Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label PTK. Show all posts
Showing posts with label PTK. Show all posts

Metode Pembelajaran Make A Match


Model Pembelajaran menurut Joyce & Weil dalam Huda, (2013 : 73), berpendapat bahwa “Model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesaian materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.” Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. 
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas, mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipakai oleh guru untuk membentuk kurikulum, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya,
Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorn Curran pada tahun 1994 pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu, Aqib Zainal (2013 : 23 ) Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12 ) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan setiap siswa mendapat sebuah kartu ( bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.
Sebagaimana dilansir dari web https://fatkhan.web.id/.
Penerapan Model Make a Match Dalam Proses Belajar Mengajar memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran dilakukan oleh guru dalam menerapkan model make a match dalam proses belajar mengajar Ciandra dalam Novia (2013: 18). 
Adapun tahap–tahap tersebut anatara lain: Tahap persiapan Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut sedemikian sehingga berbentuk huruf u upayakan kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua.

Metode pembelajaran “Make a Match” merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Metode pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk dapat menghafal atau mengingat materi pelajaran dengan cara yang baru dan menyenangkan. Metode pembelajaran “Make a Match” dapat membantu kesulitan belajar siswa terutama dalam hal mengingat materi pelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran lebih inovatif “Make a Match” dapat berorientasi pada aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih  materi yang dipelajari saat itu. Akibatnya hanya sedikit materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh siswa dan bahkan tidak benar-benar ada yang dipahami. 
Berlatar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan pengetahuan siswa melalui penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Metode pembelajaran yang kreatif dimaksudkan agar siswa mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar dengan menggali informasi melalui berbagai sumber pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh secara mandiri. Salah satu metode pembelajaran inovatif adalah “Make a Match” atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. 
Menurut Curran yang dikutip oleh Suprijono (2009), metode “Make a Match” merupakan metode mencocokkan kartu, siswa harus mencari pasangan dari kartu yang dimiliki dengan batas waktu tertentu mengenai suatu konsep pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, metode pembelajaran “Make a Match” digunakan untuk mengukur pemahaman siswa, yang dilakukan dengan cara mencocokkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban dari materi pembelajaran yang sudah diajarkan. 
Metode pembelajaran “Make a Match” merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Metode pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk dapat menghafal atau mengingat materi pelajaran dengan cara yang baru dan menyenangkan. Metode pembelajaran “Make a Match” dapat membantu kesulitan belajar siswa terutama dalam hal mengingat materi pelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran lebih inovatif “Make a Match” dapat berorientasi pada aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, serta membantu meningkatkan proses dan hasil belajar.

Read More »
03 July | 0komentar

Metode Pembelajaran Sosiodrama


Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilahsosiodrama berasal dari kata sosio atau sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih.
Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan sebagainya. Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.
Jadi Metode Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkanya.(1).

Langkah-langkah yang biasa berhubungan dengan proses permainan peran antara lain : 
Menentukan Masalah. 
Partisipan kelompok dalam memilih dan menentukan masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan cukup dikenal oleh pemain maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas, dan sederhana sehingga peserta dapat mendiskusikan secara rasional. Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah yang dapat mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar mengerti permasalahannya. Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan produksi. 
Membentuk Situasi. 
Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari situasi yang kompleks, yang mungkin mengacaukan perhatian pengamat dari masalah yang dibahas. Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok, dan dapat saat yang sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang diinginkan. 

Membentuk Karakter
Keberhasilan proses permainan peran sering ditentukan oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai tujuan pertemuan. Biasanya, permainan peran melibatkan peran yang sedikit. Pemain yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran harus diberikan kepada mereka yang mampu membawakannya dengan baik dan mau melakukannya. Orang tidak seharusnya dipaksa memainkan suatu peran, tidak pula harus diminta untuk memainkan peran yang mungkin membuat bingung setelah penyajian. 

Mengarahkan Pemain. 
Permainan yang spontan tidak memerlukan pengarahan. Akan tetapi, permainan peran yang terencana memerlukan pengarahan dan perencanaan yang matang. Penting bagi pemain untuk dapat memainkan perannya pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pengarahan diperlukan untuk memberitahukan tanggungjawab mereka sebagai pemain. Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau dilakukan. 

Memahami Peran, 
Biasanya, suatu hal yang baik bagi pengamat untuk tidak mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan harus diatur waktunya secara hati-hati dan spontan. Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain, hendaknya mereka mulai bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang sama pula, yaitu ketika permainan dihentikan. 

Menghentikan/memotong. 
Efektifitas permainan peran mungkin sangat berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung terlalu lama. 
Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak efektif, jika sebenarnya hanya diperlukan beberapa menit untuk memainkan peran yang diinginkan.

Referensi:
1. Wina Sanjaya, “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan” (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007, cet ke-2), h. 159

Read More »
06 July | 1komentar

Metode Simulasi

Menjelaskan Materi


Menurut Abu Ahmadi simulasi (simulation) berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja (Abu Ahmadi,2005). Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menggambarkan keadaan sebenarnya.

Bahwa siswa (dengan bimbingan guru) melakukan peran dalam simulasi tiruan untuk mencoba menggambarkan kejadian yang sebenarnya. Maka didalam kegiatan simulasi, peserta atau pemegang peranan melakukan lingkungan tiruan dari kejadian yang sebenarnya.
Metode pembelajaran simulasi merupakan metode pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.(Nana Sudjana). Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa oleh beberapa ahli tersebut di atas, dapat dipahami bahwa metode simulasi merupakan suatu model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan cara penyajian.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalu simulasi terlebih dahulu

Jenis-jenis Simulasi 

Menurut Wina Sanjaya Simulasi terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah–masalah yang berkaitan dengan fenomena social, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan- tekanan yang dialaminya.
3) Role Playing
Role playing atau permainan peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari metode simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual. Dalam proses pelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompoknya masing-masing dengan mekanisme pelaksanaan yang diarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan yang telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya

Tujuan Kegiatan Simulasi 
Metode pembelajaran simulasi bertujuan untuk :
1) Melatih keterampilan tertentu baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari
2) Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep
3) Melatih memecahkan masalah
4) Meningkatkan keaktifan belajar
5) Memberikan motivasi belajar kepada siswa
6) Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok
7) Menumbuhkan daya kreatif siswa
8) Melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi 

Kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode belajar diantaranya :
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja
2) Simulasi dapat engembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siwa
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis
5) Simulasi dapat meningkatkan gaairah siswa dalam proses pembelajaran

Kelemahan, diantaanya :
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan
2) Pengelolahan ang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alathiburan, sehingga tujuan pembelajaran jadi terbengkalai
3) Faktor pisikologis seperti rasamalu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi

 Referensi:

1. Abu Ahmadi, Joko Tri Pasetya, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia. Hal 83.
2. E.Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Meyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2008. Hal 78.
3. M.Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1991. Hal 28.
2. Nana Sudjana, Op.Cit. Hal 89
3. Wina Sanjaya, Op. Cit. Hal 160-161

Read More »
05 July | 0komentar

Metode Pembelajaran Gallery Walk


Metode Gallery walk (pameran berjalan) atau disebut juga galeri belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari. Metode ini memiliki tujuan, yaitu untuk membangun kerjasama kelompok (Cooperative learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar (Ismail.2011).

Metode gallery walk merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang ada pada model pembelajaran berbasis PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).4 Metode gallery walk adalah model pembelajaran yang kegiatannya diikuti oleh beberapa kelompok untuk diskusi menyelesaikan tugas bersama-sama kemudian dipamerkan sambil berjalan kepada kelompok lain.
Metode atau strategi diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Dalam metode ini memiliki karakteristik pengalaman belajar (learning experience):
a. Bahan pelajaran dengan topik permasalahan /persoalan
b. Adanya pembentukan kelompok
c. Ada yang mengatur pembicaraan
d. Aktivitas siswa berpendapat
e. Mengarah pada suatu kesimpulan/pendapat bersama
f. Guru berperan sebagai pembimbing/motivator
g. Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran
h. Melatih sistematika logika berfikir


Tujuan metode gallery walk adalah untuk membangun kerjasama kelompok (Cooperatif Learning) dan saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar. Metode ini juga dapat digunakan sebagai strategi belajar mandiri dengan cara membuat catatan-catatan yang mungkin dianggapnya belum tahu menjadi tahu, dan dapat berupa tulisansoal dan jawaban yang dapat digunakan sebagai bahan belajar. Sedangkan tujuan penerapan strategi ini untuk membangun kerjasama kelompok dan saling memberi apresiasi dan koreksi dalam belajar.

Read More »
03 July | 2komentar

Metode Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping Bentuk Pohon, Sumber Gambar:https://www.romadecade.org/
Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ulih dalam Slameto (2003:65) adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai, dan mengembangkannya. Model mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam proses belajar, pembelajaran memiliki dua unsur penting yakni siswa dan guru. Bagi siswa model pembelajaran sangat penting dalam menentukan prestasi dan pengembangan potensi pribadi. Guru memiliki peranan penting dalam menerapkan model pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Buzan (2004: 68) menyatakan Mind Mapping, yaitu cara yang paling mudah untuk memasukkan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. 

Mind Mapping merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak (Buzan dan Bary, 2004: 68). Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja (Bahaudin, 1999: 53). Lebih lanjut De Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan, peta pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam. 

Mind Mapping adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya (Sugiarto, 2004:75). Mind Mapping merupakan teknik visualisasi verbal ke dalam gambar. Mind Mapping sangat bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal. Mind Mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kemabli informasi yang telah dipelajari (Jensen dan Makowitz, 2002: 95). 
Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan tradisioanl (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping).


Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Mind Mapping (Hanafiah, 2009:46) adalah sebagai berikut:

(1) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai,
(2) Guru mengemukakan permasalahan yang akan ditanggapi peserta didik,
(3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2 sampai 3 orang,
(4) Setiap kelompok menginventarisasi dan mencatat alternatif jawaban hasil diskusi,
(5) Setiap kelompok secara acak atau kelompok tertentu membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan menggelompokkan sesuai kebutuhan dan
(6) Dari data di papan tulis, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberikan bandingan sesuai dengan konsep yang disedikan oleh guru.

Read More »
01 July | 0komentar

Ibarat Dua Sisi Mata Uang; Menulis dan Membaca

Lomba Guru Berprestasi Tk.Prov.insi, 2017 

Guru menulis, itu baru berita! Guru mengajar, itu sih mah biasa, bukan berita.  Guru mengajar dan terus mengajar tidaklah aneh. Guru yang gemar membaca dan terus membaca, kemudian menulis apalagi berganti dari satu buku ke buku lainnya, ini yang luar biasa.

Berawal Dari Membaca

Pada artikel yang terdahulu (Semua Berawal dari Membaca) penulis telah memanjang-lebarkan tentang membaca. Menulis dan membaca bak dua sisi mata uang, yang selalu berdampingan. Seharusnya guru sangat kompeten dalam menulis tapi permasalahannya sekarang adalah guru tidak melaksanakan apa yang seharusnya di kerjakan.
Seabreg kegiatan dari persiapan mengajar, proses mengajar dan evaluasi.Semua berkaitan dengan tulis menulis dan membaca.Sebab, banyak guru hanya membaca satu-dua buku. Itu pun buku-buku yang menjadi bahan ajarnya. Jarang ia membaca buku selain buku yang menjadi bahan ajarnya.  Guru harus membuat karya tulis; salah satu unsur pengembangan profesi, kalau mau cepat naik pangkat.

Coba saja amati di sekeliling kita. Berapa banyak guru yang mempunyai perpustakaan pribadi. Berapa banyak guru yang sering mengunjungi perpustakaan umum untuk mencari referensi. Berapa banyak guru yang berlangganan koran atau majalah? Berapa banyak guru yang bisa dan biasa berselancar di internet? Beberapa guru ada yang rela uang sertifikasinya dibelanjakan untuk membeli buku/ berlangganan artikel jurnal penelitian untuk memuaskan rasa dahaganya akan ilmu. Jawaban atas pertanyaan-tertanyaan tersebut dapat mencerminkan apakah guru mempunyai budaya membaca yang baik atau sebaliknya. Jangan ditanya berapa teman guru anda yang punya mobil...semua punya mobil kecuali saya.hehe. curhat.

Banyak guru yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, namun enggan untuk menulis. Dalam kaitan ini Agus Irkham- penulis artikel kondang yang ratusan tulisannya terserak di Koran Suara Merdeka, Wawasan, Kaltim Pos, Solo Post dan sebagainya, menegaskan bahwa kegagalan seorang untuk menjadi penulis, minimal menulis, justru lebih banyak disebabkan oleh lemahnya motivasi. Nominal kenaikan gaji sedikit efek dari kenaikan pangkat.

Kelompok yang suka membaca boleh dikatakan pesuka buku, kutu buku di atas mau menyisihkan uang gajinya untuk memuaskan rasa dahaga akalnya. Guru ini rela memotong gajinya untuk makanan ruhaninya. Tunjangan sertifikasinya tidak digunakan untuk mengangsur mobil.
Selain itu, dia juga berupaya mendapatkan uang halal dari sumber-sumber lain, tak hanya mengandalkan gajinya. Bisa lewat makelar mobil/ motor, membuat kios kecil di rumahnya, atau berkirim artikel ke media massa. Guru yang demikian pantaslah menjadi motor masyarakat-baca, minimal sebagai contoh bagi murid-muridnya.
Wasalam..



Read More »
27 June | 7komentar

Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Mengumpulkan Data dilapangan Berkaitan Masalah yang akan dipecahkan, Foto Koleksi Pribadi

Model Problem Based Learning diartikan sebagai sebuah model pembelajaran yang di dalamnya melibatkan siswa untuk berusaha memecahkan masalah dengan melalui beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa diharapkan mampu mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dan sekaligus siswa diharapkan akan memilki keterampilan dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan dan apa yang perlu mereka ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

Ciri-Ciri:

Metode ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi di dunia nyata. Dengan ini, siswa akan dilatih berpikir kritis serta menemukan solusi. Ada enam ciri, di antaranya:

  • Kegiatan belajar dimulai dengan pemberian sebuah masalah. 
  • Masalah yang disuguhkan masih berkaitan dengan kehidupan nyata para siswa. 
  • Mengorganisasikan pembahasan seputar masalah, bukan disiplin ilmu. 
  • Siswa diberi tanggung jawab maksimal dalam menjalankan proses belajar secara langsung. 
  • Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terjadi kolaborasi. 
  • Siswa harus mendemonstrasikan kinerja yang sudah dipelajari. 

Model Contextual Teaching Learning (CTL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Cooperative Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Discovery Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Inquiry Based Learning (IBL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

* **

Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
  1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. 
  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll). 
  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. 
  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya. 
  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
  6. Orientasi siswa pada masalah, Pertama, sampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin Anda capai. Kemudian, sajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga inisiatif. Pastikan setiap anggota paham berbagai istilah serta konsep yang ada dalam masalah. Sebagai guru, Anda juga berperan sebagai pemberi motivasi agar setiap siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah. 
  7. Mengorganisasi siswa
  8. Membimbing penyelidikan, Mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, hingga mendapat insight untuk pemecahan masalah. 
  9. Mengembangkan hasil karya,Membantu siswa ketika proses perencanaan dan penyajian karya. Beberapa di antaranya video, model, laporan, dan membagi tugas di antara anggota dalam kelompok. 
  10.  Analisis dan evaluasi Arahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses yang dijalankan dalam penyelidikan. Kelompokkan bagian yang sudah dianalisis keterkaitannya satu dengan lain. Manakah yang paling menunjang, bertentangan, dan lain-lain.
Kelebihan dari metode problem based learning. 
(Sumber: weebly.com)

  • Metode yang efektif untuk memahami isi pelajaran. 
  • Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. 
  • Mengaplikasikan materi yang selama ini diajarkan ke dalam kehidupan nyata. 
  • Mengembangkan pengetahuan baru hasil dari brainstorming. 
  • Belajar bertanggungjawab atas pembelajaran yang dilakukan.
  • Menunjukkan pada siswa bahwa mata pelajaran yang dipelajari di kelas pada dasarnya merupakan sesuatu yang harus dimengerti. 
  • Bukan hanya sekadar belajar dari guru atau baca buku. 
  • Lebih menyenangkan. 
  • Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru. 
  • Meningkatkan minat siswa untuk belajar terus menerus, bahkan di luar sekolah.


Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat di atas adalah model Problem Based Learning ini memerlukan waktu yang tidak sedikit, Pembelajaran dengan model ini membutuhkan minat dari siswa untuk memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki minat tersebut maka siswa cenderung bersikap enggan untuk mencoba, dan model pembelajaran ini cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.

Disarikan dari berbagai Sumber.

Read More »
20 June | 3komentar

Model Pembelajaran Computer Based Learning

Komputer, Hardware 
Kegiatan pembelajaran berbasis komputer (CBL) merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar yang menggunakan komputer, baik sebagian model maupun keseluruhan. 
Dalam CBL dikenal 5 (lima) istilah dalam penggunaan komputer untuk pendidikan yaitu :
CAI (computer assisted instruction) atau pembelajaran dengan bantuan komputer.
CBI (computer based instruction) atau program pembelajaran yang menggunakan komputer.
CBL (computer based learning) atau pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan komputer.
CBE (computer based education) atau komputer sebagai alat bantu dalam pendidikan.
CAL (computer assisted learning) atau pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.


CBI (Computer Based Instruction) adalah sebuah pembelajaran terprogram yang menggunakan komputer sebagai sarana utama atau alat bantu yang mengkomunikasikan materi kepada siswa. Adapun model-model pembelajaran computer based instruction:
1. Model Tutorial
2. Model Drill and Practice
3. Model simulasi
4. Model Games


Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Komputer Pembelajaran berbasis komputer mempunyai beberapa kelebihan, ada 11 kelebihan maupun keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis komputer, yaitu:
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara individual
2. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi
3. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam
4. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar
5. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik
6. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan
7. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.
8. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siswa meningkat
9. Memberi umpan balik secara langsung
10. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran
11. Siswa dapat melakukan evaluasi diri

Di samping itu, pembelajaran berbasis komputer juga memiliki beberapa kekurangan beberapa kelemahan pembelajaran berbasis komputer, yaitu:

  1. Hanya efektif jika digunakan satu orang atau kelompok kecil. Kelemahan ini sudah diatasi karena saat ini pengadaan komputer sangat mudah. 
  2. Jika tampilan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa (siswa cepat bosan). 
  3. Guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama dengan ahli program komputer grafis, juru kamera dan teknisi komputer.

Disarikan dari berbagai Sumber

Read More »
19 June | 5komentar

Metode Pembelajaran Talking Stick

Metode Talking Stick,Sumber Gambar : https://mursidahv.blogspot.com/

Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan pendapat. Metode ini dapat memberikan motivasi kepada siswa supaya belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada, misalnya pada bagian contoh soal yang merupakan bagian dari bahan belajar siswa dapat digunakan untuk menggambarkan teori, konsep dari materi pembelajaran yang dibahas dalam diskusi antara siswa dengan guru (Styawati, 2011: 4).

Ramadhan (2010) (dalam Suarni, 2012: 17) mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum.

Dalam bidang pendidikan Talking Stick termasuk salah satu model pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi siswa SD/MIN, SMP/MTs, SMA/MAN/SMK. Selain melatih berbicara, model ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model Talking Stick
Menurut Hanafiah dan Suhana, (2012: 48) yaitu sebagai berikut:

  1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. 
  2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm
  3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pegangannya. 
  4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana. 
  5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajarinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup wacananya. 
  6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 
  7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan. 
  8. Guru memberikan kesimpulan. 
  9. Guru melakukan evaluasi /penilaian, baik secara kelompok maupun individu. 
  10. Guru menutup pembelajaran. 
Kelebihan model Talking Stick 
a) menguji kesiapan siswa, 
b) melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat, 
c) memacu siswa agar lebih giat belajar (belajar dahulu), 
d) siswa berani mengemukakan pendapat 

Kekurangan model Talking Stick yaitu membuat siswa senam jantung

Read More »
15 June | 0komentar

Model Pembelajaran Cooperatif Learning

Berkolaborasi Model Denah
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin mengemukakan, "In cooperative learning methods, student work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.Dari uraian tersebut menguraikan metode pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja pada kelompok kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam bekerja.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk – bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Ada beberapa jenis pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah:
1) kelompok pembelajaran kooperatif formal (formal cooperative learning group)
2) kelompok pembelajaran kooperatif informal (informal cooperative learning group),
3) kelompok besar kooperatif (cooperative base group) dan
4) gabungan dari tiga kelompok kooperative (integrated use of cooperative learning group).

Cooperative learning di definisikan sederhana sebagai sekelompok kecil pembelajaran yang bekerja sama menyelesaikan masalah,merampungkan tugas atau menyelesaikan tugas bersama. Dengan catatan mengharuskan siswa bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward. 
Gagasan ini upaya yang dirancang untuk menyampaikan materi sedemikian rupa sehingga siswa bener bener bisa bekerja sama untuk mencapai sasaran sasaran pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran dalam ruang lingkup lebih luas yaitu kontribusi perkembangan terhadap pendidikan di Indonesia searah dengan cita cita luhur pendiri bangsa ini.

Ada lima unsur membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok yang dikenal pada umumnya yaitu:
a) Positive independence
b) Interaction face to face
c) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok
d) Membutuhkan keluwesan
e) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok)

 Memecahkan masalah dalam kelompok

Unsur-Unsur Cooperative Learning 
Menurut Johnson dan johnson (1994) dan sutton (1992), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
  1. Saling ketergantungan positif antara siswa.dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses.siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. 
  2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkatkan.Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa.Hal ini,terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar – menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama. 
  3. Tanggung jawab individual.Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan (b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng”pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. 
  4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.Dalam belajar kooperatif,selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.Bagaimansiswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. 
  5. Proses kelompok.Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Read More »
15 June | 0komentar

Metode Tutorial Sebaya

Tutorial Sebaya,Foto Koleksi Pribadi
Metode tutor sebaya adalah bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain dengan umur yang sebaya. Belajar bersama dalam kelompok dengan tutor sebaya merupakan salah satu ciri pembelajaran berbasis kompetensi, melalui kegiatan berinteraksi dan komunikasi, siswa menjadi aktif belajar, mereka menjadi efektif. Kerjasama dalam kelompok dengan tutor sebaya dapat dikaitkan dengan nilai sehingga kerjasama makin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya. Dipandang dari tingkat partisipasi aktif siswa, keuntungan belajar secara berkelompok dengan tutor sebaya mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi.
Menurut Thomson proses belajar tidak harus berasal dari guru ke siswa, melainkan dapat juga siswa saling mengajar sesama siswa lainnya. Bahkan Anita Lie menyatakan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (tutor sebaya) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan latar belakang, pengalaman semata) para siswa mirip satu dengan lainnya dibanding dengan skemata guru.
Menurut Suharsimi Arikunto adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya, guru dapat meminta bantuan kepada anak-anak yangmenerangkan kepada kawan-kawannya. Pelaksanaan ini disebut tutor sebaya karena mempunyai usia yang hampir sebaya.
Menurut Silbermen Tutor sebaya merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang berbasis active learning. Beberapa ahli percaya bahwa satu pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila peserta didik mampu mengajarkan pada peserta didik lainnya. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan dan mendorong pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik, dan pada waktu yang sama ia menjadi narasumber bagi yang lain.
Pembelajaran peer teaching merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan kemampuan mengajar teman sebaya. Tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama.
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya ini adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok – kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan


Model Contextual Teaching Learning (CTL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Cooperative Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Discovery Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Inquiry Based Learning (IBL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

* **
Tujuan Metode Tutor Sebaya
Dasar pemikiran tentang tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman sekelasnya di sekolah dan kepada teman sekelasnya di luar kelas. Jika bantuan diberikan kepada teman sekelasnya di sekolah, maka:
1) Beberapa siswa yang pandai disuruh mempelajari suatu topik.
2) Guru memberi penjelasan umum tentang topik yang akan dibahasnya.
3) Kelas dibagi dalam kelompok dan siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya.
4) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus.
5) Jika ada masalah yang tidak terpecahkan, siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru
6) Guru mengadakan evaluasi.


Tujuan penggunaan metode dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengatasi keterbatasan media atau alat pembelajaran.
2) Dengan adanya kelompok guru bertugas sebagai fasilitator karena kesulitan yang dihadapi kelompok/siswa dapat diatasi melalui tutor sebaya yang ditunjuk guru karena kepandaiannya.
3) Dengan kerja kelompok anak yang kesulitan dapat dibantu dengan tutor sebaya tanpa perasaan takut atau malu.
4) Dapat meningkatkan partisipasi dan kerjasama siswa serta belajar bertanggung jawab.
5) Dengan belajar kelompok tutor sebaya melatih siswa untuk belajar bersosialisasi.
6) Menghargai orang lain.


Hal yang perlu dipersiapkan guru dalam pembelajaran dengan tutor sebaya menurut Suharsimi Arikunto adalah:

  • Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan dapat dilakukan dengan dua cara: a) melalui latihan kelompok kecil, dimana yang mendapat latihan hanya anak-anak yang akan menjadi tutor sebaya. (b) melalui latihan klasikal dimana siswa seluruh kelas dilatih. Cara kedua ini mempunyai efek positif bagi kelompok siswa yang akan menerima bimbingan karena melalui latihan ini mereka akan tahu bagaimana mereka harus bertingkah laku pada waktu menerima bimbingan. Yang ditekankan pada tutor hanya memimpin kawan-kawannya agar mereka terlepas dari kesulitan memahami bahan pelajaran. 
  • Menyiapkan petunjuk tertulis. Baik di papan tulis maupun di kertas. Petunjuk tertulis ini harus jelas serta rinci sehingga setiap siswa dapat memahami untuk melaksanakan 
  • Menetapkan penanggung jawab untuk tiap-tiap kelompok agar apabila terjadi ketidakberesan guru dengan mudah menegurnya. 
  • Apa yang dilakukan oleh guru selama program perbaikan berlangsung guru selalu memegang tanggung jawab dan memainkan peran penting.

Prinsip-Prinsip Metode Tutor Sebaya
Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam strategi pembelajaran aktif yang diturunkan dari prinsip belajar adalah:
1) Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar)
3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
4) Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik


Artikel Relevan:

Macam-macam Metode dan Model Pembelajaran


Read More »
14 June | 6komentar

Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Penjelasan Sebelum Pelaksanaan Project Based Learning (2017)
Goodman dan Stivers (2010) mendefinisikan Project Based Learning (PjBL)merupakan pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan bagi peserta didik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok. Menurut Afriana (2015), pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. 
Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. 
Grant (2002) mendefinisikan project based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Peserta didik secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. 
Sedangkan Made Wena (dalam Lestari, 2015: 14) menyatakan bahwa model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara mandiri.
Pendekatan pembelajaran berbasis proyek (PjBL) menciptakan lingkungan belajar "konstruktivis" dimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri dan pendidik menjadi fasilitator. (Goodman dan Stivers, 2010).

Kenapa Project Based Learning?
Karakteristik model Project-based Learning diantaranya yaitu peserta didik dihadapkan pada permasalahan konkret, mencari solusi, dan mengerjakan projek dalam tim untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada model PjBL peserta didik tidak hanya memahami konten, tetapi juga menumbuhkan keterampilan pada peserta didik bagaimanan berperan di masyarakat. Keterampilan yang ditumbukan dalam PjBl diantaranya keterampilan komunikasi dan presentasi, keterampilan manajemen organisasi dan waktu, keterampilan penelitian dan penyelidikan, keterampilan penilaian diri dan refleksi, partisipasi kelompok dan kepemimpinan, dan pemikiran kritis. 
Penilian kinerja pada PjBL dapat dilakukan secara individual dengan memperhitungkan kualitas produk yang dihasilkan, kedalaman pemahaman konten yang ditunjukkan, dan kontribusi yang diberikan pada proses realisasi proyek yang sedang berlangsung. PjBL juga memungkinkan peserta didik untuk merefleksikan ide dan pendapat mereka sendiri, dan membuat keputusan yang mempengaruhi hasil proyek dan proses pembelajaran secara umum, dan mempresentasikan hasil akhir produk.

Global SchoolNet (2000) dalam Nurohman melaporkan hasil penelitian the AutoDesk Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, 
  2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik, 
  3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan, 
  4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, 
  5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, 
  6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan,
  7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, 
  8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan (Global SchoolNet, 2000)
Keunggulan 
Keunggulan penerapan model project based learning yaitu: “(1) meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai; (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; (3) membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks; (4) meningkatkan kolaborasi: (5) mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; (6) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber; (7) memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; (8) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang berkembang sesuai dunia nyata; (9) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; (10) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran” (Kurniasih dalam Nurfitriyani, 2016)

Kapan Model Project Based Learning dapat diterapkan?
Model pembelajaran ini dapat digunakan ketika pendidik ingin mengkondisikan pembelajaran aktif yang berpusat pada peserta didik dimana peserta didik memiliki pengalaman belajar yang lebih menarik dan menghasilkan sebuah karya berdasarkan permasalahan nyata (kontekstual) yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini juga dapat digunakan ketika pendidik ingin lebih menekankan pada keterampilan sains yaitu pada kegiatan mengamati, menggunakan alat dan bahan, menginterpretasikan, merencanakan proyek, menerapkan konsep, mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi dengan baik. 
Selain itu pendidik juga dapat menggunakan model PjBL ketika ingin mengembangkan kemampuan berfikir kreatif peserta didik dalam merancang dan membuat sebuah proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan secara sistematis. Sehingga model PjBL ini dapat membudayakan berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT) dalam mengimplementasikan pembelajaran saintifik (Mengamati, Mengasosiasi, Mencoba, Mendiskusikan, dan Mengkomunikasikan) serta pembelajaran abad 21 (4C: Critical thinking, Collaboration, Creative, Communication).


Diagram tahapan dalam pelaksanaan Project Based Learning

Bagaimana karakteristik materi pembelajaran yang sesuai dalam penerapan Model Project Based learning? 
  • Seperti yang sudah di uraikan bahwa model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada keterampilan proses sains dan berkaitan dengan kehidupan nyata atau sehari-hari sehingga karakteristik materi yang sesuai dalam penerapan model Project Based learning ini yaitu: 
  • Memiliki kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek keterampilan atau pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (memodifikasi, mencoba, membuat, menggunakan, mengoperasikan, memproduksi, merekonstruksi, mendemonstrasikan, menciptakan, merancang,menguji, dll ) 
  • Dapat menghasilkan sebuah produk 
  • Memiliki keterkaitan dengan permasalahan nyata atau kehidupan sehari-hari
Alur Pembelajaran (Learning Path) Model Project Based Learning
Menurut Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia (2006) terdapat 6 langkah agar pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek ini berhasil yaitu dengan mempersiapkan pertanyaan penting terkait suatu topik maeri yang akan dipelajari, membuat rencana proyek, membuat jadwal, memonitor pelaksaan pembelajaran berbasis proyek (PBL), melakukan penilaian, dan valuasi pembelajaran berbasis proyek (PBL).

Menurut Rais dalam Lestari (2015) langkah-langkah model pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai berikut: 
  1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question) Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. 
  2. Merencanakan proyek (design a plan for the project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek. 
  3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule). Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktupenyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas. 
  4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project). Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok. 
  5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome). Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian. 
  6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Berdasarkan penjelasan tersebut, berikut ini diagram tahapan dalam pelaksanaan Project Based Learning

Read More »
13 June | 8komentar

Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)


Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami,karena inquiry menuntut peserta didik untuk berpikir. Metode ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual.Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing diskusi, memberikan intruksi-intruksi,melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran kepada peserta didik.
National Science Education Standards (NSES) mendefinisikan inkuiri sebagai aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui; merencanakan investigasi; memeriksa kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen; menggunakan alat untuk mengumpulkan,menganalisa, dan menginterpretasikan data, mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuri memerlukan identifikasi asumsi,berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatifKata “Inquiry” berasal dari Bahasa Inggris yang berarti mengadakan penyelidikan, menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan” (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323). Sedangkan menurut “Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan”. Alfred Novak (Haury, 1993) mendefinikan bahwa “inquiry merupakan usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu”. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif pencarian pengetahuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Pendekatan IBL adalah suatu pendekatan yang digunakan dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan (informasi), atau mempelajari suatu gejala. Pembelajaran dengan pendekatan IBL selalu mengusahakan agar siswa selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberitahukan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka “menemukan sendiri” konsep-konsep yang direncanakan oleh guru.Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving, dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya.
Inquiry Based Learning biasanya berupa kerja kolaboratif. Kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut untuk menemukan jawabannya. Karena inquirybased learning berbasis pertanyaan, maka guru harus menyiapkan pertanyaan yang bersifat terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan pikirannya. Siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Lebih dari itu, jika siswa juga diberi kesempatan untuk mengukur kemajuan belajarnya sendiri, maka hal ini akan membantu mereka belajar.

Peran Guru dalam Pembelajaran dengan Pendekatan IBL

Menurut Gulo (2005: 86-87) guru dalam menciptakan kondisi belajar dengan pendekatan inkuiri mempunyai berbagai macam peran, antar lain:
a. Sebagai motivator, yang memberi rangsangan agar siswa aktif dalam berfikir
b. Sebagai fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir siswa. c. Sebagai penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. 
d. Sebagai administrator, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan di kelas.
e. Sebagai pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa ke tujuan yang diharapkan
f. Sebagai manager, yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

 1.4. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan IBL
 Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, guru lebih aktif sebagai pemberi pengetahuan bagi siswa, guru dianggap sebagai sumber informasi, sedangkan siswa hanya sebagai subjek yang harus menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak pernah dilatih untuk menemukan pengetahuan dan konsep sehingga siswa cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pelajaran, serta cepat lupa dengan materi pelajaran yang diajarkan. Masalah demikian dapat diatasi dengan cara menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan IBL dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan pendekatan ini siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan. 
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa model pembelajaran IBL mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan metode ceramah. Adapun kelebihan model pembelajaran dengan pendekatan IBL ini adalah: 
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang aru.
c. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap byektif, jujur dan terbuka.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengamilasi dan mengakomodasi informasi.

 Kekurangan pendekatan IBL adalah:
a. Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.
b. Perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke pendekatan ini.

Read More »
13 June | 0komentar

Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

Mengaitkan Pembelajaran dengan contoh di lapangan

Model pembelajaran digunakan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Arends (dalam Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Suprijono (2009: 79) CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar Nurhadi (dalam Muslich, 2011: 41).
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalahmasalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga kerja (Trianto, 2009: 105). Sanjaya (2006: 109) CTL adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan.

Karakteristik CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dengan pendekatan pembelajaran yang lain. Pembelajaran kontekstual mengembangkan level kognitif tingkat tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model pembelajaran CTL sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif,kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Sedangkan menurut Sanjana, 2013 ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis CTL yaitu :
1) Pembelajaran merupakan proses mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada.
2) Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (Acquiring Knowledge).
3) Pemahaman pengetahuan (Understanding Knowledge).
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (Applying Knowledge).
5) Melakukan refleksi (Reflecting Knowledge). 

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan karakteristik pembelajaran CTL adalah pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik dengan menggali pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang bermakna, membentuk kelompok untuk menciptakan kerjasama antar siswa, dan mencipatkan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang bermakna.

Komponen Model CTL
Trianto (2009: 107) pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama, yaitu (1) konstruktivisme (constructivism), (2) bertanya (questioning), (3) inkuiri (inquiry), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) permodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian autentik (authentic assessment).
Muslich (2011: 44) menyatakan setiap komponen utama pembelajaran CTL mempunyai prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan ketika akan menerapkannya dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1) Konstruktivisme (constructivism) Konstruktivisme yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit melalui sebuah proses.
2) Bertanya (questioning) Bertanya yaitu kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Kegiatan bertanya penting untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
3) Inkuiri (inquiry) Inkuiri merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
4) Masyarakat Belajar (learning community) Masyarakat belajar yaitu hasil belajar yang diperoleh dari kejasama dengan orang lain. Dalam praktiknya ”masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, bekerja sama dengan masyarakat.
5) Permodelan (modeling) Permodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu contoh model nyata. Dalam penerapannya guru mencontohkan dengan menggunakan alat bantu.
6) Refleksi (reflection) Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisasi kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari.
7) Penilaian Autentik (authentic assessment) Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar peserta didik.

Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran CTL yaitu konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).


Langkah-Langkah Pembelajaran CTL

Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkahlangkah yang tepat (Trianto, 2009: 107) secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut :
1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru.
2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa.
3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan mengomentari.
4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.

Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu
(a) saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok,
(b) membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi,
(c) bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi,
(d) mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.

Read More »
13 June | 6komentar

Metode Pembelajaran Field Trip


Field trip dapat diartikan sebagai kunjungan atau karyawisata. Field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan metode field trip, yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syaiful Sagala bahwa field trip adalah pesiar yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah.
Dengan field trip sebagai metode belajar mengajar, anak didik di bawah bimbingan guru mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Metode field trip mempunyai beberapa kebaikan, antara lain: (1) anak didik dapat mengamati kenyataan kenyataan yang beragam dari dekat; (2) anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan; (3) anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaanpertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba, atau membuktikan secara langsung; (4) anak didik dapat memperoleh informasi dengan jalan mengadakan wawancara atau mendengarkan ceramah yang diberikan on the spor; dan (5) anak didik dapat mempelajari sesuatu secara internal dan komprehensif (Syaiful Sagala, 2006: 215).

Keunggulan metode field trip menurut Roestiyah N.K. (2008: 87) antara lain sebagai berikut:
a. siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan petugas pada objek karya wisata itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka;
b. siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka;
c. siswa dalam kesempatan ini dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi; dan
d. siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi dengan objek yang ditinjau itu.


A. Implementasi Metode Field Trip dalam Pembelajaran

Pada Kompetensi Kejuruan sangat berhubungan sekali karena siswa akan melihat langsung praktik pelaksanaan di DuDi (Dunia Usaha- Dunia Industri). Di Mapel sastra juga sangat mengena misal pada kompetensi menulis puisi. Metode ini dapat menggugah siswa dalam berekspresi yang dituangkan dalam puisi dengan cara siswa mengamati suatu objek, misalnya saja objek alam yang berupa pohon beringin seperti puisinya Sutan Takdir Alisyahbana yang berjudul Pohon Beringin. Dalam puisi karangan Sutan Takdir Alisjahbana tersebut dilukiskan tentang keadaan luar dari pohon beringin. dikutip dari https://thabaart.blogspot.com/.
Jadi, bagaimana bentuk pohon beringin itu dapat ditulis menjadi puisi dengan menggunakan kata-kata puisi. Setelah itu, siswa dapat mempraktikkannya dengan melakukan di luar kelas, yaitu mengamati objek secara langsung.
Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:

1. Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini adalah:
a. guru menentukan tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, dan siswa diberitahu tujuan dari pembelajaran tersebut agar siswa mengerti tujuan yang akan dilakukannya; 
b. menentukan objek yang akan diamati.
Dalam hal ini, guru menentukan objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi; dan
c. menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek.

2. Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini, guru mengajak siswa ke luar kelas untuk mendekatkan siswa pada objek (konteks) nyata yang akan dijadikan puisi. Siswa mengamati objek secara langsung, kemudian siswa mencoba mengungkapkan apa yang dilihat dan dirasakan. Setelah itu, perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam bahasa puitis. 

3. Tindak Lanjut
Setelah melakukan pengamatan objek dan mengerjakan apa yang ditugaskan oleh guru, yaitu menulis puisi dengan metode field trip, maka siswa diharapkan untuk kembali ke kelas. Setelah itu, guru mencoba melihat hasil dari yang dilakukan siswa dengan melihat hasil puisi yang telah dituliskan oleh siswa, kemudian dikoreksi dan dibahas bersama-sama.

Disarikan dari berbagai Sumber.

Read More »
11 June | 0komentar