Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Mulai Dari Diri Modul 2.2

Tujuan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) 
Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri) 
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri) 
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 
Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi) Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) 

Capaian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) 
  • Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
  • Meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
  • Menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.

Refleksi Sosial dan Emosional 
Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 
Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya? 
Saya ingin menceritakan kasus pertama yang saya hadapi ketika menjadi wali kelas. Hal ini terjadi di tempat kerja saya. Mengapa saya merefleksikan peristiwa ini karena menurut saya peristiwa ini secara langsung memberikan saya gambaran bagaimana kondisi murid yang harus saya didik dan bagaimana kita sebagai pendidik menyikapinya. 
Baru menjadi guru honor sekolah swasta di salah satu sekolah di Kab. Banjarnegara tepatnya tahun 2000, Sebagai guru baru saya menggantikan guru yang telah pensiun. Manajemen sekolah dan Yayasan  mempercayakan sebagai tugas wali kelas XII kepada saya. Baru lulus kuliah, Saya merasa masih awam akan tugas tambahan ini menyanggupinya karena berpikir bahwa ini adalah salah satu kepercayaan dan tantangan kerja. 
Sebelumnya saya memang mengajar di kelas tersebut namun baru beberapa bulan menggantikan guru yang sudah pensiun. Ketika saya baru seminggu menjadi wali kelas di sana, saya sudah menghadapi kasus yang menurut saya sangat berat di awal saya bertugas. Foto viral dari 2 siswa/i di kelas yang katanya sebagai pacar. Berita ini sampai pada Yayasan. Saya selaku wali kelas didampingi guru BK, Kepala Sekolah serta orang tua murid mendapat panggilan oleh Ketua Yayasan. 
Sebelum menghadap Ketua Yayasan, kami selaku pendidik di sekolah melakukan mediasi  dengan murid dan orang tuanya. Dalam mediasi ini, orang tua murid saling menyalahkan satu sama lain dan menganggap anak mereka adalah korban. Mediasi ini memang tidak bisa mendamaikan orang tua murid secara sepenuhnya, namun mereka setuju untuk saling bekerja sama mendidik anak mereka. 
Setelah melakukan mediasi, kami menghadap Ketua Yayasan. Ketua Yayasan memberikan arahan bahwa sosial media memberikan dampak positif dan negatif untuk semua, jadi diharapkan bijak dalam bersosial media. Bapak Ketua Yayasan menanyakan status saya yang guru baru menjadi walikelas kelas XII.

 Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut? 
Setelah mengalami insiden itu, saya yang masih merasa baru tidak langsung memarahi murid tersebut. Saya melakukan pendekatan yang lebih menjurus menjadi seorang teman karena saya merasa murid saya sudah sangat trauma dengan viralnya foto mereka yang berimbas pada kemarahan orang tua dan rasa malu dengan teman-temannya. Saya juga mengajak secara persuasif kepada murid-murid agar saling mengingatkan jika ada salah satu teman mereka memposting hal yang tidak sopan di sosial media. Saya juga mengadakan refleksi mengenai kejadian tersebut. Dengan kejadian ini, saya ingin menuntun murid saya dan tentunya diri saya sendiri selaku orang yang akan dicontoh murid agar lebih bijak lagi menggunakan sosial media. 


• Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut. 
o Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut? 
o Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik? 
Hal penting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah semakin menguatnya pribadi saya dalam menghadapi kondisi sosial murid. Saya juga menjadi lebih percaya diri menghadapi beberapa kasus selanjutnya karena dari kasus ini saya belajar bagaimana saya harus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan BK, kesiswaan dan Kepala Sekolah. Sebagai pendidik saya merasa saya harus memberikan layanan terbaik kepada murid-murid saya. Saya harus lugas dan tidak bertele-tele jika seandainya ada permasalahan murid agar murid yang bermasalah menyadari sendiri kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

• Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung. 
Saya sangat setuju. Murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain akan lebih mudah memahami arah hidupnya sehingga dia bisa lebih mudah dalam mengatur dirinya. Dia juga bisa mengidentifikasi kelemahannya sendiri sehingga dia bisa menjadikannya kekuatan untuk terus maju. Hubungan positif dengan orang lain akan membuat seorang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang baik sehingga dapat menjalani proses pembelajaran yang baik di sekolah. 
Sebagai guru baru saat itu saya menjadi wali kelas XII, saya dipertahankan untuk tetap menjadi wali kelas, namun wali kelas X karena saya tidak mengajar kelas XII lagi. 


Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda? 
Dengan menjalin hubungan atau relasi yang baik, komunikasi yang jelas, emosi yang terkontrol, seseorang akan memahami karakter diri dan orang-orang sekitarnya. Seseorang akan tahu apa yang dia inginkan dan apa kelebihan yang dapat ia sumbangsihkan kepada orang-orang sekitar dalam menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan dengan baik. 

• Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi diri sendiri ?' 
Saya berharap sebagai seorang pendidik, saya turut andil dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif dengan memperhatikan kondisi emosional dan sosial murid. Saya juga ingin menebarkan aura positif dan kebaikan dengan mengontrol emosi dengan siapapun yang saya temui. Ketika ada murid yang bermasalah, saya ingin tetap mengontrol emosi saya agar tidak terluapkan secara berlebihan. 

• Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi murid-murid Anda ?
 Saya berharap dapat menuntun murid saya yang sudah memasuki usia remaja agar bijak,paham sabar dalam menghadapi suatu permasalahan. Saya ingin murid saya berproses bahagia dan optimal dalam menjalankan perannya sebagai pelajar yang unggul, kompetitif dan kompeten dalam menghadapi dunia kerja dan keanekaragaman sifat-sifat orang-orang yang ditemuinya kelak.


Share this article now on :

Post a Comment