Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3

Calon Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Purbalingga 
Oleh : Sarastiana, S.Pd, MBA 



 MODEL 4F (FACTS, FEELINGS, FINDINGS, FUTURE) 
Jurnal refleksi adalah untuk menuangkan perasaan, gagasan dan pengalaman praktik baik yang telah dilakukan dengan memilih model refleksi Model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Sebagai refleksi pembelajaran dan aktivitas yang telah dilakukan di Learning Management System (LMS). Minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali dengan mempelajari konsep modul 3.3 Modul Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid mulai dari diri, Eksplorasi Konsep dilanjut kegiatan ruang kolaborasi, demostrasi kontekstual, Elaborasi Konsep dan koneksi antar materi dan Aksi nyata. 

1.Facts (Peristiwa) 
Modul 3.3 Pengelolaan program berdampak positif bagi siswa. Ini adalah paket modul terakhir untuk calon guru di Angkatan 6 Kabupaten Purbalingga melalui LMS. Kegiatan dimulai pada hari Rabu tanggal 1 Februari 2023 Mulai dari diri, di Ruang Kolaborasi 1 dan pada hari Rabu tanggal 9 Februari 2023 di Ruang Kolaborasi 2 dengan guru pendamping CGP Muhamad Syaefudin,SPd. Kemudian dilanjutkan dengan refleksi terbimbing dan demonstrasi kontekstual. Demonstrasi kontekstual merupakan rancangan program yang mempengaruhi siswa melalui pelaksanaan langkah-langkah BAGJA. BAGJA berarti mengajukan pertanyaan, mengambil pelajaran, mengeksplorasi mimpi, membuat rencana dan mengatur eksekusi. Setelah demonstrasi terkait konteks selesai, dampak positif dari modul pemahaman manajemen program 3.3 pada siswa diikuti pada hari Jumat, 11 November 2022. Kami CGP angkatan 6 Kabupaten Purbalingga menjelaskan kaitan antar materi pada Modul 3.3. Modul ini memberikan penjelasan tentang latar belakang judul dan kaitannya dengan modul sebelumnya. Kaitan dengan materi sebelumnya pada modul 3.2 Pemetaan Aset Sekolah dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dimana aset milik sekolah harus dikelola dengan baik untuk menggali potensi peserta didik agar tercapai maksimalisasi pendidikan sesuai dengan karakter dan usia peserta didik, sebagaimana cita-cita Ki Hajar Dewantara bapak pendidikan nasional. Aset sekolah meliputi modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan, modal ekonomi, modal politik, modal agama dan budaya. 

2.Feelings (Perasaan) 
Perasaan saya saat mempelajari modul ini yaitu membahagiakan sekaligus menyedihkan. Membahagiakan meskipun banyak tugas yang harus dikerjakan, Alhamdulillah, dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Jika pikiran diibaratkan sebuah gelas, berusaha saya kosongkan supaya saya bisa menerima ilmu yang saya pelajari dari PGP ini. Saya berupaya akan adanya perubahan sebagai guru sebelum dan sesudah mengikuti PGP karena tugas sebagai Guru Penggerak sangatlah luar biasa yaitu untuk mengimplementasikan Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid. Adapun hal yang menyedihkan adalah vicon terakhir kami dengan Fasilitator kami yaitu Ibu Sulastri yang selama kami menjalani program guru penggerak selalu sabar dan juga telaten membimbing kami dalam mengerjakan tugas-tugas di LMS. Meskipun kami belum pernah bertemu dengan beliaunya secara langsung, akan tetapi kedekatan beliau dengan kami, diibaratkan Ibu dengan anak. 

3.Findings (Pembelajaran) 
Modul 3.3 melengkapi pemahaman saya bahwa program yang dirancang dan dibuat harus memuat contents voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Membuat program yang berdampak pada siswa dilakukan melalui alokasi yang tepat dari sumber daya/peluang yang dimiliki oleh sekolah. Pemetaan aset yang benar memudahkan pengoptimalan program agar berjalan dengan lancar dan, tentu saja, membantu meminimalkan hambatan. Optimalisasi aset yang tepat tentu akan memudahkan terwujudnya visi dan misi sekolah. Modul ini juga akan menambah pengetahuan kita tentang CGP dalam mengelola program yang mempengaruhi siswa melalui strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting). Selain itu, kami juga diajarkan pentingnya analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dalam rencana program yang dibuat. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) ini juga berguna untuk memitigasi risiko pelaksanaan program yang berdampak pada siswa di SMK Negeri 1 Bukateja Modul pembelajaran 3.3 merupakan poin yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar lebih kreatif, inovatif dan sinergis untuk mengembangkan sumber daya yang ada di sekolah. Program yang dikelola dengan baik mempengaruhi kemandirian belajar dan tentunya menghasilkan siswa yang berprofil siswa pancasila. 

4.Future (Penerapan) 
Rencana ke depan dengan materi yang diperoleh sebagai CGP dibagikan dengan rekan kerja dan menerapkan apa yang saya pelajari di sekolah. Dalam penyusunan program yang direncanakan, tentunya perlu dicantumkan contents voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Saat menghadapi Purbalinggaa, CGP sudah tahu bagaimana meminimalkan risikonya.

Read More »
17 March | 0komentar

Aksi Nyata Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Setelah itu CGP Mengundang Semua Unsur dalam satu Komunikasi Diskusi

Pada Aksi Nyata di Modul 3.2 ini CGP mengidentifikasi Sumber Daya dengan melakukan survey kepada Kepala Sekolah, Guru, Siswa Tokoh Masyarakat, Komite sekolah dan Masyarakat Lingkungan sekolah.
Sumber daya sebagai suatu komunitas sekolah adalah suatu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri. Dalam pengelolaan sumber daya oleh Pemimpin Pembelajaran dalam pemanfaatan pada aset-aset sekolah yang dimiliki dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran. Pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi modal utama dalam membangun kekuatan atau potensi dalam ruang lingkup warga sekolah, lingkungan dan masyarakat, yang bermuara pada kebermanfaatan bagi peserta didik. Sebagai sebuah ekosistem di sekolah sumber daya yang ada saling berhubungan/ interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. 
Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana termasuk media pembelajaran dan sarana teknologi informasi.



Read More »
11 March | 0komentar

3.3.a.6 Demonstrasi kontekstual Modul 3.3



Oleh 
Sarastiana,SPd,MBA 
CGP Angkatan 6 Kab.Purbalingga 

Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid 


Tujuan Pembelajaran Khusus: 
CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA. 


Dasar filosofi KHD 
Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat) 


Poin Komponen Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan 
  • Bernalar kritis, mengembangkan pelajar yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. 
  • Kreatif mengembangkan pelajar menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan yang orisinal. 


Karakteristik Lingkungan Pendukung Tumbuhnya Kepemimpinan Murid yang Akan Dikembangkan :
Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. 

PRAKARSA PERUBAHAN 


Raih Mimpi melalui Literasi Digital 
  • Peserta didik membiasakan diri dengan kegiatan literasi secara digital mengenai kompetensi keahliannya masing-masing, 
  • Peserta didik membuat ringkasan yang telah dibaca pada kegiatan literasi digitalnya 
  • Peserta didik dapat memanfaatkan kegiatan literasi digitalnya dengan membuat mind map tentang kompetensi keahliannya secara mendalam 
Literasi digital telah bergeser dari literasi baca tulis konvensional dengan menggunakan media cetak ke media elektronik yang lazim disebut literasi digital. Mengupayakan peserta didik mampu membangun kebiasaan baik yakni literasi digital. Kegiatan ini bertujuan memahami dan menerapkan Literasi digital dalam kehidupan sehari-harinya dikarenakan orientasi siswa lulus sekolah adalah bekerja dan telah memahami kompetensi keahliannya secara mendalam.

TAHAPAN BAGJA








Read More »
11 March | 4komentar

7 Karakteristik Lingkungan Yang Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid

Literasi Digital Menumbuhkan Kepemimpinan Murid

Di dalam panduan Program Guru Penggerak (PGP) dari filosofi Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan anak adalah bahawa padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang tepat, maka kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang mendukung. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid adalah lingkungan di mana guru, sekolah, orangtua, dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri murid-muridnya secara optimal. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah: 
  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya. 
  2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
  3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. 
  4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. 
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. 
  6. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri. 
  7. Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Penjelasannya:
1. Pola pikir positif ini didapatkan oleh murid melalui pengalaman emosi positif di sekolah. Murid merasa aman, nyaman, dan merasa menjadi bagian dari komunitas sekolah, Murid merasakan keselarasan antara kebutuhan dan harapannya terhadap sekolah dan lingkungannya dengan pengalaman belajar yang didapatnya di sekolah. Lewat pengalaman emosi positif ini, murid akan mampu mengembangkan keterampilan inkuiri, menunjukkan sikap gembira, penuh syukur, saling mengapresiasi. Mereka memiliki kesadaran diri, sikap optimis sehingga dapat berperan aktif dan membuat perbedaan yang positif baik untuk dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya.
2. Di dalam lingkungan yang seperti ini, nilai-nilai tersebut kemudian akan mewujud menjadi atmosfer sekolah yang positif, di mana hubungan dan interaksi sosial yang terjalin di antara para murid, guru, orang tua maupun seluruh komunitas yang terkait akan terasa sangat positif dan kontributif.
3. Dalam lingkungan ini, murid akan belajar tentang nilai-nilai ketekunan serta kerja keras. Murid akan belajar untuk mampu melihat sejauh mana kemajuan proses belajarnya. Murid mampu mengerjakan tugas sekolahnya secara mandiri, memiliki pemahaman yang benar dan cakap sehingga berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Lingkungan yang seperti ini akan membantu murid untuk dapat menerapkan dan mempergunakan apa yang menjadi kekuatan dirinya dan memanfaatkan serta menerapkannya dalam berbagai konteks yang berbeda-beda.
5. Lingkungan yang seperti ini akan memberikan kesempatan bagi murid untuk melihat dirinya sebagai bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar di luar dirinya. Lingkungan ini akan memberikan peluang bagi murid untuk belajar melalui pelayanan kepada masyarakat dan komunitas di mana mereka akan dapat terus mengasah rasa kemanusiaan, kepedulian, dan rasa cinta kasih.
6. Lingkungan yang seperti ini akan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang menarik, menantang, dan bermakna, di mana dalam prosesnya murid akan merasa senang hati dan menikmati setiap momen pembelajarannya.
7. Lingkungan ini akan membantu murid untuk berani menerima tantangan, berjiwa besar, dan selalu bangkit lagi dan berusaha mencari solusi bila menemui kegagalan. Lingkungan ini akan memungkinkan murid untuk selalu mengambil pelajaran dari setiap kegagalan kegagalan yang dijumpainya dan berusaha untuk menemukan cara-cara alternative atau cara yang paling tepat. 
 (disadur dari Noble, T. & H. McGrath, 2016)

Read More »
07 March | 4komentar

Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid, Student Agency

Studen Agency, Pilketos Kansika 2022

Sesuai dengan postingan sebelumnya berkaitan dengan student agency,  murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. Tugas kita sebagai guru sebenarnya hanya menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka. 

Read More »
03 March | 0komentar

Kepemimpinan Murid (Student Agency)



"Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat" (Ki Hadjar Dewantara).


Melalui filosofi dan metafora “menumbuhkan padi”, Ki Hajar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid, kita harus secara sadar dan terencana membangun ekosistem yang mendukung pembelajaran murid sehingga mampu memekarkan mereka sesuai dengan kodratnya. Dengan demikian, saat kita merancang sebuah program/kegiatan pembelajaran di sekolah, baik itu intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler, maka murid juga seharusnya menjadi pertimbangan utama. Pertanyaannya kemudian adalah sejauh mana kita dapat menempatkan murid dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan program/kegiatan pembelajaran tersebut? Kita semua tentu sepakat bahwa murid-murid kita dapat melakukan lebih dari sekedar menerima instruksi dari guru. Mereka secara alami adalah seorang pengamat, penjelajah, penanya, yang memiliki rasa ingin tahu atau minat terhadap berbagai hal. Lewat rasa ingin tahu serta interaksi dan pengalaman mereka dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, mereka kemudian membangun sendiri pemahaman tentang diri mereka, orang lain, lingkungan sekitar, maupun dunia yang lebih luas. Dengan kata lain, murid-murid kita sebenarnya memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. 
Agar kita dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka kita perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik. Peran kita adalah: 
1. Mendampingi murid agar pengembangan potensi kepemimpinan mereka tetap sesuai dengan kodrat, konteks dan kebutuhannya. 
2. Mengurangi kontrol kita terhadap mereka


Saat murid memiliki kontrol atas apa yang terjadi, atau merasa bahwa mereka dapat mempengaruhi sebuah situasi inilah, maka murid akan memiliki apa yang disebut dengan “agency”. Agency dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk mempengaruhi fungsi dirinya dan arah jalannya peristiwa melalui tindakan-tindakan yang dibuatnya. Albert Bandura dalam artikelnya, Toward a Psychology of Human Agency (2006) mengatakan, bahwa menjadi seorang agent (seseorang yang memiliki agency) berarti orang tersebut secara sengaja mempengaruhi fungsi dan keadaan hidup dirinya. Dalam pandangan ini, pengaruh pribadi merupakan bagian dari struktur kausal. Orang-orang sebenarnya dapat mengatur diri sendiri, bersikap proaktif, meregulasi diri sendiri, dan merefleksikan diri. Mereka bukan hanya dapat menjadi penonton dari perilaku mereka sendiri, tetapi adalah kontributor untuk keadaan hidup mereka sendiri.
Lebih lanjut, dalam artikel yang sama Bandura juga mengatakan bahwa ada empat sifat inti dari human agency, yang dalam modul ini kita singkat dengan akronim IVAR untuk memudahkan mengingat, yaitu: 1. I - Intensi = Kesengajaan (intentionality). Seseorang yang memiliki agency bukan hanya memiliki sekedar niat, tetapi di dalam niat mereka sudah termasuk rencana tindakan dan strategi untuk mewujudkannya. Orang yang memiliki agency akan memahami bahwa dalam mewujudkan niatnya, ia juga harus mempertimbangkan keinginan pihak lain, sehingga berupaya untuk menemukan niatan bersama dan mengelola kesaling-tergantungan rencana. 
2. V - Visi = Pemikiran ke depan (forethought). Pemikiran ke depan di sini bukan hanya sekedar rencana yang mengarahkan masa depan. Mereka yang berpikiran ke depan menjadikan visi (representasi kognitif dari visualisasi masa depan) sebagai pemandu dan memotivasi tindakan-tindakan mereka saat ini. Hal ini membuat mereka menjadi individu yang bersemangat dan bertujuan. 
3. A - Aksi = Kereaktifan-diri (self-reactiveness). Seseorang yang memiliki agency, bukan hanya seorang perencana dan pemikir ke depan. Mereka juga seorang pengendali diri (self-regulator). Setelah memiliki niat dan rencana, ia tidak akan duduk diam dan menunggu. Mereka memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi aksi atau tindakan yang tepat dan untuk memotivasi serta mengatur eksekusinya.
4. R - Refleksi = Kereflektifan-diri (self-reflectiveness). Seseorang yang memiliki agency akan memiliki kesadaran yang baik akan fungsi dirinya. Mereka akan melakukan refleksi terhadap efikasi dirinya, kecemerlangan dan ketepatan pikiran dan tindakannya, dan kebermaknaan dari upaya yang mereka lakukan dalam pencapaian tujuan, serta akan melakukan perbaikan jika diperlukan. Kemampuan metakognitif untuk melakukan refleksi diri sendiri dan kecukupan pemikiran dan tindakan seseorang adalah sifat yang paling jelas dari orang yang memiliki agency.


Murid mendemonstrasikan “student agency” ketika mereka mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya. Mengingat bahwa kata agency ini belum ada padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia, maka untuk kepentingan pembahasan di dalam modul ini, maka istilah student agency ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai “kepemimpinan murid”. 
Mengacu pada OECD (2019:5), ‘kepemimpinan murid’ berkaitan dengan pengembangan identitas dan rasa memiliki. Ketika murid mengembangkan agency, mereka mengandalkan motivasi, harapan, efikasi diri, dan growth mindset (pemahaman bahwa kemampuan dan kecerdasan dapat dikembangkan) untuk menavigasi diri mereka menuju kesejahteraan lahir batin (wellbeing). Hal inilah yang kemudian memungkinkan mereka untuk bertindak dengan memiliki tujuan, yang membimbing mereka untuk berkembang di masyarakat.

Konsep kepemimpinan murid sebenarnya berakar pada prinsip bahwa murid memiliki kemampuan dan keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Kepemimpinan murid dapat dilihat sebagai kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri, yaitu ketika mereka berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar, maka mereka cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, murid-murid akan secara alamiah mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). 

Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini. Saat murid menjadi pemimpin dan mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri, maka hubungan yang tercipta antara guru dengan murid akan mengalami perubahan, karena hubungannya akan menjadi bersifat kemitraan.

Dalam hubungan yang bersifat kemitraan ini, saat murid belajar mereka akan: 
- berusaha untuk memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya 
- menunjukkan keterlibatan dalam proses pembelajaran 
- menunjukkan tanggung jawab dalam proses pembelajaran 
 - menunjukkan rasa ingin tahu 
- menunjukkan inisiatif 
- membuat pilihan-pilihan tindakan 
- memberikan umpan balik kepada satu sama lain. 

Di sisi lain, guru yang akan mengambil peranan sebagai mitra murid dalam belajar akan: 
- berusaha secara aktif mendengarkan, menghormati, dan menanggapi ide-ide, pendapat, pertanyaan, aspirasi dan perspektif murid-murid mereka
- memperhatikan kemampuan, kebutuhan, dan minat murid-murid mereka untuk memastikan proses pembelajaran sesuai untuk mereka 
- mendorong murid untuk mengeksplorasi minat mereka dengan memberi mereka tugas-tugas terbuka 
- menawarkan kesempatan kepada murid untuk menunjukkan kreativitas dan mengambil risiko 
- mempertimbangkan sejauh mana tingkat bantuan yang harus diberikan kepada murid berdasarkan informasi yang mereka miliki 
- menunjukkan minat dan keingintahuan untuk mendengarkan dan menanggapi setiap aktivitas murid untuk memperluas pemikiran mereka.

Untuk lebih memahami konsep kepemimpinan murid, Ibu/Bapak dapat membaca tabel berikut ini:


Sumber: Modul 3.3 Guru Penggerak Angkatan 6 Kab. Purbalingga

Read More »
02 March | 0komentar