![]() |
Pelat Bondek |
Plat lantai merupakan salah satu komponen struktur konstruksi pada suatu bangunan, baik itu gedung perkantoran maupun rumah tinggal bisa juga menjadi struktur konstruksi pada jembatan. Umumnya, pelat lantai dibangun dengan konstruksi beton bertulang sebagai dasar utamanya.
Pelat lantai adalah struktur
yang pertama kali menerima beban, baik itu beban mati maupun beban hidup
yang kemudian menyalurkannya ke sistem struktur rangka yang lain.
Ketebalan
pelat lantai disesuaikan dengan beberapa hal, diantaranya :
1. Beban yang akan ditumpu
2. Jarak antar balok penumpu
3. Bahan yang digunakan
4. Besar lendutan yang diijinkan
Menurut Sudarmoko (1996) pelat adalah elemen horizontal struktur yang
mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya kerangka
vertikal dari sistem struktur. Pelat dipakai pada struktur arsitektur, jembatan,
struktur hidrolik, perkerasan jalan, pesawat terbang, kapal, dan lain sebagainya.
Asroni (2010) menyatakan, pelat beton bertulang adalah struktur tipis yang
dibuat dari beton bertulang dan dengan bidang yang arahnya horizontal, dan
beban yang bekerja tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Pelat beton
bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan
gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur perilaku horizontal yang
sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
Pelat merupakan sebuah bidang datar yang lebar, biasanya mempunyai arah
horizontal dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar atau mendekati sejajar.
Pelat ditumpu oleh gelagar atau balok (biasanya menjadi satu kesatuan dengan
gelagar tersebut) oleh dinding pasangan batu atau dinding beton bertulang, oleh batang-batang struktur baja, secara langsung oleh kolom-kolom atau tertumpu
secara menerus oleh tanah (George (1993) dalam Usman (2008)).
Material Plat Lantai
Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya
kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen).
Beton didefinisikan sebagai “sebagai
campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat kasar, dan
air, dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat” (SK SNI T-15-
1991-03). Semen yang diaduk dengan air akan membentuk pasta semen. Jika semen
ditambah dengan pasir akan menjadi mortar semen. Jika ditambah lagi dengan
kerikil atau batu pecah disebut beton.
Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun
kuat tarik yang lemah. Pelat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain:
1. Mampu mendukung beban besar.
2. Merupakan isolasi suara yang baik.
3. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.
4. Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.
5. Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur
panjang.
Pelat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok
penumpu. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu
kesatuan. Pada pelat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan
silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan hitungan pelat
lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku
SNI Beton 1991.
Beberapa persyaratan tersebut antara lain:
- Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedang untuk pelat atap sekurang-kurangnya 7 cm. 6
- Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak atau baja sedang.
- Pada pelat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap atas bawah.
- Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari 20 cm atau dua kali tebal pelat, dipilih yang terkecil.
- Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm, untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga
9
berfungsi menambah kekakuan pelat. Bentangan pelat yang besar juga akan
menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan
akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga
persatuan luas akan menjadi mahal
Pelat lantai memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah sebagai berikut
(Meiriska, 2016).
1. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas,
2. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas,
3. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang baawah,
4. Meredam suara dari ruang atas maupun di ruang bawah,
5. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal, dan
6. Menambah kekakuan bangunan pada arah vertikal.
Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya
gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada
struktur. Struktur bangunan berfungsi menahan beban (load) tertentu disamping
harus menahan beratnya sendiri. Beban-beban yang diperhitungkan adalah beban
hidup (Ql) dan beban mati (Qd) yang diterima oleh sistem struktur.
1. Beban Mati (Qd)
Beban mati adalah semua beban yang berasal dari berat bangunan termasuk
segala unsur tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengannya.
Berikut merupakan beban mati dari berat sendiri material atau bahan
bangunan dan komponen struktur sesuai dengan SNI-1727-2013.
Beban hidup adalah semua beban tidak tetap, kecuali beban angin, beban
gempa dan pengaruh-pengaruh khusus yang diakibatkan oleh selisih suhu,
pemasangan (erection), penurunan pondasi, susut dan pengaruh-pengaruh
khusus lainnya. Beban hidup diperhitungkan berdasarkan perhitungan
matematis dan menurut kebiasaan yang berlaku pada pelaksanaan
konstruksi di Indonesia.
Beban hidup yang digunakan dalam perancangan
gedung dan struktur lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi
akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak
boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan dalam Tabel 4-1
SNI-1727-2013.
Sistem penulangan pelat terdapat 2 macam, yaitu pelat satu arah dan
pelat dua arah. Namun pada penelitian ini hanya akan difokuskan pada
penulangan pelat satu arah saja, karena pada penelitian ini hanya membahas
tentang penulangan pelat satu arah.
Sedangan untuk pelat dua arah akan dijelaskan
secara garis besarnya.
1. Pelat satu arah
Menurut Usman (2008) pelat satu arah adalah pelat yang hanya ditumpu
pada dua sisi yang saling berhadapan atau pun pelat yang ditumpu pada
keempat sisinya tetapi Ly/Lx >2, sehingga hampir seluruh beban
dilimpahkan pada sisi pendek, seperti ditunjukan pada Gambar 3.1 Pelat
Satu Arah. Perencanaan pelat satu arah dapat dilakukan sebagaimana balok
persegi dengan tinggi balok tersebut adalah setebal pelat dan lebar satu
satuan (umumnya 1 meter).
Contoh pelat satu arah adalah
kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan sejajar.
2. Pelat 2 arah
Sistem pelat lantai dua arah dapat juga terjadi pada pelat bentang tunggal
maupun bentang menerus asal persyaratannya terpenuhi. Persyaratan jenis
pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang panjang (L) terhadap
bentang pendek (S) kurang dari dua.
Pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan dijumpai jika pelat beton
menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang dua arah. Contoh
pelat dua arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang saling sejajar.
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang Lx
dan bentang Ly, maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang
saling tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan bagi. Tetapi
pada pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja,
sehingga untuk daerah tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan
tulangan bagi (Asroni, 2010). Sebagaimana ditunjukan pada gambar 3.5 dan
gambar 3.6 berikut ini.
Post a Comment