Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query Taksonomi. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query Taksonomi. Sort by date Show all posts

6 Level Taksonomi Marzano

 Upskilling-Reskilling 

Taksonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal yang dikelompokkan atau digolongkan dalam sistematika. Level Taksonomi Marzano yang tertinggi adalah level konsep yang dikembangkan setelah Taksonomi Bloom. 
Taksonomi Bloom diciptakan pertama kali oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956. Taksonomi tersebut mengklasifikasikan tujuan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (penalaran), afektif (penghayatan), dan psikomotor (pengamalan). 
Berdasarkan teori Taksonomi Marzano, proses belajar yang kita lakukan dapat dibedakan atas tiga level. Dihimpun dari buku Perkalian Itu Asyik dan Menyenangkan oleh Soesilowati (2013: 21), berikut adalah  level dalam Taksonomi Marzono:


Mengenali dan mengingat kembali (retrieval): 
Mengingat kembali (retrieval) informasi dalam batas mengidentifikasi sebuah informasi secara umum. Kemampuan yang termasuk dalam tingkat 1 ini adalah kemampuan menentukan akurasi suatu informasi dan menemukan informasi lain yang berkaitan.
Pemahaman: 
Proses pemahaman dalam sistem kognitif berfungsi untuk mengidentikasi atribut atau karakteristik utama dalam pengetahuan. Berdasarkan taksonomi baru dari Marzano, pemahaman melibatkan dua proses yang saling berkaitan: integrasikan dan simbolisasi.
Analisis :
Analisis dalam taksonomi baru dari Marzano melibatkan perluasan pengetahuan yang logis (masuk akal). Analisis yang dimaksud bukan hanya mengidentikasi karakteristik penting dan tidak penting, namun analisis juga mencakup generasi informasi baru yang belum diproses oleh seseorang. Ada lima proses analisis, yaitu: (1) mencocokan, (2) mengklasikasikan, (3) menganalisis kesalahan, (4) menyamaratakan, dan (5) menspesifikasikan
Pemanfaatan Pengetahuan :
Proses pemanfaatan pengetahuan digunakan saat seseorang ingin menyelesaikan tugas tertentu. Contohnya, ketika seorang insinyur ingin menggunakan pengetahuannya tentang prinsip Bernoulli untuk menyelesaikan sebuah masalah mengenai daya angkat dalam desain jenis pesawat baru. Tugas sulit seperti ini adalah tempat di mana pengetahuan dianggap berguna bagi seseorang. Di taksonomi baru dari Marzano, ada empat kategori umum pemanfaatan pengetahuan, yaitu: (1) pengambilan keputusan, (2) penyelesaian masalah, (3) percobaan, dan (4) penyelidikan
Metakognisi: 
Sistem metakognisi berfungsi untuk memantau, mengevaluasi dan mengatur fungsi dari semua jenis pemikiran lainnya. Dalam taksonomi baru dari Marzano, ada empat fungsi dari metakognisi, yaitu: (1) menetapkan tujuan, (2) memantau proses, (3) memantau kejelasan, dan (4) memantau ketepatan.
Sistem Diri :
Sistem diri menentukan apakah seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tugas; sistem diri juga menentukan seberapa besar tenaga yang akan digunakan untuk mengerjakan tugas tersebut. Ada empat jenis dari sistem diri yang berhubungan dengan taksonomi baru dari Marzano, yaitu: (1) memeriksa kepentingan, (2) memeriksa kemanjuran, (3) memeriksa respon emosional, dan (4) memeriksa motivasi secara keseluruhan.

Read More »
27 October | 0komentar

Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Setelah memahami CP, pendidik mulai mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus dipelajari peserta didik dalam suatu fase. Pada tahap ini, pendidik mulai mengolah ide tersebut, menggunakan kata-kata kunci yang telah dikumpulkannya pada tahap sebelumnya, untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dikembangkan ini perlu dicapai peserta didik dalam satu atau lebih jam pelajaran, hingga akhirnya pada penghujung Fase mereka dapat mencapai CP. 
Oleh karena itu, untuk CP dalam satu fase, pendidik perlu mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran. Dalam tahap merumuskan tujuan pembelajaran ini, pendidik belum mengurutkan tujuantujuan tersebut, cukup merancang tujuantujuan belajar yang lebih operasional dan konkret saja terlebih dahulu. Urutan-urutan tujuan pembelajaran akan disusun pada tahap berikutnya. 
Dengan demikian, pendidik dapat melakukan proses pengembangan rencana pembelajaran langkah demi langkah. 
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu: 
1. Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan oleh peserta didik. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan pendidik, antara lain: secara konkret, kemampuan apa yang perlu peserta didik tunjukkan? Tahap berpikir apa yang perlu peserta didik tunjukkan? 
2. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan pendidik, antara lain: hal apa saja yang perlu mereka pelajari dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam CP? Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan peserta didik dapat digunakan sebagai konteks untuk mempelajari konten dalam CP (misalnya, proses pengolahan hasil panen digunakan sebagai konteks untuk belajar tentang persamaan linear di SMA)
Taksonomi Bloom berguna dalam proses perumusan tujuan pembelajaran. Namun demikian, Taksonomi Bloom ini telah direvisi seiring dengan perkembangan hasil-hasil penelitian. Anderson dan Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi berdasarkan Taksonomi Bloom, dan dinilai lebih relevan untuk konteks belajar saat ini. Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini, dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai berikut:



Selain taksonomi di atas, untuk merumuskan tujuan pembelajaran, pendidik juga dapat merujuk pada teori lain yang dikembangkan oleh Tighe dan Wiggins (2005) tentang enam bentuk pemahaman. Sebagaimana yang disampaikan dalam penjelasan tentang CP, pemahaman (understanding) adalah proses berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar menggunakan informasi untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan. 

Read More »
25 October | 1komentar

Alur Pembelajaran Modul Kecerdasan Artifisial dengan Taksonomi SOLO

Alur Pembelajaran Modul Kecerdasan Artifisial dengan Taksonomi SOLO
Penguasaan kecerdasan artifisial (KA) kini menjadi kebutuhan esensial. Namun, bagaimana kita bisa memastikan pembelajaran tentang KA tidak hanya bersifat superfisial, melainkan benar-benar mendalam? Salah satu kerangka yang sangat efektif untuk merancang alur pembelajaran yang progresif adalah Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcome). Taksonomi ini membantu kita mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta didik, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks.
Mari kita bedah alur pembelajaran modul "Pengoperasian, Pengaplikasian, dan Kolaborasi Perangkat Kecerdasan Artifisial" menggunakan pendekatan SOLO Taxonomy:

1. Tahap Pra-Struktural (Pre-Structural): Pengenalan Awal Pada tahap ini, peserta mungkin belum memiliki pemahaman atau hanya memiliki pemahaman yang sangat terbatas tentang materi. Tujuan utamanya adalah membangun fondasi awal. 
  • Materi: Konsep dasar Kecerdasan Artifisial, sejarah singkat, dan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, rekomendasi Netflix, asisten suara). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengenali keberadaan KA. Mendengarkan dan mengidentifikasi contoh-contoh KA. 
  • Aktivitas: Diskusi kelas tentang "Apa yang Anda ketahui tentang AI?" Menonton video pengantar tentang AI. Kuis singkat identifikasi (benar/salah) tentang pernyataan dasar KA. 
  • Tagihan: Daftar contoh KA yang mereka temui sehari-hari. 
  • Moda: Synchronous (tatap muka/virtual) – Ceramah singkat, diskusi.

2. Tahap Uni-Struktural (Uni-Structural): Fokus pada Satu Aspek Peserta mulai memahami satu aspek dari materi, namun belum mampu menghubungkannya dengan konsep lain. 
  • Materi: Pengenalan komponen dasar perangkat keras/lunak yang mendukung KA (misalnya, sensor, kamera, data sederhana). Pengenalan perintah dasar pengoperasian perangkat KA sederhana. 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengidentifikasi satu fungsi spesifik perangkat KA. Mampu mengikuti satu instruksi untuk mengoperasikan. 
  • Aktivitas: Simulasi pengoperasian perangkat KA sederhana (misalnya, mengendalikan robot mini dengan perintah dasar). Mengidentifikasi input dan output dari satu contoh KA. Latihan interaktif: Menarik dan melepas blok kode untuk perintah dasar. 
  • Tagihan: Laporan singkat tentang satu fungsi perangkat KA yang dipelajari. 
  • Moda: Blended – Demonstrasi langsung, tutorial interaktif.

3. Tahap Multi-Struktural (Multi-Structural): Mengidentifikasi Beberapa Aspek Peserta dapat mengidentifikasi beberapa aspek terpisah dari materi, namun belum memahami bagaimana aspek-aspek tersebut saling berkaitan. 
  • Materi: Pengoperasian berbagai fitur perangkat KA yang berbeda. Pemahaman dasar tentang cara mengumpulkan dan menyiapkan data untuk aplikasi sederhana. Konsep aplikasi dasar KA (misalnya, pengenalan gambar sederhana, pengolahan suara dasar). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Menjelaskan beberapa fungsi perangkat KA secara terpisah. Menerapkan beberapa perintah yang berbeda secara sekuensial. Menjelaskan beberapa jenis data yang digunakan KA. 
  • Aktivitas: Eksperimen dengan berbagai fitur perangkat KA (misalnya, robot yang dapat mendeteksi warna DAN suara). Studi kasus singkat tentang aplikasi KA yang berbeda. Latihan pengumpulan data sederhana dan visualisasinya. 
  • Tagihan: Diagram yang menunjukkan beberapa fungsi terpisah dari perangkat KA, atau daftar jenis aplikasi KA yang berbeda. 
  • Moda: Hybrid – Praktikum mandiri, studi kasus kelompok kecil.

4. Tahap Relasional (Relational): Menghubungkan Berbagai Aspek Pada tahap ini, peserta mulai melihat hubungan antara berbagai aspek materi dan bagaimana mereka membentuk sebuah keseluruhan yang kohesif. 
  • Materi: Alur kerja lengkap pengaplikasian KA, dari pengumpulan data, pelatihan model, hingga implementasi dan pengujian. Prinsip dasar kolaborasi dalam proyek KA (misalnya, pembagian peran, penggunaan version control). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Menjelaskan proses end-to-end pengembangan aplikasi KA. Menganalisis bagaimana perubahan pada satu komponen KA memengaruhi komponen lainnya. Merancang strategi kolaborasi untuk proyek KA. 
  • Aktivitas: Proyek kelompok kecil: Mengembangkan aplikasi KA sederhana (misalnya, chatbot dasar, sistem klasifikasi gambar kecil). Diskusi kasus: Mengidentifikasi masalah dalam proyek KA dan solusi kolaboratif. Presentasi tentang arsitektur aplikasi KA. 
  • Tagihan: Prototipe aplikasi KA sederhana yang fungsional, atau rencana proyek kolaborasi KA. 
  • Moda: Synchronous & Asynchronous – Proyek berbasis tim, mentoring, peer review.

5. Tahap Extended Abstract (Extended Abstract): Generalisasi dan Penerapan dalam Konteks Baru Ini adalah tingkat pemahaman tertinggi, di mana peserta mampu menggeneralisasi konsep yang dipelajari dan menerapkannya dalam situasi atau konteks baru yang belum pernah diajarkan sebelumnya. 
  • Materi: Etika KA, bias dalam algoritma, implikasi sosial KA, tren masa depan KA, dan inovasi dalam kolaborasi lintas disiplin. 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengevaluasi dampak etis dan sosial dari aplikasi KA. Merancang solusi KA untuk masalah dunia nyata yang kompleks, mempertimbangkan berbagai faktor. Mengusulkan ide-ide inovatif untuk pemanfaatan KA di luar domain yang diajarkan. Menginisiasi dan memimpin kolaborasi multi-pihak dalam konteks KA. 
  • Aktivitas: Studi kasus mendalam tentang dilema etika KA. Proyek inovasi: Mengidentifikasi masalah kompleks dan merancang solusi KA yang mempertimbangkan etika dan keberlanjutan. Debat terstruktur tentang masa depan KA. Menyajikan proposal proyek KA yang ambisius kepada audiens eksternal. 
  • Tagihan: Proposal proyek inovasi KA yang komprehensif, atau esai kritis tentang dampak etika KA. 
  • Moda: Asynchronous & Synchronous – Penelitian mandiri, lokakarya khusus, presentasi publik.

Dengan mengikuti alur pembelajaran yang terstruktur menggunakan Taksonomi SOLO ini, modul pengoperasian, pengaplikasian, dan kolaborasi perangkat kecerdasan artifisial dapat memastikan bahwa peserta didik tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga mengembangkan pemahaman yang mendalam, kritis, dan mampu berinovasi di bidang kecerdasan artifisial. Pendekatan ini memungkinkan pendidik untuk secara sistematis memandu peserta dari sekadar pengenalan hingga menjadi pemikir dan inovator KA yang ulung.

Read More »
06 July | 0komentar

Memahami Capaian Pembelajaran (CP)


Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD. Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut (fase). Untuk mencapai garis finish, pemerintah membuatnya ke dalam enam etape yang disebut fase. Setiap fase lamanya 1-3 tahun. Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran: 
■ Pembelajaran yang fleksibel. Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu periode (misalnya, ketika pembelajaran di masa pandemi COVID-19) sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep. Ketika harus “menggeser” waktu untuk mengajarkan materi-materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih panjang untuk mengaturnya. 
■ Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik. Fase belajar seorang peserta didik menunjukkan kompetensinya, sementara kelas menunjukkan kelompok (cohort) berdasarkan usianya. Dengan demikian, ada kemungkinan peserta didik berada di kelas III SD, namun belajar materi pelajaran untuk Fase A (yang umumnya untuk kelas I dan II) karena ia belum tuntas mempelajarinya. Hal ini berkaitan dengan mekanisme kenaikan kelas yang disampaikan dalam Bab VII (Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan). 
■ Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif. Satu fase biasanya lintas kelas, misalnya CP Fase D yang berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX. Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu berkolaborasi dengan guru kelas VII untuk mendapatkan informasi tentang sampai mana proses belajar sudah ditempuh peserta didik di kelas VII. Selanjutnya ia juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas IX untuk menyampaikan bahwa rencana pembelajaran kelas VIII akan berakhir di suatu topik atau materi tertentu, sehingga guru kelas IX dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan informasi tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang kekhasan CP sebelum memahami isi dari capaian untuk setiap mata pelajaran. 
• Dalam CP, kompetensi yang ingin dicapai ditulis dalam paragraf yang memadukan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau disposisi untuk belajar. Sementara karakter dan kompetensi umum yang ingin dikembangkan dinyatakan dalam profil pelajar Pancasila secara terpisah. Dengan dirangkaikan sebagai paragraf, ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik menjadi suatu rangkaian yang berkaitan. 
• CP dirancang dengan banyak merujuk kepada teori belajar Konstruktivisme dan pengembangan kurikulum dengan pendekatan “Understanding by Design” (UbD) yang dikembangkan oleh Wiggins & Tighe (2005). Dalam kerangka teori ini, “memahami” merupakan kemampuan yang dibangun melalui proses dan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menjelaskan, menginterpretasi dan mengaplikasikan informasi, menggunakan berbagai perspektif, dan berempati atas suatu fenomena. Dengan demikian, pemahaman bukanlah suatu proses kognitif yang sederhana atau proses berpikir tingkat rendah. 
• Memang apabila merujuk pada Taksonomi Bloom, pemahaman dianggap sebagai proses berpikir tahap yang rendah (C2). Namun demikian, konteks Taksonomi Bloom sebenarnya digunakan untuk perancangan pembelajaran dan asesmen kelas yang lebih operasional, bukan untuk CP yang lebih abstrak dan umum. Taksonomi Bloom lebih sesuai digunakan untuk menurunkan/ menerjemahkan CP ke tujuan pembelajaran yang lebih konkret. 
• Naskah CP terdiri atas rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian per fase. Rasional menjelaskan alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut serta kaitannya dengan profil pelajar Pancasila. Tujuan menjelaskan kemampuan atau kompetensi yang dituju setelah peserta didik mempelajari mata pelajaran tersebut secara keseluruhan. Karakteristik menjelaskan apa yang dipelajari dalam mata pelajaran tersebut, elemen-elemen atau domain (strands) yang membentuk mata pelajaran dan berkembang dari fase ke fase. Capaian per fase disampaikan dalam dua bentuk,yaitu secara keseluruhan dan capaian per fase untuk setiap elemen. Oleh karena itu, penting untuk pendidik mempelajari CP untuk mata pelajarannya secara menyeluruh. Memahami CP adalah langkah pertama yang sangat penting. Setiap pendidik perlu familiar dengan apa yang perlu mereka ajarkan, terlepas dari apakah mereka akan mengembangkan kurikulum, alur tujuan pembelajaran, atau silabusnya sendiri atau tidak. Beberapa contoh pertanyaan reflektif yang dapat digunakan untuk memandu guru dalam memahami CP, antara lain: 
• Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki peserta didik untuk sampai di capaian pembelajaran akhir fase? 
• Kata-kata kunci apa yang penting dalam CP? 
• Apakah ada hal-hal yang sulit saya pahami? 
• Apakah capaian yang ditargetkan sudah biasa saya ajarkan? 

Selain untuk mengenal lebih mendalam mata pelajaran yang diajarkan, memahami CP juga dapat memantik ide-ide pengembangan rancangan pembelajaran. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memantik ide: 
• Bagaimana capaian dalam fase ini akan dicapai anak didik? 
• Materi apa saja yang akan dipelajari dan seberapa luas serta mendalam? 
• Proses belajar seperti apa yang akan ditempuh peserta didik?

Read More »
18 October | 0komentar

Pembuatan Planetorium Bekam Yang Inovasi dan Murah


Pembelajaran Belajar menulis malam ini, 15 April 2020 bersama juara satu Enobel Tahun 2016, Bapak Tri Agus Cahyo Sesuai Tema yg kami ambil "Karya Inovasi & Kualitas Diri". Pada hakikatnya sebuah karya inovasi adalah puncak dari proses belajar seseorang. Sesuai taksonomi Bloom yg telah direvisi oleh Krathwool Ada 6 tahapan berfikir kognitif
1. Mengingat (C1)
2. Memahami (C2)
3. Menerapkan (C3)
4. Menganalis (C4)
5. Mengevaluasi (C5)
6. Menciptakan (C6)
Dalam taksonomi tersebut Karya inovasi adalah sebuah tahapan puncak dari proses berfikir. Jadi ketika kita menginginkan sebuah karya inovasi yang baik, maka kita tidak boleh melewati tahapan2 tersebut. Jangan sampai kita berinovasi tapi:
 1. Tidak tahu ilmunya
2. Tidak paham maksudnya
3. Tidak pernah menggunakan
4. Tidak bisa menganalisis bagian2nya
5. Tidak bisa menilai kelebihan dan kekurangannya Jadi intinya jika anda ingin menciptakan karya inovasi maka anda harus belajar menguasai materi keilmuan dari karya tersebut.
Ketika final lomba Karya Inobel yg dinilai bukan sekedar bagaimana karya tersebut atau karya tulisnya tetapi yg paling penting dan lebih utama adalah bagaimana penciptanya/inovatornya yg akan ditelisik oleh dewan juri melalui presentasi dan tanya-jawab. Nah bagaimana cara kita belajar untuk meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menciptakan sebuah karya inovasi adalah dengan bekerja. Belajar kita lakukan pada saat mengajar.

Cara belajar paling baik adalah dengan mengajar Apa yg membuat bpk tertarik melakukan inovasi pemeblajaran di kelas bpk? Ketika kita berC1 sd C5 ada sebuah ketika puasan. Setelah kita belajar, mengingat, memahaminya, menerapkannya, menganalisisnya, kita pasti mengevaluasinya (kekurangan dan kelebihan) Disitulah rasa ketidakpuasan akan muncul. Dan daya cipta kita sebagai manusia ( kreativitas) akan muncul.

Nah sekarang bagaimana kita memilih bidang yg akan kita buat inovasinya. Kuncinya "APIK" (saya kutip dari Pak Arif Edi)
1. Asli (jangan menjiplak)
2. Perlu (benar2 dibutuhkan)
3. Inovativ
4. Konsisten

Karya inovasi yang Beliau ajukan saat lomba yang mendapatkan juara pada tahun 2016 berjudul "Planetarium Bekam" .Media ini adalah hasil dari ketidak puasan terhadap media konvensional yg selama ini kami gunakan yaitu globe. Bertahun2 menggunakan globe hasilnya selalu biasa-biasa saja. Anak tidak tertarik/kurang termotivasi dan prestasi belajar kurang memuaskan Prestasi kurang lebih disebabkan kurangnya motivasi.
Motivasi rendah lebih disebabkan materi bukan pada zona motivasi (jangkauan anak). Zona motivasi anak itu adalah sesuatu yg menantang namun bisa dikerjakan Jadi jika materi terlalu sulit dan terlalu mudah maka dipastikan anak kurang termotivasi.Ketika menggunakan globe dalam pembelajaran IPA untuk menerangkan materi pergerakan Bumi. Bulan, anak dipaksa berfikir sangat abstrak.Jadi penasaran dengan media ini.

Fungsi media ini adalah mempermudah observasi Ketika anak memperbandingkan globe yg diperagakan dengan lampu senter dan mengakomodasikan dengan kejadian sebenarnya antara Bumi, matahari, dan bulan sangat sulit. Disinilah ketidakpuasan terhadap globe muncul Kita analisis kelebihan dan kekurangan globe dalam menjelaskan materi tersebut

Tidak Harus Mahal
Media tidak harus mahal, media yang digunakan ini menggunakan bahan yang simpel dan dapat diperoleh dimanavsaja. Berikut tabel harga dan bahan yang digunakan untuk membuat Planetorium Bekam:



Kelebihan:
1. Model yg paling sesuai
2. Ada di sekolah
3. Mudah digunakan
4. ...dll Kekurangan:

Tidak bisa menampilkan bagaimana kenampakan langit dari bumi saat diperagakan. Meskipun anak kelas 6 sudah mampu berfikir abstrak namun kemampuan tersebut masih terbatas.
Khusus pada gerak semu atau bukan gerak sebenarnya anak sangat kesulitan untuk menerima konsep tersebut. Semisal Gerak semu harian matahari Kelemahan globe tadi adalah tidak bisa menampilkan bagaimana gerak semu matahari. Sehingga menjadi sulit bagi anak Maka anak akan lemah motivasinya untuk terus belajar Itu kendala yg harus diselesaikan.

Nah dimana saya dapat ide? Untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bisa langsung dijelaskan untuk mengatasi kendalanya. Semua hampir setiap kegiatan saya rekam foto dan video. Ketika kita merekam video dengan kamera action cam misalnya. kita menggunakannya dalam kondisi bergerak, sedangkan obyek yang kita shot tidak bergerak. maka ketika kita memutar videonya, hasilnya benda yang kita shot kelihatan bergerak padahal aslinya tidak bergerak dan kamera merupakan alat optik yang menyerupai kinerja mata, sehingga saya mempunyai ide memasang kamera pada globe sebagai pengganti mata kita.

Ide datang dari ketia ketika Beliau naik wahana cangkir (komedi putar) di Dufan. Perhatikan teko dalam video tersebut Teko kondisi sebenarnya tidak bergerak.Tetapi dalam video bergerak. Itulah yg bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan gerak semu. Teko sebagai matahari sedangkan kamera adalah mata yg ada di bumi. Nah coba tonton video tersebut sambil tiduran berulang2. Dan jadikan HP Bapak/Ibu sebagai kenampakan langit Yang ini belum dijawab ya.Teko akan muncul dari samping kiri ke kanan dan menghilang.
Nah itu mirip dengan gerak semu harian matahari.bagaimana supaya hal tersebut bisa ditampilkan di kelas. Maka kamera yg dipasang harus bisa live menampilkan kenampakan langit. Sehingga kamera dihubungkan ke laptop dan saya hubungkan ke proyektor (LCD) saya sorotkan ke langit2 kelas.
Maka jadilah planetarium bekam. Bekam = Globe berkamera Rancangannya seperti ini Globe dipasangi kamera web cam Cara menggunakan dalam pembelajaran seperti menggunakan globe biasa

Kunci Inovasi
1. Menemukan baru
2. Menyempurnakan yang lama

Read More »
16 April | 4komentar

Pemahaman (understanding); Proses Berpikir Tingkat Tinggi,


Telah diuraikan tentang Taksonomi Bloom pada tulisan terdahulu. Sebagaimana yang disampaikan dalam penjelasan tentang CP, pemahaman (understanding) adalah proses berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar menggunakan informasi untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan. Menurut Tighe dan Wiggins, pemahaman dapat ditunjukkan melalui kombinasi dari enam kemampuan berikut ini:

Penjelasan: Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan, mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan, menjelaskan sebuah teori, dan menggunakan data.
Interpretasi: Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan, atau sebuah hasil karya dari satu media ke media lain
Aplikasi: Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai sesuatu dalam situasi yang nyata atau sebuah simulasi (menyerupai kenyataan).
Perspektif: Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi, melihat gambaran besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.
Empati: Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/atau memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya
Pengenalan diri atau refeksi diri: Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.

Read More »
26 October | 0komentar

Tujuan Pembelajaran ABCD


Salah satu produk Guru yang mutlak ada adalah RPP (Rencana Program Pembelajaran). Dengan RPP ini seorang guru bak seorang sutradara yang menyusun sinopsis pembelajaran mulai dari pembukaan, proses PBM dan penutup. Apa yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semua tertulis pada RPP.Pada kali ini akan dibahas mengenai bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran sebagaimana yang tertuang pada pedoman penyusunan RPP Kurikulum 13. 

Bahwa badan besar RPP ada 3 yaitu:
1. Tujuan Pembelajaran 
2. Kegiatan Pembelajaran 
3. Evaluasi

Sehingga sangat jelas di sini bahwa RPP adalah sebuah dokumen yang dirancang untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran adalah sasaran yang harus tercapai dalam sebuah kegiatan pembelajaranTujuan pembelajaran seyogyanya merujuk kepada KD yang telah ditentukan, tujuan pembelajaran disusun dalam bentuk sebuah narasi yang mengacu kepada Formula ABCD (Adience, Behaviour, Conditioning, Degree) dalam menurut Baker (1971 dalam Sudrajat, 2017) bahwa tujuan pembelajaran yang baik adalah mengandung unsur Adience, Behaviour, Conditioning, Degree,Sundrajat (2017) menjelaskan 

Untuk memudahkan penjabaran dan perumusan tujuan pembelajaran khusus ini dapat dilakukan dengan memilah menjadi empat komponen, yaitu ABCD. Komponen dari Baker tersebut sering digunakan dan diuraikan sebagai berikut. 

1.A=Audience 
Pengertian Audience 
Salah satu unsur pokok dalam perumusan suatu tujuan pembelajaran adalah audience. Secara bahasa, audience berarti pendengar atau peserta. Dalam konteks pembelajaran, yang dimaksud audience adalah peserta didik. Audience merupakan subjek sekaligus objek dalam pembelajaran, sehingga dalam sebuah rumusan tujuan pembelajaran harus memuat unsur audience. Dalam pembelajaran harus dijelaskan siapa siswa yang mengikuti pelajaran itu. Keterangan mengenai kelompok siswa yang akan manjadi kelompok sasaran pembelajaran diusahakan sespesifik mungkin. 

Contohnya kata yang mewakili audience 
Siswa 
Mahasiswa 
Murid 
Peserta didik, dan sebagainya. 

Contoh audience dalam tujuan pembelajaran dalam pembelajaran matematika “Diberikan beberapa contoh barisan geometri, siswa dapat mengidentifikasi pola barisan geometri dengan teliti.”

2. B=Behaviour 
Pengertian behavior 
Behavior adalah perilaku yang diharapkan dilakukan siswa setelah selesai mengikuti proses pembelajaran. Rumusan perilaku ini mencakup dua bagian penting, yaitu kata kerja aktif transitif dan objek. Kata kerja menunjukkan bagaimana siswa mempertunjukkan sesuatu, seperti: menyebutkan, menganalisis, menyusun, dan sebagainya. Objek menunjukkan pada apa yang akan dipertunjukkan itu, misalnya contoh himpunan dan bukan himpunan, kesalahan tanda baca dalam kalimat prinsip induksi matematika, rumus barisan aritmatika, dan sebagainya. 
Komponen perilaku dalam tujuan pembelajaran sangat penting karena tanpa perilaku yang jelas, komponen yang lain menjadi tidak bermakna. 
Contohnya kata yang mewakili behavior Berikut adalah kata yang mewakili behavior yang berupa kata kerja operasional dalam Taksonomi Bloom.

No

Dimensi Proses Kognitif dan Kategori

Kata Kerja Operasinal untuk

Perumusan Indikator/Tujuan

1

Mengingat (C1: Cognitive 1th)

Pengertian: Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang

1.1. Mengenali

mengenali, menyebutkan, menunjukkan, memilih, mengidentifikasi

1.2. Mengingat Kembali

mengungkapkan kembali, menuliskan kembali, menyebutkan kembali

2

Memahami (C2: Cognitive 2th)

Pengertian: Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru

2.1. Menafsirkan

menafsirkan, memparafrasekan, mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, mencontohkan, memberi contoh, mengklassifikasikan, mengkelompok-kelompokkan, mengidentifikasi berdasarkan kategori tertentu, merangkum, meringkas, membuat ikhtisar, menyimpulkan, mengambil kesimpulan, membandingkan, membedakan, menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan, menuliskan

2.2. Mencontohkan

mencontohkan, memberi contoh

2.3. Mengklassifikasikan

mengklassifikasikan, mengkelompok-kelompokkan, mengidentifikasi berdasarkan kategori tertentu,

2.4. Merangkum

merangkum, meringkas, membuat ikhtisar

2.5. Menyimpulan

menyimpulkan, mengambil kesimpulan

2.6. Membandingkan

membandingkan, membedakan

2.7. Menjelaskan

menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan, menuliskan

3

Mengaplikasikan (C3: Cognitive 3th)

Pengertian: Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu

3.1. Mengeksekusi

menghitung, melakukan gerakan, menggerakkan, memperagakan sesuai prosedur/teknik, mengimplementasikan, menerapkan, menggunakan, memodifikasi, menstransfer

3.2. Mengimplementasikan

mengimplementasikan, menerapkan, menggunakan, memodifikasi, menstransfer

4

Menganalisis (C4: Cognitive 4th)

Pengertian: Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan

4.1. Membedakan

membedakan, menganalisis perbedaan, mengorganisasikan, membuat diagram, menunjukkan bukti, menghubungkan, menganalisis kesalahan, menganalisis kelebihan, menunjukkan sudut pandang

4.2. Mengorganisasi

mengorganisasikan, membuat diagram, menunjukkan bukti, menghubungkan

4.3. Mengatribusikan

menganalisis kesalahan, menganalisis kelebihan, menunjukkan sudut pandang

5

Mengevaluasi (C5: Cognitve 5th)

Pengertian: Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar

5.1. Memeriksa

memeriksa, menunjukkan kelebihan, menunjukkan kekurangan, membandingkan, menilai, mengkritik

5.2. Mengkritik

menilai, mengkritik

6

Mencipta (C6: Cognitive 6th)

Pengertian: Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal

6.1. Merumusakan

Merumuskan, merencanakan, merancang, mendisain, memproduksi, membuat

6.2. Merencanakan

merencanakan, merancang, mendisain

6.3. Memproduksi

memproduksi, membuat




Contoh behavior dalam tujuan pembelajaran dalam pembelajaran DPIB
a.Siswa dapat menyebutkan prinsip menggambar 2d 
Keterangan: Kata menyebutkan prinsip menggambar 2d adalah menunjukkan behavior. 

b.Siswa dapat mencontohkan menggambar bidang 2d.
 Keterangan: Kata mencontohkan menggambar bidang 2d adalah menunjukkan behavior. 

3.C=Condition 
Pengertian condition Condition atau kondisi diartikan sebagai suatu keadaan siswa sebelum dan sesudah melakukan aktivitas pembelajaran, serta persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Dalam perumusan tujuan pembelajaran, condition ditulis dalam bentuk kata kerja. Kata kerja yang dimaksud adalah aktivitas yang harus dilakukan siswa agar tercapai suatu perubahan perilaku yang diharapkan. 
Contohnya kata yang mewakili condition 
dengan cara mengamati 
dengan berdiskusi 
dengan menyimak penjelasan guru 
dengan membaca buku sumber 
dengan menggunakan kamus 
dengan menggunakan internet, dan sebagainya. 

Keterangan: Kata melalui pengamatan lingkungan sekitar adalah menunjukkan condition. 

 4.D=Degree 

Pengertian degree Degree adalah batas minimal tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Tingkat degree bergantung pada bobot materi yang akan disajikan serta sejauh mana siswa harus menguasai suatu materi atau menunjukan suatu tingkah laku. 
Contohnya kata yang mewakili degree 
dengan benar 
paling sedikit 4 macam, dan sebagainya. 

Contoh degree dalam tujuan pembelajaran dalam pembelajaran matematika 
a.Setelah mengamati video pembelajaran terkait menggambar 2d, siswa dapat memberi contoh menggambar yang lain minimal 2 contoh. 

Keterangan: Kata minimal 2 contoh adalah menunjukkan degree. 

b.Setelah melakukan percobaan membuka jaring-jaring balok, siswa dapat menemukan rumus luas permukaan balok dengan tepat. Keterangan: Kata dengan tepat adalah menunjukkan degree. 



Read More »
12 December | 0komentar