Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Pemuda Tampan Itu Tampil, Setelah Banjir Bandang


Setelah banjir bandang yang melanda Kota Makkah salah satu yang hancur diterjang banjir adalah bangunan Ka'bah. Terdapat peselisihan dikalangan penduduk kota Mekah untuk memperbaiki Ka'bah tersebut. Telah lama diyakini oleh penduduk kota sebelum Islam datang bahwa bangunan Ka'bah itu memiliki petuah, sehingga untuk memperbaikinya pun harus hati-hati. 
Nabi Muhammad SAW (yang waktu itu belum diangkat menjadi Rasul) tampil di depan setelah masyarakat Makkah memperbaiki Kabah yang rusak karena banjir bandang. Masyarakat ragu jika melakukan perubahan terhadap bagian-bagian (batu) dari Kabah akan terjadi yang tak diinginkan. "Dan Muhammad ikut pula membawa batu itu," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad. 
Setelah mereka berusaha membongkar batu hijau yang terdapat di situ dengan pacul tidak berhasil, dibiarkannya batu itu sebagai fondasi bangunan. Dan gunung-gunung sekitar tempat itu sekarang orang-orang Quraisy mulai mengangkuti batu-batu granit berwarna biru, dan pembangunanpun segera dimulai. 
Sesudah bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu itu di tempatnya. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga hampir saja timbul perang saudara karenanya. 
Keluarga Abd’d-Dar dan keluarga ‘Adi bersepakat takkan membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam kehormatan yang besar ini. "Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama," katanya. Keluarga Abd’d-Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam baki itu guna memperkuat sumpah mereka. 
Karena itu lalu diberi nama La’aqat’d Dam, yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayya bin’l-Mughira dari Banu Makhzum, adalah orang yang tertua di antara mereka, dihormati dan dipatuhi. Setelah melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka: “Serahkanlah putusan kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini.
” Tatkala mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka berseru: “Ini al-Amin; kami dapat menerima keputusannya.” Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepadanya. Beliaupun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api permusuhan itu. Nabi Muhammad SAW (yang waktu itu belum diangkat menjadi Rasul) berpikir sebentar, lalu katanya. "Bawalah kemari sehelai kain,”. 
Setelah kain di bawakan dihamparkannya dan diambilnya batu itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya; “Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini.”

Sumber: Republika.co.id
Share this article now on :

Post a Comment