Memasuki tahun ajaran baru 2025/2026 ada salah satu istilah yang ramai dierbincangkan dalam topik, seminar, webinar, simosium pndidikan dan sebagainya, "well-being".Lebih dari sekadar ketiadaan penyakit atau perasaan bahagia sesaat, well-being adalah konsep holistik yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Memahami dan mengupayakan well-being menjadi semakin penting sebagai fondasi untuk hidup yang memuaskan, produktif, dan bermakna.
Secara sederhana, well-being dapat diartikan sebagai keadaan sejahtera secara fisik, mental, dan sosial. Ini melibatkan perasaan positif, kemampuan untuk berfungsi secara efektif, dan keyakinan bahwa hidup memiliki tujuan dan makna. Berbeda dengan kebahagiaan yang seringkali bersifat emosional dan sementara, well-being adalah kondisi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Lebih dari Sekadar Bahagia: Dimensi-Dimensi Well-being
Para ahli psikologi positif telah mengembangkan berbagai model untuk memahami dimensi-dimensi well-being. Salah satu model yang paling dikenal adalah Model PERMA yang dikembangkan oleh Martin Seligman:
Lebih dari Sekadar Bahagia: Dimensi-Dimensi Well-being
Para ahli psikologi positif telah mengembangkan berbagai model untuk memahami dimensi-dimensi well-being. Salah satu model yang paling dikenal adalah Model PERMA yang dikembangkan oleh Martin Seligman:
Positive Emotion (Emosi Positif):
Merasakan kebahagiaan, kegembiraan, harapan, minat, dan cinta. Ini bukan berarti menghindari emosi negatif, tetapi lebih kepada menumbuhkan dan mengalami emosi positif secara reguler.
Engagement (Keterlibatan):
Merasa sepenuhnya terserap dan fokus dalam aktivitas yang dilakukan. Ini seringkali terjadi ketika kita menggunakan kekuatan dan bakat kita dalam pekerjaan atau hobi yang menantang namun sesuai dengan kemampuan.
Relationships (Hubungan Positif):
Memiliki hubungan yang hangat, saling mendukung, dan bermakna dengan orang lain. Koneksi sosial yang kuat adalah pilar penting dalam well-being.
Meaning (Makna):
Merasakan adanya tujuan hidup yang lebih besar dari diri sendiri. Ini bisa ditemukan dalam pekerjaan, keluarga, komunitas, atau keyakinan spiritual.
Accomplishment (Pencapaian):
Merasa memiliki rasa kompetensi dan berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan. Ini memberikan rasa bangga dan motivasi.
Selain model PERMA, terdapat juga dimensi well-being lainnya yang seringkali dipertimbangkan, seperti:
Physical Well-being (Kesejahteraan Fisik): Kesehatan tubuh yang optimal melalui nutrisi yang baik, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan buruk.
Mental Well-being (Kesejahteraan Mental): Kondisi pikiran yang sehat, kemampuan mengelola stres, memiliki pandangan positif, dan resilien dalam menghadapi tantangan.
Social Well-being (Kesejahteraan Sosial): Merasa terhubung dengan orang lain, memiliki dukungan sosial yang kuat, dan berkontribusi pada komunitas.
Environmental Well-being (Kesejahteraan Lingkungan): Merasakan koneksi dan harmoni dengan lingkungan sekitar.
Financial Well-being (Kesejahteraan Finansial): Merasa aman dan memiliki kendali atas kondisi keuangan.
Mengapa Well-being Itu Penting?
Mengupayakan well-being bukan hanya membuat kita merasa lebih baik, tetapi juga memiliki dampak positif yang luas dalam berbagai aspek kehidupan:
- Kesehatan Fisik: Well-being yang tinggi dikaitkan dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat, risiko penyakit kronis yang lebih rendah, dan umur yang lebih panjang.
- Kesehatan Mental: Individu dengan well-being yang baik lebih mampu mengelola stres, kecemasan, dan depresi. Mereka juga memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi.
- Produktivitas dan Kreativitas: Ketika merasa sejahtera, kita cenderung lebih fokus, termotivasi, dan kreatif dalam bekerja maupun belajar.
- Hubungan Sosial: Well-being yang baik mempermudah kita membangun dan memelihara hubungan yang positif dan suportif.
- Kepuasan Hidup: Secara keseluruhan, well-being yang tinggi berkorelasi dengan tingkat kepuasan hidup yang lebih besar dan perasaan bahagia yang lebih berkelanjutan.
- Kontribusi Sosial: Individu yang sejahtera cenderung lebih terlibat dalam kegiatan sosial dan memberikan kontribusi positif kepada komunitas.
Strategi dan Teknik Meningkatkan Well-being
Kabar baiknya, well-being bukanlah sesuatu yang statis atau hanya dimiliki oleh segelintir orang. Ada berbagai strategi dan teknik yang dapat kita terapkan untuk meningkatkan well-being dalam kehidupan sehari-hari:
Mempraktikkan Rasa Syukur: Secara rutin menyadari dan menghargai hal-hal positif dalam hidup.
Melakukan Tindakan Kebaikan: Berbuat baik kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Menjaga
Hubungan Sosial: Investasi waktu dan energi dalam membangun dan memelihara koneksi dengan orang lain.
Berlatih Mindfulness dan Meditasi: Meningkatkan kesadaran diri dan fokus pada saat ini.
Bergerak Aktif: Melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Makan dengan Sehat: Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Tidur yang Cukup: Memastikan kualitas dan kuantitas tidur yang optimal.
Menetapkan Tujuan yang Bermakna:
Mengidentifikasi dan mengejar tujuan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi.
Mengembangkan Kekuatan Karakter:
Mengenali dan menggunakan kekuatan unik yang dimiliki.
Belajar Mengelola Stres:
Mengembangkan strategi koping yang sehat untuk menghadapi tekanan.
Mencari Makna dalam Hidup:
Merenungkan nilai-nilai dan tujuan hidup.
Menikmati Momen: Meluangkan waktu untuk benar-benar menghayati pengalaman positif.
Belajar Memaafkan: Melepaskan dendam dan kekecewaan.
Mencari Bantuan Profesional: Jika merasa kesulitan dalam mengelola emosi atau menghadapi masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk mencari dukungan dari psikolog atau terapis.
Well-being adalah perjalanan yang berkelanjutan, bukan tujuan akhir. Dengan memahami berbagai dimensinya dan secara aktif menerapkan strategi yang sesuai, kita dapat merajut kehidupan yang lebih bermakna, bahagia, dan memuaskan. Menginvestasikan waktu dan upaya dalam meningkatkan well-being adalah investasi terbaik untuk diri sendiri dan kualitas hidup secara keseluruhan. Mari jadikan well-being sebagai prioritas dalam kehidupan kita.
Post a Comment