Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Asesmen Anti-Mainstream

Di ruang kelas XI DPIB 2 SMKN 1 Bukateja, hawa tegang menyelimuti suasana. Hari itu, jadwal asesmen mata pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi. Bapak guru berdiri di depan kelas dengan senyum misterius. Di tangannya, sebuah kotak kardus bekas snak yang dihiasi kertas kado berwarna-warni.
"Selamat siang, anak-anak," Bapak guru menyapa ramah. "Hari ini, kita akan melakukan asesmen yang sedikit berbeda. Tidak ada soal dari saya. Kalianlah yang akan menentukan soal kalian sendiri."
Semua siswa saling pandang, bingung. Budi, yang duduk di barisan depan, berbisik pada temannya, Agus, "Maksudnya apa, ya?"
Pak Guru meletakkan kotak itu di atas meja dan menjelaskan, "Di dalam kotak ini ada 9 gulungan kertas. Setiap gulungan berisi nomor soal dari materi 'Jenis-jenis Pekerjaan Konstruksi', dan  'Menghitung Volume Pekerjaan Konstruksi'. Masing-masing dari kalian akan maju, mengambil satu gulungan, dan mengerjakan soal yang tertera di dalamnya."
Seketika, bisik-bisik dan celetukan langsung memenuhi ruangan.
"Wah, ini kayak undian arisan!" celetuk Aljaan, si jagoan hitung.
"Gawat, kalau dapat soal yang susah gimana?" timpal Sifa, yang lebih suka materi teori.
Adinda maju pertama. Ia memasukkan tangannya ke dalam kotak, meraba-raba gulungan kertas, dan menarik satu. Dengan hati-hati, ia membukanya. Soal yang didapatnya adalah: "Hitung volume pekerjaan beton pada balok kolom proyek rumah tinggal sederhana." Adinda mengembuskan napas lega. Ini adalah materi yang ia kuasai dengan baik.
Selanjutnya, giliran Aira. Ia menarik gulungan dan membacanya: "Hitung volume pekerjaan plesteran dan acian dinding untuk rumah tinggal sederhana." Wajah Aira langsung pias. Ia lupa rumus volume plesteran.
Yang paling kocak adalah Gunawa. Ia dengan santai mengambil gulungan dan membukanya. Soalnya berbunyi: "Hitung volume pekerjaan pemasangan atap genteng pada proyek masjid agung." Ujang langsung tertawa terbahak-bahak. "Pak, kenapa harus masjid agung, Pak? Gentengnya pasti banyak banget!" ujarnya sambil menggaruk kepala.
Pak guru hanya tersenyum. Asesmen pun dimulai. Sebagian siswa terlihat lancar mengerjakan soalnya, seperti Nabila dan Ratu. Sementara itu, Harlan dan Chrisan tampak kesulitan.
Pak guru menyampaikan refleksi terkait dengan model asesmen yang baru saja dilaksanakan, "Bagaimana menurut kalian dengan asesmen dengan model diundi ini?" 
"Saya lupa rumus menghitung pondasi, Pak," jawab Agus lesu.
"Grogi pak !" jawab Dela
" Soalnya ndak sesuai dengan yang saya hafalkan", celetuk Gunawan
Pak Budi menepuk pundaknya. "Nak, di dunia kerja nanti, kamu tidak akan pernah tahu proyek seperti apa yang akan kamu dapatkan. Asesmen ini bukan hanya menguji pengetahuanmu, tetapi juga kesiapanmu dalam menghadapi ketidakpastian. Siapa yang menguasai semua materi, dia yang akan siap menghadapi undian apapun."
Agus merenung. Ia menyadari bahwa ia terlalu fokus pada materi-materi yang ia anggap mudah. Malam itu, ia kembali membuka buku Estimasi Biaya Konstruksi dan membaca semua bab dari awal hingga akhir. Ia tak ingin lagi kalah dalam 'undian' kehidupan.
Share this article now on :

Post a Comment