Pada tingkat SMK Mekanika Teknik sama dengan Mapel Perhitungan Statika Bangunan. Inti dari statika bangunan adalah pada Pembebanan. Pembebanan (loading)
pada Konstruksi Bangunan telah diatur pada Peraturan Pembebanan Indonesia tahun 1983 (setahu saya masih pakai itu walaupun sekarang sudah tahun 2014). Beban-beban ini membebani konstruksi (balok, kolom, rangka, batang dsb) yang juga diidealisasikan sebagai garis sejajar dengan sumbunya.
Ada 5 macam pembebanan
yaitu :
a. Beban mati (berat
sendiri konstruksi dan bagian lain yang melekat)
b. Beban hidup (beban
dari pemakaian gedung seperti rumah tinggal,kantor, tempat pertunjukkkan)
c. Beban angin (beban
yang disebabkan oleh tekanan angin)
d. Beban gempa (beban
karena adanya gempa)
e. Beban khusus (beban
akibat selisih suhu, penurunan, susut dan sebagainya)
Berdasarkan wujudnya
beban tersebut dapat diidealisasikan sebagai
(1) beban terpusat,
(2) beban
terbagi merata,
(3) beban tak merata (beban bentuk segitiga, trapesium dsb).
Beban terpusat adalah
beban yang titik singgungnya sangat kecil yang dalam batas tertentu luas bidang
singgung tersebut dapat diabaikan. Sebagai contoh
beban akibat tekanan roda mobil atau motor, pasangan tembok setengah batu di
atas balok, beton ataupun baja dsb. Simbul beban terpusat adalah P dan memiliki satuan berat (ton atau kg)
Pada gambar diatas dikatakan bahwa pembebanan sebesar P berada pada batang AB yang ditumpu pada tumpuan engsel ditumpuan A dan tumpuan rol di titik B.
Beban merata adalah
beban yang bekerja menyentuh bidang konstruksi yang cukup luas yang tidak dapat
diabaikan. Beban ini dinyatakan dalam satuan Newton/meter persegi ataupun
newton permeter atau yang sejenisnya dengan simbol q.
Beban tidak merata dapat berupa beban
berbentuk segitiga baik satu sisi maupun dua sisi, berbentuk trapesium dsb.
Satuan beban ini dalam newton per meter.