Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Terjebak di Zona Nyaman: Ketika Sesama Guru Saling Menghambat Kemajuan

Asesmen
Asesmen
Mentalitas Kepiting: Tembok Tak Kasat Mata di Dunia Pendidikan Pernahkah Anda melihat sekumpulan kepiting di dalam ember? Ketika salah satu kepiting berusaha memanjat keluar, kepiting-kepiting lain dengan cepat menariknya kembali ke bawah. Mereka tidak hanya menariknya sendiri, tetapi juga beramai-ramai. Akhirnya, tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil keluar. Mereka semua terjebak di dasar ember—bukan karena tidak bisa keluar, tetapi karena tidak ada yang diizinkan untuk keluar.
Fenomena inilah yang dalam psikologi dikenal sebagai mentalitas kepiting (crab mentality). Sebuah mentalitas yang tidak rela melihat orang lain maju dan berkembang. Selama semua orang berada di tempat yang sama, meskipun itu tidak nyaman, mereka merasa aman. Daripada melihat orang lain berhasil dan membuat diri mereka terlihat malas, lebih baik semua tetap sama-sama di bawah.

Menghadapi Tembok Pengap di Ruang Kelas
Kisah ember kepiting ini sering kali mirip dengan apa yang terjadi di dunia pendidikan. Seorang teman guru saya, seorang pendidik yang progresif, ahli IT, dan gemar berbagi ilmu, pernah curhat. Ia merasa lelah dan sendirian. Setiap kali ia mencoba metode pembelajaran yang berbeda, mengajak murid-murid untuk bereksplorasi, dan menginspirasi guru lain, ia sering dicibir. Ia dianggap aneh, menyalahi aturan, dan dianggap "sok pintar" ketika berbagi dengan guru dari sekolah lain. Ia merasa seperti dikelilingi tembok pengap—ia ingin naik, tetapi selalu ditarik turun.
Sayangnya, cerita teman saya ini bukan satu-satunya. Banyak guru yang saya temui di berbagai daerah menghadapi situasi serupa. Mereka adalah guru-guru yang ingin menyalakan lilin, menumbuhkan cahaya dan kehangatan, tetapi sering dipadamkan oleh tiupan angin ketidakpercayaan dan keraguan.
Kadang, kita membayangkan mengapa para "kepiting" itu menarik orang lain ke bawah. Mungkin mereka berpikir, "Kalau dia keluar, nanti kita akan terlihat malas. Kalau dia kreatif, kita akan terlihat bodoh." Lebih baik semua tetap sama-sama di dalam ember, meski lembap dan pengap. Mereka merasa nyaman dengan rutinitas: mengajar seadanya, memberikan tugas tanpa refleksi, dan terkadang mengabaikan kebutuhan murid.
Share this article now on :

Post a Comment