“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang
keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya.
Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang
seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan
batin.” (Ki Hajar Dewantara)
Konsekuensi karena keberagaman siswa yang kita lakukan adalah melakukan
perencanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik tersebut. Sehingga kita
mengelola kelas juga harus berpacu dengan keberagaman tersebut.Melalui asesmen
diagnostik non kognitif kita dapat mengetahu keberagaman tersebut. Ada siswa
yang memiliki gaya belajar dengan teks/kontekstual, audivisual dan kinestetik
dan latar belakang siswa lainnya.
Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan
Belajar Semua Murid Guru menyediakan lingkungan belajar agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan
memastikan bahwa dalam prosesnya, anak-anak tersebut merasa selamat dan bahagia.
Pembelajaran atau pendidikan bukan hanya milik para anak anak dari golongan yang
mampu saja, namun pembelajaran milik setiap murid murid yang orangtuanya
mempercayakan lingkungan pendidikan kita kepada sekolah kita, bukan hanya itu
saja namun pembelajaran juga milik setiap anggota masyarakat. Semua golongan
berhak menikmati pendidikan didalam dan diluar kelas. Setiap murid berhak
mewujudkan keingginannya melalui bakat minat yang dimilikinya. kita sebagai
pendidik hanya mengarahkan kepada tumbuh kembangnya murid sesuai kodrat alam dan
zaman agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Pembelajaran berdiferensiasi
sangat mungkin mewujudkan murid murid kearah yang lebih baik.
Pembelajaran Berdiferensiasi
Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan pada keberagaman yang banyak
sekali bentuknya, sehingga seringkali mereka harus melakukan banyak pekerjaan
atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas,
seorang guru mungkin harus membantu satu muridnya yang kesulitan, namun di saat
yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat ia membantu murid tersebut,
kelasnya tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam kesehariannya, guru akan
senantiasa melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking ini secara
natural sebenarnya dimiliki oleh guru. Kemampuan ini banyak yang tidak disadari
oleh para guru, karena begitu alaminya hal ini terjadi di kelas dan betapa
terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Semua usaha tersebut tentunya
dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya
sukses dalam proses pembelajarannya.untuk membelajarkan siswa dengan kakteristik
yang berbeda-beda dan agar kelas dapat kondusif, seorang guru perlu membuat
desain atau rencana pembelajaran yang akan dilaksnakan di dalam kelas, sehingga
guru dapat menjalankan rencana tersebut dengan baik dan mengurangi kemungkinan
tantangan/hambatan yang muncul. Sehingga dengan adanya rencana pembelajaran yang
baik diharapkan dapat memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses
pembelajarannya.
Halaman 4
Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya,
mengapa? Jika tidak, mengapa? Apakah ada alternatif lain yang dapat dilakukan
oleh Ibu Renjana? Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan?
Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut?
Jawaban
Keputusan Ibu Renjana memberikan soal yang sama kepada ketiga murid yang selesai
lebih dahulu tidak dapat disebut sebagai pembelajaran berdiferensiasi. Pertama
karena tambahan soal diberikan dengan tujuan agar ketiga anak tersebut tidak
mengganggu temannya yang belum selesai. Kedua, ketiga murid tersebut kemungkinan
membutuhan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi untk memenuhi kebutuhan
belajarnya. Dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi,
seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar
murid. Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus
mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula
berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat
bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar
pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan
belajar tersebut. Ibu Renjana perlu memperhatikan kebutuhan belajar
murid-muridnya dengan lebih komprehensif.
Halaman 5,Miskonsepsi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi
Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar
individu setiap murid.Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah
berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32
orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk
murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran
berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan
yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang
berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses
pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat
beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana
kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Halaman 6
Halaman 7, 2.1.3 Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga aspek tersebut adalah:
Kesiapan belajar (readiness) murid
Minat murid
Profil belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).Kita dapat melakukan asesmen diagnostik non kognitif (bentuk menyebarkan angket bentuk kuesioner) berkaitan dengan pertanyaan2 yang dapat mencerminkan kondisi siswa. Analisis Kebutuhan Pembelajaran diantara pertanyaan adalah:1. yes no 1. Saya hanya membutuhkan media visual, ☒ ☐ 2. Saya hanya membutuhkan media audio saja ☒ ☐ 3. Saya membutuhkan modul yang digital ☒ ☐ dan sebagainya
Halaman 8
Halaman 9
Halaman 10
Halaman 11
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
Halaman 12
No comments:
Post a Comment