Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Similarity Tinggi Berarti Plagiat?


Alhamdulillah mempunyai teman yang sangat baik/pinter dan soleh, Bp.Doko,sehingga bisa dikenalkan dengan penerbit dan Jurnal-jurnal untuk menerbitkan Hasil Penelitian saya. Mendapatkan email masuk dari reviewer Jurnal salah satu perguruan tinggi terkenal di Jawa Tengah. 
Email tersebut memberitahu tentang uji Similarity tentang Artikel Penelitian yang saya kirim untuk dimuat dengan subyek email Hasil Uji  Kemiripan, Plagiarism Check, memberitahukan bahwa similarity index artikel kami lebih dari 30% tepatnya 41% yang artinya ada kemungkinan plagiasi sebesar itu?


Konten tulisan, artikel, ulasan yang dipublikasikan dalam penerbit atau di media sosial memiliki kesamaan, tidak serta merta secara otomatis dapat disimpulkan bahwa konten yang bersangkutan telah dijiplak. Pada kasus seperti ini berarti bahwa konten yang mirip atau memiliki Similarity dengan materi lain, kasus seperti itu sering ditemukan tetapi tidak disimpulkan praktik yang tidak jujur ​​atau ilegal.

Beberapa pola yang dapat dijadikan pegangan munculnya indek kesamaan yang selama ini dikeluarkan oleh turnitin. Merujuk dari laman website turnitin.com mengenai the plagiarism spectrum, berdasarkan survei di seluruh dunia terhadap 900 di pendidikan menengah dan pendidikan tinggi ditemukan 10 tipe plagiasi, yaitu: 
  1. Clone, Mengambil karya orang lain, kata demi kata, sebagai karya seseorang. Sebagai contoh saya mengambil karya Pak B, yang kemudian saya ganti nama menjadi nama saya. Tidak ada perubahan sama sekali baik dari judul, isi hingga kesalahan titik – komapun dipertahankan. 
  2. Ctrl + C, Berisi bagian teks yang signifikan dari satu sumber tanpa ada perubahan. Hampir sama dengan clone (No. 1) yaitu bersumber dari 1 karya ilmiah yang kemudian diubah sedikit agar terlihat berbeda. Biasanya perubahan hanya dilakukan di kata penghubung atau kata depan untuk mengecoh guru. 
  3. Find – Replace, Mengubah kata dan frasa kunci tetapi tetap mempertahankan konten penting dari sumber. Biasanya dilakukan dengan cara mengganti/ replace kata-kata kunci. Sebagai contoh mengganti kata ‘kota’ di dalam text menjadi ‘wilayah perkotaan’. Akan memiliki susunan kalimat yang relatif berbeda, namun sebenarnya tetap saja sama. 
  4. Remix, Parafrase dari berbagai sumber, dibuat agar terlihat cocok bersama. Seperti melakukan kliping, yaitu mengambil informasi dari berbagai media yang terpublikasi di Internet kemudian di kompilasi/ remix menjadi satu produk text tanpa menyebutkan sumber. 
  5. Recycle, Meminjam dengan murah hati dari karya penulis sebelumnya tanpa kutipan. Biasanya dengan cara tetap menyebutkan penulis sebelumnya namun tidak mengutipnya dengan benar, begitupula di daftar pustaka tidak di tulis. Ada proses parafrase tetapi ide kalimat tetap sama dari penulis utamanya dan tidak melakukan proses pengutipan. 
  6. Hybrid, Menggabungkan sumber yang dikutip sempurna dengan bagian yang disalin tanpa kutipan. Menyisipkan karya orang lain tanpa memberikan kutipan. 
  7. Mashup, Mencampur materi yang disalin dari berbagai sumber. 
  8. 404 error, Termasuk kutipan ke informasi yang tidak ada atau tidak akurat tentang sumber. Begitupula dengan artikel text, kita membuat kutipan dengam merujuk pada suatu sumber tertentu, namun sumber tersebut tidak ditemukan. 
  9. Agregator, Memasukkan kutipan yang tepat tetapi artikel yang ditulis hampir tidak mengandung karya asli. 
  10. Re-tweet, Bisa membuat kutipan yang tepat, tetapi terlalu bergantung pada teks asli dan juga struktur text.
Pada artikel yang saya sertakan juga dibelakangnya refrensi juga dianggap terekam sebagai sebuah kemiripan. Maka satu trik saja agar tidak atau meminimalisir kemiripan dan mengurangi prosentasenya adalah dengan memfrase ulang dengan makna yang sama.
Share this article now on :

2 comments:

  1. Kalau similikity tinggi artosipun nopo Bu Saras eh salah ding, Pak Saras?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa saja Mas Ustadz Khalid... terimakasih telah berkunjung

      Delete