Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Memimpin Sebuah Perubahan


Kemauan dan pergerakan untuk berubah menyesuaikan perkembangan yang dilakukan seorang pemimpin visioer di suatu organisasi/perusahaan saat ini merupakan jawaban atas perubahan paradigma baru bagi pemimpin. Menurut Daniel C. Kielson dalam Triantoro Safaria (2004:6), bahwa paradigma baru pemimpin dan organisasi moderen saat ini harus berorientasi pada lima aspek yang dapat diperbandingkan satu sama lain dengan aspek-aspek sebelumnya yang mulai ditinggalkan, masing-masing sebagai berikut:
Dalam tabel di atas ditunjukkan bahwa pada masa lalu organisasi masuk dalam sebuah era industri (industry era) yang banyak memperlakukan manusia sebagai faktor produksi, sementara pada era sekarang telah memasuki masa informasi (information era) yang menempatkan sumber daya manusia sebagai brainware dalam memperoleh sistem informasi dalam menghadapi perubahan. Stabilitas produksi, keuangan, pemasaran, dan masalah tenaga kerja pada masa lalu sebagai kekuatan perusahaan, pada era sekarang sebagai keharusan dalam memenangkan setiap persaingan. Pada masa lalu pengendalian (control) berbagai sumber daya perusahaan menjadi kekuatan penting, pada masa kini pemberian peluang dan kesempatan menerima tanggungjawab sebagai bentuk pemberdayaan (empowerment) menjadi lebih utama. 
Begitu pula pada masa lalu kompetisi untuk menjadi yang terbaik begitu ketat, sehingga kompetitor dianggap sebagai front musuh yang harus dilenyapkan demi pencapaian target sehingga seringkali mengabaikan etika bisnis (business ethic), etika organisasi (organization ethic), dan etika profesi (professional ethic) yang ada. Pemikiran ini berangkat dari cara pandang pimpinan yang menganggap bahwa para bawahan adalah orang yang malas sehingga harus diperintah jika ingin melakukan pekerjaan. Sementara organisasi perusahaan yang hidup sekarang ini memandang bahwa bekerjasama, membaur, menyatu, saling membantu, dan saling ketergantungan (interdependent) satu sama lain menjadikan kekuatan dalam mewujudkan tujuan. Pada masa lalu perusahaan selalu berorientasi pada barang (product oriented), sehingga pendekatan dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang muncul terkesan kaku (mekanik), terpecah-pecah (parsial), dan mengabaikan hak-hak karyawan yang telah ikut merintis dan membesarkan perusahaan. Dalam situasi seperti ini sulit akan tercipta lingkungan kerja yang kondusif untuk mengembangkan ide dan inovasi untuk membantu mempercepat dan mempermudah mencapai tujuan. 
Membangun hubungan dan membina komunikasi secara terus menerus antara pimpinan dan bawahan di tengah zaman yang dinamis ini adalah sebuah pilihan yang tepat. Paradigma baru telah menggantikannya dengan pandangan lama yang kaku menjadi fleksibel, sehingga seorang pimpinan dituntut memiliki kemampuan mengitegrasikan berbagai sumber daya secara holistik dan simultan. Organisasi yang masih tetap berorientasi pada pengendalian, hirarki, dan struktur yang mekanik akan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
Share this article now on :

Post a Comment