Konsep ruang dalam pandangan barat berasal dari dua konsep klasik yang bersumber pada filsafat Yunani. Konsep yang pertama dari Aristoteles, menyatakan bahwa ruang adalah suatu medium dimana objek materiil berada, keberadaan ruang dikaitkan dengan posisi objek materiil tersebut (konsep position-relation). Konsep yang kedua dari Plato kemudian dikembangkan oleh Newton yaitu konsep displacement-container yang melihat ruang sebagai wadah yang tetap, jadi walaupun objek materiil yang ada didalamnya dapat disingkirkan atau diganti namun wadah itu tetap ada (Munitz,1951).
Kedua konsep tersebut mendasari pandangan Barat yang melihat ruang dari dimensi
fisiknya yaitu suatu kesatuan yang mempunyai panjang, lebar dan tinggi atau kedalaman, dengan
demikian ruang mempunyai sifat yang terukur dan pasti. Ini dipertegas oleh Descartes dengan
konsep Cartesian space yang memilah-milah ruang kedalam bentuk-bentuk geometris seperti,
kubus, bola, prisma, kerucut atau gabungan dari bentuk-bentuk geometris tersebut (Van de Ven,
1978). Konsep ruang barat ini banyak sekali dipakai oleh para arsitek masa kini. Nama ruang
pada rumah tinggal ”modern” mencerminkan secara jelas fungsi-fungsi untuk pemenuhan
kebutuhan fisik-biologis. Fungsi-fungsi yang mencerminkan kebutuhan sosial dan ungkapan
budaya kurang diperhatikan karena penataan ruang-ruang tersebut lebih menekankan aspek
ekonomis (efisiensi) dan teknis (Tjahjono,1989). Demikian pula dengan pembatas halaman pada
rumah tinggal modern dipergunakan pagar-pagar besi yang tinggi sehingga membuat pemisahan
teritorial yang tegas sehingga mempunyai kesan tertutup, tidak komunikatif dengan tetangga.
Konsep ruang dalam rumah tinggal menurut tradisi arsitektur Jawa pada kenyataannya
berbeda dengan konsep ruang menurut tradisi Barat. Tidak ada sinonim kata ruang dalam bahasa
Jawa, yang mendekati adalah Nggon, kata kerjanya menjadi Manggon dan Panggonan berarti
tempat atau Place. Jadi bagi orang Jawa lebih tepat pengertian tempat dari pada ruang
(Tjahjono,1989, Setiawan,1991). Rumah tinggal bagi orang Jawa dengan demikian adalah
tempat atau tatanan tempat, konsep ruang geometris tidak relevan dalam pengertian rumah
tinggal Jawa. Pengertian tempat lebih lanjut dapat dilihat pada bagian-bagian rumah tinggal
orang Jawa.
Pada rumah induk (omah) istilah dalem dapat diartikan sebagai keakuan orang Jawa
karena kata dalem adalah kata ganti orang pertama (aku) dalam bahasa Jawa halus. Dasar
keakuan dalam pandangan dunia Jawa terletak pada kesatuan dengan Illahi yang diupayakan
sepanjang hidupnya dalam mencari sangkan paraning dumadi dengan selalu memperdalam rasa
yaitu suatu pengertian tentang asal dan tujuan sebagai mahluk (Magnis Suseno,1984).
Sentong
tengah yang terletak dibagian Omah merupakan tempat bagi pemilik rumah untuk berhubungan
dan menyatu dengan Illahi sedangkan
Pendopo merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan
sesama manusianya (Priyotomo,1984). Demikianlah pengertian ruang dalam rumah tinggal Jawa
ini mencakup aspek tempat, waktu dan ritual. Rumah tinggal merupakan tempat menyatunya
jagad-cilik (micro cosmos) yaitu manusia Jawa dengan jagad-gede (macro-cosmos) yaitu alam
semesta dan kekuatan gaib yang menguasainya. Bagi orang Jawa rumah tinggalnya merupakan
poros dunia (axis-mundi) dan gambaran dunia atau imago-mundi (Eliade,1957) dan memenuhi
aspek kosmos dan pusat (Tjahjono,1989),
Post a Comment