Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilahsosiodrama berasal dari kata sosio atau sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih.
Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan sebagainya.
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.
Jadi Metode Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkanya.(1).
Langkah-langkah yang biasa berhubungan dengan proses
permainan peran antara lain :
Menentukan Masalah.
Partisipan kelompok dalam memilih dan
menentukan masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan
cukup dikenal oleh pemain maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas,
dan sederhana sehingga peserta dapat mendiskusikan secara rasional.
Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah yang dapat
mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan
permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus
benar-benar mengerti permasalahannya. Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih
unggul untuk meningkatkan produksi.
Membentuk Situasi.
Desain peran yang dimainkan atau situasi
tergantung pada hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk
menghindari situasi yang kompleks, yang mungkin mengacaukan
perhatian pengamat dari masalah yang dibahas. Situasi harus memberikan
sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok, dan dapat saat yang
sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang diinginkan.
Membentuk Karakter .
Keberhasilan proses permainan peran
sering ditentukan oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang
akan dimainkan harus dipilih secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan
memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan pertemuan. Biasanya,
permainan peran melibatkan peran yang sedikit.
Pemain yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran
harus diberikan kepada mereka yang mampu membawakannya dengan
baik dan mau melakukannya. Orang tidak seharusnya dipaksa memainkan
suatu peran, tidak pula harus diminta untuk memainkan peran yang
mungkin membuat bingung setelah penyajian.
Mengarahkan Pemain.
Permainan yang spontan tidak
memerlukan pengarahan. Akan tetapi, permainan peran yang terencana
memerlukan pengarahan dan perencanaan yang matang. Penting bagi
pemain untuk dapat memainkan perannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pengarahan diperlukan untuk
memberitahukan tanggungjawab mereka sebagai pemain. Pengarahan
mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan
pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau
dilakukan.
Memahami Peran,
Biasanya, suatu hal yang baik bagi pengamat
untuk tidak mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan
harus diatur waktunya secara hati-hati dan spontan. Penting untuk
diketahui, apabila ada beberapa pemain, hendaknya mereka mulai bermain
pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, yaitu ketika
permainan dihentikan.
Menghentikan/memotong.
Efektifitas permainan peran mungkin
sangat berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan
berlangsung terlalu lama.
Pengaturan waktu sangat penting. Permainan
peran yang lama tidak efektif, jika sebenarnya hanya diperlukan beberapa
menit untuk memainkan peran yang diinginkan.
Referensi:
1. Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan” (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2007, cet ke-2), h. 159
Termotivasi untuk mengembangkan model pembelajaran, 👍
ReplyDeleteSalam literasi🙏