Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Wisata Rohani. Show all posts
Showing posts with label Wisata Rohani. Show all posts

Kisah Perubahan Kiblat: Ketika Iman Diuji dan Dibenarkan

Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Barra' bin 'Azib ini mengisahkan momen historis yang sangat krusial dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa pemindahan arah kiblat salat dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Ka'bah di Makkah.
Peristiwa ini bukan sekadar perubahan arah fisik, melainkan ujian keimanan dan penegasan identitas umat Islam.

Awal Kedatangan di Madinah: Menghadap ke Baitul Maqdis
Ketika Rasulullah ﷺ pertama kali tiba di Madinah setelah hijrah, Beliau singgah di tempat paman-pamannya dari Kaum Anshar. Selama enam belas atau tujuh belas bulan pertama, salat kaum Muslimin menghadap ke Baitul Maqdis.
Meskipun demikian, jauh di lubuk hati, Rasulullah ﷺ sangat senang jika diperintahkan salat menghadap ke Baitullah (Ka'bah). Ka'bah adalah kiblat nabi-nabi terdahulu dan tempat di mana leluhur Beliau, Nabi Ibrahim, mendirikan pondasinya. Keinginan Beliau ini adalah kerinduan untuk menyempurnakan identitas keagamaan yang berdiri tegak di atas warisan Nabi Ibrahim.

Momen Perubahan: Shalat Asar yang Menjadi Sejarah
Perintah perubahan kiblat itu datang secara tiba-tiba dan dramatis. Perubahan pertama terjadi saat Rasulullah ﷺ sedang melaksanakan shalat Asar.
Suatu hari, seorang sahabat yang telah ikut shalat Asar bersama Nabi ﷺ dan mengetahui perubahan arah kiblat, berjalan melewati masjid lain. Di sana, ia melihat sekelompok orang sedang shalat dan dalam posisi rukuk, masih menghadap ke Baitul Maqdis.
Sahabat itu segera bersaksi, "Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku ikut salat bersama Rasulullah ﷺ menghadap Makkah!"
Mendengar kabar yang sangat yakin dan penting itu, orang-orang yang sedang salat tersebut tidak ragu sedetik pun. Mereka melakukan gerakan luar biasa: berputar saat sedang rukuk untuk menghadap Ka'bah, menunaikan sisa shalat mereka ke arah kiblat yang baru. Ini adalah bukti nyata ketaatan mutlak para sahabat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Reaksi Ahli Kitab: Ujian Bagi Umat
Perubahan mendadak ini menimbulkan keheranan, dan bahkan pengingkaran, dari orang-orang Yahudi dan Ahlul Kitab yang sebelumnya terbiasa melihat Muslimin shalat menghadap ke kiblat mereka. Mereka mempertanyakan mengapa Nabi ﷺ mengubah kiblat setelah sekian lama.
Penolakan mereka menjadi penanda bahwa perubahan kiblat adalah pembeda yang tegas antara Islam dan agama-agama terdahulu, sekaligus menjadi ujian bagi orang-orang yang hanya mengikuti hawa nafsu dan bukan petunjuk Allah.

Firman Allah: Penjamin Keselamatan Iman
Perubahan kiblat ini tidak hanya berdampak pada orang yang masih hidup, tetapi juga memunculkan keraguan di hati sebagian sahabat: Bagaimana nasib orang-orang yang meninggal dunia atau terbunuh pada masa arah kiblat belum dialihkan? Apakah salat dan amal ibadah mereka sia-sia?
Di sinilah kasih sayang dan jaminan Allah diturunkan. Menjawab kekhawatiran para sahabat, Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya:
"Dan Allah tidaklah akan menyia-nyiakan iman kalian." (QS. Al-Baqarah: 143)
Ayat ini menegaskan bahwa segala ibadah yang dilakukan dengan iman yang tulus dan ketaatan kepada perintah yang berlaku pada saat itu, tidak akan pernah disia-siakan oleh Allah. Salat yang mereka lakukan menghadap Baitul Maqdis adalah sah dan diterima, karena itu adalah perintah Allah pada masa tersebut.

Pelajaran Penting
Kisah perubahan kiblat mengajarkan dua hal fundamental:
  • Ketaatan Total: Keimanan sejati adalah kesiapan untuk mengubah praktik ibadah seketika ketika perintah Allah datang, tanpa keraguan atau penundaan. 
  • Rahmat Allah: Allah menghargai iman dan ketaatan hamba-Nya pada setiap masa. Selama kita berpegang teguh pada petunjuk yang ada, amal ibadah kita dijamin aman di sisi-Nya. 

Peristiwa ini abadi sebagai pengingat bahwa Islam adalah agama yang dinamis, tunduk sepenuhnya pada kehendak Ilahi, dan senantiasa memberikan jaminan keselamatan bagi hamba-Nya yang beriman.

Read More »
07 October | 0komentar

Kisah Pengorbanan dan Persaudaraan Sejati: Kaum Anshor dan Muhajirin

Hadits Bukhari No.16
Kaum Anshar adalah penduduk asli Madinah, yang pada masa itu dikenal dengan nama Yatsrib. Mereka terdiri dari dua suku besar, yaitu Aus dan Khazraj. Sebelum kedatangan Islam, kedua suku ini sering kali terlibat dalam konflik dan peperangan yang berkepanjangan. Namun, ketika ajaran Islam sampai kepada mereka, mereka menyambutnya dengan tangan terbuka dan hati yang ikhlas. Mereka berjanji untuk melindungi Nabi Muhammad ﷺ dan para pengikutnya, yang dikenal sebagai kaum Muhajirin, dari penindasan kaum Quraisy di Mekah.

Peran Anshar dalam Hijrah 
Peristiwa Hijrah, perpindahan Nabi Muhammad ﷺ dan kaum Muhajirin dari Mekah ke Madinah menjadi titik balik dalam sejarah Islam. Saat itu, kaum Muhajirin meninggalkan seluruh harta benda, rumah, dan keluarga mereka demi menyelamatkan akidah. Ketika mereka tiba di Madinah, mereka disambut oleh kaum Anshar dengan kehangatan dan kemuliaan yang tak terlukiskan.
Kaum Anshar tidak hanya menyediakan tempat tinggal, tetapi mereka juga membagi harta, tanah, dan bahkan makanan secara adil dengan saudara-saudara Muhajirin mereka. Persaudaraan yang tercipta di antara kedua kelompok ini melampaui ikatan darah dan harta. Mereka saling menolong dan bahu-membahu dalam membangun masyarakat Islam yang baru. Al-Qur'an mengabadikan kemuliaan kaum Anshar dalam Surah Al-Hasyr ayat 9:

Dan orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (kepada Allah) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan...”

Mengapa Cinta Anshar adalah Tanda Iman?
Hadis di atas mengajarkan bahwa mencintai kaum Anshar adalah tanda keimanan. Mengapa? Karena cinta ini bukan sekadar perasaan suka, melainkan pengakuan dan penghargaan terhadap peran besar mereka dalam mendukung dakwah Islam. Mencintai Anshar berarti mengagumi dan meneladani sifat-sifat mulia yang mereka miliki:
  • Pengorbanan: Mereka rela mengorbankan harta, waktu, dan bahkan nyawa untuk melindungi Nabi dan para Muhajirin.
  • Solidaritas: Mereka menunjukkan solidaritas yang kuat, menganggap saudara Muhajirin sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri.
  • Kerendahan Hati: Mereka tidak pernah merasa bangga atau meminta imbalan atas kebaikan yang mereka lakukan.
Membenci Anshar: Tanda Kemunafikan
Sebaliknya, hadis ini juga menyebutkan bahwa membenci Anshar adalah tanda kemunafikan. Kemunafikan (nifaq) adalah penyakit hati yang sangat berbahaya, di mana seseorang menampakkan kebaikan di luar namun menyembunyikan keburukan di dalam. Membenci Anshar adalah tanda kemunafikan karena:
  • Mengabaikan Jasa Besar: Kebencian ini menunjukkan pengingkaran terhadap jasa besar yang telah mereka berikan dalam sejarah Islam.
  • Ciri Khas Penyakit Hati: Hanya hati yang sakit dan dipenuhi dengki yang bisa membenci orang-orang yang telah berkorban begitu besar demi Islam.

Pelajaran untuk Umat Masa Kini
Hadis ini mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan dan solidaritas umat. Cinta kita kepada kaum Anshar seharusnya tidak hanya terbatas pada penghargaan historis, tetapi juga menjadi motivasi untuk meneladani sikap mereka.
Apakah kita sudah mampu berbagi dan berkorban untuk saudara seiman kita, terutama mereka yang sedang dalam kesulitan? 
 Apakah kita sudah menghilangkan kebencian dan iri hati dari hati kita, lalu menggantinya dengan cinta dan kasih sayang? 
Mencintai Anshar adalah ajakan untuk mencintai kebaikan, pengorbanan, dan persatuan. Ini adalah ajakan untuk menjadi bagian dari umat yang kokoh, di mana setiap anggotanya saling menopang dan mengasihi demi tegaknya agama Allah di muka bumi.

Read More »
22 September | 0komentar

Enggan Masuk Surga?

Surga, sebuah tempat yang dijanjikan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Setiap Muslim pasti mendambakannya. Namun, pernahkah kita mendengar bahwa ada sebagian orang yang "enggan" untuk memasukinya?
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menyampaikan sebuah pesan yang sangat mendalam:

"Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan."

Mendengar pernyataan ini, para sahabat keheranan dan bertanya, "Wahai Rasulullah! Siapakah yang enggan?" Jawaban Nabi Muhammad ﷺ sungguh mengejutkan sekaligus menjadi peringatan keras bagi kita semua. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga)."

Ketaatan sebagai Kunci Menuju Surga
Hadits ini dengan gamblang menjelaskan bahwa pintu surga terbuka lebar bagi setiap umat Nabi Muhammad ﷺ. Syaratnya hanya satu: ketaatan. Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ketaatan ini bukan sekadar pengakuan di lisan, melainkan manifestasi nyata dalam setiap aspek kehidupan.
Ketika kita membaca hadits ini, kita akan memahami bahwa "keengganan" yang dimaksud bukanlah penolakan secara terang-terangan. Tidak ada seorang pun yang akan berkata, "Saya tidak mau masuk surga."
Namun, keengganan itu termanifestasi dalam perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah ﷺ. Ketika seseorang: 
  • Menolak untuk melaksanakan shalat lima waktu. 
  • Mengabaikan puasa di bulan Ramadhan. 
  • Tidak peduli dengan perintah dan larangan agama. 
  •  Lebih memilih mengikuti hawa nafsu daripada sunnah Nabi.dll
Maka secara tidak langsung, ia telah menunjukkan sikap enggan untuk meraih anugerah terbesar, yaitu surga. Maksiat adalah bentuk nyata dari ketidaktaatan, dan setiap langkah yang menjauhi ajaran Nabi ﷺ adalah langkah yang menjauh dari surga.

Mengapa Ketaatan Begitu Penting?
Ketaatan kepada Rasulullah ﷺ bukanlah pilihan, melainkan pondasi utama keimanan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr: 7)

Rasulullah ﷺ adalah utusan Allah yang diutus untuk menyampaikan ajaran-Nya, membimbing umat manusia menuju jalan kebenaran. Mengikuti beliau berarti mengikuti petunjuk Allah. Sebaliknya, menentang beliau sama saja dengan menentang Allah SWT.
Hadits ini menjadi pengingat yang sangat kuat. Tidak cukup hanya mengaku sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ, tetapi kita harus membuktikannya dengan mengikuti ajarannya. Setiap ibadah, setiap perbuatan baik, dan setiap sikap yang kita teladani dari beliau adalah investasi berharga untuk kehidupan di akhirat.
Mari kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita termasuk golongan yang taat atau yang enggan? Apakah kita dengan sadar dan ikhlas menjadikan setiap sunnah Nabi sebagai pedoman hidup? Atau justru kita lebih sering mengabaikannya karena alasan kenyamanan atau kesibukan? Sungguh, surga itu dekat, hanya sejauh langkah ketaatan kita. Dan neraka itu juga dekat, sejauh langkah kita dari kemaksiatan. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.

Read More »
21 September | 0komentar

Meraih Manisnya Iman: Pelajaran Penting dari Hadits Shahih Bukhari

Dalam koleksi hadits Shahih Bukhari, terdapat sebuah riwayat yang sangat masyhur dari Anas bin Malik, yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Hadits ini menjelaskan tentang tiga ciri utama yang menjadi tolok ukur "manisnya iman". Manisnya iman bukanlah rasa manis secara fisik, melainkan kenikmatan dan ketenangan batin yang dirasakan oleh seorang mukmin sejati.
Berikut adalah tiga kunci untuk meraih manisnya iman:
1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya Melebihi Segalanya
Kunci pertama adalah menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya. Ini adalah fondasi dari seluruh ajaran Islam. Cinta ini bukanlah sekadar ucapan, tetapi manifestasi dari ketaatan total. 
Ketika cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW menjadi yang teratas, maka setiap keputusan dalam hidup akan didasarkan pada petunjuk-Nya. Implikasi: Cinta ini mewajibkan seorang mukmin untuk mendahulukan perintah Allah dan sunnah Rasul-Nya di atas kepentingan pribadi, keluarga, harta, atau jabatan. Jika dihadapkan pada dua pilihan, pilihan yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya-lah yang akan diambil. 

2. Mencintai Seseorang Hanya Karena Allah
Kunci kedua adalah mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. Cinta ini melampaui ikatan darah, kekerabatan, atau keuntungan duniawi. Cinta yang tulus dan murni ini terjalin atas dasar keimanan yang sama. Implikasi: Seseorang mencintai saudaranya karena melihat kebaikan dan ketakwaan pada dirinya. Jika cinta ini berlandaskan keuntungan, maka akan pudar seiring berjalannya waktu. Sebaliknya, cinta yang berlandaskan Allah akan abadi, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah, salah satunya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah. 

3. Benci Kembali kepada Kekufuran
Kunci ketiga adalah dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka. Ini adalah puncak dari keimanan. Keimanan yang telah mengakar kuat di dalam hati membuat seseorang membenci segala bentuk kesesatan dan kekufuran. Implikasi: Seseorang yang telah merasakan nikmatnya iman akan merasa jijik dan takut untuk kembali kepada kekufuran, sebagaimana ia takut akan azab neraka. Perasaan benci ini tidak hanya secara lisan, tetapi juga secara hati, yang mendorongnya untuk terus istiqamah di jalan Islam.
Ketiga perkara ini adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Mencintai Allah dan Rasul-Nya akan membimbing kita untuk mencintai orang lain karena-Nya. Dan kedua hal tersebut akan memperkuat keimanan kita hingga kita membenci segala bentuk kekufuran. Ketika ketiga hal ini ada pada diri seseorang, barulah ia dapat merasakan manisnya iman yang sejati, ketenangan jiwa, dan kebahagiaan yang tidak tergantikan.

Read More »
18 September | 0komentar

Saat Ketaatan Dicap Mabuk Agama: " Sok Suci"

Dalam Al-Qur'an, surat An-Nas ayat 4-6, Allah SWT menjelaskan tentang 'alladzi yuwaswisu fi sudurinnas,' yaitu setan yang membisikkan kejahatan dalam hati manusia, baik dari golongan jin maupun manusia itu sendiri. Fenomena ini bukanlah hal baru. Jauh sebelum kita, para nabi dan rasul juga menghadapi musuh serupa.

Allah berfirman dalam surat Al-An'am ayat 112:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah untuk menipu manusia." (QS. Al-An'am: 112)
Ayat ini secara jelas menyebutkan bahwa musuh para nabi terdiri dari dua golongan: setan dari kalangan jin dan setan dari kalangan manusia. Mereka bekerja sama, saling membisikkan "zukhrufal qawl" (perkataan yang indah) yang tujuannya adalah "ghurur" (menipu dan menyesatkan).
Buzzer Maksiat dan Anti-Ketaatan
Jika kita amati realitas hari ini, pola yang sama terulang kembali. Kita melihat fenomena yang disebut "buzzer maksiat" atau "buzzer anti-taat". Mereka menyebarkan kalimat-kalimat yang terkesan menarik dan logis, namun tujuannya adalah melemahkan orang-orang dalam berbuat ketaatan.
Beberapa contoh kalimat yang sering kita dengar, misalnya:
"Sudahlah, jangan jadi orang yang mabuk agama." 
 "Jilbabi dulu hatimu, sebelum kau jilbabi kepalamu." 
 "Enggak usah sok suci."
Kalimat-kalimat ini terdengar seperti nasihat, padahal sejatinya adalah bisikan yang melemahkan. Bisikan ini menyerang semangat ketaatan dan mengajak manusia untuk menunda atau bahkan meninggalkan perbuatan baik.
Fenomena "Sok Suci" dari Masa ke Masa
Label "sok suci" adalah salah satu senjata andalan yang digunakan oleh setan dari golongan manusia. Kisah seorang pensiunan ASN yang diceritakan di atas adalah contoh nyata. Saat ia berusaha untuk jujur dan menolak korupsi, teman-temannya justru mencapnya "sok suci." Seolah-olah, berbuat baik dan menolak kejahatan adalah hal yang patut dicemooh.
Label ini bukan hal baru. Ia telah ada sejak zaman para nabi. Umat Nabi Luth 'alaihissalam, saat mereka diingatkan tentang perbuatan maksiat mereka, tidak dapat memberikan jawaban logis. Mereka lalu menggunakan serangan pribadi untuk membungkam Nabi Luth. 

 "Usirlah Lut dan keluarganya dari negerimu; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menganggap dirinya suci." (QS. An-Naml: 56)
Bisikan dari setan manusia ini membuat seseorang yang benar menjadi disalahkan. Nabi Luth yang mengajak kepada kebaikan justru dicap "sok suci" oleh kaumnya sendiri yang melakukan kemaksiatan. Sama halnya dengan orang yang memilih jalan taat dan jujur hari ini, mereka sering kali dicap "sok suci" oleh orang-orang yang merasa nyaman dengan kemaksiatan.
Dengan memahami ayat-ayat ini, kita bisa lebih waspada terhadap bisikan dari jin maupun manusia. Jangan biarkan kalimat-kalimat yang terkesan indah itu melemahkan kita. Jika ada yang mencap Anda "sok suci" karena memilih jalan ketaatan, maka berbahagialah. Itu pertanda Anda berada di jalan yang sama dengan para nabi.

Read More »
11 September | 0komentar

Menelaah Fatwa Akad Haji dari Dua Sudut Pandang

Ibadah Umroh
Kontroversi Fatwa Haji: Memahami Perbedaan Pendapat tentang Akad Haji di Indonesia Belakangan ini, jagat media sosial diramaikan dengan perdebatan mengenai status akad haji di Indonesia. Hal ini bermula dari fatwa yang dikeluarkan oleh Ustaz Dr. Erwandi yang menyatakan bahwa akad haji yang dilakukan di Indonesia adalah batil. Pernyataan ini sontak memicu beragam reaksi dan perbedaan pendapat di kalangan para ustaz dan masyarakat. Untuk memahami duduk perkara ini, kita perlu menelusuri akar permasalahan dari sisi ilmiah dan fikih.
Ustaz Dr. Erwandi berpendapat bahwa akad haji di Indonesia, baik haji reguler, plus, maupun furoda, termasuk dalam kategori Ijarah Mausuf fi Zimmah (IMFD), yaitu akad sewa-menyewa jasa yang objeknya (jasa) belum dimiliki oleh pemberi jasa saat akad dilakukan, tetapi hanya disifati (dijelaskan kriterianya). Dalam konteks haji, ini berarti travel atau pemerintah menjual paket haji (jasa) seperti akomodasi hotel, tiket pesawat, dan transportasi, padahal semua fasilitas tersebut belum mereka miliki secara pasti saat pendaftaran. Menurut jumhur (mayoritas) ulama, akad IMFD hanya sah jika dilakukan secara tunai di muka. Jika pembayaran tidak dilakukan secara tunai, maka akad tersebut menjadi batil.

Praktik Pembayaran Haji di Indonesia

Praktik pembayaran haji di Indonesia, terutama untuk haji reguler dan plus, tidak dilakukan secara tunai. Calon jemaah hanya membayar sejumlah uang muka (sekitar 25 juta rupiah untuk haji reguler) saat pendaftaran, sementara sisa pembayaran dilakukan beberapa tahun kemudian, menjelang keberangkatan.
Berdasarkan pendapat jumhur ulama, praktik ini menjadikan akad haji tidak sah atau batil. Inilah yang menjadi dasar Ustadz Dr. Erwandi untuk meminta jemaah yang sudah mendaftar untuk menarik dananya, karena akadnya dianggap bermasalah secara syariah. 

Adanya Pendapat yang Berbeda (Khilafiyah)
Namun, ada pandangan lain yang perlu dipertimbangkan. Majma Fikih Islami di bawah Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), sebuah lembaga fikih internasional, mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa akad IMFD boleh dilakukan tidak secara tunai. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan terhadap praktik modern, seperti dalam transaksi sukuk.
Dengan adanya fatwa dari Majma Fikih Islami ini, status akad haji yang tidak tunai menjadi tidak batil. Oleh karena itu, bagi mereka yang berpegang pada fatwa ini, jemaah tidak perlu menarik dananya dan dapat mempertahankan pendaftarannya.
Perbedaan pendapat ini bukan hanya soal benar atau salah, melainkan didasarkan pada landasan ilmiah dan fikih yang berbeda. Pendapat pertama, yang dianut oleh Ustaz Dr. Erwandi, berpegang pada pendapat jumhur ulama yang mensyaratkan akad IMFD harus tunai. Dengan demikian, akad haji di Indonesia dianggap batil, dan dana pendaftaran harus ditarik. 

Pendapat kedua, yang berlandaskan fatwa Majma Fikih Islami, membolehkan akad IMFD tidak tunai. Berdasarkan pandangan ini, akad haji di Indonesia tidak batil, dan jemaah boleh melanjutkan pendaftarannya. Dengan memahami latar belakang ilmiah dari kedua pandangan ini, kita dapat bersikap lebih bijak dan saling menghormati. 
Setiap individu memiliki hak untuk memilih pendapat mana yang lebih meyakinkan bagi mereka, sambil terus berusaha menambah ilmu dan tidak terprovokasi oleh perdebatan di media sosial yang seringkali dangkal.

Sumber : Youtube https://youtu.be/V8EgruXFvfE?si=z2yjgXe5VA2naMtc

Read More »
06 September | 0komentar

Keutamaan Qiyamul Lail: Membuka Pintu-Pintu Kebaikan dan Menguatkan Iman

Pada hari Ahad Pon, 24 Agustus 2025, Ustadz Retno Ahmad Pujiono, Lc., menyampaikan tausiyah yang mendalam mengenai keutamaan qiyamul lail dan kaitannya dengan semangat kemerdekaan Indonesia. Beliau mengawali dengan mengingatkan bahwa 17 Agustus 1945 bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H, hari Jumat Manis. Beliau menyoroti signifikansi tanggal tersebut, yang dipilih karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Angka 17 juga memiliki makna khusus dalam Islam, identik dengan tanggal diturunkannya Al-Qur'an dan jumlah rakaat shalat fardhu dalam sehari.

Perbedaan Qiyamul Lail dan Tahajud
Ustadz Retno menjelaskan bahwa qiyamul lail dan tahajud sering dianggap sama, padahal memiliki makna yang berbeda.
Qiyamul Lail adalah istilah yang lebih umum, mencakup segala aktivitas untuk "menghidupkan malam" dengan mengingat Allah. Ini tidak hanya terbatas pada shalat, tetapi juga bisa berupa membaca Al-Qur'an, bersedekah di malam hari, merenung (tafakkur), dan ibadah lainnya di masjid.
Tahajud adalah bentuk shalat malam yang lebih spesifik, yaitu shalat yang dilakukan setelah seseorang tidur terlebih dahulu.

Fadilah-Fadilah Qiyamul Lail
Ustadz Retno menguraikan beberapa keutamaan (fadilah) dari qiyamul lail, yang semuanya merupakan pintu-pintu kebaikan bagi seorang Muslim.
1. Pembuka Pintu Kebaikan
Beliau mengutip sebuah hadits di mana Rasulullah ﷺ menunjukkan Mu'adz bin Jabal tentang pintu-pintu kebaikan. Hadits tersebut menyebutkan tiga amalan utama: puasa sebagai perisai, sedekah yang dapat memadamkan kemaksiatan, dan shalat malam yang membuka pintu-pintu kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. As-Sajadah, "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya," yang menggambarkan betapa orang-orang yang dekat dengan Allah rela meninggalkan kenyamanan tidur demi beribadah.
Shalat malam adalah bentuk pengakuan atas dosa dan kelalaian kita. Sebagai balasannya, Allah akan memberikan kenikmatan yang begitu besar di surga kelak, yang akan membuat mata kita terbelalak saking gembiranya. Amalan yang dilakukan secara rahasia ini akan dibalas dengan pahala yang juga dirahasiakan oleh Allah, membuat hamba-Nya terkejut dengan kebahagiaan yang tak terduga.
2. Jalan Menuju Surga dan Terhindar dari Neraka
Ustadz Retno mengisahkan seorang hamba yang terakhir keluar dari neraka dan akhirnya masuk surga karena rahmat Allah. Meskipun pada awalnya hanya berada di pinggir surga, keinginannya untuk mendapatkan yang lebih baik mendorongnya untuk terus berdoa. Ini menunjukkan bahwa meskipun kenikmatan surga sudah terbayang, tabiat manusia adalah selalu menginginkan yang terbaik.
Qiyamul lail juga merupakan salah satu ciri dari hamba-hamba yang beribadah dengan ihsan, seolah-olah mereka melihat Allah. Mereka menghidupkan malam dengan shalat dan tilawah Al-Qur'an.
Ustadz Retno mengingatkan bahwa banyak orang yang mengetahui betapa mengerikannya siksa neraka, namun justru lebih memilih tidur daripada beribadah. Padahal, shalat tahajud adalah amalan para wali Allah.
Selain manfaat spiritual, tahajud juga memiliki manfaat fisik. Ustadz Retno menyebutkan bahwa tahajud dapat membuat badan lebih sehat. Beliau mengaitkannya dengan para sahabat Nabi yang dikenal sangat sehat dan kuat saat berperang melawan musuh Islam, yang tidak lepas dari kebiasaan mereka menghidupkan malam dengan ibadah.
Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari tausiyah Ustadz Retno Ahmad Pujiono, Lc., dan semakin termotivasi untuk menghidupkan malam dengan qiyamul lail.





Read More »
25 August | 0komentar

Menghidupkan Sunnah, Meraih Ridha: Qiyamul Lail, Subuh Berjama'ah & Pengajian Ahad Pagi

Undangan Qiyamul Lail, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudara/i kaum muslimin dan muslimat warga Perumahan Gayam Permai yang dirahmati Allah SWT, Dalam upaya meningkatkan keimanan, mempererat tali silaturahmi, serta meraih keberkahan di waktu-waktu yang mulia, kami dari pengurus Masjid Al Mu'minun mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk hadir dalam kegiatan rutin warga Gayam Permai: Qiyamul Lail Berjama'ah, Sholat Subuh Berjama'ah, dan Pengajian Rutin Ahad Pagi Insya Allah kegiatan ini akan dilaksanakan pada: 


Hari/Tanggal: Ahad, 18 Mei 2025 


Adapun rangkaian acara adalah sebagai berikut: 

Qiyamul Lail Berjama'ah: 
Dimulai pukul 03.30 WIB Mari kita bersama-sama menghidupkan sepertiga malam terakhir dengan bermunajat, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keutamaan Qiyamul Lail sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: 
 
"Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam." (HR. Muslim) 

Sholat Subuh Berjama'ah: 
Dilaksanakan pada waktu Subuh. Mari kita awali hari dengan menunaikan ibadah sholat Subuh secara berjama'ah di masjid. Keberkahan dan keutamaan sholat Subuh berjama'ah sangatlah besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barangsiapa shalat Subuh berjama'ah, maka ia berada dalam jaminan Allah." (HR. Muslim) 

Pengajian Rutin Ahad Pagi: 
Dimulai setelah Sholat Subuh berjama'ah (sekitar pukul 05.30 WIB). Pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita akan bersama-sama menimba ilmu agama dan memperdalam pemahaman tentang Islam bersama: Ustadz H. Yusman SHI. Beliau akan menyampaikan kajian yang insya Allah akan memberikan pencerahan dan motivasi dalam menjalani kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah. 
Kegiatan ini merupakan wadah yang baik bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah, mempererat ukhuwah Islamiyah antar warga Perumahan Gayam Permai, serta menambah ilmu pengetahuan agama
Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i dalam kegiatan yang penuh berkah ini. Mari kita luangkan waktu sejenak untuk meraih ridha Allah SWT dan keberkahan dalam hidup kita. 
Atas perhatian dan kehadirannya, kami ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Hormat kami, Pengurus Masjid Al Mu'minun Perumahan Gayam Permai Banjarnegara






Read More »
17 May | 0komentar

Mengapa Mendaftar Haji Sebelum Umroh Lebih Utama

Alhamdulillah, mendaftar Haji di BSI
Sebagai umat Muslim, kita tentu memahami betul kedudukan ibadah haji dan umroh dalam agama Islam. Haji merupakan rukun Islam kelima yang hukumnya wajib bagi setiap Muslim yang mampu secara fisik, materi, dan mental. Sementara itu, umroh adalah ibadah sunah yang sangat dianjurkan (sunah muakkadah) dan memiliki banyak keutamaan. Meskipun keduanya merupakan ibadah yang mulia dan mendatangkan pahala besar, terdapat perbedaan mendasar dalam hukum pelaksanaannya. Kewajiban haji bagi yang mampu menempatkannya pada prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibadah umroh yang bersifat sunah. 

Prioritas wajib di Atas sunah

Dalam prinsip-prinsip fiqih Islam, ibadah yang wajib harus didahulukan pelaksanaannya daripada ibadah yang sunah. Hal ini didasarkan pada berbagai dalil dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah SWT telah secara tegas memerintahkan pelaksanaan ibadah haji bagi mereka yang memiliki kemampuan. Perintah ini termaktub dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 97:

 وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ 

 "Dan bagi Allah, atas manusia berkewajiban melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka 2 sesungguhnya Allah Mahakaya 3 (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."  

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa ibadah haji adalah kewajiban yang melekat pada setiap Muslim yang memenuhi syarat istitha'ah (kemampuan). Oleh karena itu, ketika seorang Muslim memiliki kemampuan untuk melaksanakan haji, maka kewajiban ini harus segera dipenuhi. 

Meskipun keinginan untuk segera mengunjungi Baitullah dan melaksanakan umroh sangatlah besar, ada beberapa hikmah mengapa mendaftar haji terlebih dahulu menjadi pilihan yang lebih bijak: 
  • Menunaikan Kewajiban Utama: Dengan mendaftar haji, seorang Muslim telah menunjukkan niat dan kesungguhannya untuk memenuhi rukun Islam yang kelima. Ini merupakan bentuk ketaatan dan kepatuhan yang lebih utama di sisi Allah SWT. 
  • Mengamankan Kesempatan: Kuota haji setiap tahunnya terbatas dan seringkali daftar tunggu keberangkatan bisa memakan waktu bertahun-tahun. Dengan mendaftar lebih awal, seorang Muslim memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dapat melaksanakan ibadah haji pada waktunya. 
  • Perencanaan Keuangan yang Lebih Baik: Biaya haji relatif lebih besar dibandingkan dengan umroh. Dengan mendaftar jauh-jauh hari, calon jamaah memiliki waktu yang lebih panjang untuk mempersiapkan dan mengelola keuangan dengan lebih baik. 
  • Menghindari Penyesalan di Kemudian Hari: Menunda pendaftaran haji, terutama bagi yang sudah mampu, dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari jika kondisi kesehatan atau finansial berubah. 
  • Menghormati Sistem dan Regulasi: Pemerintah telah mengatur sistem pendaftaran dan keberangkatan haji dengan tujuan untuk memastikan kelancaran dan keamanan pelaksanaan ibadah. Mendaftar haji sesuai prosedur berarti menghormati sistem yang telah ditetapkan. 

Lalu, Bagaimana dengan Umroh? 
Bukan berarti melaksanakan umroh sebelum haji dilarang. Namun, dalam konteks prioritas, menunaikan kewajiban haji bagi yang mampu adalah yang utama. Jika seseorang telah mendaftar haji dan masih memiliki kesempatan serta kemampuan finansial untuk melaksanakan umroh, maka hal tersebut tentu diperbolehkan dan bahkan dianjurkan. 
Umroh dapat menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menambah kekhusyukan dalam menanti panggilan untuk menunaikan ibadah haji. Kesimpulan Meskipun keduanya merupakan ibadah yang sangat dianjurkan, hukum wajib pada ibadah haji menjadikannya prioritas utama bagi setiap Muslim yang mampu. 
Mendaftar haji terlebih dahulu sebelum melaksanakan umroh adalah langkah yang lebih bijak sebagai bentuk ketaatan dalam menunaikan kewajiban dan mengamankan kesempatan untuk meraih kemuliaan ibadah haji. Setelah mendaftar haji, jika Allah SWT memberikan keluasan rezeki dan kesempatan, melaksanakan ibadah umroh dapat menjadi pelengkap ibadah dan semakin memperkuat keimanan kita. Semoga Allah SWT memudahkan langkah kita semua untuk dapat menunaikan ibadah haji dan umroh di Baitullah.

Read More »
21 April | 0komentar

Langkah Syukur Menuju Baitullah: Pendaftaran Haji dan Prioritas Akhirat

Pendaftaran Haji di Kemenag RI untuk 3 Anak Kami

Alhamdulillah wa syukurillah 'ala ni'matillah. Rasa syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kemudahan yang telah dilimpahkan, sehingga kami sekeluarga dapat menunaikan niat suci untuk mendaftarkan Ibadah Haji. Sebuah perjalanan spiritual yang kami impikan sejak lama, kini selangkah lebih dekat untuk menjadi kenyataan. Saya dan istri telah terdaftar dan mendapatkan porsi Haji pada Tahun 2016. Sesuai dengan aplikasi dari Kemenag berangkat tahun 2034. 
Penantian yang cukup panjang, namun keyakinan akan janji Allah SWT senantiasa menghiasi hati kami. Kebahagiaan kami semakin lengkap di bulan suci Ramadhan tahun ini, tepatnya pada tanggal 25 Ramadhan 1446 Hijriyah (bertepatan dengan 25 Maret 2025), ketika ketiga buah hati kami turut serta mendaftarkan diri untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Mereka menunggu daftar antrian 33 Tahun.
Melihat nama-nama anggota keluarga tertera dalam bukti pendaftaran haji, hati ini bergetar. Bukan hanya karena terbayang indahnya Baitullah dan Madinah Al-Munawwarah, namun juga karena betapa besar karunia Allah SWT yang telah memudahkan urusan ini. Kami menyadari, banyak saudara-saudara kita yang memiliki keinginan serupa namun belum mendapatkan kesempatan yang sama. Banyak dari saudara-saudara kami yang lebih tetapi belum digerakan untuk mendaftar Haji.
Keputusan untuk mendaftarkan haji bagi kami dan keluarga bukanlah keputusan yang diambil secara instan. Ada pertimbangan matang dan skala prioritas yang kami tetapkan dalam kehidupan ini. Kami menyadari bahwa dunia ini hanyalah persinggahan sementara, dan sebaik-baik bekal adalah amalan saleh yang akan kita bawa menghadap Allah SWT di akhirat kelak. Mungkin bagi sebagian orang, memiliki kendaraan baru atau rumah yang lebih mewah menjadi prioritas utama. Namun, bagi kami, menunaikan ibadah haji bersama keluarga adalah investasi akhirat yang tak ternilai harganya. Ini adalah wujud ketaatan kepada Allah SWT, bentuk penghambaan diri yang mendalam, dan kesempatan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan khilaf. 
Kami percaya, rezeki yang Allah SWT berikan kepada kami adalah amanah yang harus digunakan sebaik-baiknya. Menyisihkan sebagian rezeki untuk menunaikan ibadah haji adalah bentuk syukur atas nikmat-Nya dan upaya untuk meraih ridha-Nya. Kami meyakini, dengan memprioritaskan urusan akhirat, Allah SWT akan mencukupkan segala kebutuhan duniawi kami. 
Proses pendaftaran haji saat ini semakin mudah dengan adanya sistem yang terintegrasi. Namun, kemudahan administratif ini hendaknya tidak melunturkan esensi dari ibadah haji itu sendiri. Niat yang tulus, persiapan yang matang, baik secara fisik, mental, maupun ilmu pengetahuan tentang manasik haji, tetap menjadi kunci utama dalam meraih haji yang mabrur. 
Janganlah kita terlalu disibukkan dengan urusan duniawi hingga melupakan panggilan suci menuju Baitullah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kelancaran dalam setiap tahapan persiapan haji kami dan keluarga, serta memberikan kesempatan kepada seluruh umat Islam yang memiliki kerinduan untuk mengunjungi tanah haram. Semoga niat suci ini menjadi langkah awal menuju haji yang mabrur, yang diterima di sisi Allah SWT. Amin ya rabbal 'alamin.

Buka Tabungan Haji Di BSI



Alhamdulillah semua telah mendapat porsi Haji



Read More »
20 April | 0komentar

Kota Lama Banyumas: Lebih dari Sekadar Bangunan Tua

Banyumas juga memiliki kawasan kota lama, tidak hanya di Semarang. Lokasi kota lama Banyumas berada di sekitar alun-alun Kecamatan Banyumas. Di sini terdapat bangunan yang dulu menjadi pusat pemerintahan kadipaten Banyumas, sebelum pindah ke kota Purwokerto. Selain itu ada sumur tua, museum wayang, rumah lengger, dan masjid Nur Sulaiman yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Kota Lama yang berada di belakang kompleks Kecamatan Banyumas telah selesai direvitalisasi. Kini kawasan tersebut jadi lebih hidup dan siap dijadikan destinasi wisata baru. Kawasan yang sudah dibangun itu membentang dari jalan Mruyung sampai Pungkuran. Trotoar dan jalan raya menggunakan paving block. Sangat menarik untuk didatangi apalagi di waktu malam hari. Penerangan jalan lebih banyak dan bernuansa kuning. Lebar jalan kurang lebih 5 meter, tempat orang jalan/trotoar/pedestrian sekitar 2,5- 3 meter.
Kota Lama Banyumas sendiri dulunya merupakan kawasan pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas sebelum di pindah ke Kota Purwokerto. Hal ini membuat Kota Lama Banyumas memiliki sejumlah cagar budaya yang memikat, termasuk gedung balai kota, sumur tua, museum wayang, Masjid Agung Nur Sulaiman hingga Kelenteng Boen Tek Bio. Di sini, wisatawan dapat merasakan atmosfer bersejarah serta menikmati kemewahan arsitektur zaman dulu yang menawan. 
Kota Lama Banyumas juga menawarkan pengalaman bersantai bagi para wisatawan untuk berjalan-jalan maupun duduk-duduk di area pedestrian atau menikmati hidangan kuliner yang lezat di warung sekitar. Keindahan bangunan-bangunan tempo dulu juga cocok untuk dijadikan latar belakang bagi para pecinta foto. Kota Lama Banyumas benar-benar memikat dengan nuansa kuno yang cantik. Suasana di tempat wisata ini menggambarkan di era 1930-an. 
Tata ruang kota yang tertata dengan rapi, terutama penggunaan paving block juga menambah kesan klasik dari tempat wisata ini.
Warga sekitar pun berinovatif misalkan dengan adanya layanan jasa foto seharga 10 ribu rupiah untuk 3 foto, dan persewaan sepeda serta scooter listrik yang bisa digunakan untuk menjelajahi Kota Lama jika tidak ingin berjalan kaki. Ini membuat Kota Lama jadi lebih menyenangkan untuk didatangi. 
Menjelajahi Kota Lama saat sore hari, ketika cahaya masih terang dan suasana tidak terlalu ramai sangat menarik. Akses untuk menjangkau ke Kota Lama Banyumas sangat mudah, baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi lain. Selain itu, tempat wisata ini juga dapat dikunjungi kapan saja sehingga para pengunjung dapat merasakan berbagai suasana kota ini. Meskipun begitu, suasana sore hingga malam hari masih menjadi waktu yang paling direkomendasikan untuk menikmati keindahan tempat wisata ini. 
Tentu ada masukan untuk pengelola kota ini untuk lebih menertibkan parkir mobil yang kadang tidak mengindahkan rambu-rambu, di larang parkir disepanjang jalan ini. Tetapi masih ada yang memarkir kendaraannya (mobil). dan para pengendara motor yang melaju dengan kencang bahkan ketika melewati perempatan Jl. Mruyung anak-anak muda cenderung menggunakan kendaraan bermotor yang berknalpot brong melaju bergerombol sangat sedikit mengganggu.

Read More »
28 January | 0komentar

Ketika Perdamaian Lebih Utama dari Kemenangan Sekejap

Mengutip buku Islam Konsepsi dan Sejarahnya karya Syed Mahmudunnasir yang diterjemahkan oleh Adang Affandi, pada tahun 6 H, Nabi bersama dengan kaum muslim melakukan perjalanan ke Makkah. Untuk menghilangkan prasangka kaum Quraisy kalau tujuan mereka disalahpahami, Nabi melarang kaum muslimin membawa senjata kecuali pedang untuk menyembelih hewan korban yang mereka bawa. Di samping itu, kaum muslimin hanya diperkenankan memakai baju ihram. 
Berita tentang perjalanan Nabi dan kaum muslimin untuk umrah sampai ke telinga petinggi Quraisy. Namun, mereka curiga kalau ini hanya taktik belaka untuk menembus Kota Makkah. Oleh karena itu, para pemuka Quraisy tetap teguh pada pendiriannya. Apa pun alasan yang disampaikan oleh Nabi dan rombongannya, mereka tetap dilarang memasuki Kota Makkah. Sehingga pemuka Quraisy menyiapkan pasukannya untuk menghaluskan Nabi di bawah Panglima Khalid ibnu Walid. Sementara itu, rombongan dari Madinah yang dipimpin Rasulullah SAW telah tiba di daerah Usfan. 
Nabi bertemu dengan seseorang dari suku Ka'ab dan berhasil memperoleh informasi bahwa kaum Quraisy juga telah bergerak menuju suatu daerah Kiral Gharim dan bersumpah Nabi beserta pengikutnya tidak bisa masuk Makkah. Rasulullah SAW mengalihkan rute perjalanan untuk menghindari bentrokan, dengan memilih jalur yang sulit dan berat di antara celah-celah gunung. Ketika mencapai ujung Hudaibiyah, kaum muslim mengeluhkan rasa haus kepada Rasulullah SAW. Beliau kemudian memerintahkan untuk menancapkan sebuah panah ke dalam kolam, dan air pun memancar deras. 
Kaum muslimin pun puas menikmati air tersebut. Kaum Quraisy memutuskan untuk menyusup ke tengah barisan kaum muslim pada malam hari dan memprovokasi terjadinya peperangan. Namun, Muhammad bin Maslamah, sang komandan, berhasil menangkap mereka semua. Rasulullah SAW, yang sejak awal menginginkan perdamaian, memaafkan dan membebaskan mereka semua.
Isi Perjanjian Hudaibiyah Mengutip buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haekal yang diterjemahkan oleh Ali Audah, ada beberapa poin yang berhasil disepakati tanpa amandemen oleh Nabi Muhammad SAW. 
Berikut ini isi dari Perjanjian Hudaibiyah: 
  1. Untuk tahun ini Muhammad dan rombongannya harus kembali ke Madinah, mengurungkan niatnya untuk berumrah, dan dipersilahkan kembali pada tahun berikutnya. 
  2. Untuk tahun depan, Muhammad dan rombongannya diperkenalkan memasuki Kota Makkah tapi hanya selama tiga hari. Peralatan yang boleh dibawa hanyalah pedang tersarung dan tidak dibenarkan membawa senjata jenis lain. 
  3. Siapa pun dari suku-suku Arab yang ingin bersekutu dengan Muhammad atau dengan pihak Quraisy harus diizinkan. 
  4. Warga Quraisy yang menyeberang dan ingin bergabung ke Madinah tanpa izin walinya harus dikembalikan. Sebaliknya, jika warga Muslim di Madinah ingin kembali ke Makkah, mereka harus diizinkan. 
  5. Gencatan senjata antara pihak Quraisy dan kaum Muslim disepakati untuk berlangsung selama 10 tahun.
Mengutip buku Shahih Sirah Nabawiyah karya Akram Dhiya' Al-Umuri, sebagian besar sahabat Rasulullah SAW dan kaum muslim lain menganggap Perjanjian Hudaibiyah merugikan pihak mereka dan membuat kaum muslim marah. Namun, hasil dari Perjanjian Hudaibiyah baru terlihat setelah bertahun-tahun berlalu. Pada awal-awal kenabian, Rasulullah SAW berdakwah secara diam-diam dan butuh beberapa tahun lamanya untuk mengajak kaum kafir memeluk agama Islam. 
Baru setelah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah SAW melakukan dakwah terang-terangan. Nabi semakin meningkatkan gerak dakwahnya, tidak hanya di Madinah tapi juga di sekitaran Makkah. Klimaks dari keberhasilan Perjanjian Hudaibiyah terjadi pada tahun 8 H, ketika Kota Makkah terbuka. Dengan kekuatan 10.000 orang, kaum muslim berhasil menembus benteng utama kaum Quraisy tanpa perlawanan. Jadi dapat dipahami jika sebenarnya poin-poin yang ada di dalam Perjanjian Hudaibiyah lebih menguntungkan kaum muslimin

Read More »
25 January | 0komentar

Bersyukur Tanpa Syarat

Masjid Al Aqso
Padahal, dalam terhimpit musibah sekalipun kita dianjurkan untuk tetap bersyukur, sebagai bukti bahwa itu adalah bentuk perhatian dan kasih sayang Allah. 

Dalam sebuah Hadis Qudsi disebutkan:
“Wahai malaikat Jibril, datanglah kepada hamba-Ku dan kirimkanlah ia sebuah musibah, karena Aku rindu akan rintihannya.” (HR Muslim). 
Hadis ini mengisyaratkan bahwa diuji dengan masalah ialah bukti bahwa Allah merindu rintihan dari para hamba-Nya. Tak inginkah kita dirindu?

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ 

(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”(QS. Ibrahim:7)

Ayat di atas dengan jelas menunjukkan bahwa Allah SWT menjanjikan tambahan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur, dan sebaliknya, Allah SWT mengancam dengan azab bagi orang-orang yang ingkar nikmat.
Akhirnya, hakikat bersyukur tanpa syarat ialah kita tidak perlu menunggu datangnya nikmat lantas bersyukur. Tapi, bersyukur sebenarnya ialah senantiasa menjaga ungkapan terima kasih pada Sang Maha Kasih atas segala nikmat yang telah, sedang dan akan kita dapatkan. Wallahu a’lam.
Apa yang dimaksud dengan bersyukur tanpa syarat? Bersyukur tanpa syarat berarti kita bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, baik itu nikmat yang kita sukai maupun yang tidak kita sukai, baik nikmat yang besar maupun yang kecil, baik dalam keadaan senang maupun susah. Kita bersyukur bukan karena ada imbalan yang kita harapkan, melainkan karena kita menyadari bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah anugerah dari Allah SWT.

Cara Menerapkan Bersyukur Tanpa Syarat 
Bagaimana cara kita menerapkan bersyukur tanpa syarat dalam kehidupan sehari-hari? Berikut beberapa tips yang bisa kita lakukan: 
  • Selalu mengingat nikmat Allah: Setiap kali kita mendapatkan nikmat, baik itu nikmat kesehatan, rezeki, keluarga, atau lainnya, marilah kita selalu ingat bahwa itu semua adalah anugerah dari Allah SWT. 
  • Bersyukur dalam segala kondisi: Baik dalam keadaan senang maupun susah, kita harus tetap bersyukur. Karena dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan. 
  • Berbagi dengan sesama: Salah satu cara untuk bersyukur adalah dengan berbagi dengan sesama yang membutuhkan. 
  • Mengucapkan syukur setiap saat: Kita bisa mengucapkan syukur melalui doa, dzikir, atau ucapan terima kasih. 
Bersyukur sebagai gaya hidup kita. Dengan bersyukur, hidup kita akan menjadi lebih berarti dan penuh makna. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya.

Read More »
19 October | 0komentar

Rasulullah: Sang Guru Agung dalam Pendidikan Anak

Rasulullah SAW tidak hanya dikenal sebagai Nabi dan Rasul yang membawa risalah Islam, namun juga sebagai seorang ayah yang luar biasa. Beliau memberikan contoh nyata tentang bagaimana cara mendidik anak dengan penuh kasih sayang, ketegasan, dan nilai-nilai Islam yang luhur. 
Peran Rasulullah dalam Mendidik Anak 

Menjadi Teladan Utama 
Akhlak Mulia: Rasulullah SAW selalu menunjukkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Beliau sabar, jujur, amanah, dan rendah hati. Dengan demikian, beliau menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. 
Ibadah yang Khusyuk: Beliau sangat memperhatikan ibadah dan selalu mengajak keluarganya untuk beribadah bersama. Hal ini menanamkan keimanan yang kuat pada anak-anak sejak dini. 

Mengajarkan Nilai-Nilai Agama Sejak Dini: 
  • Rasulullah SAW mengajarkan dasar-dasar agama Islam kepada anak-anaknya sejak usia dini. Beliau mengajarkan tentang tauhid, shalat, puasa, zakat, dan akhlak yang baik. 
  • Dengan Cara yang Menyenangkan: Beliau tidak memaksakan ajaran agama, namun disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak-anak. 

Memberikan Kasih Sayang yang Melimpah 
  • Perhatian Penuh: Rasulullah SAW selalu memberikan perhatian penuh kepada anak-anaknya. Beliau menyayangi, memeluk, dan mencium mereka dengan penuh kasih sayang. 
  • Mendengarkan Keluhan: Beliau selalu siap mendengarkan keluhan dan curhatan anak-anaknya. Hal ini membuat anak merasa nyaman dan aman untuk berbagi. 

Mendidik dengan Kesabaran 
 Tidak Mudah Marah: Rasulullah SAW tidak mudah marah kepada anak-anaknya. Beliau selalu sabar dalam menghadapi tingkah laku anak-anak yang masih dalam proses belajar. 
Memberikan Nasihat dengan Lembut: Ketika anak-anak melakukan kesalahan, beliau memberikan nasihat dengan lembut dan penuh kasih sayang. 

Mengajarkan Kemandirian 
Memberikan Tanggung Jawab: Rasulullah SAW mengajarkan anak-anaknya untuk bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya masing-masing. 
Mendorong Kreativitas: Beliau mendorong anak-anaknya untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya. 

Pelajaran Berharga bagi Orang Tua Dari sosok Rasulullah SAW, kita dapat mengambil banyak pelajaran berharga dalam mendidik anak, antara lain: 
Kasih sayang adalah kunci utama dalam mendidik anak. 
Jadilah teladan yang baik bagi anak. 
Ajarkan nilai-nilai agama sejak dini dengan cara yang menyenangkan. 
Bersikap sabar dan bijaksana dalam menghadapi anak. 
Dorong anak untuk mandiri dan bertanggung jawab. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW, kita berharap dapat mencetak generasi muda yang berakhlak mulia, cerdas, dan beriman. Kutipan Hadis yang Relevan: Didiklah anak-anakmu di atas agamamu.” (HR. Bukhari dan Muslim) 
Barangsiapa yang mendidik seorang anak, maka seolah-olah ia telah melahirkan dirinya.” (HR. Tirmidzi)

Read More »
09 October | 0komentar

Sehat Jasmani dan Rohani

 Sehat dalam makna positif yang digambarkan al-Qur‟an, yakni terpeliharanya semua potensi anugerah. Ada kekhususannya yang dapat digambarkan alQur‟an pada aspek sehat lahir dan bathin pada masalah ini, terutama semua potensi jiwa dan raganya senantiasa bermakna untuk sehat dan kuat melakukan ibadah kepada Allah SWT dengan sempurna sebagai bukti rasa syukurnya kepada Allah SWT yang telah menciptakannya dengan suatu harapan agar memperoleh ridha-Nya dan mendapatkan mau‟nah tertinggi dari Tuhannya untuk mendapatkan syurga jannatun na‟im. 

Surga jannatun na'im merindukan orang-orang kuat beribadah dan beramal shalih dengan sempurna sesuai kehendak dan keinginan Allah SWT ataupun yang diridhai-Nya. Sudah barang tentu, hanya orang-orang sehat dan kuat lahir bathinnya maupun kesempurnaannya beribadah atau beramal shalih kepada Allah yang akan menempati surga yang berkualitas. 
Kuat itu identik dengan sehatnya lahir dan bathin, karena itu hanyasanya pada orang-orang yang kuat dan sehat itu pula yang akan mampu mengemban amanah Tuhan yakni agama dengan kesempurnaan seluruh syariatnya. Oleh karena itu orang-orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang disertai keselamatan di dunia dan di akhirat wajib berupaya sehat lahir dan bathin serta senantiasa menghormati, menjaga dan memuliakan fisik dan rohaninya agar selalu sehat atau membiasakan diri hidup sehat dalam bingkai syariat Islam berpedoman pada ajaran al-Qur‟anul Karim dan Al-Hadits. 
Sungguh amat banyak nikmat Allah yang tidak dapat dihitung besarnya nikmat yang dicurahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang pandai menggunakan nikmat Allah yang Maha Kuasa. Di dalam al-Qur‟an pada Surah An-Nahl ayat 18 telah disebutkan Allah SWT.
Artinya : dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. An-Nahl : 18)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa dapat diambil pelajaran bahwa nikmat Allah tidak dapat dihitung oleh manusia siapapun karena kalau diperhatikan terkait nikmat sehat pada manusia sungguh besar rahmat Allah tersebut dan sepantasnya manusia wajib bersyukur kepada-Nya. Tanda bersyukurnya manusia adalah dengan menggunakan semua potensi-potensi fisik dan jiwa rohaninya yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Sehat fisik dapat diadakan dengan cara makan-minum makanan yang halal dan baik, bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, berolahraga dan menjaga pikiran maupun perasaan tidak tegang atau stres. 
Sehat fisik ini merupakan potensi jasmani manusia yang selalu harus diupayakan normal dan dapat mengendalikan datangnya penyakit-penyakit dari luar, karena dipengaruhi oleh lingkungan tidak sehat yang merusak kekebalan tubuhnya atau antibodi tubuh yang sehat. Namun yang lebih penting dan utama lagi adalah sehat rohani berdasarkan upaya mempelajari agama dan mempertebal keimanannya kepada yang ghaib, yakin dan percaya kepada rukun iman yang enam dan melaksanakan rukun Islam yang lima. Iman dan taqwa berdasarkan aplikasi ibadah murni kepada Tuhannya dan juga berdasarkan upaya memperbaiki diri menyempurnakan hubungan ibadah sosialnya dengan sesama manusia dan lingkungan alamnya, cara ini dapat mempengaruhi sehatnya sosial atau sehat lahir dan bathinnya.

Read More »
13 August | 0komentar

Rumah Kalang, B.H. Noerijah

Kotagede adalah sebuah kawasan tertua sejarahnya di Kota Yogyakarta karena merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Mataram yang mana pada kelak kemudian hari dibagi menjadi 2 (dua) Kerajaan : Surakarta dan Yogyakarta, melalui perjanjian Giyanti.
Konsep museum berbasis komunitas diharapkan dapat menjadi pintu untuk mengenal kisah peristiwa dan berbagai aliran sejarah yang terjadi di Kotagede secara keseluruhan & hubungannya dengan lokasi tersebut yang masih dilestarikan. Tradisi yang masih dijaga dan dilestarikan di Kotagede menjadi daya tarik wisata, sehingga museum hadir sebagai pusat informasi awal Living Museum Kotagede. Pengunjung disuguhkan potensi dari 4 klaster yang ada di Kotagede, yaitu Klaster Situs Purbakala dan Bentang Alam Sejarah, Klaster Kemahiran Teknologi Tradisional, Klaster Seni Pertunjukan Sastra, Adat-Tradisi dan Kehidupan Sehari-hari, serta Klaster Gerakan Sosial Masyarakat. Di Klaster Arkeologi dan Sejarah misalnya, pengunjung bisa melihat artefak, bangunan, cagar budaya, dan lainnya. Klaster Kerajinan Tradisional berisi informasi tentang warisan arsitektur dan kerajinan perak. Klaster Sastra, Seni Pertunjukan, Adat dan Tradisi mencakup kreasi seni dan kuliner khas Kotagede seperti Kipo dan Waru. Sedangkan Klaster Gerakan Sosial berkaitan dengan perjalanan sejarah terkait munculnya dan berkembangnya organisasi sosial dan kemasyarakatan di Kotagede. Termasuk perannya dalam kemerdekaan Indonesia. Museum Kotagede didasarkan pada keadaan lingkungan di luar tembok museum, namun tetap memerlukan titik temu untuk menjadi jangkar bagi keberadaan Museum Kotagede itu sendiri. Oleh karena itu, titik tersebut dinamakan Museum Kotagede: Intro Living Museum yang menempati bangunan cagar budaya Rumah Kalang yang terletak di Jalan Tegalgendu, Kotagede, Yogyakarta, yang berfungsi sebagai pusat informasi mengenai potensi kawasan cagar budaya Kotagede. Pembangunan Rumah Kalang dan beberapa koleksi yang ada di museum Kotagede berasal dari hibah tokoh dan masyarakat Kotagede. Rumah Kalang yang kini menjadi aset Pemerintah Daerah Yogyakarta, dulunya milik B.H. Noerijah, salah satu tokoh Wong Kalang. Wong Kalang turut membentuk identitas Kotagede, bukan hanya karena bangunannya yang memiliki ciri arsitektur khas, namun juga perannya dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Bangunan Rumah Kalang yang dibangun secara bertahap pada tahun 1931 hingga 1938 ini memadukan banyak gaya, dengan gaya yang unik, berbeda dengan arsitektur lain pada zamannya. Terdapat gaya bangunan tradisional  Jawa, Cina, dan Eropa yang menjadi  identitas arsitektur Rumah Kalang.


Sumber : https://visitingjogja.jogjaprov.go.id/en/18461/kotagede-museum-intro-living-museum/

Read More »
23 July | 0komentar

Museum Kotagede Intro Living

Pada masa libur akhir tahun ini menyempatkan jalan-jalan ke kota Yogyakarta (14/7). Pada kesempatan ini Alhamdulillah 3 anak sedang liburan. Bersama-sama menikmati keindahan yogyakarta yaitu ke Museum Kotagede Intro Living. Musium ini sebagai wakaf dari B.H.Noerijah. Bertempat di Tegalgendhu, Kotagede, Museum Kotagede Intro Living Museum menempati rumah B.H. Noerijah, seorang wong Kalang yang terpandang. 
Beliau merupakan pengusaha berlian yang tersohor mendatangkan berlian langsung dari Belanda.Dilansir dari budaya.jogjaprov.go.ig bahwa Rumah ini dibangun dari tahun 1931 hingga 1938 dengan kemegahan yang luar biasa. Mengadopsi sistem tata ruang Jawa dengan memberikan sentuhan Eropa melalui pemilihan warna lantai, hiasan kaca patri dan berbagai ornamen lainnya membuat bangunan Omah Kalang ini istimewa. 
Menurut ahli waris, kaca patri yang bertuliskan B.H. Noerijah dan tanggal pembuatan ini dipesan langsung dari Belgia.Museum Kotagede yang bertempat di Rumah Kalang ini baru diperkenalkan kepada publik sejak 10 Desember 2021 lalu. Mengutip laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, alasan mengapa diberi nama 'Intro Living Museum Kotagede' karena diharapkan museum tersebut akan menjadi intro atau pendahuluan dalam mengenal Kawasan Kotagede.
Penasaran dengan koleksi yang ada di dalam Intro Living Museum Kotagede? Tentu tak kalah lengkap dengan museum lain yang ada di Jogjakarta. Terdapat empat klaster utama pada museum tersebut yaitu Klaster Situs Arkeologi dan Lansekap Sejarah, Klaster Kemahiran Teknologi Tradisional, Klaster Seni Pertunjukan Sastra, Klaster Adat-Tradisi dan Kehidupan Keseharian, juga Klaster Pergerakan Sosial Kemasyarakatan. Ada juga ruangan khusus yang membahas tentang Ibu Hj Noerijah, pemilik lama rumah kalang sekaligus penghibah beberapa koleksi pribadi untuk museum ini.




Read More »
22 July | 0komentar

Islam Sempurna Mewujudkan Ketahanan Keluarga

Masjidil Haram, November 2017

Masifnya liberalisasi di semua aspek kehidupan era globalisasi ini, membuat keluarga-keluarga tak berdaya menghadapi ancaman yang menggerus keharmonisan dan keutuhannya. Dalam Islam, sekalipun negara tidak mencampuri urusan privat sebuah keluarga. Tetapi negara memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, sehingga mampu mencetak generasi berkualitas. Negara memastikannya melalui serangkaian mekanisme kebijakan yang lahir dari hukum syariat.
Penerapan sistem ekonomi Islam yang memastikan terpenuhinya kebutuhan asasi per individu dengan mekanisme yang khas. Mulai pembebanan tanggung jawab nafkah keluarga oleh laki-laki yang sudah baligh dan mampu. Namun jika tidak ada laki-laki seperti itu sesuai jalur nasab, maka tanggung jawab nafkah dibebankan pada negara. Dengan demikian negara harus menciptakan lapangan pekerjaan agar tidak ada laki-laki yang baligh dan mampu tidak bekerja.
Penerapan sistem ekonomi Islam juga memastikan kekayaan negara maupun rakyat tidak jatuh ke tangan asing maupun aseng. Pengelolaannya benar-benar dilakukan negara sendiri. Negara juga tidak mentarget keuntungan dalam pengelolaan sumber daya alam karena memang benar-benar untuk kemashlatan rakyat, menyebutnya sebagai sebuat investasi.
Penerapan sistem pendidikan dalam Islam ditujukan untuk mencetak kepribadian Islam yang akan memberikan banyak manfaat bagi kemajuan Islam dan kaum muslimin. Sehingga terwujud generasi terbaik yang dengan ketakwaannya akan mampu menaklukan tantangan zaman serta memimpin peradaban. Pendidikan ini diwujudkan baik pada ranah keluarga hingga negara. Negara benar-benar memastikan peran keluarga, dalam hal ini ayah dan ibu mampu mendidik anak-anakya dengan baik tanpa dipusingkan dengan krisis ekonomi dan berbagai ancaman kejahatan.
Sumber : Nabila As Shobiro

Read More »
14 July | 0komentar

Kejadian Perbedaan Pendapat dalam Sejarah Islam

Kajian Rutin Ahad Pagi, 19 Mei 2024 Masjid Al Mu'minun. Kajian bersama Ustadz Retno Ahamd Pujiono, LC. membahas tentang perbedaan dalam Islam.
Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan kita semua umat manusia, secara fisik dalam dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, dan ini adalah perbedaan jasad yang mendasar bagi umat manusia, yang kemudian melahirkan perbedaan-perbedaan selanjutnya, seperti suku (etnis) dan bangsa.
Allah subhanahu wata'ala berfiman di dalam QS. Al-Hujurat/49: 13, artinya sebagai berikut. Artinya: 
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti." (QS. Al-Hujurat/49: 13)

Dalam sejarah Islam, sejak zaman sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, tabi'in dan tabi' tabi'in sudah terjadi berbagai perbedaan pendapat (ikhtilaf) khususnya dalam masalah cabang-cabang agama (furu’iyah). Bahkan di zaman Rasulullah masih hidup sekalipun, para sahabat sering berbeda pendapat dalam menyikapi perintah agama baik dari Al-Qur’an maupun dari sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 
Salah satu contohnya adalah perbedaan pendapat sahabat Nabi dalam suatu perjalanan ke perkampungan Bani Quraizhah dimana Nabi berpesan kepada kafilah sahabat agar tidak shalat ashar sebelum sampai ke perkampungan Bani Quraizhah. Rasulullah bersabda, "Janganlah ada seorang pun yang shalat Ashar kecuali di (perkampungan) Bani Quraizhah." (HR. Bukhari).

Read More »
12 June | 0komentar