Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Kesiapan Belajar (Readiness)


Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”? Bayangkanlah situasi berikut ini: Dalam pelajaran bahasa Indonesia, setelah menjelaskan dan memberikan kesempatan murid-muridnya untuk mengeksplorasi beragam teks narasi, bu Renjana meminta murid-muridnya membuat sebuah draf contoh teks narasi sendiri. Ia kemudian melakukan asesmen terhadap draf teks yang telah dibuat oleh murid-muridnya. Setelah melakukan asesmen, ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya. Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. 
Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja. Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas. Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas. 
Informasi yang didapatkan ini kemudian digunakan oleh bu Renjana untuk merencanakan pembelajaran di tahapan berikutnya, dimana ia memberikan bantuan lebih banyak untuk murid-murid yang belum memiliki keterampilan menulis dan memberikan lebih sedikit bantuan untuk murid-murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang baik. 
Dalam contoh di atas, Bu Renjana mengidentifikasi kebutuhan belajar dengan melihat kesiapan belajar. Melakukan analisis Kebutuhan Pembelajaran diantara pertanyaan adalah:1. yes no 
1. Saya hanya membutuhkan media visual, ☒ ☐ 
2. Saya hanya membutuhkan media audio saja ☒ ☐ 
3. Saya membutuhkan modul yang digital ☒ ☐ dan sebagainya. 
Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar murid. Murid yang belum siap belajar, cenderung akan berperilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti murid yang gelisah, ribut (tidak tenang) selama proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika murid belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Secara umum kesiapan belajar sering kali disebut “readiness”. Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam dirinya sudah terdapat readiness untuk mempelajari sesuatu itu. Dalam hal belajar, seseorang harus terlebih dahulu mempersiapkan diri atau dalam kondisi siap untuk melakukan aktivitas belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 
Murid yang memiliki kesiapan belajar yang baik akan cenderung mempunyai rasa ketertarikan terhadap proses belajar yang akan dilakukan, sehingga dengan rasa tertarik ini akan membangkitkan semangat belajar untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Jika kemampuan belajar siswa meningkat maka akan ada kemungkinan hasil belajarnya juga akan meningkat. Seperti yang dijelaskan oleh Djamarah (2011:35) bahwa kesiapan belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. 
Kemudian menurut Dalyono (2012:166), readiness adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk berbuat sesuatu.Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik, biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. 
Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut sebenarnya menggambarkan beberapa perspektif yang dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan belajar murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47) tersebut.
Tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka dan memberikan mereka tantangan, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi atau keterampilan baru tersebut. Murid yang belum siap belajar, cenderung akan berperilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti murid yang gelisah, ribut (tidak tenang) selama proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika murid belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Share this article now on :

Post a Comment