Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Tidak Ada Pola “Mendamaikan” Anak dengan Corona

Anak Berdamai Dengan Corona? Oh Tidak!
Memberlakukan New Normal bagi aspek layanan publik, pemerintah dan ekonomi di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda dari segala aturan yang mengaturnya, sesuai dengan protokol kesehatan akan dapat terlaksana, mungkin tidak terlalu bermasalah. Akan tetapi penerapan New Normal di lingkungan pendidikan terutama pendidikan dasar akan terasa bermasalah dan menuntut kehati-hatian dan perlu kajian dalam pelaksanaannya. 

"Dunia layanan publik bidang pemerintahan, ekonomi, ibadah dan industri yang melibatkan orang dewasa, silakan di new normal. Bidang pendidikan yang melibatkan anak didik, tunggu dulu! Saya lebih setuju anak tetap di rumah dengan pola daring yang diperbaiki. Harus ada pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang lebih efektif, minimal sampai Desember," disampaikan oleh salah satu pengurus PB PGRI, Dudung N Koswara sebagaimana dilangsir di JPNN.com, Selasa (26/5). 

Beberapa tindakan yang harus diselesaikan dahulu adalah menentukan hadirnya kurikulum darurat yang khusus mengadaptasi terhadap pemberlakuan masa darurat pademi ini.Tentunya memperhatikan dan mengevaluasi saat pelaksanaan belajar di rumah yang lalu. Kesehatan bagi anak justru terpenting daripada memaksakan pelaksanaan KBM tetapi terjadi penularan terhadap peserta didik yang lain pasti akan sangat bisa terjadi. 
Alih-alih pelaksanaan transfer ilmu palahan terjadi transfer penyakit. Kita sedang berhadapan dengan penyakit. Sehat adalah utama bagi anak didik. Rumah tetap menjadi area yang aman dan nyaman untuk anak didik. Evaluasi yang mungkin dilakukan pada permasalah yang terjadi saat belajar dirumah seharusnya menjadi prioritas pemerintah, yaitu: 
1. Belum terbiasa belajar madiri karena daring 
2. Kendala akses internet 
3. Jaringan internet terbatas 
4. Kendala Listrik, untuk daerah tertinggal/pedalaman 
5. Kuota internet yang terbatas (siswa/orang tua murid tidak menganggarkan untuk kuota internet) 
6. Fasilitas minim (laptop,HP, gadget) 
7. Lingkungan kurang mendukung/tidak kondusif 
8. Semangat belajar kurang jika sendiri di rumah 
9. Kemampuan dan dukungan orang tua berbeda-beda 

Pemerintah seharusnya fokus pada beberapa masalah di atas jika menginginkan berdamai dengan corona bagi pendidikan. Menyediakan akses internet yang terjangkai bagi rakyat indenesia, dikota di desa dapat mengakses sama. Sebagai salah satu syarat pembelajaran daring. Terkait dengan HP lebih banyak yang memiliki HP dari pada anak yang tidak memiliki. Jika akses internet terutama wifi memadai,pembelajaran daring akan sedikit teratasi.

Jadi Pemerintah jangan mengorbankan anak didik untuk masuk sekolah. Bahwa untuk tranfer ilmu bisa dilakukan lewat virtual. Disinilah peran orang tua diperlukan untuk mengganti peran guru pada motivasi dan fasilitator. Sekolah Ramah untuk Anak terus perlu diwujudkan. Tidak ada spekulasi kesehatan untuk anak didik. Penerapan prosedur kesehatan, shift belajar, mengurangi jam belajar dan segala ikhtiar di luar rumah tidak akan efektif.Disaat istirahat anak akan berkerumun dan melintasi sejumlah ruang publik saat datang dan pulang. Rumah tetap menjadi area yang terbaik bagi anak didik. Anak tidak harus masuk sekolah saat wabah, melainkan sekolah yang harus masuk rumah. 

Solusi 
  • Kurikulum darurat harus dibuatkan. 
  • Anak dibuat belajar di rumah. 
  • Pendidikan jarak jauh, dianggap tidak efektif, suatu yang wajar karena masih gagap dan transisi. 
  • Ke depan segera pemerintah menciptakan kurikulum darurat yang konverhensip 
  • Sekolah Masuk Rumah”. Jangan terbalik, “Anak Masuk Sekolah”. Hari ini anak sudah aman di rumah. 
  • Spekulasi tingkat tinggi bila anak digiring kembali ke sekolah. untuk sekolah hanya 20 anak didik.
  • Pola pendidikan Paket yang sudah berjalan di Indonesia. Ada pola pendidikan persamaan paket B, paket C. Yang kualitas dan legalitas ijazahnya juga sama. 
  • Pola homeschooling dan pendidikan virtual.
  • Akses internet merata (wifi) 


Spekulasi tanggal 15 Juni 2020, anak masuk sekolah seharus dapat ditinjau ulang oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional. Melihat resiko yang bisa didapat oleh anak, resiko tertular dan menularkan lebih besar dari pada manfaat dapat ilmu. Mengabaikan dahulu hak anak untuk belajar untuk mendapatkan kesehatan, terhindar dari terpapar atau memaparkan kepada siswa yang lain. New Normal untuk kehidupan yang melibatkan orang dewasa (45 tahun) mungkin dapat diterapkan tenunya dengan protokol kesehatan. Sebagai upaya menggerakkan roda perekonomian, menghidupkan layanan publik, ekonomi, peribadatan dan kepentingan strategis lainnya. Tidak ada pola “mendamaikan” anak dengan corona 

Referensi: https://www.jpnn.com/news
Share this article now on :

3 comments:

  1. Pendidikan dan pola kehati-hatian terhadap bahaya memang perlu diberi pemahaman dan cara bagi anak agar bisa melindungi diri sendiri

    ReplyDelete
  2. Pendidikan dan pola kehati-hatian terhadap bahaya memang perlu diberi pemahaman dan cara bagi anak agar bisa melindungi diri sendiri

    ReplyDelete