali menjadi prioritas utama. Detail menit per menit disusun, namun terkadang lupa untuk menanyakan apakah setiap sesi benar-benar memberikan nilai tambah bagi siswa.
Pengumpulan data dan kelengkapan: Fokus pada pengumpulan formulir, data siswa, dan atribut MPLS lainnya tak jarang menyita waktu dan energi yang seharusnya bisa dialokasikan untuk interaksi yang lebih mendalam.
Kekhawatiran akan penilaian: Adanya standar atau penilaian terhadap pelaksanaan MPLS bisa membuat panitia cenderung mengikuti "aturan main" yang ada daripada berinovasi dan mencari cara agar MPLS benar-benar efektif.
Akibatnya, interaksi yang seharusnya menjadi jembatan perkenalan antara siswa, guru, dan lingkungan sekolah berubah menjadi formalitas yang kaku. Siswa merasa seperti objek yang harus mengikuti aturan, bukan subjek yang aktif dalam proses perkenalan.
Ketegangan Siswa dan Makna yang Menguap
Di sisi siswa, pengalaman MPLS seringkali diwarnai dengan:
Ketegangan dan kecemasan: Bagi siswa baru, memasuki lingkungan yang asing dengan banyak orang baru sudah cukup menegangkan. Ditambah lagi dengan aturan yang ketat, tugas yang membingungkan, atau bahkan perlakuan yang kurang ramah dari senior atau panitia, bisa memperburuk kecemasan mereka.
Ketidakpahaman tujuan:
Banyak siswa yang tidak benar-benar memahami mengapa mereka harus mengikuti serangkaian kegiatan MPLS. Mereka hanya menjalaninya sebagai kewajiban, tanpa menangkap esensi perkenalan dengan budaya sekolah, nilai-nilai, atau bahkan teman-teman baru.
Minimnya ruang interaksi bermakna: Waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan ceramah atau mengikuti arahan satu arah seringkali lebih banyak daripada kesempatan untuk berinteraksi, berdiskusi, atau berkolaborasi dengan teman sebaya.
Pada akhirnya, tujuan mulia dari MPLS, yaitu membantu siswa beradaptasi, mengenal lingkungan, dan membangun ikatan sosial, seringkali menguap begitu saja. Yang tertinggal mungkin hanya kenangan tentang atribut aneh, barisan panjang, atau beberapa momen lucu yang tidak benar-benar mewakili proses perkenalan yang utuh.
Mengembalikan Roh MPLS: Lebih dari Sekadar Formalitas
Untuk mengembalikan roh MPLS, dibutuhkan perubahan paradigma dari semua pihak yang terlibat. MPLS harus menjadi pengalaman yang:
Berpusat pada siswa: Rancanglah kegiatan yang menarik, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan siswa. Beri ruang bagi siswa untuk bertanya, berpendapat, dan berinteraksi secara aktif.
Mengedepankan empati dan keramahan:
Ciptakan suasana yang hangat, aman, dan inklusif. Guru dan senior harus menjadi contoh teladan dalam menyambut siswa baru dengan senyum dan bimbingan yang tulus, bukan dengan intimidasi.
Fokus pada pengenalan nilai dan budaya sekolah: Daripada hanya menyampaikan peraturan, kenalkanlah nilai-nilai luhur yang dijunjung sekolah, seperti integritas, disiplin, kerja sama, dan rasa hormat. Libatkan siswa dalam kegiatan yang merefleksikan nilai-nilai tersebut.
Memberi ruang bagi interaksi sosial yang otentik: Fasilitasi kegiatan yang memungkinkan siswa baru untuk mengenal satu sama lain secara alami, membangun pertemanan, dan merasakan kebersamaan.
Meminimalkan formalitas yang tidak perlu:
Evaluasi kembali setiap item dalam rundown. Apakah setiap kegiatan benar-benar memberikan kontribusi positif terhadap tujuan MPLS? Jika tidak, pertimbangkan untuk menghapusnya atau menggantinya dengan yang lebih bermakna.
MPLS seharusnya menjadi momen yang dinanti, bukan ditakuti. Ini adalah kesempatan emas untuk menciptakan kesan pertama yang positif, menanamkan rasa memiliki pada siswa, dan membangun fondasi yang kuat bagi perjalanan pendidikan mereka. Mari kita pastikan bahwa setiap tahun, makna MPLS tidak lagi cuma "numpang lewat", tetapi benar-benar melekat dan berbekas dalam hati setiap siswa baru.
Read More »
09 July | 0komentar