![]() |
Mas Addien Ceramah Ramadhan |
Menanti Karunia IlahiKisah Nabi Ibrahim dimulai dengan penantian panjang akan seorang keturunan. Bertahun-tahun lamanya, di usia senja, beliau tak henti memanjatkan doa: "Robbi habli minas sholihin" (Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang saleh). Doa ini bukan sekadar permintaan, melainkan wujud keyakinan mutlak kepada Allah yang Maha Pemberi, Maha Pengasih.
Pelajaran bagi Keluarga Muslim Masa Kini:
Banyak keluarga mendambakan karunia tertentu, baik anak, pekerjaan, atau rezeki. Teladan Ibrahim mengajarkan kita untuk bersabar, terus berdoa, dan berbaik sangka bahwa Allah akan memberikan yang terbaik pada waktu yang tepat.
Di era serba instan, mudah bagi kita untuk putus asa. Namun, keyakinan Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa pertolongan dan karunia Allah akan datang jika kita terus berusaha dan tidak pernah meragukan kekuasaan-Nya.
Doa sebagai Kekuatan: Doa adalah senjata mukmin. Mengajarkan anak-anak untuk selalu berdoa dan menguatkan hati pasangan dengan doa adalah inti dari ketahanan keluarga.
Kepatuhan Absolut:
Melawan Logika Demi Titah IlahiUjian Nabi Ibrahim tak berhenti di sana. Allah memerintahkan beliau untuk menempatkan istri dan putranya yang masih bayi, Hajar dan Ismail, di lembah tandus Makkah. Sebuah perintah yang secara logika manusia sangat berat dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang ibu dan bayi bertahan hidup di tempat terpencil tanpa sumber daya?>Namun, Nabi Ibrahim tidak mempertanyakan. Beliau patuh sepenuhnya, yakin bahwa di balik setiap perintah Allah pasti ada kebaikan dan hikmah yang tak terhingga. Ini adalah manifestasi totalitas kepatuhan kepada Sang Pencipta.
Seringkali, perintah agama terasa berat atau tidak sejalan dengan keinginan pribadi. Kisah Ibrahim mengingatkan kita bahwa kepatuhan pada syariat Islam harus tanpa kompromi, karena di dalamnya terdapat kebaikan dunia dan akhirat. Ketika dihadapkan pada kesulitan atau pilihan sulit yang menuntut pengorbanan, keluarga Muslim harus meneladani Ibrahim dalam berbaik sangka kepada Allah. Setiap ujian adalah cara Allah menguatkan iman dan mengangkat derajat hamba-Nya. Meletakkan keluarga di gurun tandus adalah bentuk pengorbanan harta dan kenyamanan demi perintah Allah. Ini mengajarkan keluarga untuk tidak terlalu terikat pada duniawi, melainkan selalu mengutamakan ridha Allah.
Puncak Pengorbanan dan Keikhlasan:
Ujian Terberat Seorang AyahPuncak dari ujian Nabi Ibrahim adalah perintah Allah untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Ini bukan sekadar perintah fisik, tetapi ujian spiritual yang mahabesar. Anak yang telah lama dinanti, kini diminta untuk dikorbankan.Yang lebih menakjubkan adalah respons Ismail. Meskipun masih belia, ia menunjukkan bakti luar biasa kepada Allah dan ayahnya. Ia menerima perintah tersebut dengan penuh keikhlasan, tanpa merengek atau menolak, mengucapkan,
"Wahai ayahku, laksanakanlah (QS. Ash-Shaffat: 102).
![]() |
Bersama Mbah Kakung Djoemadi |
Anak Adalah Amanah Allah: Kisah ini menegaskan bahwa anak hanyalah titipan Allah. Kita tidak memiliki hak mutlak atas mereka. Mengajarkan anak untuk patuh kepada Allah sejak dini adalah tanggung jawab orang tua.
Keikhlasan dalam Berkorban: Keikhlasan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menghadapi perintah yang sangat berat adalah puncak pengorbanan. Keluarga Muslim diajarkan untuk ikhlas dalam setiap amal ibadah, baik itu ibadah haji, kurban, zakat, maupun sedekah. Pengorbanan dalam bentuk waktu, tenaga, atau harta demi Allah akan berbuah kebaikan tak terduga.
Teladan Ismail mengajarkan pentingnya ketaatan dan penghormatan anak kepada orang tua, terutama dalam konteks menjalankan perintah Allah. Ini adalah fondasi penting dalam membangun keluarga yang harmonis dan diridai.
4. Balasan Agung dan Hikmah di Balik Pengorbanan
Pada detik-detik terakhir, Allah menunjukkan keagungan-Nya. Ismail diganti dengan seekor kambing sebagai riszki dan pengganti. Ini adalah bukti nyata bahwa kepasrahan penuh pada perintah Allah akan mendatangkan pertolongan dan jalan keluar yang tidak disangka-sangka.
5. Pelajaran bagi Keluarga Muslim Masa Kini:
- Pertolongan Allah Pasti Datang: Ketika keluarga menghadapi masalah yang terasa buntu, teladan ini menegaskan bahwa Allah Maha Kuasa memberikan jalan keluar, bahkan dari arah yang tidak pernah diduga.
- Setiap Ujian Ada Hikmahnya: Setiap kesulitan dan pengorbanan dalam hidup keluarga pasti mengandung hikmah dan kebaikan yang besar, meskipun tidak langsung terlihat. Allah ingin mengangkat derajat hamba-Nya.
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail adalah mercusuar bagi keluarga Muslim di setiap generasi. Ini adalah panggilan untuk meneladani kesabaran, keyakinan, kepatuhan, dan keikhlasan dalam setiap aspek kehidupan. Dengan menjadikan mereka sebagai panutan, insya Allah keluarga Muslim akan tumbuh menjadi keluarga yang tangguh, beriman, dan diberkahi, siap menghadapi segala ujian zaman dengan ridha dan pertolongan Allah SWT.
Post a Comment