Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label P5. Show all posts
Showing posts with label P5. Show all posts

Membangun Pendidikan Untuk Semua; Sekolah Inklusif



Sekolah inklusif adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pentingnya menerima semua siswa tanpa memandang latar belakang, kemampuan, atau kebutuhan khusus. Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua individu, sehingga mereka dapat berkembang secara optimal. Dalam artikel ini, kita akan membahas konsep sekolah inklusif, manfaatnya, tantangan yang dihadapi, dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mewujudkannya. 

Konsep Sekolah Inklusif 
Sekolah inklusif berfokus pada prinsip bahwa semua anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dalam satu lingkungan yang sama. Ini mencakup siswa dengan berbagai kebutuhan, termasuk mereka yang memiliki disabilitas fisik, intelektual, atau emosional. Di sekolah inklusif, strategi pengajaran disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan beragam siswa, dengan tujuan agar setiap individu merasa diterima dan dihargai. 

Manfaat Sekolah Inklusif 
  • Pengembangan Sosial: Siswa belajar untuk saling menghargai dan berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai latar belakang. Ini dapat meningkatkan keterampilan sosial dan empati. 
  • Peningkatan Kualitas Pendidikan: Dengan adanya pendekatan yang beragam dalam pengajaran, semua siswa berpeluang untuk belajar dengan cara yang sesuai untuk mereka. 
  • Kesetaraan Akses: Sekolah inklusif membantu menghilangkan stigma terhadap siswa dengan kebutuhan khusus dan memberikan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. 
  • Persiapan Masa Depan: Siswa yang belajar dalam lingkungan inklusif lebih siap untuk menghadapi dunia yang beragam dan kompleks setelah mereka lulus. 

Tantangan dalam Mewujudkan Sekolah Inklusif 
Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, ada beberapa tantangan dalam implementasi sekolah inklusif: 
  • Keterbatasan Sumber Daya: Banyak sekolah mungkin tidak memiliki cukup sumber daya, seperti pelatihan guru atau fasilitas yang memadai, untuk mendukung kebutuhan siswa dengan disabilitas. 
  • Kurangnya Pemahaman: Tidak semua pendidik atau orang tua memiliki pemahaman yang cukup tentang pentingnya inklusi, yang dapat menghambat pelaksanaan program inklusif. 
  • Stigma dan Diskriminasi: Beberapa siswa dengan kebutuhan khusus mungkin masih menghadapi stigma atau diskriminasi dari teman sebayanya, yang bisa memengaruhi rasa percaya diri mereka. 

 Langkah Menuju Sekolah Inklusif 
 Untuk menciptakan sekolah inklusif yang efektif, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain: 
  • Pelatihan untuk Guru: Memberikan pelatihan yang memadai bagi guru tentang strategi pengajaran inklusif dan cara menghadapi kebutuhan beragam siswa. 
  • Menciptakan Lingkungan yang Ramah: Membangun fasilitas yang dapat diakses dan menciptakan suasana yang mendukung semua siswa. 
  • Melibatkan Orang Tua dan Komunitas: Mengajak orang tua dan komunitas untuk terlibat dalam proses pendidikan dan menciptakan kesadaran akan pentingnya inklusi. 
  • Kurikulum yang Fleksibel: Mengembangkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan semua siswa, memungkinkan mereka untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya mereka sendiri. 

Kesimpulan 
Sekolah inklusif merupakan langkah penting menuju pendidikan yang adil dan merata. Dengan memahami dan mengatasi tantangan yang ada, serta melibatkan seluruh elemen masyarakat, kita dapat mewujudkan lingkungan belajar yang mendukung bagi semua siswa. Inklusi bukan hanya tentang mengakomodasi kebutuhan khusus, tetapi juga tentang merayakan keberagaman dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua anak.


Read More »
29 September | 0komentar

Pembiasaan Karakter Akan Menjadi Sebuah Peradaban


Berdisiplin tidak harus muluk-muluk. Berdisiplin itu dimulai dari hal paling sederhana namun dilakukan dengan penuh kesadaran. Bagaimana akan mampu melakukan hal yang lebih kompleks, ketika hal paling sederhana saja tidak dilakukan? SMK Negeri 1 Bukateja telah melaksanakan apel pagi secara rutin setiap pagi telah terlaksana lebih dari 2 ( dua) tahun. 
Awal muawal pelaksanaan terasa berat tidak hanya siswa guru pun demikian. Dari penerapan apel pagi setiap pagi ini tentunya berdampak pads hal-hal lain. Implementasi kegiatan ini (apel pagi) di SMK Negeri 1 Bukateja sebagai upaya untuk melaksanakan tujuan visi sekolah yaitu Sebagai Sekolah Unggulan yang berbudaya industri. 
Siswa dan warga sekolah telah terbiasa berjalan melalui jalur hijau. yang lebih dalam cakupan kecil, kelas.... sepatu siswa tertata rapih dirak sepatu, atau tertata rapi jika tidak ada raknya. Hal kecil yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi pembiasaan. Pembiasaan yang terus dilakukan dengan kesadaran diri, akan menjadi budaya. Budaya yang terus dipertahankan akan menjadi karakter. Karakter yang terus dilakukan akan menjadi peradaban. 


Read More »
06 August | 0komentar

Aksi Nyata Bukan Aksi Abu-abu

Bapak Ibu Guru selamat berakhir pekan, dalam falsafah Jawa, terdapat pepatah yg berbunyi "ilmu iku kelakone kanthi laku" yg bermakna bahwa ilmu didapatkan melalui praktik. Pepatah ini sangat sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang "3 Nga" yaitu Ngerti, Ngrasa, dan Nglakoni. Ngerti berarti memahami suatu konsep atau pengetahuan, Ngrasa adalah kemampuan untuk merasakan / menyadari esensi dari pengetahuan tersebut, dan Nglakoni adalah melakukan atau mempraktikkan apa yg telah dipahami & dirasakan. 
Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan yg efektif tidak hanya berhenti pada tahap menghapal atau memahami teori, tetapi harus dilanjutkan dengan pengalaman nyata yang memberikan pemahaman lebih mendalam & bermakna. Pembelajaran yg baik adalah pembelajaran yg melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. 
Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yg membantu anak didiknya untuk mengalami dan mengaplikasikan pengetahuan yg mereka peroleh. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menjadi solusi bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kita sebagai guru diharapkan tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan secara verbal atau tekstual, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran berbasis pengalaman ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berinovasi. Dengan cara ini, mereka dapat tumbuh menjadi individu yg bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mencapai potensi terbaik mereka. Falsafah "ilmu iku kelakone kanthi laku" mengajarkan kita bahwa ilmu sejati adalah ilmu yang diwujudkan dalam tindakan nyata (aksi nyata bukan aksi ghoib). Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa proses pembelajaran harus melibatkan 3-si (aksi, refleksi, dan aplikasi). 
Melalui pendekatan ini, anak kita tidak hanya menjadi pengetahuan pasif, tetapi juga aktif yang mampu membuat perubahan positif dalam kehidupan mereka & komunitasnya. Mereka menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama. Itulah salah satu puncak kebahagiaan karena menjadi versi terbaik manusia.
Dari : Grup WA GSM Purbalingga

Read More »
28 July | 0komentar

Modul Guru Penggerak Angkatan 11

Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah inisiatif pengembangan profesi yang dirancang untuk melatih dan mendampingi pendidik dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan pembelajaran. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mempersiapkan pendidik agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik, aktif, dan proaktif, serta mengembangkan pendidik lainnya untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. 
Selain itu, guru penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen transformasi dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 
Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan Pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.


Modul 1 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 1.1 Refleksi Filosifis Pendidikan Nasional Kihajar Dewantara  (UNDUH)
  • Modul 1.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak (UNDUH)
  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak  (UNDUH)
  • Modul 1.4 Budaya Positif (UNDUH)


Modul 2 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid (UNDUH)
  • Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional (UNDUH)
  • Modul 2.3 Coaching (UNDUH)


Modul 3 Pendidikan Guru Penggerak CGP

  • Modul 3.1.  Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin - Final (UNDUH)
  • Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya - Final (UNDUH)
  • Modul 3.3. Pengelolaan Program yang  Berdampak Positif pada Murid - Final (UNDUH)



Read More »
15 July | 0komentar

Esensi dari Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik. 

Karakteristik Kurikulum Merdeka 
Pengembangan Soft Skills dan Karakter 
Fokus pada Materi Esensial 
Pembelajaran yang fleksibel 

Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Sesuai dengan Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024, (sebagai landasan terupdate dari pelaksanaan Kurikulum merdeka, bahwa pengembangan untuk satuan pendidikan adalah
Satuan Pendidikan mengembangkan Kurikulum Satuan Pendidikan paling sedikit memuat: 
a. karakteristik Satuan Pendidikan; 
b. visi, misi, dan tujuan Satuan Pendidikan; 
c. pengorganisasian pembelajaran; dan 
d. perencanaan pembelajaran. 

Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan dilakukan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan Satuan Pendidikan, potensi daerah, dan Peserta Didik. Pengembangan kurikulum Satuan Pendidikan melibatkan komite sekolah dan melibatkan masyarakat.

Read More »
14 July | 0komentar

Semua Siswa Adalah Rangking 1

Pembelajaran berbasis projek

Berawal dari membaca topik menarik dari grup wa GSM Purbalingga, postingan Diyarko.
Padahal kenyataan setiap anak itu unik dan punya cara belajar berbeda pula. Sumber daya dan kemampuan siswa dalam belajar pun berbeda. Sangatlah tidak adil jika memukul rata kemampuan siswa. Begitu pula bagi anak yang “langganan” juara kelas atau sering disebut seorang bintang kelas akan merasa terbebani secara psikologis, karena dituntut harus selalu menjadi rangking satu. Tuntutan ini bisa jadi dari permintaan orang tuanya, maupun internal dirinya sendiri yang selalu ingin dipandang sebagai orang cerdas. Sudah barang tentu akan timbul rasa malu, minder dan sebagai jika peringkatnya turun meski hanya satu tingkat.
Itulah yang dapat memicu terjadinya tindakan negatif. Model pola pikir yang masih sangat belia pada diri anak, memberinya peluang melakukan berbagai cara demi meraih ranking teratas. Mencontek, mencari bocoran soal, timbul tidak suka atau dendam pada teman yang “merebut” posisi rankingnya, adalah beberapa contoh diantara dampak-dampak buruk akibat dari sistem ini. 
Dikutip dari www.aswajadewata.com disampaikan, Dr. Adi Gunawan bahwa hal itu memunculkan fenomena saat ini yakni makin banyak orang pandai, tetapi kejujuran justru menurun. Fakta ini membuktikan bahwa kepandaian yang tidak diimbangi tingkat spiritualitas yang baik dan kecerdasan emosional yang stabil cenderung merugikan orang lain maupun diri anak sendiri. 
Bagi yang bisa ikut les bermacam pelajaran dan tercukupi gizinya, berbeda dengan siswa yang kurang memiliki waktu belajar. Karena, misalnya, siswa tersebut harus membantu pekerjaan orang tuanya.
Adanya perangkingan di kelas secara psikologis memberikan beban terhadap murid-murid kita. Setiap murid memiliki keunikannya masing-masing, namun sekolah memaksakan dengan perangkingan dengan standar yang sama. Apakah itu adil? Sebenarnya sekolah harus mampu memberikan kemerdekaan kepada murid. 
Merdeka berasal dari kata Mahardika atau nomor 1, sehingga murid itu sebenarnya semua murid itu ranking 1 sesuai dengan versinya masing-masing. Ada yang ranking 1 bidang sain, bidang seni tari, musik, lukis dan sebagainya. Terasa indah ketika sekolah mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki murid hingga mencapai versi terbaiknya masing-masing. 
Howard Gardner, profesor pendidik dan peneliti dari Harvard University, Amerika Serikat mengungkapkan, ada 9 aspek kecerdasan dari seorang anak, yang kerap disebut multiple intelligences. Yaitu kecerdasan musikal, intrapersonal, interpersonal, visual spasial, naturalis, kinestetik, moral, verbal linguistik, dan logika matematika. 
Seorang anak bisa jadi memiliki satu jenis kecerdasan yang dominan, atau bahkan memiliki beberapa jenis kecerdasan sekaligus (kecerdasan majemuk). Oleh karena itu, setiap anak memiliki cara belajar sendiri sesuai dengan jenis kecerdasan yang dominan pada dirinya. Anak dengan kecerdasan musikal bisa depresi, jika dituntut harus mendapat skor 100 pada pelajaran sains. Anak dengan kecerdasan kinestetik akan frustasi, jika dipaksa mengikuti sistem pendidikan yang mengharuskannya duduk mencatat selama 8 jam sehari. 
Bukankah akan sangat tidak bijak, jika kita menuntut seorang anak harus meraih nilai sempurna dalam semua mata pelajaran? Tak mungkin pula seekor burung mengalahkan ikan dalam hal berenang? Dan manalah pula ikan mengalahkan burung dalam hal terbang?
Menjadi pertanyaan lanjutan, "Bagaimana denga siswa SMK yang pada masing mapel memiliki CP,capaian pembelajaran yg telah ditetapkan?" Siswa mampu untuk bla bla bla..... 

"Sumber: Grup WA GSM Purbalingga dan dari berbagai Sumber"

Read More »
12 July | 0komentar

Workshop Anti Perundungan

Pelaksanaan Tema P5 Fase E dengan Tema Bangunlah Jiwa dan Raganya Alhamdulillah telah berakhir. Rangkaian Pelaksanaan P5 diawali sejak semester gasal yaitu untuk Fase F. Diawali dengan pelaksanaan Tema Suara Demokrasi yaitu mulai dari sosialisasi dan berakhir di refleksi. 
Pada hari Kamis, 18 April 2024 pelaksanaan Tema Bangunlah Jiwa dan Raganya dengan Topik Harmoni Jiwa dan Raga, Membangun Sekolah Aman yang terbebas dari Perundungan. Pada kegiatan workshop dengan Narasumber dari Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Universitas Harapan Bangsa Purwokerto. 
Anak dibekali dengan materi terkait no Bullying/ Anti Perundungan . dengan contoh konkrit yang nyata sehingga mengena. diakhir kegiatan di sampaikan sertifikat kepada para Narasumber.

Read More »
09 July | 0komentar

Tahapan Konseptual P5

Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada fase E di SMK Negeri 1 Bukateja dilaksanakan pada tanggal 17 April 2024. Tema Bangunlah Jiwa dan Raganya, dengan topik "HARMONI JIWA DAN RAGA : MEMBANGUN IKLIM SEKOLAH AMAN MELALUI PENCEGAHAN PERUNDUNGAN". 
Tes Awal dan Tahap Pengenalan (Memperkenalkan konsep perundungan, dampak negatif dan memotivasi siswa menjadi bagian dari solusi pencegahan perundungan) Eksplorasi, menggali pemahaman siswa apa yang diketahui tentang perundungan, menanyakan perasaannya ketika mendengar kata perundungan.
Diskusi 1
Form Kolaborasi Diskusi, Video Komitmen, dan Proyek TO https://s.id/250tS 
Form Kolaborasi Diskusi, Video Komitmen, dan Proyek BCF https://s.id/250uB 
Form Kolaborasi Diskusi, Video Komitmen, dan Proyek BSN https://s.id/250pw 
Form Kolaborasi Diskusi, Video Komitmen, dan Proyek TJKT dan PPLG https://s.id/250p7 
Form Kolaborasi Diskusi, Video Komitmen, dan Proyek DPIB https://s.id/250oy 

Diskusi 1 (menyebutkan contoh-contoh perundungan yang mungkin dialami siswa Menceritakan kasus-kasus perundungan yang ada disekitar mereka. Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah kasus perundungan berulang. Bagaimana perundungan dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Bagaimana langkah-langkah konkret untuk mencegah atau melaporkan perundungan. Siswa menuliskan hasil diskusi dalam bentuk presentasi dan mencantumkan link presentasi pada form kolaborasi.
Pada kegiatan ini fasilitator memasuki kelas masing-masing memberikan pengantar tentang perundungan diminta untuk diskusi. 

Read More »
17 April | 0komentar

Tahap Konseptual Tema "Anti Bullying"

(Memperkenalkan konsep perundungan, dampak negatif dan memotivasi siswa menjadi bagian dari solusi pencegahan perundungan) Eksplorasi, menggali pemahaman siswa apa yang diketahui tentang perundungan, menanyakan perasaannya ketika mendengar kata perundungan. Tes Awal P5 Bangunlah Jiwa dan Raganya :

Read More »
17 April | 0komentar