Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Tugas CGP. Show all posts
Showing posts with label Tugas CGP. Show all posts

Tentang PMM (Platform Merdeka Mengajar)


Platform Merdeka Mengajar dibangun untuk menunjang Implementasi Kurikulum Merdeka agar dapat membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman tentang Kurikulum Merdeka. Platform ini juga disediakan untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya. Platform Merdeka Mengajar tersedia di Google Play Store dan dapat diinstal/di unduh pada perangkat Android minimal versi 5 (Lollipop) ke atas. Informasi lengkap cara mengunduh aplikasi Merdeka Mengajar ke Android dapat dilihat di artikel Unduh Platform Merdeka Mengajar ke Gawai Android. 
Bagi Anda yang tidak memiliki perangkat Android dapat mengakses platform Merdeka Mengajar melalui web browser di laptop atau ponsel pintar Anda dengan alamat https://guru.kemdikbud.go.id/. . Anda bisa klik Masuk ke PMM pada pojok Kanan atas. Informasi lebih lanjut tentang Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat disini. 
Pada bagian Belajar Kurikulum Merdeka, Anda bisa menemukan menu: Tentang Kurikulum Merdeka, yang berisi informasi pengenalan prinsip dasar dan konsep pembelajaran paradigma baru yang berpusat pada murid, serta informasi penerapan kurikulum dengan mempelajari profil pelajar pancasila dan capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Informasi lebih lanjut Tentang Kurikulum Merdeka dapat dilihat disini. Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka, yang berisi kumpulan materi tentang Kurikulum Merdeka yang bisa Anda pelajari secara mandiri melalui Pelatihan Mandiri. Informasi lebih lanjut tentang Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat disini.


Read More »
18 January | 0komentar

Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Pembelajaran berpusat pada siswa erat kaitannya dengan prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran. Pendekatan yang berpusat kepada siswa adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana pusat perhatian ada pada siswa. 

Ada beberapa prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu: 

Proses pembelajaran 
Proses pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan berpusat pada siswa adalah harus terjadi secara alamiah, di mana siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui informasi yang diperolehnya atau melalui pengalaman nyata yang kemudian disaring secara mental melalui persepsi, pemikiran, dan perasaan. Siswa dalam hal ini harus terlibat secara aktif belajar baik secara fisik maupun secara mental (pikirannya). 

Tujuan pembelajaran proses itu penting 
Pembelajaran yang berpusat pada siswa tidak hanya melulu ingin mencapai tujuan dalam bentuk hasil belajar (produk) saja, akan tetapi proses pembelajaran (tujuan proses) sangatlah penting. 
Melalui proses pembelajaran di mana terjadi pada saat pembelajaran, siswa harus diajak berkomunikasi, berdiskusi dan melakukan berbagai kegiatan. Kurangnya penekanan pada tujuan proses dan terlalu mementingkan tujuan produk akan membuat siswa kurang memahami apa yang sedang mereka pelajari. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya miskonsepsi atau siswa hanya sekedar menghafal informasi saja tanpa menguasainya secara bermakna. 

Siswa membangun pengetahuannya 
Melalui berbagai kegiatan, siswa terlibat aktif baik secara fisik maupun mental untuk membangun pengetahuan barunya, mengaitkan dan mengorganisasikannya dengan informasi (pengetahuan) yang telah mereka miliki sebelumnya untuk membangun “tubuh pengetahuan” yang lebih besar dan lengkap. 

Motivasi belajar 
Motivasi dalam mengikuti pembelajaran sangat penting. Karena itu guru harus berupaya dan berusaha untuk tetap menjaga bagaimanapun caranya agar siswa termotivasi dengan kegiatan belajar yang difasilitasi oleh guru. Motivasi belajar intrinsik sangat penting dalam hal ini. Guru dapat menyuburkannya melalui motivasi ekstrinsik yang diberikan oleh guru. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk ini, misalnya seperti telah disebutkan di atas yaitu dengan menggunakan berbagai aktivitas fisik atau mental yang tentunya menarik dan bervariasi. 

Berpikir tingkat tinggi 
Siswa yang berada dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan berpusat pada siswa harus diajak untuk menggunakan pemikiran-pemikirannya pada tataran yang lebih tinggi daripada sekedar menghafal (retensi). Siswa dapat diajak untuk memprediksi, menemukan pola atau hubungan, mencipta atau berkreasi, mengkritisi, dan sebagainya. Perbedaan gaya belajar Pendekatan yang berpusat pada siswa selalu menggunakan beragam model/strategi/metode pembelajaran yang beragam dan bervariasi dari waktu ke waktu. 

Tidak monoton. 
Hal ini penting karena pada dasarnya setiap siswa itu berbeda. Mereka adalah pribadi yang unik yang memiliki perbedaan-perbedaan dalam gaya belajar. Guru harus mengakomodasi semua gaya belajar siswa di kelasnya sehingga semua siswa dapat aktif belajar dan tidak menjadi terabaikan. 

Kultur sosial di dalam kelas 
Budaya kelas yang selalu menerima perbedaan gaya belajar, suku, agama, jenis kelamin, status sosial, kecepatan belajar, kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya harus diutamakan karena hanya kultur sosial yang demikianlah yang dapat mendukung berlangsung proses pembelajaran dengan pendekatan berpusat kepada siswa. Budaya kelas yang suka mencemooh apabila siswa menjawab kurang tepat misalnya, adalah contoh kultur sosial di dalam kelas yang kontraproduktif. Siswa akhirnya tidak akan memiliki rasa aman dan nyaman di dalam kelas tersebut karen takut melakukan kesalahan dan kemudian dicemooh oleh siswa lainnya. Itu adalah beberapa prinsip pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Bagaimana kelas anda, Bapak/Ibu Guru? Bila anda menggunakan pendekatan ini, sudahkah kelas Bapak/Ibu Guru memenuhi prinsip-prinsip di atas? Adakah menurut anda prinsip-prinsip lain yang juga harus dipenuhi? 

Read More »
25 September | 0komentar

Paradigma berpikir Among


Dalam ruang kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Perhatikan tabel berikut ini

Jawaban dari Tema-teman GP:


dari tabel paradigma berpikir among digambarkan bahwa proses coaching merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. dengan ketrampilan coaching tersebut maka antara guru dan murid merupakan mitra belajar yang dapat memberikan gambaran keselarasan dalam berinteraksi dan dialog. sehinga akan terbentuk kesepahaman diantara keduanya. selain itu coaching akan membuka ruang emansipasi diantara coach dan coachee. ruang ini memberikan peluang untuk menemukan kekuatan dan potensi yang dimiliki pada diri coachee. selanjutnya terjalin kasih dan persaudaraan dapat terjalin dengan proses coaching setiap interaksi dan dialog. dengan selalu berintraksi dan berdialog maka terbuka ruang perjumpaan pribadi dan terbangun rasa percaya dan kebebasan masing-masing antara coach dan coachee.
Coaching’ adalah salah satu gaya kepemimpinan penting yang diidentifikasi oleh Daniel Goleman. Keterampilan kunci dalam coaching adalah mengajukan pertanyaan bermakna yang tepat untuk membantu individu menemukan jalan keluar atas penyelesaian masalah mereka sendiri.
Proses coaching, sebagai sebuah latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti, mendampingi, mendorong kekuatan diri secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persodaraan, tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Pengembangan kekuatan potensi diri inilah menjadi tugas coach/pendidik/pamong. Jadi kita sebagai guru memiliki tugas menjadi pamong bagi murid dan rekan sejawat.
Coaching memberikan presfektif keselarasan dalam berinteraksi dan berdialog antara coach dan coachee. Choacing memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan
Proses coaching jika dikaitkan dengan konsep pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bersifat menuntun kodrat anak agar selamat dan bahagia. Maka seorang coach harus mampu menuntun anak mengembangkan semua potensi yang ada di dirinya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dengan memberi ruang kebebasan pada murid untuk menemukan kekutan yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidik memiliki peran sebagai pamong yang mengarahkan dan memberdayakan murid agar tidak salah arah.

Read More »
08 June | 0komentar

Menunggu Episode Berikutnya!

Kelompok dengan Fasilitator Ibu Sulastri,ST, Pengajar Praktik : Bp. Muhammad Syaefudin, Bp. Heru, Ibu Yohana dan Bp. Eka

Menjalani sebuah episode yang telah dijalani sebagai Calon Guru Penggerak (CGP), setelah lolos seleksi administrasi. Kemudian dinyatakan lolos pada seleksi kedua melalui tes mengajar dan diakhiri dengan test wawancara. Mendaftar menjadi Calon Guru Penggerak melalui SIM PKB, berhasil masuk mengikuti kegiatan berikutnya adalah suatu yang membanggakan. Masuk sebagai Angkatan 6 CGP  Kabupaten Purbalingga. 
Proses selanjutnya adalah episode dengan melakukan lakon Pendidikan Guru Penggerak, mengikuti 9 bulan. Menjalani episode ini merupakan warna tersendiri bagi saya, merupakan langkah untuk maju sebagai barometer pencapaian seberapa besar motivasi untuk dapat berkembang kearah yang lebih baik/maju. Bertukar pikiran, berbagi ilmu, berbagi aksi nyata, dan berkolaborasi dengan teman-teman guru dalam satu Kabupaten Purbalingga yang mempunyai visi yang sama merupakan hal yang sangat positif bagi saya. 
Kegiatan selama 9 bulan, dengan tetap melakukan tugas wajib sebagai guru yakni mengajar dan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, sungguh sebuah tataran laku hidup yang mengasyikan, menantang dan menegangkan. Tugas-tugas CGP yang demikian banyak, beruntun, marathon ditambah kegiatan sebagai Wakakur yang demikian berjubel dan multi keadaan. Diwajibkan untuk mengerjakan tugas-tugas CGP melalui LMS tentu dengan due date yang timing waktunya 1 dan 2 hari. 
Melakoni episode ini sungguh merupakan kegiatan yang menggairahkan terutama pada insting-insting mengatur manajemen waktu. Dan laku ini menjadi sebuah habit. Pengaturan waktu menjadi sebuah keharuskan, mejalani, mengerjakan tugas di manapun pada kesempatan apapun dilakukan. Tentu tidak mengganggu tugas utama, melakukan pembelajaran. Tugas yang ada dengan alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demontrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata) dapat terselesaikan dengan baik. Meskipun per 7 Mei 2023 dashboard perkembangan LMS masih 99%. 
Rentetan kegiatan dengan menggunakan alur merdeka melalui LMS dilakukan secara daring, dan ada yang dilakukan secara luring yaitu pendampingan individu (PI) yang dilakukan oleh Pengajar Praktik (PP) dan lokakarya 1 sampai dengan lokakarya 7. Lokakarya pertama dilaksanakan di SMK negeri 1 Jateng dan lokakarya 2 s.d. 7 dilaksanakan di SMAN 1 Padamara Purbalingga Jateng. 
Melalui Program Kerja dengan Tema Literasi Digital mencoba mengimplementasikan pengetahuan dan pengalaman mengikuti penddidikan guru penggerak di sekolah. Hulu dari semua pengetahuan, ketrampilan dan keberhasilan adalah membaca/ literasi. Tanpa ada literasi sebuah tujuan, ide, visi tentu akan jauh api dari panggang. Membiasakan literasi bagi siswa melalui P5 sebagai ide yang tentu akan merambah, berimbas kepada kemampuan lain yang sangat berguna bagi turut berkembangnya peserta didik. 
Semoga saja hasil tidak akan pernah mengkhianati proses serta takdir Tuhan yang tidak akan pernah tertukar untuk seseorang. Hal tersebut saya yakini untuk melakukan hal-hal terbaik disaat semua kesempatan datang. Meski sedang menunggu pengumuman kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri terbuka, semakin meneguhkan visi untuk terus berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak demi mewujudkan perubahan yang nyata dan lebih baik.






Read More »
07 May | 0komentar

Tema Pendampingan Individu CGP Angkatan 6

 

Tema Pendampingan

Fokus Pendampingan

PI-1: Refleksi awal kompetensi guru penggerak

  1. Diskusi tantangan belajar daring 
  2. Refleksi penerapan perubahan kelas sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara
  3. Diskusi pembuatan kerangka portofolio
  4. Diskusi peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam dalam kompetensi guru penggerak

    PI-2: Perubahan paradigma pemimpin pembelajaran



    1. Diskusi refleksi diri tentang lingkungan belajar di sekolah 
    2. Diskusi refleksi perubahan diri setelah mempelajari modul 1.1, 1.2 dan 1.3
    3. Diskusi rencana merintis komunitas praktisi di sekolah, berdasarkan hasil pemetaan di lokakarya 1
    4. Mengkomunikasikan visi dan prakasra perubahan ke KS dan warga sekolah dengan dimoderasi oleh PP

      PI-3: Implementasi Pembelajaran yang Berpihak pada Murid

      1. Refleksi hasil survei (feedback 360) + penilaian sendiri tentang kompetensi guru penggerak
      2. Diskusi rencana menerapkan pembelajaran sosial-emosional
      3. Diskusi hasil lokakarya 2 (keterlaksanaan dari tahapan BAGJA)

        PI-4: Evaluasi dan Pengembangan Proses Pembelajaran

        1. Observasi kelas CGP untuk melihat penerapan dari modul budaya positif, pembeljaaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional 
        2. Penilaian Observasi Praktik Pembelajaran. 

        PI-5: Rancangan Program yang Berpihak pada Murid

        1. Refleksi penerapan aksi nyata modul 3.1 
        2. Diskusi rancangan program yang berdampak pada murid
        3. Diskusi perkembangan komunitas praktisi yang dijalankan di sekolah serta implementasi dari rencana di lokakarya 3 untuk berbagi ke rekan sejawat

        PI-6: Refleksi perubahan diri dan dampak pendidikan

        1. Persiapan panen hasil belajar
        2. Pengumpulan survei umpan balik dan refleksi hasil survei tentang kompetensi guru penggerak (feedback 360)
        3. Refleksi perubahan dalam pembelajaran yang sudah diterapkan selama 6 bulan, diskusikan dampak pada diri guru dan murid yang terjadi
        4. Penilaian pemetaan aset; diskusi apakah tujuan program sudah dikomunikasikan ke warga sekolah

        Read More »
        19 March | 0komentar

        Koneksi Antar Materi - Modul 3.2

        Sumber Daya Budaya

        Pada koneksi antar materi di Modul 3.2, membuat koneksi materi dari modul-modul sebelumnya dan diminta kesimpulan. Pada koneksi antar materi di modul ini dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sebgai berikut: 


        Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah!

        Sumber daya sebagai suatu komunitas sekolah adalah suatu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pengelolaan sumber daya oleh Pemimpin Pembelajaran dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat, yang bermuara pada kebermanfaatan bagi peserta didik. Sebagai sebuah ekosistem di sekolah sumber daya yang ada saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana termasuk media pembelajaran dan sarana teknologi informasi.
        Aset Manusia dan Lingkungan

        Melalui pemetaan kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat mengimpelementasikan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yang terdapat di sekolah, yakni 1. Modal Manusia, 2. Modal Fisik, 3. Modal Sosial, 4. Modal Finansial, 5. Modal Politik, 6. Modal Lingkungan/ Alam, 7. Modal Agama dan budaya. Pengelolaan 7 oleh pemimpin pembelajaran menjadi modal utama sebagai kekuatan sekolah. Pemimpin pembelajaran juga harus dapat memanfaatkan pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset, diantaranya Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja, dan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.


        Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

        Pengelolaan sumber daya yang tepat dan dapat mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas merupakan bagian dari pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah. Contoh : guru sebagai salah satu modal tentu akan berkorelasi langsung pada peningkatan PBM yang berkualitas jika sekolah mempunyai jadwal bagi guru-guru untuk mengembangkan kompetensinya melalui diklat. Dengan terupgradenya pengetahuan guru menyesuaikan dengan perkembangan kekinian pada materi sesuai dengan bidangnya tentu akan tertranfer knowledge tersebut pada siswa. Pengelolaan modal lingkungan dipadu dengan modal fisik akan berkorelasi dengan peningkatan proses KBM. Lingkungan sekolah yang kondusif dari segi sosial maupun politik akan menciptakan proses belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) yang dapat menitikberatkan pada kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas, yang dijadikan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Sehingga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mendorong pada proses pembelajaran dikelas menjadi lebih berkualitas, maka sekolah dapat menerapkan model pengembangan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yaitu 7 modol/aset utama ini merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang menjadi aset sekolah dan ketujuh aset ini dapat saling beririsan satu sama lain, dan contoh 7 Modal Utama, antara lain : Modal Manusia Modal manusia tersebut terdiri dari kepala sekolah, pengawas, guru, orag tua, dan murid serta ketenaga kependidikan seperti tata usaha, penjaga sekolah. Dengan mengelolaan modal ini melalui pengembangan kompetensi sebagai contoh pada dalam satu sekolah terdapat guru selalu yang selalui mengupgrade pengetahuan melalui diklat atau media yang lainnya. Terdapat tranfer pengetahuan kekinian terhadap siswa. Menggali potensi dalam bidang akademik untuk mengikuti perlombaan. Modal Sosial Pemanfaatan modal sosial dalam hal ini dapat melalui kerjasama dengan MGMP tingkat sekolah maupun MGMP antar sekolah untuk meningkatkan kompetensi sekolah. Kerjasama dengan Puskesmas untuk meningkatkan mutu kesehatan di sekolah
        Modal Fisik Modal fisik yang terdapat disekolah adalah bangunan dan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkkan sesuai dengan bentuk dan pemanfaatanya, misalnya laboratorium komputer dapat dimanfaatkan untuk belajar mengenai TIK dll. Modal Lingkungan/Alam Lingkungan / alam yang ada disekitar sekolah merupakan modal yang sangat berharga untuk menciptakan pembelajaran yang menyenagkan, seperti memanfaatkan lingkungan menjadi area apotik hidup dan dapat dimanfaatkan untuk belajar tentang obat dan pemanfaatanya. Modal Financial Modal finansial menjadi sangat perlu dipertimbangkan, karena untuk mewujdukan pembelajaran yang berkualitas perlunya adanya perencanaan yang matang, seperti pembuatan rencana kerja yang diimbangi dengan rencana anggaran biayanya yang mendukung untuk keberlangsungan proses pembelajaran manjadi lebih berkulitas. Modal Politik Dalam modal politik ini merupakan kerjasama dengan pihak luar, seperti dukungan dari Kodim Purbalingga terhadap program kedisiplinan dengan mendukung program kegiatan Pendidikan berkarakter. Kerjasama dengan Polsek berkaitan dengan budaya lalulintas. Bekerjasama MOU dengan Indusri pasangan. Modal Agama dan Budaya Modal Agama dan Budaya untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas yakni, dengan adanya warga sekolah dan lingkungan religius, adanya tokoh agama baik dari lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar, dan terlibat aktif dalam komunitas keagamaan dan budaya daerah setempat. Misalnya menyelenggarakan program sekolah yang menunjang peningkatan budaya positif berupa budaya industri dan pendidikan karakter, dan menyelenggearakan kegiatan keagamaan dengan melibatkan tokoh agama disekitarnya.

        Aset Budaya Displin

        Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.






        Keterkaitan modul 3.2 dengan modul 1.1 yaitu Nilai Filosofi Ki Hadjar Dewantara 
        Ki Hajar Dewantara melalui filosiofinya yang mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan,bahwa pendidikan merupakan kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Pemanfaatan asset kekuatan guru dan siswa sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memilki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki. 



        Nilai dan Peran Guru Penggerak 
        Guru sebagai pendidik merupakan bagian dari 7 modal utama, yaitu sebagai modal manusia, dalam hal ini guru sebegai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sagat penting dalam proses belajar dikelasnya, sehingga ilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga harus dapat berperan dalam membangun sinergi dilingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.
         
        Visi Guru Penggerak 
        Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki Visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Bahwa Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.
        Budaya Positif
        Sebagai salah satu asset bentuk kekuatan, Budaya positif dilingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid, 

        Murid dan guru peraih juara sebagai Aset
        dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan out put dari peserta didik yang memilki karakter kuat dimasa depan. Misalnya dengan melakukan resitusi akan menciptakan peserta didik yang memilki karakter positif dimasa depannya.


         Pembelajaran Diferensiasi


        Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada siswa, sesuai dengan kesiapan belajar siswa dan profil belajar siswa yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan terhadap minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran berdifrensiasi akan sangat dapat terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
        Pembelajaran Sosial dan Emosional
        Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi atau cara seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menenkankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik mindfulness juga dapat dijadikan strategi bagaimana acara mengelola sumber daya manusia, yakni murid sehingga melalui tahap tersebut potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang optimal.

        Coaching
        Coaching merupakan sebuah strategi atau acara seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.


        Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

        Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

        Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
        Sebelum belajar modul 3.2 mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya. Dalam pngambilan keputusan lebih banyak berpikir pada kekurangan, hal menyebabkan tidak jarang perasaan yang timbul adalah, perasaan yang pesimis, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Dengan mempelajari modul 3.2 ini, sudut pandang mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah, karena ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedanpan pola pikir berbasis kekuatan/aseet, sehingga hal tesebut membuat kita akan berpikir postif dengan memanfaatkan sumber daya atau aset yang ada disekelilingya.

        Read More »
        18 February | 0komentar

        2.3.a.9. Aksi Nyata - Modul 2.3


        Berikut tugas dari saya Sarastiana CGP Angkatan 6 Kab. purbalingga dalam mengerjakan 2.3.a.9. Aksi Nyata - Modul 2.3 yang terdiri dari :
        1. Link Youtube hasil percakapan Pra, Pelaksanaan dan Pasca observasi
        2. Lembar Catatan Percakapan Pra-Observasi Kelas 
        3. Lembar Catatan Percakapan Pelaksanaan Observasi Kelas 
        4. Lembar Catatan Percakapan Pasca-Observasi Kelas 
        5. Lembar Rencana Pengembangan Diri 
        6. Lembar Refleksi Diri Latihan Coaching 
        1. Link Youtube




        Read More »
        14 February | 0komentar

        TUGAS DEMONTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3 1, REFLEKSI HASIL WAWANCARA






        Read More »
        10 February | 0komentar

        3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1


        Pendidikan Guru penggerak Angkatan 6 pada saat ini, bulan Februari 2023 sampai pada tugas 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Pada koneksi antar materi di modul 3 ini tentu saya harus merefleksi kebelakang padaa modul-modul terdahulu. Tentunya semua ilmu-ilmu yang sudah didapat tersebut akan sangat berguna dan bermanfaat untuk mewujudkan merdeka belajar. 

        Judul Materi Modul Pendidikan Guru Penggerak: 

        Dari table dapat dilihat tema dari masing-masing modul dan bagaimana koneksinya dari modul-modul yang telah di pelajari? Modul 1. Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Modul 1.1. filosofi pendidikan yang disampaikan oleh bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau menyampaikan bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 
        Di dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin (guru) harus menerapkan sistem among (menuntun) agar mampu mendorong tumbuh kembangnya potensi siswa. Modul 1.2. Nilai dan peran guru penggerak. Modul 1.3. Visi Guru Penggerak. Modul 1.4. Budaya Positif Modul 2 membahas tentang pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Modul.Modul 2.1. Pembelajaran yang berdiferensiasi. Modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional. Modul 2.3. Coaching untuk supervise akademik. 
        Sesuai dengan yang tertera di dalam LMS bahwa dalam membuat koneksi antar materi pada modul 3.1 ini berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut: 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
        Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang triloka berpengaruh terhadap proses seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantoro dan sampai menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Filosofi ini jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Transfer nilai -nilai kebajikan dapat kepada siswa secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak kepada murid. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 
        Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? 
        Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya Setelah mengikuti modul 2 tentu CGP sebagai pendidik memiliki keterampilan coaching. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan Tirta dan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Pada coaching seorang coaching tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Menggali dengan pertanyaan-pertanyaan agar coachee melakukan Analisa jawaban sebagai sebuah pemecahan masalah. Keputusan yang diambil telah efektif terbukti dari apayang dilakukan coachee menemukan sendiri hambatan-hambatannya. Hambatan selama PBM. Bahwa terdapat pertanyaan dalam diri tentu ada misalkan apakah benar tadi menyampaikan pertanyaan tersebut? Bisa ndak ya coachee melakukan itu? Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? 
        Mengelola sosial emosional akan berpengaruh pada pengambilan keputusan. Guru/ pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, apakah masalah tersebut dilemma etika atau bujukan moral serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Rasa empati pada apa yang peserta didik alami, tentu dengan mengidentifikasi permasalahan, diharapkan dalam pengambilan keputusan dapat berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu: 
        • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 
        • Menentukan siapa saja yang terlibat 
        • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan 
        • Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola 
        • Pengujian paradigma benar lawan benar 
        • Prinsip Pengambilan Keputusan 
        • Investigasi Opsi Trilemma 
        • Buat Keputusan 
        • Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? 
         Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
        Dampak dari keputusan akan yang dihasilkan baik itu problem dilemma etika ataupun bujukan moral akan berpengaruh pada peserta didik, berpihal atau tidak. Tentu berpengaruh pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Pengambilan keputusan yang berdasarkan pada atau berpihak pada peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 
         Hasil keputusan tentu tidak dapat memuaskan pada semua pihat, pro dan kontra tentu ada. Salah satu yang dilakukan adalah dengan komunikasi yang intens setelah pengambilan keputusan. Tentu mengacu pada etika pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? 
        Dalam proses pembelajaran yang saya lakukan sebagai guru melihat karakteristik siswa yang berbeda-beda adalah melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? 
         Sesuai dengan teori/ materi bahwa pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? 
         Kesimpulan pada pembelajaran modul 3 dan koneksinya pada modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru jika dikorelasikan pada filosofi Ki Hajar Dewantara akan sangat relevan. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Pada pengambilan keputusan baik yang bersifat problem dilema etika dan bujukan moral pemecahan masalah berupa keputusan yang berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? 
        Terdapat 4 paradigma pengambilan keputusan : adalah landasan sesorang mengambil keputusan 
        • Individu lawan masyarakat 
        • kebenaran lawan kesetiaan 
        • keadilan VS belas kasihan 
        • Jangka Pendek VS jangka panjang 

        Ada 3 prinsip mengambil keputusan 
        • berfikir berbasis akhir 
        • berfikir berbasi aturan 
        • berfikir berbasi rasa peduli 

        Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan 
        • Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan 
        • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 
        • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini 
        • Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 
        • Pengujian paradigma benar atau salah 
        • Prinsip pengambilan keputusan 
        • Investigasi tri lema 
        • Buat keputusan 
        • meninjau kembali keputusan dan refleksikan 
        Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
         12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? 
        Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? 
         Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid. 
        --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
        14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? 
        Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma, 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule . 


        Read More »
        10 February | 0komentar

        Mulai dari diri Modul 3.1


        “Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?” (Nadiem Makarim, 2020) 
        Menganalisis pernyataan Mendikbudristek diatas mengharus seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan haruslah bijaksana. Sebuah keputusan tersebut memiliki dampak pada peningkatan pembelajaran murid atau tidak. Bahwa keputusan kita kadang-kadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan belum tentu itu yang terbaik. 
        Seorang pemimpin harus bijaksana dan adil, apalagi seorang pemimpin pembelajaran haruslah mengutamakan kepentingan murid. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid, sering dihadapkan dalam situasi di mana mengambil suatu keputusan melibatkan kepentingan dari masing-masing pihak yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain.
        Pengalaman dan situasi jika kita menghadapi masalah tersebut, dengan landasan-landasa pemikiran yang tepat, setelah mengambil keputusan tersebut, kadang menjadi ragu-ragu dan menanyakan diri Anda sendiri apakah keputusan yang diambil telah tepat, ada perasaan tidak nyaman dalam diri Anda, atau timbul pemikiran mengganjal dalam diri Anda seperti, ‘Apakah ini sesuai peraturan?’ atau ‘Bagaimana panutan saya akan berlaku dalam hal seperti ini?’ Keputusan yang melibatkan kepetentingan umum, beberapa pihak yang berseberangan yang sama-sama benar, tapi saling bertentangan satu dengan yang lain. 
        Urgensi yang melandasi pengambilan keputusan adalah selalu melihat kemanfaatan yang besar kepada peserta didik. Tentu setelah kita mengambil keputusan kadang timbul keraguan apa yang kita putuskan benar? Tetapi jika masih melandasi kepada berpihakan kepada azas manfaat bagi peserta didik maka keputusan tersebut akan efektif. 

        Survei Pengetahuan Awal: 
        Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran 
        Studi Kasus: 
        Anda adalah Kepala Sekolah yang baru diangkat di SMP X. Wakil Kepala Sekolah Kurikulum mengatakan bahwa sekolah memerlukan buku-buku pelajaran baru yang perlu didistribusikan dengan segera kepada murid-murid. Hari itu, Anda diberitahu bahwa penerbit Y akan hadir untuk presentasi buku-buku pelajaran untuk tahun ajaran baru. Wakasek Kurikulum Anda mengatakan bahwa ini adalah kegiatan rutin sekolah untuk menyeleksi buku-buku pelajaran murid kelas 1-6 menjelang tahun ajaran baru dimulai, dan para orang tua pun sudah menunggu daftar buku-buku yang harus dibeli. Anda pun bertemu dengan penerbit Y. Di akhir rapat, penerbit Y memberitahu Anda bahwa jika Anda memutuskan memesan dari penerbitan mereka, maka seperti kepala sekolah sebelumnya, Anda akan mendapatkan 'komisi'. Penerbit memberitahu Anda bahwa kegiatan seperti ini sudah dilakukan setiap tahun oleh pimpinan sekolah Anda terdahulu. Penerbit Y juga mengatakan bahwa kerja sama ini sudah lama terbina, dan mereka senantiasa tepat waktu memberikan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan sekolah. Apa yang akan Anda lakukan sebagai Kepala Sekolah? Suatu saat, pihak Yayasan/Manajemen Sekolah memanggil Anda untuk mengetahui prosedur dan praktik pemesanan buku-buku tahun ajaran baru di sekolah selama ini. Apa yang Anda katakan? 

        Solusi
        Melakukan kordinasi pada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini misalkan guru maple menyampaikan bagaimana kesesuaian materi pada buku tersebut. Berikutnya berkordinasi pada para waka terkait prosedur pembelian dan penawaran barang termasuk buku. Kemudian disampaikan kepada penerbit tentang bagaimana prosedur dan praktik pemesanan buku ajaran baru di sekolah. Termasuk terkait dengan komisi yang telah diatur dalam prosedur tersebut. Tentu akan digunakan untuk peningkatan kompetensi guru, murid, seperti mengadakan pelatihan untuk guru, dan untuk mendanai proyek murid. 
        Bagaimana situasi di lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam mengambil suatu keputusan? Alhamdulillah ada nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat saya bekerja, atau tinggal. 
        Seperti nilai kejujuran, keterbukaan dan musyawarah. Apapun masalah yang dihadapi di sekolah, kami musyawarahkan bersama dengan rekan sejawat dan kepala sekolah. Jadi semua pihak harus mengetahui permasalahannya, lalu kita dapat mengambil keputusan terbaik. 3. Apakah Anda pernah mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan pada waktu itu, mengapa?

        Read More »
        04 February | 0komentar

        Tugas Mandiri Eksplorasi Konsep Modul 3.1



        Tugas Mandiri 
        Eksplorasi Konsep Modul 3.1 
        Oleh Sarastiana CGP Angkatan 6 Kab. Purbalingga

         -------------------------------------------------------------------------------------------- 
        Contoh Kasus 
        Pada saat supervise kelas mendapati guru yang monoton penyampaian materi selama 2JP hanya dengan metode ceramah. Hal tersebut saya sampaikan pada saat refleksi/evaluasi pelaksanaan supervise. Tampak guru yang saya supervise merasa tidak berkenan. Teman saya saya supervise menyampaikan bahwa karena ini pertemuan pertama. Saya menyampaikan supaya anak tidak bosan/jenuh gunakan metode diskusi atau model lain. Ketika diingatkan Rekan guru menyampaikan yang penting tetap mengacu pada kurikulum/ RPP dan materinya tersampaikan “Kan Ceramah juga termasuk metode Pembelajaran” demikian timpal rekan saya. Rekan guru tersebut merasa tersinggung. Bagaimana Anda menyikapinya? 
        -------------------------------------------------------------------------------------------- 
        Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

        Langkah 1. 
        Nilai yang bertentangan pada kasus ini adalah 
        1. Mempunyai prinsip bahwa mengajar yang penting sesuai dengan RPP/Kurikulum walaupun monoton yang penting materi tersampaikan 
        2. Nasehat tidak di hiraukan oleh rekan saya, jadi alasan rekan saya tetap mengacu pada kurikulum yang mengajar dengan metode ceramah. 

         Langkah 2: 
        Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut? 
        Yang terlibat adakah rekan saya. Mengalami dilema etika antara mengikuti saran menggunakan metode lain dalam pembelajaran atau memngikuti prinsip diri tentang pembelajarn di kelas. 

         Langkah 3: 
        Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut? 
        1. Supervisi kepada rekan saya. 
        2. Saya menanyakan kenapa 2JP hanya dengan metode ceramah? 
        3. Rekan saya menjawab yang penting mengacu pada RPP dan Ceramah juga salah satu metode mengajar 
        4. Saya merasa kecewa 
        5. Hasil evaluasi disampaikan dalam rapat evaluasi hasil supervise 

         Langkah 4: 
        Pengujian benar atau salah Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.
        1. Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji lega)   Tidak ada aspek pelanggaran hukum 
        2. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi) tidak ada pelanggaran peraturan atau kode etik profesi 
        3. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi) Berdasarkan perasaa, kasus ini terdapat kesalahpahaman antara saya dan rekan Guru saya. Saling       mempertahankan prinsip yang dipegang, rekan saya lebih percaya bahwa satu-metode ceramah untuk awal pelajaran sedangkan saya menyampaikan ada model lain supaya anak antusias 
        4. Apa yang anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan rapat evaluasi? Apakah anda merasa nyaman? Yang saya rasakan sesuai karena keputusan yang saya ambil bisa dijadikan pertimbangan atau inspirasi banyak orang yang mungkin mengalami masalah yang sama. 
        5. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini? Keputusan yang diambil adalah menggunakan metode mengajar: Metode Diskusi,Metode demontrasi, Metode Ceramah dan diskusi, Metode Eksperimen, Metode Karya Wisata, Metode Latihan Ketrampilan (Drill Method), Team Teaching, Peer teaching Method, Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving), Discovery Learning 

        Langkah 5: 
        Pengujian Paradigma Benar lawan Benar 
        Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Paradigma yang terjadi mpada kasus ini adalah Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Kebenaran metode ceramah bukan satu-satunya metode yang bisa dipakai di pembelajaran. Dan Benar juga bahwa kita sebagai Guru harus mendengar masukan dari supervisor. Untuk kebaikan proses pembelajaran kita. 

        Langkah 6: 
        Melakukan Prinsip Resolusi Prinsip penyelesaian yang dipilih adalah berpikir berbasis peraturan (rule based thingking). Karena adanya aturan bagaimana hubungan antara supervise/sor, dan Guru. Kita sebagai Guru harus menghormati dan menghargai saran dan nasehat dari rekan sejawat. Dana bila nasehatnya adalah sesuatu yang baik, kita tidak boleh menolaknya. 

         Langkah 7: 
        Investigasi Opsi Trilema Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)? 
        Penyelesaian yang diambil adalah rekan saya menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan Tindakan/konten materi. Dan penyelesaian kreatif adalah mengkombinasikan metode ceramah dengan metode yang lain atau antara diskusi dengan discovery learning dan yang lain, dengan melihat gaya belajar murid yang ada di kelas (pembelajaran diferensiasi). Sehingga ini menjadi penyelesaian yang tak terpikir sebelumnya, dari kasus teguran hanya metode ceramah, rekan saya dapat membuat pembelajaran diferensiasi di kelas nya, sehingga murid dapat belajar sesuai dengan profil belajar/ gaya belajar murid, tercapai pembelajaran yang berpihak pada murid. 

        Langkah 8: 
        Buat Keputusan Apa keputusan yang akan Anda ambil? 
        Keputusan saya pada kasus ini adalah saya meminta untuk menerapkan beragam metode mengajar supaya siswa tidak bosan. Kemudian saran dari saya dipakai yaitu menggunakan metode pembelajaran yang beragam tidak hanya ceramah dalam pembelajaran yang dikombinasikan dengan sumber belajar lain dan disesuai juga dengan profil belajar murid di kelas (penerapan pembelajaran diferensiasi) 

        Langkah 9: 
        Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan. 
        Keputusan yang diambil, dilaksanakan dengan baik, kemudian di evaluasi dan di refleksi 
        apakah pelaksanaannya sudah sesuai? 
        apakah keputusan tersebut sudah efektif dalam menjawab permasalahan yang dihadapi? 
        apakah kedua pihak yang berselisih sudah sama-sama bisa menerima dengan keputusan ini?
        apakah masih ada sesuatu yang menghalangi dalam pelaksanaan keputusan tersebut?
        apakah hasil pembelajaran lebih maksimal? Murid dan Guru bahagia? 
        Rekan Guru semuanya sudah dapat menerima dengan ikhlas? Refleksi perlu dilaksanakan supaya keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan, bila masih ada kekurangan dapat di tinjau kembali dan diperbaiki.

        Read More »
        03 February | 0komentar

        2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3


        2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3
        Oleh
        Sarastiana
        CGP Angkatan 6 Kab.Purbalingga
        SMK negeri 1 Bukateja

        COACHING adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kinerja ,pengalaman hidup, pembelajaran diri ,dan pertumbuhan diri coache. 

        A. Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara 
        Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. 
        Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Hal ini sejalan dengan pemikiran sang Maestro Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.

        ANALISIS UNTUK IMPLEMEMTASI DALAM KONTEKS CGP : 
        1. Sebagai seorang coach kita harus memunculkan pertanyaan yang berbobot untuk menggali semua potensi coache 
        2. Dalam mengelola materi ajar kita sebagai CGP harus lebih kreatif dan menumbuhkan ide ide baru yang akan memancing semua rekan sejawat untuk lebih giat dalam pembelajaran di sekolah 
        3. Tantangan terbesar kita sebagai seorang calon guru penggerak adalah harus siap tampil lebih baik dari teman teman yang lain yang penuh dengan kreatifitas yang luar biasa 
        4. Untuk melawan arus tantangan ini kita sebagai cgp harus membuat suatu terobosan baru yang memunculkan hal hal yang sangat bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk sekolah dan seluruh Rekan sejawat. 

        B. Peran Guru dalam Coaching 

        Peran Guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya. 

        C. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional. 
        Sistem Among yang dianut Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”. 
        Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan.

        D. Refleksi terhadap proses coaching di sekolah: 
        1.  Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya. 
        2. Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. 
        3. Melalui proses coaching sebagai seorang guru saya dapat menuntun murid untuk memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah. Refleksi terhadap proses coaching di sekolah: 

        Read More »
        09 December | 0komentar