![]() |
Media Blog : www.sarastiana.com sebagai media pembelajaran |
Kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)
1. Pendidikan dan
pengajaran Menurut Ki Hajar Dewantara
Definisi: Pendidikan dapat dimaknai
sebagai menuntun hidup dan tumbuhnya anak-anak. Hal ini berkaitan
dengan Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat (filosopi KHD).
Pendidikan
itu menuntun
Menurut Ki
Hajar Dewantara pelaksanaan pendidikan, hanyalah menuntun anak. Jadi Pendidik
tidak dapat mengubah kodrat anak. Anak-anak tumbuh sesuai dengan kodratnya
sendiri atau sesuai dengan kecakapan sebagai individu. Maksudnya,
pendidik tidak dapat mengubah perilaku atau karakter anak-anak tetapi pendidik
dapat memperbaiki perilaku atau karakter tersebut.
Perilaku
anak yang buruk semakin lama akan berkurang apabila mendapatkan tuntunan atau
pendidikan yang tepat. Hal ini disebabkan strategi atau metode yang digunakan
pendidik sesuai dengan karakter anak.
Guru selain menjadi penuntun, hal yang perlu dimiliki
adalah kemampuan untuk menguasai diri (ing madya sung tulado). Dalam Pendidikan
Budi Pekerti, setiap anak memiliki watak yang berbeda. Yakni, Pertama, bagian
yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat
berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang
biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios =
hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. (modul 1.1).
2. Asas Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih
kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan
manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama
untuk mencapainya.
Dalam
situasi tertentu, perilaku anak akan kembali sesuai dengan kodratnya atau
aslinya. Dalam hal ini, diperlukan cara pengendalian diri. Pengendalian diri
juga perlu dibelajarkan kepada anak-anak agar tujuan pembelajaran
dapat berhasil seutuhnya.
Sebagaimana
disampaikan oleh Bp. Iwan Sahril bahwa Pendidikan diibaratkan sebagai Petani.
Seorang petani yang menanam Kedelai. Petani tidak dapat mengubah tanaman
Kedelai menjadi tanaman padi
Petani
hanya dapat menuntun tumbuhnya kedelai dengan memberi pupuk, membersihkan dari
gulma atau penganggu, dan memperbaiki struktur tanah. Jadi, dalam pendidikan
diperlukan sebuah tuntunan karena anak tumbuh sesuai dengan lingkungan yang
terdapat dalam diri anak dan keadaan di luar anak. Anak yang
kurang pandai kemudian mendapatkan tuntunan yang baik maka anak ini
lambat laun akan menjadi anak yang pandai.
3. Dasar Dasar
Pendidikan yang Menuntun
Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun
pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan
‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga
secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan
anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang pendidik mampu mengelola dirinya
untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).
![]() |
Guru sebagai penuntun, memberi arahan |
4. Kodrat Alam dan
Kodrat Zaman
Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan
kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk
lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi”
dan irama. Keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga saling berkaitan,
artinya kita sebagai guru harus mampu mengajar dan menguasai kebutuhan media
dan informasi disesuaikan dengan keadaan zaman misalnya saat ini penggunaan
teknologi dapat diterapkan namun tetap mengkontrol penerapannya tersebut dan
harus tetap sesuai dengan keadaan sekitar (kodrat alam).
Menurut KHD dalam pembentukan budi pekerti hal yang
utama adalah keluarga. Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk
melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga
merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih
kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).
Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk
mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi
pendidikan lainnya. Sehingga diperlukan bagi seorang pendidik untuk membuat
anak menjadi nyaman, menganyomi, penuh kasih saying seperti dikeluarganya
sendiri.
![]() |
Tampilan Blog www.sarastiana.com sebagai media pembelajaran di HP, sebagai releksi Filosofi KHD, pendidikan sesuai kodrat Zaman |
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Banyak belajar hal yang baru setelah mempelajari modul
ini. Menjadi modal untuk lebih berkualitas sebagai seorang guru. Bahwa KHD,
telah memikirkan terkait update kompetensi melalui filosofi kodrat Zaman. Dengan
mempelajari Modul ini, saya dapat berintrospeksi diri untuk lebih baik lagi.
Beberapa hal yang pernah saya lakukan sebelumnya,
sebelum mengikuti/ membaca modul 1.1.
1. Model pembelajaran yang monoton, lebih banyak
menggunakan metode ceramah.
2.Pengetahuan
selalu berasal dari saya. Tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi
pemahaman berkaitan dengan pengetahuan.
3. Pembelajaran selalu dikelas
4. Jarang sekali menggunakan metode diskusi.
Perubahan proses belajar mengajar:
• Saya akan menjadi pendidik yang
dapat mengikuti zaman namun tetap mempertimbangkan kodrat alam yang ada di
tempat saya khususnya di Kabupaten Purbalingga
• Ketika memutuskan sesuatu, saya
tidak lagi menjadi aktor utama, namun saya hanya sebagai fasilitator ataupun
sebagai pengambil kesimpulan setelah pendapat siswa telah disampaikan.
• Saya membuat design pembelajaran
yang lebih menarik lagi sesuai tema dan kebutuhan serta karakteristik peserta
didik zaman sekarang. Menggunakan Blog di www.sarastiana.com,
menggunakan video tutorial di youtube dan menggunakan Media pembelajaran
interaktif.
• Ketika ada siswa siswa melakukan kesalahan, misalnya terlambat/ tidak disiplin saya akan memberika ruang dan waktu untuk menjelaskan latar belakang mengapa mereka melakukan kesalahan itu dan kemudian memintanya menyadari kesalahannya dengan cara saya memberi beberapa pertanyaan. Contohnya :
Jika
mengganggu anak lain:
ü
Boleh
saya mengatahui, apa alasan ananda melakukan itu?
ü
Bagaimana
menurutmu, apakah yang dilakukan itu menyenangkan?
ü
Coba,
apakah yang Ananda lakukan itu menganggu orang lain?
ü
Apakah
yang lakukan itu benar atau kurang benar?
ü
Menurutmu,
perlu tidak ini di lakukan lagi?
• Memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir kritis dan melakukan pembelajaran tidak hanya didalam kelas saja.
• Tidak banyak menuntut untuk
selalu mengerjakan tugas tetapi diberikan kelonggaran waktu, dengan pembedany
adalah sistim penilaian.
• Memfasilitasi peserta didik untuk
berkesempatan menanyakan hal yang belum mereka pahami diluar jam pelajaran.
Siswa Presentasi di depan kelas
Aksi nyata dalam Kelas
- Setiap anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, Mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan ide melalui tulisan atau lisan yang kemudian kita kumpulkan kedalam bentuk kesimpulan (model pembelajaran discovery learning).
- Setiap anak diberikan kesempatan untuk menjadi pemiimpin.. Mereka diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya dengan dipimpin oleh seorang yang sudah ahli dalam pembelaran (model pembelajaran jig saw).
- Peserta
didik diberikan kesempatan untuk menggunakan media pembelajaran berbasis
teknologi, yaitu penggunaan platform belajar melalui HP. Menggunakan Blog di www.sarastiana.com, menggunakan video
tutorial di youtube dan menggunakan Media pembelajaran interaktif. Sesuai
dengan kondrat alam dan tuntutan zaman saat ini.
- Setiap anak diberikan kesempatan untuk berekspresi sesuai keinginannya namun tidak lepas dari materi yang sesuai dengan tema.
Post a Comment