Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by date for query profil lulusan. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query profil lulusan. Sort by relevance Show all posts

Mengukur Keberhasilan Pelatihan Coding dan Kecerdasan Artifisial

Keberhasilan Pelatihan Coding dan Kecerdasan Artifisial
Indikator Capaian yang Perlu Anda Tahu Pelatihan koding dan kecerdasan artifisial (KKA) kini menjadi semakin krusial dalam mempersiapkan individu menghadapi era digital. Namun, bagaimana kita bisa tahu jika pelatihan tersebut benar-benar efektif? Mengukur keberhasilan bukan hanya tentang partisipasi, melainkan juga seberapa jauh peserta menguasai materi dan mampu mengaplikasikannya.
Berikut adalah beberapa indikator capaian penting yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pelatihan coding dan kecerdasan artifisial:
  1. Pemahaman Komprehensif tentang Ruang Lingkup dan Dampak Coding dan KA Peserta pelatihan yang sukses harus mampu menjelaskan ruang lingkup coding dan KA secara menyeluruh. Ini mencakup pemahaman dasar tentang apa itu coding, jenis-jenis bahasa pemrograman, serta konsep-konsep dasar kecerdasan artifisial seperti machine learning, deep learning, dan pemrosesan bahasa alami. Selain itu, peserta juga diharapkan dapat menguraikan dampak signifikan coding dan KA pada pembelajaran. Mereka perlu memahami bagaimana teknologi ini merevolusi cara kita belajar, memecahkan masalah, dan berinovasi. Ini bukan hanya tentang mengetahui definisi, melainkan juga tentang melihat gambaran besar dan implikasinya di berbagai sektor.
  2. Penguasaan Prinsip Berpikir Komputasional, Literasi Digital, dan Kecerdasan Artifisial Indikator penting lainnya adalah kemampuan peserta untuk menjelaskan prinsip-prinsip fundamental yang mendasari bidang ini. Ini meliputi: (1) Berpikir komputasional: Kemampuan memecahkan masalah kompleks menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, mengenali pola, melakukan abstraksi, dan merancang algoritma. (2) Literasi digital: Kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi melalui teknologi digital, serta memahami etika dan keamanan digital. (3) Kecerdasan artifisial: Pemahaman mendalam tentang bagaimana sistem KA belajar, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan dunia nyata, termasuk batasan dan potensi risikonya. Peserta yang berhasil tidak hanya menghafal, tetapi juga menunjukkan pemahaman konseptual yang kuat terhadap ketiga pilar ini.
  3. Kemampuan Merancang Penerapan Berpikir Komputasional, Literasi Digital, dan KA di Lingkungan Sekolah Salah satu indikator capaian paling transformatif adalah kemampuan peserta untuk merancang penerapan praktis dari konsep yang telah dipelajari. Ini berarti mereka dapat: Mengidentifikasi bagaimana berpikir komputasional dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum berbagai mata pelajaran. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan literasi digital di kalangan siswa dan staf sekolah. Merancang proyek atau kegiatan yang memanfaatkan kecerdasan artifisial untuk meningkatkan pengalaman belajar, misalnya, melalui chatbot edukasi atau sistem rekomendasi personal. Kemampuan ini menunjukkan bahwa peserta tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerjemahkannya ke dalam solusi nyata.
  4. Penentuan Dimensi Profil Lulusan untuk Tujuan Pembelajaran Coding dan KA Peserta pelatihan harus mampu menentukan dimensi, elemen, dan sub-elemen dimensi profil lulusan yang relevan dengan tujuan pembelajaran coding dan KA. Ini melibatkan pemahaman tentang kerangka kurikulum dan bagaimana setiap kegiatan pembelajaran dapat berkontribusi pada pembentukan profil lulusan yang diinginkan. Misalnya, mereka harus bisa mengidentifikasi bagaimana proyek coding tertentu dapat mengembangkan dimensi "kreativitas" atau bagaimana studi kasus tentang etika KA dapat berkontribusi pada dimensi "gotong royong" atau "bernalar kritis". Ini menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang integrasi kurikulum dan pengembangan siswa secara holistik.
  5. Refleksi Peluang dan Tantangan Implementasi Mapel KKA di Sekolah. Indikator terakhir yang krusial adalah kemampuan peserta untuk merefleksikan peluang dan tantangan yang muncul dalam implementasi mata pelajaran Coding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) di lingkungan sekolah. Ini mencakup: (1) Peluang: Mengidentifikasi potensi peningkatan kualitas pembelajaran, pengembangan keterampilan abad ke-21, peningkatan inovasi, dan persiapan siswa untuk masa depan. (2) Tantangan: Mengakui hambatan seperti ketersediaan infrastruktur, kurangnya guru terlatih, resistensi terhadap perubahan, isu privasi data, dan bias algoritmik. 
Kemampuan untuk merefleksikan kedua sisi koin ini menunjukkan pemikiran kritis dan kesiapan untuk menghadapi realitas implementasi, bukan hanya optimisme buta. Dengan mengacu pada indikator-indikator capaian ini, penyelenggara pelatihan dapat mengukur efektivitas program mereka dengan lebih akurat, memastikan bahwa peserta tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang mendalam untuk menjadi agen perubahan di era digital.

Read More »
02 July | 0komentar

Delapan Dimensi Profil Lulusan,

Profil lulusan bukan sekadar daftar mata pelajaran yang telah diselesaikan, melainkan cetak biru komprehensif yang menggambarkan karakter, kompetensi, dan kapabilitas yang diharapkan dimiliki oleh setiap individu setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Di tengah dinamika global yang terus berubah, fokus pada pengembangan profil lulusan yang holistik menjadi semakin krusitis. Artikel ini akan mengupas tuntas dimensi-dimensi kunci yang membentuk profil lulusan unggul, meliputi keimanan dan ketakwaan, kewargaan, kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi pada Pembelajaran Mendalam
  1. Keimanan dan Ketakwaan terhadap Tuhan YME Individu yang memiliki keyakinan teguh akan keberadaan Tuhan YME dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Kewargaan Individu yang memiliki rasa cinta tanah air serta menghargai keberagaman budaya, mentaati aturan dan norma sosial dalam kehidupan bermasyarakat, memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial, serta berkomitmen untuk menyelesaikan masalah nyata yang berkaitan dengan keberlanjutan kehidupan, lingkungan, dan harmoni antarbangsa dalam konteks kebhinekaan global.
  3. Penalaran Kritis Individu yang mampu berpikir secara logis, analitis, dan reflektif dalam memahami, mengevaluasi, serta memproses informasi untuk menyelesaikan masalah.
  4. Kreativitas Individu yang mampu berpikir secara inovatif, fleksibel, dan orisinal dalam mengolah ide atau informasi untuk menciptakan solusi yang unik dan bermanfaat.
  5. Kolaborasi Individu yang mampu bekerja sama secara efektif dengan orang lain secara gotong royong untuk mencapai tujuan bersama melalui pembagian peran dan tanggung jawab.
  6. Kemandirian Individu yang mampu bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri dengan menunjukkan kemampuan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, dan menyelesaikan tugas secara tepat tanpa bergantung pada orang lain.
  7. Kesehatan Individu yang memiliki fisik yang prima, bugar, sehat, dan mampu menjaga keseimbangan kesehatan mental dan fisik untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin (well-being).
  8. Komunikasi Individu yang memiliki kemampuan komunikasi intrapribadi untuk melakukan refleksi dan antarpribadi untuk menyampaikan ide, gagasan, dan informasi baik lisan maupun tulisan serta berinteraksi secara efektif dalam berbagai situasi.



Read More »
24 June | 0komentar

Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

 Materi Pembelajaran Mendalam




Pendidikan terus berkembang, dan di era yang serba cepat ini, tuntutan terhadap kualitas lulusan semakin tinggi. Bukan hanya sekadar menguasai materi, lulusan kini diharapkan memiliki kompetensi holistik yang relevan dengan tantangan masa depan. Di sinilah konsep pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi krusial. Pembelajaran mendalam adalah pendekatan yang mendorong peserta didik untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara mendalam, berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam konteks nyata. Artikel ini akan membahas berbagai dimensi penting dalam kerangka pembelajaran mendalam.

Dimensi Profil Lulusan
Profil lulusan dalam kerangka pembelajaran mendalam jauh melampaui sekadar nilai akademis. Ada beberapa dimensi kunci yang menjadi fokus, yaitu: Penguasaan Konsep Mendalam: Lulusan tidak hanya tahu "apa", tetapi juga "mengapa" dan "bagaimana". Mereka mampu menjelaskan konsep-konsep kompleks dengan bahasa mereka sendiri dan menghubungkannya dengan berbagai ide. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah: Lulusan mampu menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, mengidentifikasi masalah, dan merumuskan solusi inovatif. Mereka tidak takut menghadapi tantangan dan mampu mencari berbagai perspektif. Kolaborasi dan Komunikasi Efektif: Di dunia yang semakin terhubung, kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif adalah fundamental. Lulusan diharapkan mampu berinteraksi, berbagi ide, dan membangun konsensus dengan beragam individu. Kreativitas dan Inovasi: Lulusan didorong untuk berpikir di luar kotak, menghasilkan ide-ide baru, dan menerapkan solusi kreatif untuk masalah yang ada. Mereka tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menciptakan. Karakter dan Kewarganegaraan Global: Pembelajaran mendalam juga menekankan pada pengembangan integritas, empati, ketahanan, dan tanggung jawab sosial. Lulusan diharapkan menjadi warga negara yang sadar dan berkontribusi positif bagi masyarakat global. Literasi Digital dan Belajar Sepanjang Hayat: Di era informasi, kemampuan menggunakan teknologi secara bijak dan terus belajar sepanjang hidup adalah suatu keharusan. Lulusan diharapkan proaktif dalam mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

Prinsip Pembelajaran
Untuk mencapai profil lulusan yang diinginkan, pembelajaran mendalam didasarkan pada beberapa prinsip utama: Fokus pada Makna dan Relevansi: Pembelajaran harus bermakna dan relevan bagi peserta didik. Mereka harus melihat hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka dan dunia nyata. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik: Peserta didik bukan objek pasif, melainkan aktor aktif dalam proses pembelajaran. Mereka didorong untuk mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka sendiri. Penekanan pada Pemahaman Konseptual: Bukan sekadar menghafal fakta, tetapi membangun pemahaman yang kokoh tentang konsep-konsep dasar dan hubungan di antaranya. Pembelajaran Berbasis Proyek dan Masalah Nyata: Peserta didik terlibat dalam proyek-proyek yang menantang dan memecahkan masalah-masalah nyata, yang menuntut mereka untuk mengaplikasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Lingkungan Belajar yang Mendukung Eksplorasi dan Risiko: Guru menciptakan suasana yang aman di mana peserta didik merasa nyaman untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan membuat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Umpan Balik yang Konstruktif dan Berkelanjutan: Umpan balik tidak hanya tentang nilai, tetapi juga tentang memberikan arahan yang jelas untuk perbaikan dan pengembangan.

Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar dalam kerangka pembelajaran mendalam dirancang untuk memfasilitasi pencapaian profil lulusan dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran. Ini mencakup: Pembelajaran Kolaboratif: Peserta didik sering bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah, melakukan proyek, dan saling belajar. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan, menyelidiki, dan menemukan jawaban sendiri, daripada hanya menerima informasi dari guru. Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Aktif: Teknologi digunakan sebagai alat untuk eksplorasi, kreasi, dan kolaborasi, bukan hanya sebagai sumber informasi pasif. Asesmen Formatif yang Berkelanjutan: Asesmen tidak hanya untuk menilai hasil akhir, tetapi juga untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran. Koneksi dengan Dunia Luar: Pembelajaran dihubungkan dengan komunitas, industri, dan isu-isu global melalui kunjungan lapangan, narasumber ahli, atau proyek-proyek yang melibatkan pihak eksternal. Ruang untuk Refleksi dan Metakognisi: Peserta didik diajak untuk merenungkan proses belajar mereka sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta merencanakan langkah selanjutnya.

Kerangka Pembelajaran (Struktur Implementasi)
Kerangka pembelajaran mendalam tidak hanya berhenti pada filosofi, tetapi juga membutuhkan struktur implementasi yang jelas. Ini bisa mencakup: Desain Kurikulum yang Fleksibel dan Terintegrasi: Kurikulum dirancang untuk memungkinkan koneksi antar-mata pelajaran dan memberikan ruang bagi pembelajaran yang berpusat pada minat peserta didik. Pengembangan Profesional Guru yang Berkelanjutan: Guru membutuhkan pelatihan dan dukungan untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam memfasilitasi pembelajaran mendalam. Lingkungan Fisik yang Mendukung: Ruang kelas dan fasilitas lainnya dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi, eksplorasi, dan kreativitas. Kemitraan dengan Orang Tua dan Komunitas: Orang tua dan komunitas menjadi mitra dalam mendukung proses pembelajaran mendalam, menciptakan ekosistem yang terpadu. Sistem Asesmen yang Komprehensif: Mengukur tidak hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan, sikap, dan karakter sesuai dengan dimensi profil lulusan. Ini bisa melibatkan portofolio, proyek, dan observasi. Budaya Sekolah yang Inovatif: Seluruh ekosistem sekolah mendorong eksperimen, pembelajaran dari kesalahan, dan suasana yang mendukung pertumbuhan bagi semua warganya. Dengan mengimplementasikan kerangka pembelajaran mendalam secara komprehensif, institusi pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang memberdayakan peserta didik untuk menjadi individu yang kompeten, berdaya saing, dan siap menghadapi kompleksitas dunia abad ke-21. Ini bukan hanya tentang mengisi kepala dengan informasi, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang mampu berpikir, berkreasi, berkolaborasi, dan berkontribusi secara bermakna.

Read More »
23 June | 0komentar

Acuan Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan

Kegiatan Pengembangan Kurikulum (KSP) 2024
Dalam penyusunannya, satuan pendidikan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip pengembangan ini bertujuan untuk membantu proses berpikir dalam menyusun kurikulum satuan pendidikan dan menjadi dasar merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum. Satuan pendidikan diberikan kebebasan dalam pengembangan dengan menyesuaikan tujuan utama dari Kurikulum Satuan Pendidikan, sejauh komponen dasarnya tercakup di dalamnya. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), kurikulum adalah kurikulum implementatif yang menjabarkan kurikulum inti bidang dan program kompetensi ke dalam bentuk konsentrasi serta potensi internal sekolah dan dunia kerja. Menyesuaikan dengan regulasi terbaru bahwa penetapan Kurikulum Satuan Pendidikan dilakukan oleh Kepala Satuan Pendidikan, pembaruan detail informasi dan contoh pengembangan kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenjang. 
Dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan dimaksud pada tulisan ini adalah penjelasan mengenai dokumen yang menjadi rujukan dalam mengembangkan kurikulum di satuan pendidikan Kurikulum Satuan Pendidikan disusun berdasarkan: 
a. Kerangka dasar dan struktur yang ditetapkan secara nasional; dan 
b. Visi, misi, dan karakteristik satuan pendidikan. 


Standar Nasional Pendidikan
 
Standar Nasional Pendidikan yang menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum meliputi: 
  1. Standar Kompetensi Lulusan (Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); 
  2. Standar Isi (Permendikbudristek No. 8 Tahun 2024 tentang Standar Isi Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); 
  3. Standar Proses (Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); 
  4. Standar Penilaian Pendidikan (Permendikbudristek No. 21 Tahun 2022 tetang Standar Penilaian Pendidikan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); 
  5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 
  6. Standar Pengelolaan (Permendikbudristek No. 47 Tahun 2023 tentang Standar Pengelolaan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); 
  7. Standar Sarana dan Prasarana (Permendikbudristek No. 22 Tahun 2023 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah); dan 
  8. Standar Pembiayaan (Permendikbudristek No. 18 Tahun 2023 tentang Standar Pembiayaan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah).

Struktur Kurikulum
 
Struktur Kurikulum yang ditetapkan oleh Pemerintah menjadi acuan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum yang terdiri atas intrakurikuler dan kokurikuler sekurang-kurangnya berupa projek penguatan profil pelajar Pancasila. Khusus untuk SKB/PKBM kokurikuler dilaksanakan paling sedikit melalui muatan pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar Pancasila. Selain Intrakurikuler dan Kokurikuler, struktur Kurikulum dapat memuat Ekstrakurikuler sesuai dengan karakteristik Satuan Pendidikan. Pengembangan kurikulum ini menuju tercapainya profil pelajar Pancasila dan dapat ditambahkan dengan kekhasan satuan pendidikan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Khusus SMK dan SMALB ditambah dengan Praktik Kerja Lapangan (PKL), khusus SLB ditambah dengan Keterampilan Pilihan dan Program Kebutuhan Khusus.


Read More »
19 July | 0komentar

1.4.a.4.1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal


Tujuan Pembelajaran Khusus CGP dapat menjelaskan makna ‘kontrol’ dari paparan Teori Kontrol Dr. William Glasser serta miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol. CGP dapat menjelaskan makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia. CGP menjelaskan pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta sebuah budaya positif.
Halaman 1
Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. Jadi Kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut.. 
Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.Makna ‘kontrol’ pada dasarnya adalah kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai. Sedangkan makna Disiplin Positif adalah menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid kita memiliki motivasi tersebut. Sedangkan 3 Motivasi Perilaku Manusia adalah 1)Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2)Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. 3)Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Pentingnya memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan adalah tercipta sebuah budaya positif.
Halaman 2
Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda adalah A , tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda. Tugas B (rekan Anda), adalah mencoba dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk, menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik, bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka kepalan tangan Anda. Cobalah lakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’ di atas dengan B secara bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30 detik saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama. Bilamana berbeda, kira-kira mengapa? Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan Anda? Mengapa, apa alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda? Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?Suatu pertanyaan yang menurut saya akan menimbulkan berbagai variasi jawaban. Seseorang akan membuka atau menutup kepalannya dan seseorang akan selalu berusaha untuk membuka kepalan tangan orang lain. Semua itu tergantung dari kekuatan kontrol yang kita milikBagaimana kita rela menyerahkan sesuatu yang mungkin sangat berharga buat kita untuk dapat bermanfaat buat orang lain ataupun merayu orang lain untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Dalam peritiwa ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa setiap orang memiliki posisi kontrol yang berbeda pada suatu peristiwa. Suatu pertanyaan yang menurut saya akan menimbulkan berbagai variasi jawaban. Seseorang akan membuka atau menutup kepalannya dan seseorang akan selalu berusaha untuk membuka kepalan tangan orang lain. Semua itu tergantung dari kekuatan kontrol yang kita milik, Bagaimana kita rela menyerahkan sesuatu yang mungkin sangat berharga buat kita untuk dapat bermanfaat buat orang lain ataupun merayu orang lain untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. 
Dalam peritiwa ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa setiap orang memiliki posisi kontrol yang berbeda pada suatu peristiwa.Secara naluri manusia akan selalu bertahan/ mengontrol diri terhadap apa yang datang dari luar. Pada kasus diatas tentu awalnya kita akan melakukan pertahanan diri dengan tetap mengepalkan tangan kita. Demikian juga dengan B akan tetap mempertahankan untuk selalu mengepalkan. Sehingga pada pertanyaan satu (1) dan dua (2) masing-masing dari A dan B akan mengepalkan tangan. Pada pertanyaan tiga (3) tentu bahwa yang memiliki kendali adalah kita.
Halaman 3
Kemungkinan jawaban kita terhadap: Pertanyaan-pertanyaan pertama dan kedua bervariasi, antara yang bersedia membuka, dan yang tetap bertahan menutup kepalan tangannya. Pertanyaan ketiga, siapakah yang sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dasar kita saat itu.Berkaitan dengan Case diatas maka kontrol atas diri seseorang adalah berbeda, bagaimana kita melakukan bembimbing, mengatur dan mengarahkan perilaku, emosi serta dorongan-dorongan atau keinginan dalam dirinya pada perilaku yang sesuai dengan kelompok maupun lingkungan.
Halaman 4
Selanjutnya psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan beberapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’.

Disiplin positif dan nilai - nilai kebijakan universal perlu diberlakukan di sekolah agar mereka dapat menjadi individu yang baik, disiplin. Namun hal yang perlu dilakukan sekolah dalam penerapan disiplin positif adalah melibatkan siswa dalam penyusunan disiplin tersebut, membuat kesepakatan melalui musyawarah dan diskusi. Dengan demikian murid akan melakukan kesepakatan tentang tata tertib atau disiplin positif itu dengan kesadarannya sendiri tanpa rasa terpaksa dan mereka sendirilah yang memegang kendali kontrol atas dirinya.Memaksakan sesuatu kepada murid memang kurang berdampak baik khususnya pada diri murid. karena pada hakekatnya murid belajar sesuai dengan kodratnya dan kita harus dadpat memotivasi agar mereka mampu mengembangkan bakat dan minat dengan penguatan positif. Dengan demikian akan disadari secara baik akan pentingnya sesuatu hal yang dilakukan oleh diri sendiri
Halaman 5
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? (Stephen R. Covey) Terdapat perbedaan yang sangat nyata antara teori stimulus respon dengan teori kontrol. Dalam Stimulus Respon seolah-olah orang lain dapat kita kontrol, dapat kita kendalikan, sehingga kita dapat merubah seseorang menjadi apa yang kita inginkan. Tetapi pada Teorikontrol sangat bertolak belakang, sesuatu yang sedang kita kontrol sebetulnya tidak dapat kita kendalikan, karena yang dapat mengontrol adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Sesungguhnya setiap orang berperilaku memiliki tujuannya sendiri-sendiri. Kita harus memiliki suatu pola pikir yang lebih tertata agar kita mampu berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia. KItapun harus memahami jika seseorang berbeda pandangan dengan kita, serta tidak memaksakan pandangan kita kepada orang lain.
Halaman 6, Makna Disiplin
Salah satu strategi dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif adalah dengan penerapan disiplin di sekolah. Disiplin sering di maknai kepatuhan terhadap peratutan dan tata tertib yang berlaku, bahkan ada juga yang dikaitkan dengan hukuman jika melanggarnya. Siapakah yang akan berperan mendisiplinkan seseorang atau murid? sebenarnya diri kita yang seharusnya mendisiplinkan sendiri. Jika kita menyadari apa manfaat disiplin bagi diri, bagi lingkungan sekitar dan bagi masa depan kita maka kita akan mendisiplinkan diri kita sendiri dengan penuh kesadaran. Namun jika kita tidak mampu mendisiplinkan diri kita sendiri maka butuh orang lain sebagai motivator untuk menanamkan kedisiplinan. Karena sikap disiplin ternyata sangat berguna bagi masa depan murid.Disiplin merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang. Disiplin yang kita terapkan kepada murid, maka harus diawalai dari diri kita sebagai pendidik dengan menciptakan perilaku disiplin dalam setiap hal terutama kinerja kita . Menjadikan murid displin tidak semudah yang kita banyangkan, akan tetapi mebutuhkan proses dan waktu yang cukup agar kedisiplinan menjadi suatu bentuk kesadaran yang muncul dari amsing-masing individu
Halaman 7, Makna Kata Disiplin
Salah satu tugas guru sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun anak. Dalam konteks disiplin diri, kita sebagai pendidik harus dapat menuntun siswa untuk menjadikannya siswa yang disiplin, mencapai manfaat dan kebahagiaan karena motivasi intrinsiknya (dari dalam), bukan motivasi ekstrinsik (dari luar). Jika telah terbentuk motivasi disiplin dari dalam dirinya maka siswa tersebut sudah sadar dan bukan lagi karena paksaan ataupun hukuman.Untuk mencapai kemerdekaan atau untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat yaitu disiplin diri, yang diantara memiliki motivasi internal yang tinggi, mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai.
Halaman 8, Nilai-Nilai Kebajikan
disiplin merupakan suatu bentuk perbuatan kontrol diri, yaitu belajar untuk mengontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia yakni nilai-nilai kebajikan yang merupakan sifat-sifat positif manusia. Nilai-nilai kebajikan merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Dengan kata lain bahwa nilai-nilai kebajikan merupakan salah satu motivasi instrinsik. Artinya seseorang yang berperilaku disiplin akan mendapatkan nilai-nilai kebajikan yang merupakan tujuan mulia setiap individu.Nilai-nilai kebajikan yang harus ada pada diri guru penggerak sudah seharusnya diterapkan. Karena dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan tersebut sebagai pendidik akan mendapatkan motivasi internal untuk terus berdisiplin dalam segala bentuk kebajikan. Bukan hanya pendidik yang memiliki nilai-nilai kebajikan. siswapun memiliki nilai-nilai kebajikan yaitu dengan menerapkan dan sadar akan Profil Pelajar Pancasila yang harus ia terapkan agar mendapatkan motivasi internal dari dalam dirinya dan sadar untk melaksanakan disiplin diri.
Halaman 9, Nilai-nilai Kebajikan dari enam institusi/organisasi
Nilai-nilai Kebajikan Profil Pelajar Pancasila IBO Primary Years Program (PYP) Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF) Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (LIfelong Gu... The Seven Essential Virtues (Building Moral Intelligence,... The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)

Salah satu nilai kebajikan yang paling menarik adalah Profil Pelajar Pancasila. Nilai-nilai kebajikan tersebut sudah mulai diterapkan disekolah kami secara keseluruhan. Salahsatunya kebajikan tentang Beriman dan bertaqwa hingga menjadi siswa yang berakhlak mulia. Untuk mencapai beriman dan bertaqwa haruslah ada kegiatan yang terkontrol dan berkesinambungan, salah satu strateginya dengan buku prestasi. Buku prestasi tersebut berisi daftar melaksanakan kegiatan solat, kegiatan belajar, dan kegiatan positif lainnya yang dilaksanankan oleh siswa. Hal tersebut dilaksanakan terus secara berkesinambungan hingga menjadi suatu budaya yang positif.
Halaman 10
Mungkin pada awalnya motivasi Anda mengikuti Program Guru Penggerak ini karena ingin mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Namun seiring Anda mengikuti program ini dan kemudian menikmatinya, mungkinkah motivasi Anda berubah menjadi sebuah keinginan untuk menjadi guru dengan nilai-nilai yang Anda yakini? Bila itu terjadi, apa dampaknya untuk diri Anda? Apa yang Anda dapatkan, mengapa hal itu penting untuk Anda?
Jawaban
Lecutan ilimu baru yang didapat dari modul2 yang telah dipelajari menjadikan tersadar bahwa mengikuti guru penggerak memiliki dampak yang signifikan. Dampak yang dirasakan oleh saya metode mengajar saya semakin bervariatif dan berpihak pada murid dengen mengedepankan pembelajaran berdiferensiasi juga lebih aktif mengajak rekan guru dalam komunitas praktisi untuk mersama bergerak memajukan pendidikan baik dilingkup sekolah ataupun daerah. Ilmu baru wawasan baru paradigma baru dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan yang berpihak pada murid yang senantias membimbing murid unutk mencapai kebahagiaannya dengan memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh murid tersebut.
Halaman 11
Sebagai seorang pendidik, saat Anda perlu hadir di suatu pelatihan, motivasi apakah yang mendasari tindakan Anda? Apakah Anda hadir karena tidak ingin ditegur oleh pihak panitia atau pengawas Anda, dan mendapatkan surat teguran (menghindari ketidaknyamanan dan hukuman), atau Anda ingin dilihat dan dipuji oleh lingkungan Anda, atau mendapat penghargaan sebagai kepala sekolah berprestasi? (mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain), atau Anda ingin menjadi pemelajar sepanjang hayat, menjadi orang yang berusaha dan bertanggung jawab serta menghargai diri Anda sendiri sebagai teladan bagi murid-murid Anda, guru-guru Anda, serta lingkungan Anda karena Anda percaya, tindakan Anda sebagai pemimpin pembelajaran akan jadi panutan oleh lingkungan Anda (menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri). Manakah motivasi yang paling kuat mendasari tindakan Anda, atau adakah suatu proses perubahan motivasi antara dua motivasi?
Jawaban
Motivasi hadir pada pelatihan adalah bahwa melalui pelatihan sebagai bentuk pengembangan diri, melalui kegiatan ini kita mengupgrade ilmu,kemampuan dan kompetensi melalui sehingga mengingatkan kembali bahkan menambah kembali terkait tujuan hingga peran Anda dalam dunia pendidikan. Hal tersebut mampu mengembalikan semangat dalam mengajar seperti saat pertama kali Anda mulai dalam mengajar.
Halaman 12
Bila di sekolah Anda tidak ada aturan yang memberikan surat teguran bagi karyawan yang sering datang terlambat, atau tidak ada atasan yang memberikan Anda penghargaan menjadi karyawan terbaik, karena sering tepat waktu, apakah Anda akan tetap datang tepat waktu untuk mengajar murid-murid Anda? Jelaskan alasan Anda.
Jawaban
Disiplin pada diri seseorang adalah sebagai sebuah habit (pembiasaan) diri maka apapun yang saya lakukan tidak terpengaruh ada dan tidaknya penghargaan. Datang tepat waktu sudah menjadi kebiasaan tidak terpengaruh pada diberi penghargaan atau tidak. Komitmen dan telah menjadi habit untuk datang tepat waktu.
Halaman 13
Menurut Anda, dari ketiga jenis motivasi yang disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, motivasi manakah yang saat ini paling banyak mendasari perilaku murid-murid Anda di sekolah? Jelaskan.
Jawaban
Motivasi yang mendasari perilaku peserta didik di sekolah yakni menghargai nilai-nilai kebajikan diri sendiri. Hal ini dimungkinkan karena usia peserta didik kami yakni remaja dimana setelah mereka lulus mereka dihadapkan pada pilihan bekerja, wirausaha dan melanjutkan kuliah. Karena kami SMK Sebagian besar siswa kami setelah lulus langsung bekerja. Sehingga motivasi mereka saat berperilaku khususnya dalam pembelajaran yakni bagaimana mereka memiliki kecakapan kompetensi mereka yang menunjang saat mereka terjun di masyarakat. Selain itu mereka juga menyadari bahwa kondisi sosial mereka yakni hampir sebagian besar siswa kami berasal dari keluarga yang tingkat perekonomiannya kurang, sehingga apabila mereka ingin memperbaiki tingkat sosial mereka agar dapat pekerjaan yang baik mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh.
Halaman 14
Strategi apa yang selama ini Anda terapkan untuk menanamkan disiplin positif pada murid-murid Anda, bagaimana hasilnya pada perilaku murid-murid Anda?
Jawaban
Menanamkan disiplin positif pada siswa melalui strategi punishmen and reward. Penghargaan untuk siswa yang mengerjakan atau mengumpulkan tugas tepat waktu dan memberikan bentuk teguran/hukuman bagi siswa yang mengulur-ulur waktu mengerjakan tugas.
Halaman 15
Nilai-nilai kebajikan apa yang Anda rasakan penting saat ini untuk ditanamkan pada murid-murid Anda di kelas/sekolah Anda? Mengapa?
Jawaban
Nilai-nilai kebajikan yang saya rasakan penting saat ini untuk ditanamkan pada murid-murid saya di kelas/sekolah adalah nilai kejujuran,keadilan, peduli, integritas, kesabaran, tanggung jawab, mandiri, berprinsip, keselamatan, kesehatan. Hal itu karena nilai tersebut merupakan nilai-nilai yang universal dalam wadah kebhinekaan
Halaman 16
Semoga dapat membentuk murid-murid yang berkarakter,berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.

Read More »
25 May | 5komentar

Bismillah, Mengawali Modul 3.1


Mengawali modul 3 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2023. Tema Modul 3 adalah Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Sub Modul 3.1. Bertema “Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Daftar isi 
Kata Pengantar Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan
Surat dari Instruktur 
Daftar isi
Capaian yang diharapkan  
Ringkasan Alur Belajar ‘MERDEKA’
Pembelajaran 1: Mulai Dari Diri  
Pembelajaran 2: Eksplorasi Konsep.
Pembelajaran 3: Ruang Kolaborasi
Pembelajaran 4: Demonstrasi Kontekstual  
Pembelajaran 5: Elaborasi Pemahaman. 
Pembelajaran 6: Koneksi Antarmateri 
Pembelajaran 7: Aksi Nyata 
Surat Penutup 
Daftar Pustaka

Sambutan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,Dr. Iwan Syahril, Ph.D. pada Modul 3.1.

Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. 
Untuk dapat menjalankan peran-peran tersebut, seorang pemimpin sekolah perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas sebelum ia menjabat. Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP), sebagai bagian dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada pembelajaran (instructional leaders). Melalui berbagai aktivitas pembelajaran dalam PPGP, kandidat kepala sekolah masa depan diharapkan dapat memiliki kompetensi dalam pengembangan diri dan orang lain, pengembangan pembelajaran, manajemen sekolah serta pengembangan sekolah. 
Kami memiliki harapan besar agar lulusan PPGP dapat mewujudkan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah negeri ini, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya. Upaya pemenuhan kandidat kepala sekolah yang lebih optimal menuntut penyesuaian pada desain pembelajaran PPGP. Karena itu, terhitung dari angkatan kelima durasi program diefisiensikan dari sembilan menjadi enam bulan. 
Selain itu, PPGP juga menerapkan diferensiasi proses untuk peserta di daerah yang memiliki akses terbatas, baik dari segi transportasi maupun telekomunikasi. Namun, terlepas dari moda penyampaian yang beragam, para Calon Guru Penggerak (CGP) di seluruh Indonesia sama-sama mempelajari materi-materi bekal kepemimpinan dengan sistem on-the-job learning di mana selama belajar, guru tetap menjalankan perannya di sekolah sekaligus menerapkan pengetahuan yang didapat dari ruang pelatihan ke dalam pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran juga tetap menggunakan siklus inkuiri yang sarat dengan refleksi dan praktik langsung, baik bersama sesama CGP maupun rekan sejawat di sekolah.
Pendampingan di lapangan juga tetap menjadi kunci dari keberhasilan implementasi konsep di kelas atau sekolah CGP. Tentu saja, seluruh upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa peran berbagai tim pendukung yang telah bekerja keras dan berkontribusi positif mewujudkan penyelesaian bahan ajar ini serta membantu terlaksananya PPGP. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para pengembang modul, tim digitalisasi, serta fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Semoga Allah Yang Mahakuasa senantiasa memberkati upaya yang kita lakukan demi transformasi pendidikan Indonesia. Amin.

Read More »
30 January | 0komentar