Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts
Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts

Peran Pendidik Dalan Kebiasaan Berolahraga


Penerapan kebiasaan berolahraga pada peserta didik memerlukan pendekatan yang menyenangkan, sederhana, dan penuh semangat. Beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik untuk menumbuhkembangkan kebiasaan berolahraga antara lain: 
  1. Pendidik perlu berperan aktif dalam kegiatan olahraga untuk menjadi teladan bagi peserta didik
  2. Pendidik dapat melibatkan peserta didik memilih olahraga yang disukai melalui survei minat, sehingga peserta didik akan bersemangat untuk melakukan olahraga secara berkesinambungan. 
  3. Pendidik dapat menjelaskan manfaat olahraga secara ilmiah dan relevan, seperti menjaga berat badan ideal, meningkatkan energi, memperbaiki suasana hati, dan meningkatkan daya konsentrasi. Kaitkan aktivitas fisik dengan pengembangan karakter, seperti disiplin, kerja tim, dan ketekunan. 
  4. Pendidik dapat mengajak peserta didik memulai kegiatan rutin setiap pagi di kelas untuk menggerakkan tubuh atau peregangan singkat atau latihan ringan selama beberapa menit sebelum memulai pelajaran, sehingga tubuh lebih siap dan segar untuk belajar. 
  5. Pendidik dapat menggunakan media sosial satuan pendidikan untuk mengadakan kampanye atau tantangan olahraga, misalnya “Tantangan Lari 5 KM”. Hal ini dapat memotivasi peserta didik untuk terlibat karena ada unsur sosial dan tantangan. Guru dapat mendokumentasikan momen olahraga peserta didik dan menampilkannya di papan pengumuman atau di media sosial satuan pendidikan sebagai bentuk apresiasi dan motivasi. 
  6. Pendidik dapat mengadakan program olahraga di luar satuan pendidikan atau kegiatan alam, seperti hiking, susur sungai, atau mendaki bukit. 
  7. Pendidik dapat mengajak peserta didik untuk membuat catatan kebugaran pribadi atau jurnal olahraga yang berisi aktivitas yang dilakukan, pencapaian, dan perasaan peserta didik setelah berolahraga. Gunakan alat sederhana seperti stopwatch atau pedometer untuk mengukur kemajuan, seperti berapa jauh dapat berlari. 
  8. Bagi peserta didik yang kurang percaya diri dalam olahraga, pendidik dapat memberi pilihan olahraga non-kompetitif seperti yoga atau latihan kekuatan ringan. Pastikan kegiatan olahraga dapat diikuti oleh semua peserta didik, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus. Modifikasi aktivitas atau berikan pilihan olahraga ringan agar semua peserta didik dapat ikut serta. 
  9. Pendidik dapat menetapkan hari tertentu setiap minggu untuk kegiatan olahraga rutin dan beragam, seperti bermain sepakbola, lari estafet, bola basket, voli, bulu tangkis, lari, jalan sehat atau bahkan yoga. 
  10. Pendidik perlu memberikan penghargaan atau apresiasi kepada peserta didik yang rutin berolahraga atau mencapai target tertentu untuk memotivasi peserta didik agar terus berolahraga.

Read More »
12 January | 0komentar

Motivasi Belajar Siswa Identik dengan Motivasi Mengajar Guru


Mengawali minggu pertama di semester genap ini alhamdulillah berjalan dengan lancar. Meskipun banyak ketidakpuasan terkait dengan jadwal dan lain-lain. Minggu pertama pada semester ini telah/sudah bergulir.  ada hal yg mengusik. Sebagai pendidik, sering mengalami masa di mana motivasi mengajar terasa hilang. Ketika masuk kelas, hanya sekadar hadir secara fisik tanpa benar-benar hadir secara utuh. Pikiran melayang kemana-mana, ke tempat lain, hati saya tidak sepenuhnya terlibat, dan energi tidak menyentuh pribadi anak didik di kelas. Sepertinya di kelas hanya menemui wajah-wajah murung, energi belajar yg rendah, dan suasana yg kurang bersemangat.
Akhirnya, Guru malah cenderung menyalahkan mereka: “Anak-anak setelah libur 2 minggu sepertinya kurang ya, mana semangat untuk belajar kembali? sekarang memang malas belajar,” atau bahkan terlintas pikiran bahwa mungkin mereka perlu “dipaksa” seperti lewat Ujian Nasional agar motivasi belajarnya naik. 
Pada sisi lain, bukankah motivasi belajar siswa adalah cerminan dari motivasi mengajar guru? Jadi ketika guru masuk kelas dengn ogah-ogahan, (saya melihat beberapa postingan teman-teman yg memperlihatkan kelas dibiarkan bebas meski jam masuk belajar sudah mulai, atau guru-guru yg masih sibuk menyibukan diri ke hal-hal yg nggak jelas, sedang anak-anak sudah menunggu kehadiranya di kelas) pun energi yg dipancarkan pun lemah, dan hal itu dengan cepat menular kepada anak-anak kita. 

Dimungkinkan masalah sebenarnya bukanlah mereka (anak didik), melainkan diri kita sebagai guru. Guru tidak hadir utuh di kelas, bukan hanya fisik, tetapi juga hati, pikiran, dan energi. Hasil penelitian pun menguatkan kesadaran ini. Sebuah studi psikologi menunjukkan bahwa emosi dan energi seseorang dapat menular kepada orang di sekitarnya, sebuah fenomena yg dikenal sebagai emotional contagion. Ketika guru masuk kelas dengn semangat, percaya diri, dan penuh cinta, energi itu akan memengaruhi anak didik. Sebaliknya, ketika kita masuk dengn energi negatif, anak-anak kitapun akan merasakan hal yg sama. 
Energi kita sebagai pendidik bukan hanya tentang mengajarkan konten materi, tetapi juga tentang mentransfer energi semangat, optimisme, dan kehangatan kepada anak didik kita. Melihat bahwa perjumpaan dengan anak didik kita seharusnya adalah momen yg dirindukan, momen yg kita tunggu-tunggu. Ketika kita benar-benar hadir di kelas (bukan sekadar fisik), tetapi dengan hati & pikiran yg fokus, maka ada keajaiban yg terjadi. Anak-anak mulai merespons, mata mereka berbinar, dan suasana kelas berubah menjadi penuh kehidupan. 
Mereka belajar bukan karena takut hukuman atau ujian, tetapi karena terinspirasi oleh energi yg kita pancarkan. Namun, sebaliknya, ketidakhadiran kita secara utuh di kelas dapat berdampak serius. Ketika anak kita merasa tidak diperhatikan/tidak dihargai keberadaanya, motivasi belajar mereka menurun, dan lingkungan kelas menjadi rawan konflik, bahkan bullying. Tidak hadirnya energi kita sebagai guru dapat menciptakan kekosongan yg diisi oleh dinamika negatif di antara anak didik kita. 
Bukan sekadar menyalahkan siswa atau mencari obat eksternal yg jauh dari obat sebanarnya, atau pembenaran, tetapi melihat ke dalam diri kita sendiri. Sebagai pendidik, kita perlu kembali ke tujuan utama kita: mendidik bukan hanya untuk mengisi otak anak didik kita dengan konten materi, tetapi juga untuk mengisi hati mereka dengan energi positif, keyakinan, dan semangat hidup. 
Refleksi akhir pekan pertama di semester genap ini menjadi pengingat bagi kita semua para guru. Jika kita ingin motivasi belajar anak didik kita meningkat, kita perlu memulainya dari diri sendiri. Hadir utuh di kelas (secara fisik, mental, dan emosional) adalah langkah pertama untuk menciptakan suasana belajar yg penuh semangat & bermakna. Sebab, pada akhirnya, energi kita adalah api yg dapat menyalakan obor semangat/motivasi belajar mereka. Menjadikan pembelajaran menjadikan setiap perjumpaan di kelas sebagai momen untuk mengisi, bukan hanya materi pelajaran, tetapi juga energi kehidupan di dalam diri setiap anak didik kita. 

Dari Grup WA GSM Kab. Purbalingga
#kembalimendidikmanusia#gurumeraki#mulaidarikelasberdampakuntukindonesia #

Read More »
11 January | 0komentar

7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Dalam upaya mempersiapkan generasi yang unggul, inovatif, dan berkarakter kuat, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) memperkenalkan bulan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang dilaksanakan bersamaan dengan nonton bareng Film Judi Online “Kemenangan Sejati” di ruang teater CGV fX Sudirman, Jakarta, Senin (2/12). Program Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dirancang sebagai langkah strategis untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter kuat yang menjadi fondasi kesuksesan bangsa di masa mendatang. Dalam sambutannya, Mendikdasmen Abdul Mu’ti, menekankan pentingnya pembiasaan. 
7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan istirahat cepat, dalam kehidupan mereka sehari-hari. “Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus berusaha mengajak semua pihak untuk terlibat dalam upaya membangun mental dan karakter bangsa yang mulia melalui pembiasaan tersebut,” tutur Mendikdasmen. sumber: Siaran Pers Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor: 615/sipers/A6/XII/2024.
------









Download Panduan Penerapan untuk :

Read More »
09 December | 0komentar

Di Balik Senyum Guru: Tantangan yang Jarang Tersorot dalam Dunia Pendidikan




Tanggal 25 November setiap tahun, di rayakan sebagai Hari Guru. Peringatan ini sebagai bentuk apresiasi atas jasa para guru/pendidik. Senyum ramah dan semangat mereka dalam mengajar seringkali menjadi pemandangan yang menghiasi ruang-ruang kelas. Namun, di balik senyum ceria itu, tersimpan beragam tantangan yang jarang tersorot dan patut kita sadari bersama. 

Beban Kerja yang Menumpuk 
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah beban kerja yang sangat padat. Selain mengajar di kelas, guru juga harus menyusun rencana pembelajaran, memeriksa  tugas siswa, membuat laporan, dan mengikuti berbagai pelatihan. Belum lagi tuntutan administrasi yang semakin kompleks dan seringkali memakan waktu yang cukup banyak. Terdapat 5 aplilasi yang merupakan bagian dari beban administrasi/ dokumen kepegawaian guru. Beban kerja yang berlebihan ini dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental guru, serta mengurangi kualitas waktu yang dapat mereka dedikasikan untuk setiap siswa. 


Keterbatasan Sarana dan Prasarana 
Tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran. Kurangnya buku pelajaran, alat peraga, laboratorium, dan akses internet yang terbatas menjadi kendala bagi guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Kondisi ini semakin terasa di daerah-daerah terpencil, di mana guru harus berkreasi dengan segala keterbatasan yang ada. Perkembangan Teknologi yang Pesat Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat menghadirkan tantangan tersendiri bagi guru. Mereka dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi dengan berbagai platform pembelajaran online, aplikasi pendidikan, dan media sosial. Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, namun tidak semua guru memiliki akses yang sama terhadap pelatihan dan dukungan yang diperlukan. 

Keberagaman Siswa 
Setiap siswa memiliki karakter, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus mampu mengakomodasi keberagaman ini dalam proses pembelajaran. Namun, dengan jumlah siswa yang cukup banyak di setiap kelas, seringkali sulit bagi guru untuk memberikan perhatian yang cukup kepada setiap individu. Disiplin Siswa yang Menurun Perubahan zaman dan pengaruh lingkungan sekitar membuat disiplin siswa menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Perilaku siswa yang kurang menghormati guru dan teman, serta kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan gadget daripada belajar, menjadi masalah yang cukup serius. 

Ancaman kriminalisasi guru menjadi isu yang semakin sering terdengar belakangan ini. Tindakan hukum yang ditujukan kepada guru, seringkali dipicu oleh berbagai faktor, seperti perbedaan persepsi dalam proses pembelajaran, tuntutan akademik yang tinggi, atau bahkan masalah pribadi. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, mengingat peran guru yang sangat penting dalam membentuk generasi muda.

Dampak dari Tantangan Tersebut 
Tantangan-tantangan yang dihadapi guru dapat berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Guru yang kelelahan dan terbebani akan kesulitan memberikan pembelajaran yang efektif. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai dapat menghambat perkembangan potensi siswa. 

Solusi dan Harapan 
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu meningkatkan anggaran pendidikan, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, serta memberikan pelatihan yang berkelanjutan bagi guru. Sekolah juga harus memberikan dukungan yang lebih baik kepada guru, misalnya dengan mengurangi beban administratif dan menyediakan waktu yang cukup bagi guru untuk berkolaborasi. 
Masyarakat pun perlu memberikan apresiasi yang lebih tinggi terhadap profesi guru dan ikut berperan serta dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Di balik senyum mereka, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah berjuang keras untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sudah saatnya kita memberikan perhatian yang lebih serius terhadap tantangan yang mereka hadapi dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan.

Read More »
25 November | 0komentar

Video Tugas CGP Demonrasi Kontekstual MODUL 3.1

Pengambilan Keputusan dalam dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika ketika kedua alternatif adalah hal yang sama-sama benar. Bujukan moral ketika salah satu pilihan adalah sesuatu yang tidak benar/ salah. Mengidentifikasi melihat fakta-fakta yang ada melalui fakta ini kita tentukan jenis sebagai dilema moral atau etika.

Read More »
01 August | 0komentar

Pertemuan Pertama Di Kelas: Warming Up

Siswa Baru Skansika
Bagi Bapak Ibu guru bulan Juli ini adalah sebagai awal melaksanakan kegiatan di dalam kelas. Sebagai seorang guru, pasti merasakan pada saat pertemuan dan kepergian setiap tahunnya. Rela melepas murid yang telah diajar bertahun-tahun dan menerima siswa baru. Pada saat pertemuan pertama di kelas ini merupakan tantangan baru yang harus. Mulai dari menghafal nama peserta didik baru yang cukup banyak, belajar memahami karakter masing-masing peserta didik (asesmen awal) serta membangun hubungan baik antara dengan peserta didik. 
Mengikuti salah satu Grup Wa di Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Kab. Purbalingga terdapat postingan menarik tentang pertemuan pertama di kelas. Pada hari pertama pembelajaran, suasana di kelas dipenuhi dengan semangat dan antusiasme anak-anak kita. Kegiatan hari ini dimulai dengan sesi perkenalan di mana setiap siswa berusaha membangun bonding yang kuat satu sama lain. Mereka saling berbagi cerita, hobi, dan impian, menciptakan ikatan yang lebih erat di antara mereka. 
Setelah itu, para siswa diajak untuk berefleksi mengenai perjalanan pembelajaran mereka selama satu tahun terakhir. Mereka merenungkan pencapaian, tantangan, serta pelajaran berharga yang telah mereka dapatkan. Refleksi ini membantu mereka memahami kekuatan & kelemahan masing-masing, serta mempersiapkan diri untuk tahun ajaran baru dgn lebih baik. 
Dalam suasana yg penuh kehangatan, masing² anak diminta dengan tulus bersedia untuk meminta maaf atas kesalahan yg pernah dilakukan kepada teman-temannya. Hal ini menciptakan atmosfer penuh pengertian & memaafkan, serta memperkuat rasa kebersamaan dan persahabatan di antara mereka. Tidak lupa, setiap siswa juga diberikan kesempatan untuk berterimakasih kepada teman2 yg telah memberikan dukungan, semangat, dan inspirasi selama ini. 
Ucapan terima kasih ini menguatkan ikatan emosional & membangun suasana positif di dalam kelas. Akhirnya, anak² kita bersama-sama merancang harapan untuk kelas impian mereka. Mereka berdiskusi mengenai nilai² yg ingin diterapkan, tujuan yang ingin dicapai, serta cara-cara untuk menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan produktif melalui kesepakatan kelas. 
Dengan semangat & komitmen yang tinggi, mereka bertekad untuk mewujudkan kelas impian di mana setiap individu merasa dihargai, termotivasi, dan mampu berkembang secara optimal. Hari ini bukan hanya sekadar pertemuan pertama, tetapi juga menjadi fondasi yg kuat untuk perjalanan pembelajaran yg lebih bermakna & inspiratif di tahun ajaran baru.

Read More »
28 July | 0komentar

Aksi Nyata Bukan Aksi Abu-abu

Bapak Ibu Guru selamat berakhir pekan, dalam falsafah Jawa, terdapat pepatah yg berbunyi "ilmu iku kelakone kanthi laku" yg bermakna bahwa ilmu didapatkan melalui praktik. Pepatah ini sangat sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang "3 Nga" yaitu Ngerti, Ngrasa, dan Nglakoni. Ngerti berarti memahami suatu konsep atau pengetahuan, Ngrasa adalah kemampuan untuk merasakan / menyadari esensi dari pengetahuan tersebut, dan Nglakoni adalah melakukan atau mempraktikkan apa yg telah dipahami & dirasakan. 
Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan yg efektif tidak hanya berhenti pada tahap menghapal atau memahami teori, tetapi harus dilanjutkan dengan pengalaman nyata yang memberikan pemahaman lebih mendalam & bermakna. Pembelajaran yg baik adalah pembelajaran yg melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. 
Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yg membantu anak didiknya untuk mengalami dan mengaplikasikan pengetahuan yg mereka peroleh. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menjadi solusi bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kita sebagai guru diharapkan tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan secara verbal atau tekstual, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran berbasis pengalaman ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berinovasi. Dengan cara ini, mereka dapat tumbuh menjadi individu yg bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mencapai potensi terbaik mereka. Falsafah "ilmu iku kelakone kanthi laku" mengajarkan kita bahwa ilmu sejati adalah ilmu yang diwujudkan dalam tindakan nyata (aksi nyata bukan aksi ghoib). Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa proses pembelajaran harus melibatkan 3-si (aksi, refleksi, dan aplikasi). 
Melalui pendekatan ini, anak kita tidak hanya menjadi pengetahuan pasif, tetapi juga aktif yang mampu membuat perubahan positif dalam kehidupan mereka & komunitasnya. Mereka menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama. Itulah salah satu puncak kebahagiaan karena menjadi versi terbaik manusia.
Dari : Grup WA GSM Purbalingga

Read More »
28 July | 0komentar

Video Aksi Nyata Modul 1.2

Pada modul tersebut, guru akan diajarkan mengenai seperti apa nilai dan peran dari seorang guru penggerak dalam pembelajaran. Apa saja nilai dan peran guru penggerak modul 1.2?

Read More »
21 July | 0komentar

Asesmen Diagnosis Non Kognitif

Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam (kepmendikbud No.719/P/2020). Dengan terlaksananya asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan banyak hal positif sampai dengan semangat tersendiri bagi para guru, sehingga para guru dapat menyesuaikan dan merancang metode, model dan media pembelajaran yang sesuai kemampuan peserta didik untuk menyampaikan materi capaian pembelajaran.

Read More »
19 July | 0komentar

Pelaksanaan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11

Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah inisiatif pengembangan profesi yang dirancang untuk melatih dan mendampingi pendidik dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan pembelajaran. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mempersiapkan pendidik agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik, aktif, dan proaktif, serta mengembangkan pendidik lainnya untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Selain itu, guru penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen transformasi dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 
Model Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Pada angkatan ke-11, Program Pendidikan Guru Penggerak memperkenalkan empat model utama yang dirancang untuk mendukung tujuan tersebut. Berikut penjelasan mengenai masing-masing model: 

1. Model PGP Reguler
 
Model PGP Reguler: Program ini dirancang untuk guru-guru yang berpartisipasi sebagai calon guru penggerak (CGP) dengan tujuan mempersiapkan mereka menjadi kepala sekolah di masa depan. Proses pembelajaran didampingi oleh fasilitator dan pengajar praktik. 
Berikut adalah model pelaksanaan PGP Reguler: 
Daerah dengan Jaringan Internet Baik: Program ini dilaksanakan di daerah yang memiliki akses internet yang baik dan tidak bermasalah. 
Pelaksanaan Daring dan Luring: Pembelajaran dilakukan secara daring (online) dan luring (offline), termasuk pendampingan individu dan lokakarya. 
Penyelenggaraan UPT: Program ini diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan model swakelola dan bantuan pemerintah. 
Peserta dari Satu Daerah: CGP dan calon pemimpin pendidikan (CPP) yang berpartisipasi berasal dari satu daerah kabupaten atau kota. 

2. Model PGP Rekognisi
 
Model PGP Rekognisi: Program ini dirancang untuk guru-guru yang menjadi fasilitator di kelas reguler sekaligus berperan sebagai calon guru penggerak (CGP) di kelas rekognisi. Proses pembelajaran didampingi oleh fasilitator pemandu. Berikut adalah model pelaksanaan PGP Rekognisi: Daerah dengan Jaringan Internet Baik: Program ini dilaksanakan di daerah yang memiliki akses internet yang baik dan tidak bermasalah. Kriteria Peserta: Diperuntukkan bagi pengajar praktik yang berasal dari guru atau kepala sekolah (baik yang sudah memiliki Nomor Registrasi Kepala Sekolah [NRKS] maupun yang belum) dan memenuhi syarat. Pendampingan oleh Fasilitator: Dalam proses pembelajaran, CGP rekognisi didampingi oleh fasilitator pemandu. Peserta dari Berbagai Daerah: Peserta berasal dari berbagai daerah dan pelaksanaan program menggunakan model swakelola. 

3. Model PGP Dasus
 
Model PGP Dasus: Program ini dirancang untuk guru-guru yang berada di daerah dengan keterbatasan akses internet dan kondisi geografis yang sulit. Berikut adalah model pelaksanaan PGP Dasus: Daerah dengan Jaringan Internet Kurang Baik: Program ini dilaksanakan di daerah yang memiliki jaringan internet kurang baik dan/atau kondisi geografis yang sulit. Pelaksanaan Luring: Pembelajaran dilakukan secara luring (offline) di kabupaten sasaran. Penyelenggaraan UPT: Program ini diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan model swakelola dan bantuan pemerintah. Peserta dari Satu Daerah: CGP yang berpartisipasi berasal dari satu daerah kabupaten yang sama. 

4. PGP Intensif
 
Model PGP Intensif: Program ini dirancang untuk guru-guru yang berada di daerah dengan keterbatasan akses internet dan kondisi keamanan yang kurang kondusif. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan guru-guru tersebut menjadi pemimpin pendidikan di masa depan. 

Berikut adalah model pelaksanaan PGP Intensif: 
  • Daerah dengan Jaringan Internet Kurang Baik: Program ini dilaksanakan di daerah yang memiliki jaringan internet kurang baik. 
  • Daerah dengan Kondisi Keamanan Kurang Kondusif: Program ini juga ditujukan untuk daerah dengan kondisi keamanan yang kurang stabil. 
  • Pelaksanaan Luring: Pembelajaran dilakukan secara luring (offline) di wilayah yang lebih aman. 
  • Peserta dari Berbagai Daerah: CGP yang berpartisipasi berasal dari berbagai kabupaten. 

Waktu Pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 11 secara resmi dimulai pada tanggal 13 Juni 2024 dan akan berlangsung hingga 23 Desember 2024. 

Pelaksanaan program ini mencakup semua model yang telah dirancang untuk memastikan pengembangan profesional guru penggerak secara komprehensif. Berikut adalah rincian waktu pelaksanaan untuk masing-masing model: 
Model PGP Rekognisi 
PGP Rekognisi menyesuaikan dengan tahapan modul yang telah ditetapkan. Jadwal pelaksanaan untuk model ini akan mengikuti jadwal yang telah ditentukan untuk setiap tahap modul. 
Model PGP Dasus dan Intensif 
Pelaksanaan untuk model PGP Dasus (Pengembangan Khusus) dan Intensif akan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Para peserta akan menjalani pelatihan dan pendampingan sesuai dengan ketentuan waktu yang telah dirancang untuk memastikan efektivitas program. 

Rangkaian Kegiatan Pembukaan Program Tanggal: 13 Juni 2024 Semua peserta memulai program dengan orientasi dan perkenalan terhadap kurikulum dan struktur program. Pelaksanaan Modul 13 Juni - 23 Desember 2024 Kegiatan pelatihan, pendampingan, dan kolaborasi profesional berlangsung sesuai dengan tahapan modul yang telah ditetapkan. Setiap modul dirancang untuk memperdalam pemahaman dan keterampilan guru penggerak dalam aspek-aspek kepemimpinan pembelajaran.

Sumber : https://pusatinformasi.lms.guru.kemdikbud.go.id/

Read More »
17 July | 0komentar

Refleksi Setelah Lulus Pendidikan Guru Penggerak


Salah satu program unggulan Kementrian Pendidikan saat ini adalah Pendidikan Guru Penggerak (PGP) sebagai upaya menelorkan Pemimpin Pembelajaran yang berpusat pada murid. Melalui modul-modul yang disajikan, pelaksanaan Program Pendidikan Guru Penggerak mengupayakan guru-guru dapat mengembangkan diri, guru lain dan siswa dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi. Kemudian, memiliki kematangan moral,emosi dan spiritual untuk berprilaku sesuai kode etik. 
Guru penggerak diharapkan dapat merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang berpusat pada murid melalui kolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah, menumbuhkan kepemimpinan murid, upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid serta relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah. (modul 1) 
Sesuai dengan peraturan yang terbaru bahawa Guru Penggerak diharapan mampu menjadi katalis perubahan pendidikan di daerah masing-masing. Guru Penggerak melakukan katalis perubahan melalui menggerakkan komunitas belajar untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya dan menjadi Pengajar Praktik bagi rekan guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah. 
Guru Penggerak diharapkan dapat mendorong peningkatan kepemimpinan murid di sekolah. Peran ini melalui membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, serta menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong Well-Being ekosistem pendidikan di sekolah sehingga dalam menghadapai tantangan dan kemajuan jaman yang semakin ketat dan penuh dengan dinamika perubahan dapat untuk mengadaptasi sesuai dengan filosofi KHD. 
Dalam pendidikan guru penggerak, peserta dilatih dan dididik sesuai dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan filosofi pendidikan Indonesia dengan menyelesaikan tiga paket modul, meliputi: paradigma dan visi guru penggerak, seperti refleksi filosofi pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, nilai-nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak dan membangun budaya positif di sekolah. Modul 2 praktik pembelajaran yang berpihak kepada murid seperti pembelajaran berdiferensiasi. pembelajaran sosial dan emosional, serta coaching. Dan Modul 3 pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah, yaitu pengembilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid. 
Dengan adanya tiga paket modul tadi diharapkan Guru Penggerak tersebut bisa dan mampu mengimplementasikan hasil pelatihan dan Pendidikan, serta adanya kegiatan Lokakarya yang di dalamnya sebagai bentuk saling berbagi sesama teman Guru Penggerak, para Praktik Pengajar dan motivasi yang sangat baik menunjang yang selama ini di jalankan demi perbaikan-perbaikan ke depannya agar lebih baik lagi, untuk di terapkan di sekolahnya. 

Colon Guru penggerak (CGP), atau Pendidikan Guru Penggerak (PGP) membantu dalam menjunjang dan menimplementasikan perubahan-perubahan pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun praktisi pendidik akan adanya perubahan secara perlahan-lahan dan berkesinambungan, demi mempersiapkan anak-anak kita dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin cepat dan tak mudah diprediksi oleh kita semua. Dalam pendidkan guru penggerak kita disiapkan untuk memperkokoh dan memperkuat karakter kita sebagai Pemimpin Pembelajaran agar semua pembelajaran kita berpatokan pada Profil Pelajar Pancasila dan Merdeka Belajar, karena ke depannya yang diharapkan adalah tidak mematok murid untuk berbuat sesuai keinginan semua pihak.

Read More »
16 July | 0komentar

Modul Guru Penggerak Angkatan 11

Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah inisiatif pengembangan profesi yang dirancang untuk melatih dan mendampingi pendidik dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan pembelajaran. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mempersiapkan pendidik agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik, aktif, dan proaktif, serta mengembangkan pendidik lainnya untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. 
Selain itu, guru penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen transformasi dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.


Modul 1 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 1.1 Refleksi Filosifis Pendidikan Nasional Kihajar Dewantara  (UNDUH)
  • Modul 1.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak (UNDUH)
  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak  (UNDUH)
  • Modul 1.4 Budaya Positif (UNDUH)


Modul 2 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid (UNDUH)
  • Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (UNDUH)
  • Modul 2.3 Coaching (UNDUH)


Modul 3 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 3.1.  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin - Final (UNDUH)
  • Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final (UNDUH)
  • Modul 3.3. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final (UNDUH)



Read More »
15 July | 0komentar

Semangat Berbagi dan Berkolaborasi

Pada hari Kamis 25 April 2024, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) menyelenggarakan webinar SAPA GTK. Webinar ini membahas isu-isu terkini terkait program utama maupun pendukung di lingkungan Ditjen GTK. Dengan topik “Semangat Belajar Berbagi dan Berkolaborasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka” dengan narasumber Dr. Yogi Anggraena M.Si., Ketua Tim Kerja Kurikulum BSKAP, Dr. Medira Ferayanti S.S., M.A., Ketua Tim Kerja Pembelajaran Ditjen GTK, dan Ikmal Fauzi, M.Pd., Kepala TK Islam Al Kautsar, Cilodong, Kota Depok. 
Kegiatan ini memberikan informasi dan pemahaman mengenai kebijakan kurikulum, panduan-panduan kurikulum, pentingnya perubahan paradigma guru dan tenaga kependidikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka di lingkungan satuan pendidikan. Menampilkan juga praktik baik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka serta bagaimana dampaknya terhadap murid. 
Ditjen GTK juga mengajak dan mendorong peserta webinar untuk aktif belajar, berbagi, dan berkolaborasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. Substansi Kurikulum Merdeka Dalam paparannya, Yogi menjelaskan mengenai pentingnya penyamaan persepsi dalam implementasi Kurikulum Merdeka. 
Telah dirilis Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah sebagai legitimasi bahwa kurikulum yang diterapkan secara nasional adalah  Kurikulum Merdeka. 
Tentunya implementasi Kurikulum merdeka bagi daerah tertinggal akan di beri waktu sampai tahun ajaran 2026/2027.  Yang mendasari (penetapan Kurikulum Merdeka menjadi kurikulm nasional) adalah bahwa karena Kurikulum Merdeka fokus pada materi esensial dan struktur yang fleksibel, sehingga memudahkan guru melakukan pembelajaran terdiferensiasi, mengasah bakat dan minat, serta menumbuhkan karakter murid secara lebih menyeluruh, tanpa memberikan beban administrasi.
Kemendikbudristek telah menyediakan media untuk guru belajar secara mandiri mengenai Kurikulum Merdeka. Melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Dalam aplikasi tersebut terdapat 3 (tiga) menu utama untuk mempelajari Kurikulum Merdeka, yakni di menu Info Terkini, Tentang Kurikulum Merdeka, dan Pelatihan Mandiri. 
Pada PMM terdapat contoh capaian pembelajaran (CP), alur tujuan pembelajaran (ATP), dan cerita praktik baik. Guru-guru yang ingin belajar secara luar jaringan karena terkendala jaringan internet, Kemendikbudristek menyediakan aplikasi Awan Penggerak sebagai media belajar. Selain itu, para guru bisa belajar dengan Narasumber Berbagi Praktik Baik (NS BPB) yang terdapat di daerah masing-masing. 
Guru dapat melaksanakan observasi kebutuhan praktik pembelajaran yang dilakukan sebelum mengundang NS BPB. Adapun informasi yang dapat digali tentang pembelajaran berdiferensiasi seputar bagaimana proses, konten dan produknya.
Juga untuk terus dikembangkan komunitas belajar, yang dapat memberikan ruang dan budaya belajar dan berkolaborasi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi dan menciptakan pembelajaran berkualitas untuk murid. Komunitas belajar ada yang di dalam sekolah, dan ada juga di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. 


Read More »
13 July | 0komentar

Rencana Hasil Kerja (RHK) Pada Perencanaan Kinerja


Kemendikbudristek merilis fitur Pengelolaan kinerja di PMM pada tanggl 19 Desember 2023. Guru dan kepala sekolah diharapkan dapat mulai melakukan perencanaan kinerja melalui aplikasi PMM pada bulan Januari 2024 guru dan kepala sekolah akan melakukan perencanan kinerja melalui aplikasi PMM. Kemendikbud ristek melakukan transformasi pengelolaan kinerja dengan menyediakan fitur pengelolaan kinerja di PMM yang praktis, relevan dan lebih berdampak pada murid tentunya, dengan menyediakan 8 indikator yang terintegrasi Rapor Pendidikan. 
Dengan hadirnya fitur pengelolaan kinerja di PMM yang sudah terintegrasi BKN,, guru dan kepala sekolah semakin mudah dalam perencaaan kinerjanya. Dengan ini guru hanya perlu mengisi perencanaan kinerja di PMM dan sudah terintegrasi dengan aplikasi kinerja BKN.
Fitur kinerja PMM diklaim mudah diakses atau user friendly, dengan daftar indikator peningkatan kinerja yang sudah disediakan dan bisa dipilih sesuai dengan indikator raport pendidikan yang perlu ditingkatkan sehingga sangat relevan dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan berorientasi pada peserta didik.
Dalam 1 semester guru hanya perlu mengumpulkan minimal 32 poin utuk memenuhi ekspektasi atasan. Point tersebut dalam bentuk Rencana Hasil Kerja (RHK). Berikut RHK yang bisa dipilih :
  1. Menjadi peserta berbagi praktik baik yang diselenggarakan komunitas belajar yang dibuktikan dengan adanya sertifikat (4 poin) 
  2. Menjadi partisipan atau peserta seminar, lokakarya, konferensi, symposium, atau studi banding di bidang Pendidikan ( 4 poin) 
  3. Menjadi peserta coaching atau mentoring pengembangan kompetensi oleh guru, pengawas atau kepala sekolah ( 4 poin) 
  4. Menjadi penelaah aksi nyata sejawat yang dilakukan guru/ kepala sekolah (6 poin) 
  5. Menjadi penelaah cerita praktik baik yang dihasilkan guru/ kepala sekolah ( 6 poin) 
  6. Menjadi penelaah perangkat ajar di PMM (6 poin) 
  7. Menjadi peserta pelatihan mandiri (8 poin ) 
  8. Menjadi partisipan observasi praktik pembelajaran bersama sejawat (8 poin) 
  9. Menjadi narasumber berbagi praktik baik terkait implementasi kurikulum merdeka dan PBD (8 poin)
  10. Menjadi peserta kegiatan pelatihan atau bimtek terkait pendidikan kebudayaan riset dan teknologi (8 poin) 
  11. Menjadi peraih penghargaan terhadap kompetensi atau kinerja dalam berbagai wadah atau ajang (12 poin) 
  12. Menjadi penyusun cerita praktik baik yang dapat dibagikan kepada guru/ kepala sekolah atau sekolah lain (12 poin) 
  13. Menjadi penyusun kumpulan konten unggulan yang dapat dibagikan kepada guru dan/atau kepala sekolah lain; 
  14. Menjadi peran sebagai coach, mentor, fasilitator atau pengajar praktik dalam pengembangan kompetensi guru/ kepala sekolah atau pengawas (12 poin) 
  15. Menjadi peserta magang pada dunia kerja/ bidang lain yang relevan (24 poin) 
  16. Menjadi penyusun perangkat ajar yang dapat dibagikan kepada guru/ kepala sekolah (24 poin) 
  17. Menjadi penggerak komunitas belajar dengan mengadakan minimal 3 kegiatan berbagi praktik baik (36 poin) 
  18. Menjadi peserta program diklat jangka pendek /menengah pada bidang kepemimpinan atau tehnis yang relevan seperti Pendidikan guru penggerak atau pelatihan manajemen kepala sekolah (128 poin)

Read More »
23 January | 0komentar

PKL Sebagai Mata Pelajaran


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten untuk bekerja sesuai dengan keahliannya. Keterserapan lulusan di dunia kerja1 menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh SMK beserta pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan. Penguatan keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan non-teknis (soft skills) merupakan kunci untuk meningkatkan angka kebekerjaan lulusan SMK. Pembelajaran langsung di dunia kerja menjadi kebutuhan peserta didik SMK agar dapat mengasah kompetensi dan menguatkan budaya kerja. Oleh karena itu, penting sekali dibangun kerja sama antara SMK dengan dunia kerja. Pemerintah memberikan dukungan keterlibatan dunia usaha dalam pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Setahun Berjalan. 
Dalam Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan bagi wajib pajak yang menyelenggarakan kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran dalam rangka pembinaan manusia berbasis kompetensi tertentu dapat diberikan pengurangan pajak dari penghasilan bruto paling tinggi 200% dari jumlah yang dikeluarkan untuk kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran. Peraturan Pemerintah tersebut menjadi dasar dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor Nomor 128/PMK.010/2019 tentang Pengurangan Penghasilan Bruto Atas Penyelenggaraan Kegiatan Praktik Kerja, Pemagangan, Dan/Atau Pembelajaran Dalam Rangka Pembinaan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Tertentu. 
Teknis pengurangan pajak terdapat pada buku saku super tax deduction untuk mitra vokasi. Berdasarkan Permendikbud Nomor 50 Tahun 2020 tentang Praktik Kerja Lapangan Bagi Peserta Didik, Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah pembelajaran bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang dilaksanakan melalui praktik kerja di dunia kerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan kerja. Selanjutnya pada Kepmendikbudristek Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas Kepmendikbudristek Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran yang kemudian disebut Kurikulum Merdeka, ditetapkan bahwa PKL merupakan salah satu mata pelajaran sebagai wahana pembelajaran di dunia kerja (termasuk teaching factory). 
Pada Kurikulum Merdeka, PKL menjadi mata pelajaran yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik SMK dengan ketentuan sekurang-kurangnya 6 bulan (792 jam pelajaran) di kelas XII pada SMK program 3 tahun dan sekurang-kurangnya 10 bulan (1.368 jam pelajaran) di kelas XIII pada SMK program 4 tahun. Mata pelajaran PKL dilaksanakan di satuan pendidikan dan dunia kerja. 
Sesuai dengan ketentuan Kepmendikbudristek tersebut, SMK/MAK bersama dengan mitra dunia kerja berkewajiban untuk membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi: Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Perencanaan Pembelajaran (Modul Ajar) sesuai dengan Capaian Pembelajaran (CP) pada Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Nomor 033/H/KR/2022. Pada CP tersebut ditegaskan bahwa PKL merupakan penyelarasan akhir atau kulminasi dari seluruh mata pelajaran pada jenjang SMK. Pembelajaran PKL diselenggarakan berbasis proses bisnis dan mengikuti Prosedur Operasional Standar (POS) yang berlaku di dunia kerja. Sebagai mata pelajaran, pelaksanaan PKL mengacu pada Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka. Untuk pembelajaran PKL yang lebih dominan dilaksanakan di dunia kerja perlu dibuatkan panduan PKL yang secara khusus mengacu pada Permendikbud Nomor 50 Tahun 2020 guna memandu sekolah dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaannya.

Read More »
22 January | 0komentar

Tentang SMK Pusat Keunggulan

Peningkatan PBM SMK PK SMKN 1 Bukateja

Program SMK Pusat Keunggulan merupakan program pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu dalam peningkatan kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia usaha, dunia industri, dunia kerja, yang akhirnya menjadi SMK rujukan yang dapat berfungsi sebagai sekolah penggerak dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya. Selain itu, ada program pendampingan yang dirancang untuk membantu SMK PK dalam pencapaian output. Pelaksana pendampingan dilakukan oleh perguruan tinggi yang telah memenuhi kriteria.

SMK  PK dari Tahun Ke Tahun



Peningkatan tiga aspek tersebut akan menghasilkan.. 
SMK dengan Teaching Factory yang aktif memproduksi, dengan status keuangan yang fleksibel, dan menjadi pusat pembelajaran bagi SMK lain dengan program keahlian yang sama.


Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka
a. Perubahan utama dalam Kurikulum Merdeka: 
  1. Porsi pembelajaran kejuruan meningkat dari tahun ke tahun. 
  2. Pengembangan pembelajaran lebih fleksibel dapat disesuaikan dengan karakteristik sekolah, kemitraan dunia kerja, dan potensi lokal/daerah. 
  3. Modul-modul pembelajaran dapat disusun bersama mitra dunia kerja. 
  4. Praktik Kerja Lapangan (PKL) menjadi mata pelajaran wajib selama 6 bulan. 
  5. Pengembangan kompetensi Profil Pelajar Pancasila mendorong siswa SMK untuk mengembangkan soft-skills.

c. Intervensi Program SMK PK untuk penguatan implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka: 
  1. Lokakarya penyelarasan pembelajaran berbasis industri. 
  2. Lokakarya pemanfaatan sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan Teaching Factory (TeFa).
  3. Lokakarya Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), perangkat ajar, media pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran praktik baik.
Peningkatan Kompetensi SDM (Guru dan Kepala Sekolah)
Peningkatan Kompetensi SDM dalam Program SMK PK untuk guru dan kepala sekolah dilakukan dalam bentuk: 
  1. Peningkatan kompetensi manajerial kepala sekolah. 
  2. Pelatihan Komite Pembelajaran & In-House-Training bagi guru untuk penguatan implementasi pembelajaran. 
  3. Peningkatan kompetensi guru kejuruan berbasis industri. 
  4. Magang guru di dunia kerja.



Read More »
28 December | 0komentar

Pelatihan Komite Pembelajaran (PKP)

Pembukaan IHT oleh Ketua Panitia

Pelatihan Komite Pembelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan merupakan pelatihan yang didesain untuk menyiapkan komite pembelajaran pada setiap satuan pendidikan pelaksana Program SMK Pusat Keunggulan, agar mampu dan siap melakukan perubahan penyelenggaraan pembelajaran di sekolah masing-masing. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini, para peserta selanjutnya bertanggung jawab untuk menyelenggarakan in-house training dengan substansi pokok yang sama di sekolahnya. Desain Pelatihan Komite Pembelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan dijelaskan dalam uraian berikut :
2.1. Tujuan Pelatihan Komite Pembelajaran 
Setelah menyelesaikan seluruh program pelatihan, peserta diharapkan memiliki: 
  1. Persepsi yang sama tentang Program SMK Pusat Keunggulan. 
  2. Pengetahuan tentang Materi Pelatihan Komite Pembelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan.
  3. Keterampilan dalam memfasilitasi In House Training di satuan Pendidikan pelaksana program SMK Pusat Keunggulan. 

2.2. Capaian Pelatihan Komite Pembelajaran Setelah menyelesaikan seluruh program pelatihan, peserta diharapkan memiliki: 
  • Memahami Program SMK Pusat Keunggulan, pembelajaran Asinkronus di Micro learning, Capaian Pembelajaran, peran Pendamping Implementasi Pembelajaran, pengembangan komunitas praktisi, pendekatan Fasilitasi dan Coaching, perencanaan berbasis data, dan platform teknologi. 
  • Mengenal Platform Pembelajaran (Platform Merdeka Mengajar). 
  • Merefleksi pembelajaran kurikulum merdeka. 
  • Menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (Analisis karakteristik satuan pendidikan, visi, misi, tujuan satuan pendidikan, dan pengorganisasian pembelajaran di satuan pendidikan). 
  • Merancang Pembelajaran (menyusun tujuan pembelajaran, alur tujuan pembelajaran, program pembelajaran individual, tujuan kegiatan, dan modul ajar). 
  • Merancang Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. 
  • Memahami Model kompetensi guru dan kepemimpinan sekolah. 
  • Merancang strategi tindak lanjut, serta alur tujuan dan perangkat pembelajarannya. 
  • Merancang program Bimbingan dan Konseling (BK).
2.3. Sasaran Peserta Pelatihan Komite Pembelajaran 
Pelatihan Komite Pembelajaran diperuntukkan bagi satuan pendidikan pelaksana Program Program SMK Pusat Keunggulan pada tahun pertama di tahun 2023. Peserta Pelatihan Komite Pembelajaran pada Program SMK Pusat Keunggulan terdiri dari unsur: Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum, dan 2 Guru Kejuruan, 1 Guru BK dan 1 Guru umum




Read More »
06 December | 0komentar

Lembar Identifikasi Aktivitas Pendampingan Individu

PENDAMPINGAN INDIVIDU : 2. 
Perubahan Paradigma Pemimpin Pembelajaran
WAKTU : 4 X 45 MENIT
 

Read More »
11 November | 0komentar

Refleksi Model Model Cuaca Pembekalan Hari ke-12 CPP

Refleksi Model Model Cuaca 
Hari Ke-12 Pendampingan Individu


Read More »
11 November | 0komentar

Refleksi Model Teknik 4C Pembekalan Hari ke-11 CPP

 

Connection (Keterkaitan)
1. Ceritakan keterkaitan materi dengan peran Anda dalam mendampingi Calon Guru Penggerak? 

Dalam hal ini, keterkaitan coaching dengan peran saya sebagai Pengajar Praktik nantinya adalah adalah coaching yang saya berikan yang relevan dengan program Calon Guru Penggerak dengan mengacu pada materi pengembangan kepemimpinan, pengembangan keterampilan sosial, dan pengembangan keterampilan mengajar. 

Challenge (Tantangan)
2. Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini? 
  • SMART atau specific, measurable, attainable, relevant, dan time based. Metode ini akan membawa struktur jelas untuk mencapai tujuan dan hasil akhirnya dari Coaching 
  • Materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang saya jalankan selama ini adalah RASA (Receive, Acknowledge, Summarize, Ask) dan mengajarkan tentang persiapan presence serta TIP tentang Coaching. 

Concept
3. Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama mendampingi Calon Guru Penggerak? 
Beberapa konsep utama coaching yang menurut saya penting untuk terus dibawa selama mendampingi Calon Guru Penggerak: 
  • Tujuan yang Jelas: Menetapkan tujuan yang jelas merupakan salah satu aspek penting dari coaching. Seorang coach harus membantu Calon Guru Penggerak untuk menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, realistis, dan terkait dengan visi mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk fokus pada pencapaian tujuan dan meraih hasil yang lebih baik. 
  • Mendengarkan Aktif: Mendengarkan aktif adalah kemampuan untuk sepenuhnya memahami dan memperhatikan apa yang dikatakan oleh Calon Guru Penggerak. Seorang coach yang mampu mendengarkan aktif dapat membantu mereka untuk merasa didengar, dipahami, dan diterima. Hal ini dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk merasa lebih percaya diri dan memperoleh dukungan yang diperlukan dalam mencapai tujuan mereka. 
  • Pengakuan Kualitas: Pengakuan kualitas melibatkan pengakuan dan peningkatan pada kualitas positif yang dimiliki oleh Calon Guru Penggerak. Seorang coach harus membantu mereka untuk memahami kekuatan mereka dan bagaimana dapat menggunakannya untuk mencapai tujuan mereka. Pengakuan kualitas juga dapat membantu meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. 
  • Pembuatan Rencana Tindakan: Membuat rencana tindakan merupakan tahap penting dalam coaching. Seorang coach harus membantu Calon Guru Penggerak untuk merancang rencana tindakan yang spesifik dan terukur untuk mencapai tujuan mereka. Rencana tindakan harus mempertimbangkan sumber daya yang tersedia dan kendala yang mungkin terjadi. 
  • Akuntabilitas: Akuntabilitas melibatkan tanggung jawab dan akuntabilitas dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seorang coach harus membantu Calon Guru Penggerak untuk memahami pentingnya tanggung jawab pribadi dalam mencapai tujuan mereka. Hal ini dapat membantu mereka untuk tetap fokus pada tujuan mereka dan memotivasi mereka untuk terus bekerja keras. 

Change (Perubahan)
4. Ceritakan sebuah perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini? 
Meningkatkan keterampilan hadir secara utuh, mendengarkan, keterampilan bertanya dan juga keterampilan berempati agar kegiatan coaching dapat berjalan dengan efektif. Mencoba mempraktekkan Teknik coaching untuk memaksimalkan potensi pribadi menggunakan alur TIRTA.

Read More »
09 November | 0komentar