Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

2.1.a.4. Eksplorasi Konsep - Modul 2.1

Eksplorasi Konsep – Forum Diskusi : 3 Nov 2022


Kutipan hari ini:
“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” (Ki Hajar Dewantara)

Konsekuensi karena keberagaman siswa yang kita lakukan adalah melakukan perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik tersebut. Sehingga kita mengelola kelas juga harus berpacu dengan keberagaman tersebut.Melalui asesmen diagnostik non kognitif kita dapat mengetahu keberagaman tersebut. Ada siswa yang memiliki gaya belajar dengan teks/kontekstual, audivisual dan kinestetik dan latar belakang siswa lainnya.
Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Semua Murid Guru menyediakan lingkungan belajar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia. Pembelajaran atau pendidikan bukan hanya milik para anak anak dari golongan yang mampu saja, namun pembelajaran milik setiap murid murid yang orangtuanya mempercayakan lingkungan pendidikan kita kepada sekolah kita, bukan hanya itu saja namun pembelajaran juga milik setiap anggota masyarakat. Semua golongan berhak menikmati pendidikan didalam dan diluar kelas. Setiap murid berhak mewujudkan keingginannya melalui bakat minat yang dimilikinya. kita sebagai pendidik hanya mengarahkan kepada tumbuh kembangnya murid sesuai kodrat alam dan zaman agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Pembelajaran berdiferensiasi sangat mungkin mewujudkan murid murid kearah yang lebih baik.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas, seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid tersebut, kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya, guru akan senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking ini secara natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.untuk membelajarkan siswa dengan kakteristik yang berbeda-beda dan agar kelas dapat kondusif, seorang guru perlu membuat desain atau rencana pembelajaran yang akan dilaksnakan di dalam kelas, sehingga guru dapat menjalankan rencana tersebut dengan baik dan mengurangi kemungkinan tantangan/hambatan yang muncul. Sehingga dengan adanya rencana pembelajaran yang baik diharapkan dapat memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajarannya.
Halaman 4
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa? Apakah ada alternatif lain yang dapat dilakukan oleh Ibu Renjana? Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut?
Jawaban
Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang selesai lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut tidak mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan membutuhan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untk memenuhi kebutuhan belajarnya. Dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Ibu Renjana perlu memperhatikan kebutuhan belajar murid-muridnya dengan lebih komprehensif.
Halaman 5,Miskonsepsi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Halaman 6
Halaman 7, 2.1.3 Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. Ketiga aspek tersebut adalah: Kesiapan belajar (readiness) murid Minat murid Profil belajar murid Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Kita dapat melakukan asesmen diagnostik non kognitif (bentuk menyebarkan angket bentuk kuesioner) berkaitan dengan pertanyaan2 yang dapat mencerminkan kondisi siswa. Analisis Kebutuhan Pembelajaran diantara pertanyaan adalah:1. yes no 1. Saya hanya membutuhkan media visual, ☒ ☐ 2. Saya hanya membutuhkan media audio saja ☒ ☐ 3. Saya membutuhkan modul yang digital ☒ ☐ dan sebagainya
Halaman 8
Halaman 9
Halaman 10
Halaman 11
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Share this article now on :

Post a Comment