Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Makna Hakiki "Muslim Terbaik" dalam Pandangan Rasulullah ﷺ

Setiap kita pasti ingin menjadi pribadi yang lebih baik, terutama dalam pandangan agama. Namun, apa sebenarnya kriteria "Muslim terbaik"? Pertanyaan ini pernah diajukan oleh salah seorang sahabat, Abu Musa, kepada Rasulullah ﷺ. Jawaban beliau sangatlah lugas dan mendalam, memberikan kita panduan yang jelas tentang kualitas seorang Muslim sejati.

Rasulullah ﷺ bersabda, "Siapa yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya."
Hadis ini, yang sampai kepada kita melalui jalur sanad dari Sa'id bin Yahya hingga Abu Musa, mengajarkan kita bahwa esensi dari keislaman yang utama bukanlah hanya terletak pada ibadah ritual, melainkan pada dampak positif yang kita berikan kepada orang lain.
Lisan: Senjata yang Paling Kuat
Jawaban Rasulullah ﷺ diawali dengan kata "lisan." Lisan adalah cerminan hati. Seseorang yang lisannya terjaga, tidak menggunakannya untuk menyakiti, menggunjing, memfitnah, atau mencela orang lain, adalah orang yang hatinya bersih.
Lisan yang baik menciptakan kedamaian. Ia membangun jembatan persaudaraan, bukan merobohkannya. Ia menyebarkan kasih sayang, bukan kebencian. Di era digital saat ini, lisan tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi juga tulisan di media sosial. Seorang Muslim yang baik adalah dia yang menjaga ketikan dan komentarnya dari hal-hal yang dapat melukai perasaan orang lain.
Tangan: Simbol Perbuatan Nyata
Setelah lisan, Rasulullah ﷺ menyebutkan "tangan." Tangan adalah simbol dari perbuatan nyata. Seorang Muslim yang baik tidak akan menggunakan tangannya untuk berbuat zalim, mencuri, merusak, atau menyakiti fisik orang lain. Sebaliknya, tangannya digunakan untuk berbuat kebaikan, membantu sesama, menolong yang membutuhkan, dan memberikan manfaat bagi umat.
Ketika kaum Muslimin merasa aman dari lisan dan tangan kita, itu adalah bukti bahwa kita telah berhasil mengendalikan nafsu dan amarah. Itu adalah tanda bahwa kita telah mencapai tingkat keimanan yang tinggi, di mana kebaikan tidak hanya menjadi teori, tetapi juga menjadi tindakan nyata.
Melebihi Ibadah Ritual
Hadis ini bukanlah berarti ibadah ritual seperti salat, puasa, atau zakat tidak penting. Namun, ia menekankan bahwa ibadah tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan akhlak yang mulia. Kebaikan yang kita lakukan kepada sesama adalah cerminan dari seberapa dalam ibadah kita. Jika seseorang rajin beribadah tetapi lisannya kasar dan tangannya sering menyakiti orang lain, maka ibadahnya perlu dipertanyakan.
Dengan demikian, hadis ini memberikan kita tolok ukur yang jelas untuk menjadi "Muslim terbaik." Bukan dengan mengukur seberapa banyak salat sunah yang kita lakukan atau seberapa sering kita berpuasa, tetapi seberapa besar manfaat yang kita berikan kepada orang-orang di sekitar kita. Itu adalah panggilan untuk menjadi pribadi yang membawa kedamaian, keamanan, dan kebaikan di mana pun kita berada.
Share this article now on :

Post a Comment