Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Pembelajaran Berbasis Project Pada Kurikulum Merdeka

Project Learning

Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL) merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. 
Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek.Penekanannya pada aktivitas peserta didik dalam menghasilkan produk yang menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis, membuat sampai mempresentasikan produk.

Tahapan penerapan pembelajaran berbasis proyek sebagaimana yang dikemukakan oleh H.J. Sriyanto (2046) yang merujuk pada Yusoff (2002: 22), Abidin (2014: 172), dan Suyitno dan Kristayajati (2016:13-14)
langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dalam studi ini adalah sebagai berikut: 
Tahap 1: 
Penentuan Proyek Pada tahap ini guru memberikan tugas proyek kepada siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang dikerjakan baik secara kelompok maupun mandiri. Siswa melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang disediakan guru. Berdasarkan pengamatan tersebut, siswa mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.
Tahap 2: 
Perencanaan Proyek Pada tahap ini siswa mendesain rencana proyek. Proyek yang akan dilaksanakan bertujuan untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan permasalahan yang telah dipilih. Guru memberikan gambaran besar proyek yang akan dikerjakan, mulai dari persiapan yang harus dilakukan, pelaksanaan proyek meliputi aktivitas apa saja, menyusun laporan proyek hingga mempresentasikan hasil proyek kepada guru dan siswa lain, masyarakat, atau pihak-pihak terkait. Perencanaan kegiatan proyek harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. 
Tahap 3: 
Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek Siswa merencanakan tahap-tahap kegiatan proyek mulai dari persiapan hingga presentasi produk yang dihasilkan. Tugas guru membimbing peserta didik untuk membuat jadwal sesuai alokasi waktu yang telah ditetapkan. 
Tahap 4: 
Pelaksanaan Proyek Pada tahap ini siswa melakukan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Mulai dari menyusun instrumen alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, melakukan pengumpulan data, mengolah dan menyajikan data, menganalisis data. 
Tahap 5: 
Pemantauan Kemajuan Proyek Guru memantau kegiatan siswa dalam mengerjakan tahap-tahap proyek yang sudah dijadwalkan. Guru memastikan setiap anggota kelompok mengerjakan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya. Guru dapat memberikan bantuan berupa bimbingan atau menyediakan sumber informasi tambahan yang dapat mendukung kelancaran kegiatan proyek. 
Tahap 6: 
Penyusunan laporan Pada tahap ini siswa melakukan pembahasan pelaksanaan dan hasil proyek. Selanjutnya siswa menyusun laporan proyek secara lengkap. 
Tahap 7: 
Presentasi/Publikasi Hasil Proyek Pada tahap ini hasil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada siswa yang lain, guru, masyarakat pihak-pihak yang terkait dengan proyek. 
Tahap 8: 
Evaluasi refleksi proses dan hasil proyek Pada akhir proses pembelajaran guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Proses refleksi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menerapkan merode pembelajaran berbasis proyek diperlukan persyaratan yang harus dimiliki guru dan siswa. Guru harus sudah membelajarkan siswanya kriteria dari pembelajaran berbasis proyek sebagaimana yang dikemukan oleh Thomas (2000), bahwa setidaknya ada lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah (driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). 
Guru juga harus sudah terampil menerapkan sumber data penilaian sebagaimana yang dijelaskan oleh Kemdikbud (2014) meliputi : 
  1. Self-assessment (penilaian diri) penting dilakukan untuk merefleksikan diri siswa sendiri, tidak hanya menunjukkan apa yang siswa rasakan dan apa yang seharusnya siswa berhak dapatkan. Siswa merefleksikan dirinya seberapa baik mereka bekerja dalam kelompok dan seberapa baik siswa berkontribusi, bernegosiasi, mendengar dan terbuka terhadap ide-ide teman dalam kelompoknya. Siswa pun mengevaluasi hasil proyeknya sendiri, usaha, motivasi, ketertarikan dan tingkat produktivitas. 
  2. Peer Assessment (penilaian antar siswa) merupakan elemen penting pada penilaian Project Based Learning: guru tidak akan selalu bersama semua siswa di setiap waktu dalam proses pengerjaan proyek, dan peer assessment akan memudahkan untuk menilai siswa secara individu dalam sebuah kelompok. Siswa menjadi kritis terhadap kerja temannya dan berupaya untuk saling memberikan umpan balik.
  3. Rubrik penilaian produk, Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana.
  4. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: 
  • Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. 
  • Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. 
  • Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. 
Siswa setidaknya memiliki kemampuan untuk menafsirkan proyek tang akan dikerjakan dengan topik besar yang mungkin sudah ditentukan gurunya meliputi: kemampuan pribadi (memvisualisasikan aktifitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen (computer files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli, self assessment), kemampuan bekerjasama di dalam kelompok dan bekerjasama antar kelompok. 
Dengan keteraturan itu, diharapkan anak-anak ketika masuk sekolah kembali semangat belajarnya tidak padam dan materi pembelajaran tidak tertinggal. Jadi ritmenya bisa diatur bukan malah membuat anak tertekan, perasaan tertekan dan kelelahan justru dapat berdampak pada penurunan imun pada tubuh anak yang memudahkannya terinfeksi bibit penyakit.
Share this article now on :

Post a Comment