Hadis Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim sering kali menjadi renungan sekaligus pengingat bagi setiap Muslimah. Hadis ini menyebutkan sebuah kenyataan yang tegas namun perlu dipahami secara mendalam, bukan secara harfiah tanpa konteks.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
"Aku diperlihatkan neraka, ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita. Karena mereka sering mengingkari."
Ditanyakan: "Apakah mereka mengingkari Allah?"
Beliau bersabda: "Mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan. Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'Aku belum pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu'."
Hadis ini bukanlah vonis diskriminatif, melainkan sebuah peringatan keras dan pelajaran berharga mengenai bahaya sifat kufur nikmat (mengingkari kebaikan) dalam lingkup rumah tangga.
Inti Masalah: Bukan Kufur kepada Allah, tetapi Kufur Nikmat Suami
Jawaban Nabi shallallahu ’alaihi wasallam menghilangkan keraguan: 'mereka mengingkari pemberian suami, mengingkari kebaikan.' Ini menunjukkan bahwa permasalahan utamanya bukanlah dalam aspek akidah (keimanan kepada Allah), melainkan dalam aspek muamalah (interaksi sosial) dan akhlak (perilaku). Istilah mengingkari (yakfurn) di sini merujuk pada kufur al-'asyir—mengingkari kebaikan pasangan hidup.
Istilah mengingkari (yakfurn) di sini merujuk pada kufur al-'asyir—mengingkari kebaikan pasangan hidup.
1. Bahaya Lisan yang Lupa Kebaikan
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam memberikan ilustrasi yang sangat gamblang dan sering terjadi: “Seandainya kamu berbuat baik terhadap seseorang dari mereka sepanjang masa, lalu dia melihat satu saja kejelekan darimu maka dia akan berkata: 'aku belum pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu'.”
Kalimat ini menunjukkan puncak ketidaksyukuran: Satu kesalahan atau kekurangan kecil mampu menghapus tumpukan kebaikan yang telah dilakukan bertahun-tahun.
Sikap ini berbahaya karena:
- Merusak Hubungan: Mengabaikan kebaikan pasangan secara terus-menerus dapat merusak cinta dan ikatan rumah tangga yang dibangun atas dasar saling menghargai.
- Melukai Hati: Kalimat yang meniadakan seluruh pengorbanan adalah pedang yang melukai hati pasangan dan bisa menjatuhkan nilainya di mata Allah.
- Wujud Ketidaksyukuran: Dalam pandangan Islam, berterima kasih kepada manusia (suami/istri) adalah jembatan menuju syukur kepada Allah. Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidak bersyukur kepada Allah.
2. Mayoritas Bukan Berarti Selamanya
Penting untuk dipahami bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wasallam menyebutkan "kebanyakan penghuninya" (aktsaru ahlinnari), bukan "semua penghuninya". Hal ini berfungsi sebagai peringatan dini bagi kaum wanita agar berhati-hati terhadap kecenderungan sifat ini.
Perlu dicatat juga, dalam hadis lain, Nabi shallallahu ’alaihi wasallam juga memberikan nasihat kepada wanita untuk memperbanyak sedekah dan istighfar sebagai penebus dosa tersebut. Ini menunjukkan bahwa meskipun kecenderungan itu ada, pintu taubat dan perbaikan selalu terbuka lebar.
Pelajaran Utama untuk Muslimah
Hadis ini adalah pelajaran universal tentang bagaimana sifat ketidaksyukuran dapat merusak amal dan memerosokkan seseorang ke dalam siksa, meskipun ia rajin dalam ibadah ritual.
Bagi Muslimah:
- Lisan adalah Penjaga Pintu Surga: Jagalah lisan dari ucapan yang meniadakan pengorbanan suami. Biasakan mengucapkan terima kasih atas hal terkecil sekali pun.
- Fokus pada Kebaikan: Latihlah diri untuk selalu fokus pada kebaikan dan kelebihan suami, bukan hanya pada satu kekurangan yang terlihat.
- Berbaik Sangka (Husnuzan): Pahami bahwa suami juga manusia yang bisa luput dan salah. Jangan jadikan satu kesalahan sebagai alasan untuk melupakan seluruh kebaikannya.
Pada akhirnya, kebaikan seorang istri terletak pada kemampuannya untuk bersyukur atas setiap rezeki, perhatian, dan pengorbanan yang diberikan suaminya. Inilah yang menjadi kunci untuk menyelamatkan diri dari apa yang dikhawatirkan dalam hadis tersebut, dan meraih gelar wanita yang shalihah yang disayangi Allah subhanahu wa ta’ala.
Post a Comment