Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Jenis-Jenis Uraian Pekerjaan pada Pekerjaan Gedung

Dalam dunia pengadaan atau proyek manajemen  tidak asing lagi dengan istilah Tabel RAB (Rencana Anggaran Biaya). 

RAB adalah perkiraan biaya yang akan digunakan untuk melaksanakan suatu proyek. Sesuai dengan namanya maka perencanaan ini bisa menjadi sebuah dokumen untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk kedepannya. Dokumen tersebut akan selalu menjadi acuan untuk selalu melihat ke depan mengenai proyek atau bisnis.Secara umum RAB bisa disajikan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam menjabarkan rinciannya. Secara umum poin yang ada dalam tabel tersebut terdiri dari nama Jenis/ Uraian Pekerjaan, Volume, Analisa, Harga Satuan (Rp), Jumlah Harga (Rp), Total Harga (Rp), dan lain sebagainya. Pada tabel Rencana Anggaran Biaya terdapat item-item Uraian pekerjaan, volume,    

        

 Secara lebih rinci, jenis-jenis pekerjaan pada konstruksi bangunan gedung dapat dikelompokkan menjadi:

1.    Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah kelompok pekerjaan yang pertama kali dilakukan sebelum sebuah proyek konstruksi bangunan dimulai. Yang termasuk dalam kelompok pekerjaan persiapan antara lain:
1.1.    Pembuatan pagar sementara,
1.2.    Pengukuran dan pemasangan bouwplank
1.3.    Pembuatan kantor sementara
1.4.    Pembuatan gudang sementara
1.5.    Pembuatan rumah jaga
1.6.    Pembersihan dan perataan lapangan
1.7.    Pembuatan bedeng pekerja
1.8.    Pembuatan perancah dari bambu
1.9.    Pembuatan jalan sementara
1.10.  Pekerjaan pembongkaran.
Macam-macam pekerjaan persiapan bisa berbeda antara proyek yang satu dengan yang lainnya, tergantung besar kecilnya proyek. Sebagai contoh, untuk pekerjaan bangunan dengan skala kecil, mungkin saja hanya ada pekerjaan pembersihan lapangan dan pemasangan bouwplank.
2.    Pekerjaan Tanah.
Yang termasuk dalam kelompok pekerjaan tanah, antara lain adalah:
2.1.  Pekerjaan galian tanah.  Pekerjaan galian ada bermacam-macam, tergantung jenis tanah dan kedalamannya.
2.2.      Pekerjaan pembuangan tanah
2.3.      Pekerjaan pemadatan tanah
2.4.      Pekerjaan urugan
3.    Pekerjaan Pondasi.
Pondasi adalah bagian struktur bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah, yang berfungsi menyalurkan beban suatu bangunan ke dalam tanah sehingga bangunan dapat berdiri kokoh.  Pondasi harus terletak pada tanah yang stabil dan mempunyai daya dukung cukup sesuai dengan beban yang ada.  Berdasarkan letaknya di bawah permukaan tanah, pondasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
3.1.    Pondasi dangkal
3.2.    Pondasi sedang
3.3.    Pondasi dalam
Pemilihan jenis pondasi pada suatu pekerjaan konstruksi tergantung pada daya dukung tanah dan besar kecilnya beban suatu konstruksi di atasnya.
Untuk konstruksi bangunan sederhana, biasanya menggunakan pondasi batu kali.  Yang termasuk dalam kelompok pekerjaan pondasi batu kali adalah:
a.      Pasangan batu kosong (aanstamping)
b.      Pasangan batu belah
4.    Pekerjaan Beton
Beton adalah campuran semen Portland, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil) dan air dengan perbandingan tertentu. Beton yang dikombinasikan dengan baja tulangan disebut beton bertulang.  Tulangan baja akan memberikan kekuatan tarik yang tidak dimiliki oleh beton.  Dalam sebuah proyek konstruksi yang termasuk dalam kelompok pekerjaan beton adalah:
4.1.      Pekerjaan pembetonan
4.2.      Pekerjaan pembesian
4.3.      Pekerjaan bekisting
4.4.      Pekerjaan PVC Waterstop
Berdasarkan bagian dari suatu konstruksi gedung, pekerjaan beton dibedakan menjadi:
a.      Pekerjaan pondasi beton bertulang
b.      Pekerjaan sloof beton bertulang
c.      Pekerjaan kolom beton bertulang
d.      Pekerjaan ring balk beton bertulang
e.      Pekerjaan balok beton bertulang
f.       Pekerjaan plat beton bertulang
g.      Pekerjaan tangga beton bertulang
5.    Pekerjaan Pasangan.
Pekerjaan pasangan meliputi:
5.1.      Pasangan dinding.
5.2.      Plesteran
5.3.      Acian
5.4.      Pekerjaan penutup lantai.
Dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi untuk membatasi ruang luar dan ruang dalam maupun antara ruang yang satu dengan ruang yang lain.  Berdasarkan bahan yang digunakan, pekerjaan pasangan dinding bisa dibedakan menjadi:
·         Pasangan dinding bata merah
·         Pasangan dinding batako
·         Pasangan dinding kayu
·         Pasangan dinding hebel
Selain dengan plesteran dan acian, pasangan dinding juga bisa ditutup dengan pasangan keramik dinding atau pasangan batu alam pada dinding.
Bahan penutup lantai ada banyak macamnya, antara lain keramik, marmer, granit dan ubin PC. Sedangkan untuk ruang luar digunakan paving block, koral sikat atau batu alam.
6.    Pekerjaan langit-langit / plafond
Pekerjaan langit-langit meliputi pekerjaan rangka, pekerjaan penutup langit-langit dan pekerjaan list langit-langit.  Berdasarkan bahan yang dipakai, rangka langit-langit bisa dibuat dari kayu atau besi hollow.  Sedangkan berdasarkan bahan yang dipakai, penutup langit-langit, antara lain dibedakan menjadi:
·         Langit-langit asbes
·         Langit-langit tripleks
·         Langit-langit gypsum board
·         Langit-langit calsiboard
7.    Pekerjaan Atap.
Atap adalah bagian bangunan yang sangat penting, karena berfungsi untuk melindungi penghuninya dari panas dan hujan. 
Yang termasuk pekerjaan atap antara lain adalah:
7.1.    Pekerjaan kuda-kuda.
7.2.    Pekerjaan rangka atap, yang meliputi murplat (balok dinding), balok nok, gording, jurai luar dan jurai dalam.
7.3.    Pekerjaan usuk dan reng
7.4.    Pekerjaan penutup atap.
7.5.    Pekerjaan bubungan.
7.6.    Pekerjaan lisplank
Bahan-bahan yang digunakan untuk kuda-kuda dan rangka atap antara lain kayu, baja IWF maupun baja ringan.  Sedangkan bahan penutup atap bisa menggunakan, asbes, seng, genteng multiroof, genteng onduline, genteng keramik, genteng beton dan lain-lain. 
8.    Pekerjaan Pintu dan Jendela
Pekerjaan pintu dan jendela meliputi:
8.1.    Pekerjaan kusen pintu dan jendela
8.2.    Pekerjaan panil pintu
8.3.    Pekerjaan daun jendela kaca
8.4.    Pekerjaan boven light
9.    Pekerjaan kunci dan kaca
Pekerjaan kunci dan kaca adalah pekerjaan-pekerjaan untuk melengkapi pekerjaan pintu dan jendela.  Yang termasuk dalam pekerjaan kunci dan kaca antara lain adalah:
9.1.      Pemasangan kunci tanam
9.2.      Pemasangan selot pintu
9.3.      Pemasangan engsel pintu
9.4.      Pemasangan engsel jendela
9.5.      Pemasangan kait angina
9.6.      Pemasangan doorcloser
9.7.      Pemasangan doorstop
9.8.      Pemasangan rel untuk pintu dorong
9.9.      Pemasangan kaca bening
9.10.    Pemasangan cermin
9.11.    Pemasangan kaca patri
10.    Pekerjaan pengecatan.
Pekerjaan pengecatan pada sebuah bangunan gedung meliputi:
10.1.   Pengerokan/pengikisan permukaan cat lama, baik cat dinding, cat kayu maupun cat besi.
10.2.      Pelapisan bidang kayu dengan teak oil
10.3.      Pelapisan bidang kayu dengan vernis
10.4.      Pelapisan bidang kayu dengan residu atau ter
10.5.      Pengecatan kayu lama maupun baru
10.6.      Pengecatan dinding lama
10.7.      Pengecatan dinding baru.
10.8.      Pelapuran dengan kapur
10.9.      Pemasangan wall paper
10.10.   Pengecatan baja/besi
11.  Pekerjaan Sanitasi.
Yang termasuk dalam pekerjaan sanitasi adalah:
11.1.      Pemasangan kloset
11.2.      Pemasangan urinoir
11.3.      Pemasangan wastafel
11.4.      Pemasangan bak mandi
11.5.      Pemasangan pipa
11.6.      Pemasangan/pembuatan bak control
11.7.      Pemasangan floor drain
11.8.      Pemasangan bak cuci piring
11.9.      Pemasangan kran
12.  Pekerjaan Elektrikal.


Secara garis besar, lingkup pekerjaan bangunan gedung meliputi kelompok-kelompok sebagai berikut:
1.  Design Development, adalah kelompok kerja yang bertugas  menyiapkan dokumen-dokumen kelengkapan sebuah proyek konstrusi. Dokumen-dokumen yang dimaksud antara lain adalah :
1.1.    Dokumen kontrak
1.2.    Dokumen asuransi dan jaminan
1.3.    Shop drawing (gambar perencanaan)  dan as built drawing (gambar terlaksana)
1.4.    Site management, yaitu kelompok yang menyiapkan dokumen perencanaan site.
1.5.   Dokumentasi proyek apabila pekerjaan sudah dilaksanakan, mulai dari dokumentasi 0% pekerjaan sampai 100%.
2.    Site Work, adalah kelompok yang mengatur segala sesuatu di lokasi proyek sebelum dan selama pelaksanaan proyek bangunan gedung.  Lingkup pekerjaan pada kelompok ini adalah:
2.1.    Setting Out, yaitu tahapan mengatur penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam sebuah proyek pembangunan gedung, misalnya kantor sementara, gudang bahan bangunan, area bongkar muat bahan bangunan dan lain-lain.
2.2. Fasilitas sementara, adalah segala sesuatu yang harus ada agar proyek pembangunan gedung dapat berjalan seperti  kantor sementara, gudang bahan bangunan, area bongkar muat bahan bangunan dan lain-lain
2.3.    Mobilisasi dan demobilisasi, adalah tahapan pengangkutan bahan-bahan bangunan maupun peralatan yang diperlukan dalam suatu pekerjaan konstruksi.
2.4.  Pembersihan lahan, adalah tahapan yang harus dilakukan sebelum memulai pekerjaan pada sebuah proyek konstruksi
2.5. Galian, pemotongan dan timbunan, dilakukan dalam satu rangkaian pekerjaan pembersihan lahan, terutama untuk lokasi site berkontur yang memerlukan proses cut and fill.
3.    Pekerjaan Struktural, yang meliputi kelompok-kelompok pekerjaan:
3.1.  Pekerjaan struktur di atas tanah, meliputi pekerjaan rangka bangunan dan  dinding pengisi.
3.2. Pekerjaan struktur di bawah tanah, yang dimaksud adalahan pekerjaan pasangan pondasi.
3.3.    Rangka atap
4.    Pekerjaan Arsitektur, meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
4.1.    Pekerjaan beton
4.2.    Pekerjaan logam
4.3.    Pekerjaan kayu dan plastic.
4.4.    Pasangan
4.5.    Perlindungan suhu dan kelembaban
4.6.    Bukaan (jendela, pintu dan kusen)
4.7.    Finishing
5.    Pekerjaan Mekanikal
5.1.    Plumbing
5.2.    Pemanasan, ventilasi dan pengkondisian udara
5.3.    Pencegahan kebakaran
6.    Pekerjaan Elektrikal
6.1.    Sistem distribusi jaringan listrik
6.2.    Sistem pencahayaan
6.3.    Sistem komunikasi
6.4.    Pencegahan petir
7.    Fasilitas Eksterior Bangunan
7.1.    Paving, tempat parker dan pedestrian
7.2.    Pagar dan gerbang
                  7.3.   Pertamanan dan landscaping
Sumber : 
LAMPIRANPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 28/PRT/M/2016 TENTANG ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BIDANG PEKERJAAN UMUM

Read More »
16 October | 23komentar

5 Posisi Kontrol Restitusi


Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas kita selama ini. Apakah telah efektif, apakah berpusat memerdekakan dan memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan.
Seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah:
  1. Penghukum, 
  2. Pembuat Orang Merasa Bersalah, 
  3. Teman, 
  4. Monitor (Pemantau) dan 
  5. Manajer. 
Penghukum: 
Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. 
Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata: 
 “Patuhi aturan saya, atau awas!” 
 “Kamu selalu saja salah!” 
 “Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai"
Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.

Pembuat Orang Merasa Bersalah: 
Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat orang merasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti: 
 “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu” 
 “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?” 
 “Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?” 

 Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya. 

 Teman
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata: 
 “Ayo bantulah, demi bapak ya?” 
 “Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?” 
 “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”. 
 Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. 
Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha, Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut. 

 Monitor/Pemantau: 
Memonitor berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
 “Peraturannya apa?” 
 “Apa yang telah kamu lakukan?” 
 “Sanksi atau konsekuensinya apa?” 
 Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi monitor sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid. 

 Manajer: 
Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi mentor di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. 
Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. 
Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata: 
 “Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) 
 “Apakah kamu meyakininya?”
 “Jika kamu menyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
 “Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?” 
 “Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?” 
 Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat. Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. 
Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman. 

 Di bawah ini adalah contoh peragaan yang dikutip dari Yayasan PendidikanLuhur (2007) di mana ada seorang murid yang melanggar suatu peraturan sekolah. Selanjutnya ada dialog antara seorang guru dengan murid tersebut,serta bagaimana guru tersebut menjalankan disiplin dengan menggunakankelima posisi kontrol untuk kasus yang sama: 

 Adi yang terlambat hadir di sekolah. Penghukum: (Nada suara tinggi, bahasa tubuh: mata melotot, dan jari menunjuk-nunjuk menghardik): “Terlambat lagi, pasti terlambat lagi, selalu datang terlambat, kapan bisa datang tepat waktu?” Tanyakan kepada diri Anda: Bagaimana perasaan murid bila guru berbicara seperti itu pada saat muridnya datang terlambat? 
 Akibat: 
Kemungkinan murid marah dan mendendam atau bersifat agresif. Bisa jadi sesudah kembali duduk, murid tersebut akan mencoret-coret bukunya atau meja tulisnya. Lebih buruk lagi, sepulang sekolah, murid melihat motor atau mobil bapak/ibu guru dan akan menggores kendaraan tersebut dengan paku.

Pembuat orang lain merasa bersalah: (Nada suara memelas/halus/sedih, bahasa tubuh: merapat pada anak, lesu): “Adi, kamu ini bagaimana ya? Kamu sudah berjanji dengan ibu tidak akan terlambat lagi. Kamu kenapa ya senang sekali mengecewakan Ibu. Ibu benar-benar kecewa sekali.” 
Bagaimana perasaan murid bila ditegur seperti cara ini? 
 Akibat: 
 Murid akan merasa bersalah. Bersalah telah mengecewakan ibu atau bapak gurunya. Murid akan merasa menjadi orang yang gagal dan tidak sanggup membahagiakan orang lain. Kadangkala sikap seperti ini lebih berbahaya dari sikap penghukum, karena emosi akan tertanam rapat di dalam, murid menahan perasaan. 
Tidak seperti murid dalam dengan guru penghukum, di mana murid bisa menumpahkan amarahnya walaupun dengan cara negatif. Murid tertekan seperti inilah yang tiba-tiba bisa meletus amarahnya, dan bisa menyakiti diri sendiri atau orang lain. 

 Teman: (nada suara: ramah, akrab, dan bercanda, bahasa tubuh: merapat pada murid, mata dan senyum jenaka) “Adi, ayolah, bagaimana sih kamu. Kemarin kamu sudah janji ke bapak bukan, kenapa terlambat lagi? (sambil tertawa ringan). Ya, sudah tidak apa-apa, duduk dulu sana. Nanti Pak Guru bantu. Kamu ini.” (sambil senyum-senyum). 
 Bagaimana perasaan murid dengan sikap guru seperti ini? 
 Akibat: 
Murid akan merasa senang dan akrab dengan guru. Ini termasuk dampak yang positif, hanya saja di sisi negatif murid menjadi tergantung pada guru tersebut. Bila ada masalahdia merasa bisa mengandalkan guru tersebut untuk membantunya. Akibat lain dari posisteman, Adi hanya akan berbuat sesuatu bila yang menyuruh adalah guru tersebut, dan belum tentu berlaku yang sama dengan guru atau orang lain.

Pemantau: (nada suara datar, bahasa tubuh yang formal): Guru: “Adi, tahukah kamu jam berapa kita memulai?” Adi: “Tahu Pak!” Guru: “Kamu terlambat 15 menit, apakah kamu sudah mengerti apa yang harus dilakukan bila terlambat?” Adi: “Paham Pak, saya harus tinggal kelas pada jam istirahat nanti dan mengerjakan tugas ketertinggalan saya.” Guru: “Ya, benar, nanti pada saat jam istirahat kamu harus sudah di kelas untuk menyelesaikan tugas yang tertinggal tadi. Saya tunggu” 
 Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini? 
 Akibat: 
 Murid memahami sanksi yang harus dijalankan karena telah melanggar salah satu peraturan sekolah. Guru tidak menunjukkan suatu emosi yang berlebihan, menjadi marah atau membuat merasa berbuat salah. Murid tetap dibuat tidak nyaman yaitu dengan harus tinggal kelas pada waktu jam istirahat dan mengerjakan tugas. 
Guru tetap harus memonitor atau memantau murid pada saat mengerjakan tugas di jam istirahat karena murid tidak bisa ditinggal seorang diri. 

 Manajer: (nada suara tulus, bahasa tubuh tidak kaku, mendekat ke murid): Guru: “Adi, apakah kamu mengetahui jam berapa sekolah dimulai?” Adi: “Tahu Pak, jam 7:00!” Guru: “Ya, jadi kamu terlambat, kira-kira bagaimana kamu akan memperbaiki masalah ini?” Adi: “Saya bisa menanyakan teman saya Pak, untuk mengejar tugas yang tertinggal.” Guru: “Baik, itu bisa dilakukan. Apakah besok akan ada masalah untuk kamu agar bisa hadir tepat waktu ke sekolah?” Adi: “Tidak Pak, saya bisa hadir tepat waktu.” Guru: “Baik. Saya hargai usahamu untuk memperbaiki diri” 
Bagaimana perasaan murid diperlakukan seperti ini? 
 Pada posisi Manajer maka suara guru sebaiknya tulus. Tidak perlu marah, tidak perlu meninggikan suara, apalagi menunjuk-nunjuk jari ke murid, berkacak pinggang, atau bersikap seolah-olah menyesal, tampak sedih sekali akan perbuatan murid ataupun bersenda gurau menempatkan diri sebagai teman murid. Fokus adalah pada murid, bukan untuk membahagiakan guru atau orang tua. Murid sudah mengetahui adanya suatu masalah, dan sesuatu perlu terjadi. Bila guru mengambil posisi Pemantau, guru akan melihat apa sanksinya apa peraturannya? Namun pada posisi Manajer, guru akan mengembalikan tanggung jawab pada murid untuk mencari jalan keluar permasalahannya, tentu dengan bimbingan guru.




Read More »
16 October | 0komentar

Restitusi: Belajar dari Kesalahan

"Murid perlu bertanggungjawab atas perilaku yang mereka pilih, termasuk ketika mereka terlambat"

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. 
Melalui restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan cara yang memungkinkan murid untuk membuat evaluasi internal tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka dan mendapatkan kembali harga dirinya. Restitusi menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Ini sesuai dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi menang-menang. Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh ketika mereka melakukan kesalahan, bukankah pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. 
Murid perlu bertanggungjawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat memilih untuk belajar dari pengalaman dan membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Ketika guru memecahkan masalah perilaku mereka, murid akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari keterampilan yang berharga untuk hidup mereka. 
Restitusi membantu siswa untuk jujur pada diri sendiri dan mengevaluasi dampak dari kesalahan yang dilakukan. Misalnya di kelas ada siswa yang mengganggu teman hingga temannya marah dan menangis. Apa yang dilakukan guru? Penerapan restitusi pada permasalahan semacam itu dengan mengembalikan siswa pada komitmen dan kesepakatan kelas yaitu siswa bersedia mentaati peraturan tata tertib sekolah dan tata tertib kelas yang meminta seluruh siswa menjaga ketertiban kelas.
Restitusi memberikan penawaran bukan paksaan, desakan atau tuntutan maupun bentuk lain dari suatu tekanan yang menyebabkan seseorang menjadi merasa tertekan. Restitusi dianggap mampu memecahkan masalah peserta didik karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun bagaimana memaknai kesalahan sebagai suatu pembelajaran 
  2. Restitusi adalah tawaran bukan paksaan 
  3. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri 
  4. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan 
  5. Restitusi fokus pada karakter bukan pada tindakan 
  6. Restitusi fokus pada solusi Restitusi mengembalikan siswa yang berbuat salah pada kelompoknya.
Sangat penting bagi guru untuk menciptakan kondisi yang membuat siswa bersedia menyelesaikan masalah dan berbuat lebih baik lagi, dengan berkata, “Semua orang pasti pernah berbuat salah, namun..”, bukan mengatakan, “Kamu harus lakukan ini, kalau tidak kamu akan..”.

Dalam Segititiga Restitusi terdapat tiga langkah untuk dilaksanakan yaitu 
1) menstabilkan identitas; 
2) validasi tindakan yang salah; 
3) menanyakan keyakinan. 

Langkah ini digambarkan dalam bentuk segitiga seperti Gambar di bawah ini:



Langkah pertama pada bagian dasar segitiga adalah menstabilkan identitas. 
Jika anak berbuat salah maka ada kebutuhan dasar yang belum terpenuhi. Bagian dasar segitiga restitusi memiliki tujuan untuk mengubah orang yang gagal karena telah berbuat kesalahan menjadi orang yang sukses. Kita harus mampu meyakinkan mereka dengan mengatakan kalimat seperti 1) tidak ada manusia yang sempurna; saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
Ketika seseorang dalam kondisi emosional maka otak tidak akan mampu berpikir rasional, saat inilah kita menstabilkan identitas anak. Anak kita bantu untuk tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalahan. 

Langkah kedua adalah memvalidasi tindakan yang salah. 
Konsep langkah kedua adalah kita harus memahami kebutuhan dasar yang mendasari tindakan anak berbuat kesalahan. Menurut Teori Kontrol, semua tindakan manusia, baik atau buruk, pasti memiliki maksud/tujuan tertentu (LMS Guru Penggerak, 2022). Ketika kita menolak anak yang berbuat salah, dia akan tetap dalam masalah. 
Yang diperlukan adalah kita memahami sehingga anak merasa dipahami. 

Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan. 
Teori kontrol menyatakan bahwa pada dasarnya kita termotivasi secara internal. Ketika langkah 1 dan 2 sukses dilakukan, maka anak akan siap untuk dihubungkan dengan nilai-nilai yang dipercaya, dan berpindah menjadi orang yang dia inginkan. Penting bertanya pada anak tentang kehidupan nanti yang dia inginkan. Ketika mereka sudah menemukan gambaran masa depannya, guru dapat membantu untuk tetap fokus pada gambarannya.
Melalui segitiga restitusi kita dapat mewujudkan mereka menjadi siswa yang merdeka. Mereka mampu menyelesaikan masalah dengan motivasi internal dan bertanggung jawab terhadap pilihannya. 

Segitiga restitusi dalam upaya penanganan permasalahan yang muncul pada siswa dilakukan melalui tahapan menstabilkan identitas, hal terbaik apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh siswa dalam berperilaku baik pada teman sebaya maupun orang dewasa.
Selanjutnya melakukan validasi tindakan, siswa belajar untuk menemukan alasannya melakukan sebuah perilaku yang kurang sesuai dengan harapan. Tujuan apa yang diinginkan darinya ketika melakukan perilaku tersebut. 
Terakhir adalah menanyakan keyakinan, yaitu apa yang dia yakini dan disepakati sebagai bagian dari komunitas di sekolah dan di kelasnya.

Dalam praktik segitiga restitusi, seorang guru dapat mengambil posisi kontrol yang tepat, apakah sebagai teman, penghukum, membuat orang merasa bersalah, pemantau atau bahkan sebagai manajer.

Untuk menumbuhkan budaya positif, posisi yang paling ideal adalah posisi kontrol sebagai teman, pemantau dan manajer. Ketiga posisi ini membantu siswa untuk dapat menyuarakan hak dan keinginannya. 
Siswa dapat melakukan diskusi bersama guru untuk menemukan solusi terbaik dari permasalahannya. Menurut saya ini adalah suatu praktik baik, ketika tahu tentang segitiga restitusi ini sebagai alternatif dalam pemecahan masalah, dan sifatnya sangat fleksibel untuk diterapkan di lingkungan apapun. Langkah awal yang baik jika kita sebagai guru mau dan mampu menerapkan praktik segitiga restitusi ini dalam upaya menumbuhkan budaya positif di sekolah kita. 

Sumber : Modul Calon Guru Penggerak dan berbagai Sumber

Read More »
15 October | 0komentar

3 motivasi perilaku manusia


Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia: 
  1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak terpenuhinya kebutuhan mereka, bila mereka tidak melakukan tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal. 
  2.  Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan. Motivasi ini juga bersifat eksternal. 
  3.  Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.
Kebutuhan hubungan sosial merupakan kebutuhan tingkat ketiga dari Maslow. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ini hanya dapat terpenuhi bersama masyarakat, karena hanya orang lainlah yang dapat memenuhinya, bukan diri sendiri. Kebutuhan pengakuan merupakan kebutuhan untuk mendapatkan adanya penghargaan diri dan penghargaan prestise diri dari lingkungannya. 
Semakin tinggi status dan kedudukan seseorang, maka semakin tinggi pula kebutuhan prestise diri yang bersangkutan. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan puncak ini biasanya seseorang bertindak bukan berdasarkan dorongan orang lain, tetapi karena kesadaran dan keinginan diri sendiri. 
Berdasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa manusia sepanjang hidupnya selalu mempunyai berbagai kebutuhan. Apabila satu kebutuhan telah terpenuhi maka kebutuhan lain datang menyusul rangkaian kebutuhan manusia berturut-turut mulai dari yang paling mendasar.

Read More »
13 October | 0komentar