Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Literasi Numerasi. Show all posts
Showing posts with label Literasi Numerasi. Show all posts

Ukir Sejarah Dengan Menulis


"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian," Pramoedya Ananta Toer. Kalimat ini seakan menjadi mantra bagi setiap jiwa yang ingin karyanya dikenang sepanjang masa. Menulis bukan sekadar menuangkan kata-kata di atas kertas, melainkan sebuah tindakan untuk mengabadikan pemikiran, perasaan, dan pengalaman hidup. 
 “Menulislah !, Karena tanpa Menulis Engkau akan Hilang dari Sejarah”. Menulislah! Menjadi seorang penulis, memiliki kesempatan untuk membuat sejarah dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengikuti jejaknya. Dalam dunia ini ada dua jenis kelompok manusia, yakni mereka yang adalah korban sejarah atau pembuat sejarah. Sebagaimana dituliskan oleh P.Ananta Tour diatas. 
 
Niatan awal untuk mengabadikan dengan menulis diblog (www.sarastiana.com) bukan hanya untuk mengukir sejarah seperti yang disamaikan PAT. tetapi lebih agar bermanfaat bagi orang lain yaitu berbagi. Semangat berbagi inilah yang menjadi tajuk dari blog ini. 
Karya lain yang dapat dikenang sebagai mengukir sejarah adalah menerbitkan buku. Menerbitkan buku adalah mewujudkan ide kita agar ada sepanjang masa. Membuat buku dan menerbitkan buku adalah sesuatu yang berbeda. Salah satu hal yang bisa ditinggalkan adalah menulis buku. Yang menjadi masalah adalah bagaimana membuat karya, mengasahnya menjadi sebuah karya yang baik.
Seorang filsuf Prancis yang dikenal sebagai filsuf modern mengatakan membaca buku sama dengan berbicara dengan orang-orang di masa lalu. Menulis buku dan menerbtkan buku adalah dua hal yang berbeda. Karena itu, jauh lebih baik jika seorang penulis bertekun dahulu dalam menulis sampai karyanya berkualitas dan sangat dibutuhkan, maka akibat dari itu adalah menerbitkan buku. 
Hal yang perlu diperhatikan dalam menulis hingga menerbikan buku adalah 4R yaitu: 
1. Renjana (=passion) 
2. Rutin 
3. Review 
4. Ruang 

Renjana 
Renjana adalah sesuatu yang sangat menarik. Mudah dilakukan dan menyenangkan. Karena itu, mulailah dari sesuatu yang dikuasai dengan baik. Cara paling mudah untuk terus menulis adalah merasa sukses untuk melakukan sesuatu. Ibu Farrah memiliki renjana dalam menulis buku anak. Hal tersebut lahir dari kebutuhan dan untuk anak sendiri karena, banyak buku impor, namun sering tidak tepat dengan kondisi sendiri. 

Rutin 
Bukan hanya rutin menulis tapi rutin membaca. Dengan membaca akan otomatis terbingkai untuk menjadi sebuah bahan bacaan. Kosa kata membaca berkaitan dengan kosa kata menulis. Seringlah membaca banyak buku dengan genre masing-masing. Rutin menulis kapanpun dan dimanapun. Penulis hebat selalu menyediakan waktu khusus dan tempat khusus untuk menulis. Sebab, suasana di tempat demikian akan sangat membantu dalam menemukan ide untuk menulis. Saat dalam perjalanan dan tidak bisa menulis, rekamlah peristiwa menggunakan audio recorder untuk membantu merekam tulisan. Lalu, saat mulai menulis gunakanlah rekaman logika, emosi, dan pancaindera. 

Review 
Setelah memiliki kumpulan ide dan tulisan, buatlah review. Sebelum di-review, saat masih dalam model draf tulislah apa adanya. Tak usah mempertimbangkan siapa tokoh, waktu, detail tempat, dan sebagainya. Saat di-review baru dibuat detail semuanya. Misalnya, melihat siapa pasar dari buku yang akan diterbitkan. Siapa audiens dari buku ini. 

Ruang bagi pembaca 
Saat melakukan review berikan ruang bagi pembaca. Artinya, berikan kesempatan bagi pembaca untuk memberikan feedback positif saja, tetapi juga apa yang pembaca merasa sulit untuk mengerti. Misalnya, saat buat buku anak-anak minta anak-anak untuk membaca dulu dan berikan masukan. Bisa juga bagikan di medsos, meminta kolega dan keluarga untuk membaca bukunya. Itu hqal yang baik untuk memberikan motivasi tersendiri dan masukan yang berarti.

Read More »
21 November | 0komentar

Gaya Belajar Generasi Z

Generasi Z kerap disebut sebagai generasi internet yang lahir pada rentang tahun 1997-2012, dimana generasi ini lahir pada zaman teknologi dan informasi yang sudah berkembang dan modern, perkembangan teknologi digital berupa smartphone canggih yang dapat memudahkan masyarakat dalam memperoleh berbagai macam informasi melalui internet dengan mudah dan cepat. Di dalam dunia Pendidikan telah menerapkan pembelajaran berbasis digital dengan memadukan konten pembelajaran berupa suara dan visualisasi gambar yang disajikan oleh guru dan dapat diakses melalui website oleh peserta didik, dengan adanya perubahan cara belajar tentu memengaruhi gaya belajar seorang peserta didik. 
Pada hakikatnya gaya belajar setiap individu tentu berbeda dengan yang dimiliki oleh individu lain. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar yang ideal khususnya untuk generasi Z yang berdampingan dengan pembelajaran berbasis media digital. Berdasarkan penelitian oleh data yang sudah ada dengan merujuk kepada satu sumber artikel, Gaya belajar yang dianggap ideal pada zaman serba digital adalah gaya belajar audio visual dimana perpaduan antara suara dengan visualisasi gambar seperti simulasi video yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami suatu konten materi dalam pembelajaran.
Cara tercepat dan optimal bagi setiap individu dalam menerima, menyerap, mengatur, dan memproses informasi yang diterimanya disebut sebagai gaya belajar. De Porter dan Hernacki mengklasifikasikan gaya belajar secara umum menjadi tiga kelompok, yakni gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Gaya belajar ini memiliki peran yang signifikan dalam konteks pendidikan, khususnya dalam dinamika proses kegiatan belajar mengajar. 
Menurut Barbara Prashnig, kesesuaian gaya belajar siswa dengan cara mereka belajar dapat membawa dampak positif, termasuk peningkatan prestasi belajar. Beliau juga menyoroti peran penting guru dalam memengaruhi kesuksesan siswa dalam proses belajar. Gaya belajar menjadi elemen kritis yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa karena menjadi kunci bagi keberhasilan pembelajaran siswa. Penting bagi guru untuk memahami variasi gaya belajar yang dimiliki setiap siswa guna memungkinkan siswa belajar secara aktif dan efisien. 
Kesuksesan seorang guru dapat diukur dari kemampuannya memahami kebutuhan individu siswa, termasuk pemahaman akan gaya belajar mereka. Oleh karena itu, guru perlu mengidentifikasi gaya belajar khusus yang dimiliki siswa yang diajarkan, guna mengetahui preferensi belajar mereka. Dengan pemahaman akan kecenderungan gaya belajar siswa, seorang guru dapat merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan menghasilkan pencapaian hasil belajar yang lebih optimal.

Read More »
24 August | 0komentar

Penguatan Literasi dan Numerasi

Rendahnya tingkat kemampuan literasi dan numerasi Indonesia memang sangat mengkhawatirkan. Survei PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2015 dan 2018 lalu menunjukkan kemampuan literasi dan numerasi siswa Sekolah Menengah usia 15 tahun di Indonesia berada di peringkat yang memprihatinkan. 
Dari survei tahun 2015, kompetensi literasi siswa Indonesia berada di peringkat 63 dari 69 negara yang disurvei (OECD, 2016). Sementara, survei tahun 2018 menunjukkan kemampuan literasi siswa Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara yang disurvei, kemampuan numerasi berada di peringkat 72 dari 78 negara, sedangkan kemampuan sains berada di peringkat 70 dari 78 negara (OECD, 2019).Dari penelitian Miller ini juga ditemukan bahwa lamanya siswa menuntaskan masa wajib belajar ternyata tidak berhubungan erat dengan nilai akhir mereka. Diasumsikan bahwa keberhasilan siswa di sekolah tidak berbanding lurus dengan lamanya mereka sekolah. Ada hal lain yang cukup signifikan yang membuat mereka berhasil dalam belajar, yaitu kemampuan literasi. Negara-negara yang dianggap berhasil dalam pendidikan nasional mereka seperti Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia memiliki budaya membaca yang sangat kuat. Budaya membaca yang kuat merupakan salah satu strategi terbaik dalam pengembangan kemampuan literasi
Secara umum, pemahaman literasi dan numerasi di sekolah kita masih sangat dasar, yaitu kemampuan membaca, menulis, dan berhitung saja. Tidaklah mengherankan jika pembelajaran literasi dan numerasi dalam sistem pendidikan kita masih bertumpu hanya pada pelajaran bahasa dan matematika. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang literasi dan numerasi sendiri masih belum menyeluruh, khususnya di antara para guru sebagai pihak yang semestinya mengajarkan kemampuan tersebut. Masih ada guru yang masih beranggapan bahwa literasi hanya diajarkan dalam pelajaran bahasa, dan numerasi hanya diajarkan dalam pelajaran matematika. Dengan demikian guru-guru mata pelajaran selain bahasa dan matematika memiliki anggapan yang salah bahwa pembelajaran literasi dan numerasi bukan tanggung jawab mereka, dan tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran yang mereka ajar.

Read More »
14 August | 0komentar

Numerasi = Matematika ?

Kemendikbud (2020) mendefinisikan numerasi sebagai kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang sesuai untuk individu sebagai warga yang baik. Kemampuan ini sangat penting untuk menjadi modal bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya. Seseorang disebut memiliki literasi numerasi ketika ia memiliki pengetahuan dan kecakapan untuk mendapat, menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan angka dan simbol matematika dalam pemecahan berbagai masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan. 
Selain itu, ia mampu menganalisis berbagai bentuk informasi untuk mengambil keputusan. Kemampuan numerasi berkaitan dengan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dasar yang dimiliki, prinsip serta proses matematika ke dalam permasalahan dalam kehidupan sehari–hari misalnya memahami masalah yang disajikan dalam tabel atau diagram, perdagangan dan lain–lain
Cakupan numerasi ,tidak hanya dalam mata pelajaran matematika, meskipun matematika dan numerasi berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama(Berhitung/hitungan).  Namun cakupan numerasi sangatlah luas meliputi keterampilan mengaplikasikan konsep,fakta, prosedur dalam situasi nyata dalam kehidupan sehari - hari. Keterampilan numerasi bisa ditemukan pada masalah yang tidak terstruktur dan  memiliki banyak cara penyelesaiannya baik yang berhubungan dengan faktor matematis maupun non matematis. 
Matematika adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang abstrak dan kebenarannya absolut, sedangkan numerasi berhubungan dengan sesuatu yang kontekstual dan konkret yang menawarkan pemecahan terhadap suatu masalah yang rill dalam kehidupan. Untuk diketahui jika pembelajaran matematika yang sudah diimplementasikan dalam kehidupan nyata berarti sudah termasuk pembelajaran numerasi. Namun jika pembelajaran hanya murni dan sebatas konsep abstrak dan bersifat teoritis, maka belum bisa dikatakan pembelajaran numerasi. 

Read More »
11 August | 0komentar

Kemampuan Interpersonal dan Literasi


Manfaat literasi yang paling signifikan dirasakan seseorang ialah dalam kemampuannya berbahasa, bukan hanya dalam hal membaca dan menulis, namun juga dalam mendengar dan berbicara. siswa yang menerapkan kemampuan literasi dalam proses belajarnya dapat memahami materi yang diajarkan secara menyeluruh dan mendalam. Kebiasaan membaca dan menyimak berbagai informasi yang disajikan akan menambah, bahkan memperkaya kosa kata, gaya penulisan atau gaya bicara yang akan berdampak baik bagi kemampuan menulis dan berbicara seseorang. Penulis dan pembicara yang mumpuni adalah pembaca dan pendengar yang kuat. 
Semakin banyak membaca dan menyimak, semakin kaya ide, kosa kata, dan gaya penulisan seseorang, sehingga dapat merangkai kalimat-kalimat yang bermakna kuat baik itu dalam bentuk ceramah yang menginspirasi maupun karya tulis yang berkualitas. Bukan hanya memproduksi ceramah dan karya tulis berkualitas, kemampuan literasi membuat seseorang bersikap kritis terhadap apa yang dibaca dan didengar, maupun terhadap keadaan atau situasi yang dihadapinya atau dunia sekitarnya. Dalam hal ini, seorang yang literat tidak mudah menelan informasi yang diterima mentah- mentah. Ia akan menggunakan nalarnya dalam mencerna informasi tersebut sehingga tidak mudah termakan isu kebohongan atau penipuan. 
Seorang yang literat akan selalu mencari kebenaran sejati dari sumber yang kredibel dan bisa dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara saintifik. Sikap kritis yang dikembangkan melalui literasi ini pun menumbuhkan kebiasaan untuk berani menyampaikan pendapat dengan akurat dan santun, serta menerima pendapat orang, sekalipun pendapat itu berbeda dengan pendapatnya. Tidak hanya berani mengemukakan pendapat, seorang yang literat akan menyampaikan pendapat yang bermakna atau berbobot yang relevan dengan dunia sekitarnya.
Literasi juga mengembangkan kemampuan verbal seseorang sehingga ia mampu memberi respon yang tepat dalam situasi yang berbeda. Dalam hal inilah literasi pun bermanfaat meningkatkan kemampuan interpersonal seseorang dalam berinteraksi atau bekerjasama dengan individu lain atau dalam kelompok. Jika sekolah telah membangun budaya literasi, maka guru dan siswa akan terbiasa mengkonsumsi beraneka ragam bacaan yang akan memberi mereka berbagai manfaat (Thanh, 2018)

Read More »
08 August | 0komentar

Pengembangan Literasi


Seseorang yang literat mampu menggunakan dan mengembangkan bahasa untuk berbagai tujuan dalam berbagai konteks. Kemampuan literasi tingkat lanjut dicapai setelah seseorang mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan watak dalam menggunakan bahasa dengan fasih untuk keperluan belajar atau bekerja dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu literasi melibatkan kegiatan reseptif, seperti membaca, mendengar, menyimak, dan kegiatan ekspresif, seperti menulis, berbicara, dan memproduksi teks dalam berbagai bentuk: cetak, ujaran, visual, maupun digital (Australian Curriculum, Assessment, and Reporting Authority, 2010).
Kemampuan literasi yang banyak dipahami sebagai bagian dari pelajaran bahasa saja ternyata sangat relevan untuk diterapkan dalam pembelajaran mata pelajaran lainnya. Sejatinya, pembelajaran apapun pasti melibatkan penggunaan bahasa dalam prosesnya. Oleh sebab itu literasi sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Manfaat literasi tidak terbatas hanya dalam area membaca dan menulis, tetapi juga akan sangat membantu seorang siswa untuk belajar berbagai mata pelajaran dengan maksimal. Pengembangan kecakapan literasi seharusnya dilakukan setiap waktu di segala mata pelajaran, bukan hanya dalam pelajaran bahasasemata (Thanh, 2018). 
Literasi dapat meningkatkan pemahaman seseorang dalam mengambil intisari dari suatu bacaan sehingga ia mengetahui poin- poin penting dari pelajaran yang diserap. Urgensi pengembangan kemampuan literasi saat ini tidak lepas dari tuntutan global di dunia kerja dan harus mulai diterapkan dalam institusi pendidikan. Kini pengembangan kemampuan multiliterasi dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari konsep berbasis kecerdasan majemuk, berbagai cara belajar, dan seni yang telah terbukti mengembangkan kreativitas murid, pengembangan keterampilan dalam bidang teknologi dan komunikasi, serta memahami perbedaan sosial budaya. 
Pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut dimulai dari kemampuan pemahaman membaca yang tinggi, kemampuan menulis yang baik, keterampilan berbicara, dan keterampilan dalam berbagai media digital. Dalam pandangan ini, multiliterasi merupakan pendekatan belajar yang dikembangkan berdasarkan kesadaran dan pengakuan atas keberagaman dan kompleksitas perspektif budaya murid, serta keragaman gaya belajar yang dimilikinya. Oleh sebab itu, pendidikan multiliterasi diyakini mampu menjembatani siswa untuk belajar dan berkarya pada abad-21 (Nopilda & Kristiawan, 2018, 218). Dari sini kita melihat bahwa kemampuan literasi tidak hanya dikembangkan dalam pelajaran bahasa. Kemampuan literasi dasar memang mulai dikembangkan dalam pelajaran bahasa, namun kemampuan literasi tingkat lanjut perlu dikembangkan dalam segala aspek kehidupan pembelajar, bukan hanya dalam mata pelajaran lain, tapi juga dalam berbagai kegiatan sehari-hari.

Tiga tujuan utama belajar dan mengajar literasi lintas kurikulum 
  • Untuk memperluas dan mendorong penggunaan keterampilan literasi siswa dengan menyediakan beraneka ragam konteks untuk menggunakan dan mempraktekkan keterampilan tersebut. 
  • Untuk mengidentifikasi keterampilan literasi yang dibutuhkan masing-masing mata pelajaran untuk mendukung proses belajar siswa.
  • Untuk meningkatkan pembelajaran mata pelajaran yang bersangkutan serta sikap siswa terhadap pembelajaran mereka

Read More »
08 August | 0komentar

Kemampuan Literasi Yang Perlu Dikembangkan di Sekolah

Secara spesifik literasi bermakna pengetahuan atau kecakapan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Ada banyak jenis literasi yang perlu dikembangkan dalam rangka memiliki kecakapan hidup. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan enam jenis literasi dalam gerakan literasi nasional (gln. kemdikbud.go.id) yang menjadi fokus untuk dikembangkan di sekolah. Keenam jenis literasi tersebut adalah:

1. Literasi Baca Tulis: Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai suatu tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosial.
2. Literasi Numerasi: Pengetahuan dan kecakapan untuk memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; lalu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) untuk mengambil keputusan.
3. Literasi Sains: Pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu yang terkait sains
4. Literasi Digital: Pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Literasi Finansial: Pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan, dan motivasi agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial. Seseorang yang melek finansial akan dapat mengatur dan menggunakan uang dengan bijaksana sehingga terlepas dari kekuatiran dan hutang sehingga memiliki kualitas hidup yang sejahtera di masa depan.
6. Literasi Budaya dan Kewarganegaraan: Pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.
Mengembangkan kemampuan literasi tidak hanya tentang pengetahuan dan keterampilan secara spesifik seperti disebut di atas, tetapi sikap dan watak yang dikembangkan dari kemampuan literasi akan membantu seseorang untuk belajar dengan maksimal dan menggunakan kemampuan literasinya secara luas dalam kehidupan sehari-hari. Jika telah terbiasa menerapkan kemampuan literasi ini dalam rutinitas sehari-hari, maka seseorang akan lebih mudah untuk mengelola hidupnya dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Tanggung jawab ini yang membuat seorang dengan kemampuan literasi yang baik dapat bekerjasama dengan orang lain karena memiliki keterbukaan terhadap beragam ide, pendapat, maupun teks dari beraneka latar belakang budaya.

Read More »
06 August | 0komentar

Perluas Wawasan Dengan Literasi


Terkait dengan literasi dasar sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang yang telah mengenali dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Kemampuan dikembangkan sehingga akan mendapatkan manfaat yang lebih maksimal dalam penerapan sehari-hari. Apakah hanya dengan membaca tanpa memahami lebih dalam tentang apa yang dibaca, apalagi jika tidak dapat mengaitkannya dengan dunia sekitar beserta kebutuhannya? 
Kompetensi literasi yang perlu dikembangkan seseorang dalam kehidupannya adalah kemampuan dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016-2020). Literasi tidak hanya terkait dengan kegiatan membaca dan menulis, tetapi lebih dalam lagi dapat memahami dan memaknai informasi yang diperoleh dan merefleksikan kembali pengetahuan tersebut sehingga dapat berguna untuk memenuhi berbagai kebutuhan dirinya dan dunia sekitarnya. 
Kemampuan dan kecakapan literasi tingkat lanjut mencakup pengetahuan dan kecakapan seseorang dalam mengakses, memahami, dan mengevaluasi informasi, untuk kemudian memaknai informasi tersebut dengan cara mengaitkannya dengan berbagai kebutuhan diri dan dunia sekitarnya. Lalu informasi yang telah diolah itu disampaikan atau diekspresikan dalam berbagai bentuk (lisan maupun tulisan) yang bermanfaat untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan di tengah masyarakat.
Literasi memperluas wawasan dan memperkuat kepribadian seseorang. Kebiasaan membaca sangat berperan memperluas wawasan seseorang karena terbiasa dengan paparan berbagai ide, pemikiran, ilmu, dan sudut pandang. Bukan hanya segi pengetahuan yang bertambah, seseorang akan memiliki pikiran yang terbuka untuk menerima perbedaan. Dengan demikian menumbuhkan toleransi terhadap berbagai perbedaan yang terdapat dalam masyarakat. Seseorang dapat menumbuhkan empatiterhadap sesamanya, dan memandang perbedaan sebagai hal yang normal dan bahkan baik bagi masyarakat.

Read More »
06 August | 0komentar

Membangun Pemahaman Literasi dan Numerasi


Meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi murid-siswa kita tidak cukup hanya dengan program-program pembelajaran terkini. Guru yang memiliki kemampuan literasi dan numerasi tahap lanjut pasti memahami pentingnya tujuan dan manfaat memiliki kemampuan literasi dan numerasi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu mereka akan menerapkan kedua kemampuan tersebut dalam metode pengajarannya.
Guru dapat belajar apa itu literasi, numerasi, literasi dan numerasi serta prinsip pengembangannya di sekolah. Pentingnya memiliki dan mengembangkan kedua kemampuan tersebut baik dalam proses belajar mengajar, maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pemahaman yang benar, diharapkan guru mata pelajaran apapun dapat menerapkan dan mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi, lalu mengajarkannya pada murid-siswa mereka.
Pemahaman tentang cara berpikir yang runtut, sistematis dan logis dapat dikembangkan dengan menggunakan alat bantu berupa bagan kerangka berpikir (graphic organizers). Alat bantu ini dapat digunakan guru bukan hanya dalam proses mengajar di kelas, namun dapat dimulai dari keseharian para guru, sehingga kemampuan literasi dan numerasi menjadi bagian dari gaya hidup guru. 
Dengan memulai dari keseharian mereka, diharapkan kemampuan literasi dan numerasi dapat terbangun dalam pikiran para guru sehingga dapat terintegrasi dalam rencana pembelajaran yang disusun mereka. Kemampuan yang dibangun dari keseharian juga membuat para guru lebih fasih menerapkan kemampuan tersebut. 
Dengan demikian diharapkan dalam proses pembelajaran di kelas dengan sendirinya guru akan membangun kebiasaan literasi dan numerasi dalam proses belajar siswa.Selain alat bantu untuk pengembangan cara berpikir, contoh dan ide bagaimana kemampuan literasi dan numerasi dapat diterapkan dalam rencana dan proses pembelajaran mata pelajaran yang berbeda-beda. Guru diharapkan dapat mengambil contoh dan mengembangkan ide dalam rencana dan proses pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi dalam mata pelajaran mereka.

Workshop Penguatan Literasi-Numerasi



Read More »
06 August | 0komentar