Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Tugas CGP. Show all posts
Showing posts with label Tugas CGP. Show all posts

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.2, Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 
Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching 

oleh
Sarastiana 
CGP 6 Kab. Purbalingga 
SMK Negeri 1 Bukateja 


Kegiatan Refleksi Diri Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching 

  • Di antara paradigma berpikir dan prinsip coaching di bawah ini, manakah yang sudah Anda miliki? Jawab : Semua telah dimiliki hanya jika digunakan rentang nilai antara 6 s.d. 8
  • Skala 1-10, jika 10 sudah dimiliki dan diterapkan setiap hari, 1 belum dimiliki, ada di angka berapakah Anda? Jawab : (Dapat dilihat pada table) 
  • Di akhir Program Guru Penggerak, Anda ingin meningkatkannya ke angka berapa? Di akhir Program Guru Penggerak , memotivasi diri untuk dapat meningkatkan ke angka 10. Dasar saya mengoptimalkan ke nilai 10 karena keyakinan dengan mempelajari modul-modul dan kolaborasi sesama CGP serta pemahaman konsep yang nantinya akan disampaikan oleh instruktur dalam mempelajari paradigma berpikir dan prinsip coaching, saya termotivasi untuk bisa melakukan sebuah perubahan. 
  • Saya meyakini bahwa melalui coaching, saya bisa bermanfaat bagi murid dan rekan sejawat saya , karena coaching ini sebagai langkah pengembangan kompetensi diri dan orang lain.


No

Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Nilai saat ini

1-10

lngin ditingkatkan ke 1-10

 

Paradigma Berpikir Coaching

 

 

1

Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

7

10

2

Bersikap terbuka dan ingin tahu

8

10

3

Memiliki kesadaran diri yang kuat

8

10

4

Mampu melihat peluang baru dan masa depan

7

10

 

Prinsip Coaching

 

 

1

Kemitraan

6

10

2

Proses kreatif

6

10

3

Memaksimalkan potensi

8

10







Read More »
30 November | 0komentar

2.3.a.3. Mulai Dari Diri - Modul 2.3

2.3.a.3. Mulai Dari Diri - Modul 2.3
 Sarastiana CGP Angkatan 6 Kab. Purbalingga 
SMK Negeri 1 Bukateja 

Kordinasi Supervisi Pembelajaran oleh Kepala Sekolah dan Waka Kurikulum


Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi? 
Selama men·adi guru tentunya pembelajaran saya pernah di supervisi oleh kepala sekolah, perasaan saya saat mendengar akan disupervisi ada perasaan khawatir, deg-degan padahal kegiatan ini sebenarnya rutin dilakukan. entah mengapa masih ada perasaan tidak nyaman mendengar istilah supervise. Perasaan yang ada adalah rasa khawatir karena banyak kekurangan pada diri saya. Pengalaman saya saat observasi dan pasca observasi. Sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh kurikulum saya membawa semua berkas administrasi perangkat pembelajaran keruang kepala sekolah, alhamdulillah perangkat pembelajaran yang telah saya siapkan telah lengkap. Untuk perangkat pembelajaran sudah lengkap. Supervisi di kelas XI.DPIB 1 dengan membawa RPP yang sudah di telaah. Dari kegiatan supervisi saya banyak masukan dari Kepala sekolah terutama pada bentuk apresiasi dengan menuliskan jawaban ana katas pertanyaan saya. agar ditulis pada papan tulis. Dari hasil supervisi ini sebagai refleksi untuk memperbaiki diri baik dari segi administrasi maupun kegiatan belajar mengajar di kelas. 

Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidi ? 
a. Sebelum melaksanakan diadakan brifing, kepala sekolah/ wakasek kurikulum memberikan penyampaian bahwa supervisi merupakan kegiatan saling berbagi pengalaman, bukan sebagai kegiatan untuk mencari kesalahan 
b. Kegiata n supervisi memberikan pemahaman bahwa ada ide atau cara baru dalam pembelajaran sehingga model pembelajaran lebih bervariatif dan inovatif sehingga pembelajaran lebih mudah dipahami murid 
c. Supervisi merupakan kebutuhan administratif yang perlu dilakukan dan menjadi salah satu komponen akreditasi sekolah. 
d. Dalam supervisi ada catatan yang dijadikan bahan untuk refleksi/ tindak Ianjut. 

Menurut Anda jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1 s.d 10 ? Situasi belum. ideal 1 dan situasi ideal 10 
Jika saya sebagai kepala sekolah yang harus melakukan supervisi saya berada di posisi 8, dimana masih ada guru yang takut untuk disupervisi, ada guru yang sudah di supervisi tetapi masih belum memperbaiki yang menjadi catatan saat supervisi ataupun belum melengkapi perangkat pembelajaran. 

Apa saja harapan yang anda lihat pada diri anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini? 
a. Saya berharap dapat memahami cara mengembangkan diri sebagai pendidik setelah kegiatan supervisi 
b. Terjadi perubahan cara berfikir dalam mengambil keputusan dalam menghadapi suatu kondisi atau permasalahan 
c. Terjadi perubahan cara berkomunikasi dengan murid dan rekan sejawat 
d. Mampu melaksanakan Coaching kepada murid don rekan sejawat

 Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini? 
a. Mempelajari materi-materi yang berisi contoh praktik Coaching yang konstektual antara guru-murid maupun dengan rejan sejawat 
b. Menerapkan praktik Coaching

Read More »
29 November | 0komentar

Ruang Kolaborasi Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

Tabel 3.1 Ide Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk Murid

KSE yang dikembangkan Bentuk Implementasi Skenario Penerapan
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran( apayang dilakukan dan dikatakan guru) Deskripsi tambahan: siapa yang terlibat, dimana, waktu dan durasi, dan kebutuhan/perlengkapan
Kesadaran Diri 1. Berdoa Guru meminta murid untuk memimpin berdoa “Sebelum pelajaran dimulai silahkan Ketua kelas untuk memimpin berdoa” Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat pembelajaran dari awal sampai akhir 1 menit.
2. Bernafas dengan kesadaran penuh Guru meminta murid utk berhenti melakukan kegiatan apaun dan menarik nafad dalam2 dan kemudian melepaskan perlahan sebanyak 3x “Marilah anak2 kita menarik nafas dalam2 kita focus pada pikiran kita apay g kita rasakan Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat pembelajaran dari awal sampai akhir, pada saat pembelajaran kurang lebih 4 menit.
Manajemen Diri 1. Berorganisasi, Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif Guru Meminta murid utk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (KBM) Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas, Instruktur pada saat kegiatan inti pembelajaran waktu sesuai dengan kegiatan KBM
2. Refleksi diri Guru melakukan refleksi/ menyimpulkan terhadap pembelajaran yang dilakukan. “Mari kita membuat kesimpulan Bersama dari kegiatan KBM dan diharapkan untuk semua siswa dapat merefleksikan diri dalam setiap kegiatan seperti mengelola emosi, focus Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas, waktu 10 menit
Kesadaran Sosial 1. Menghargai pendapat orang lain Guru meminta murid untuk saling menghargai pendapat atau ide2 dalam diskusi. “Mari kita menghargai pendapat/ide orang lain dalam setiap kegiatan diskusi" Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran
2. Menunjukan kepedulian pada orang lain Guru meminta siswa untuk berempati terhadap orang lain “Marilah kita sebagai mahluk social utk selalu peduli dengan rekan kita dan lingkungan” Yang terlibat murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran waktu setiap saat.
Keterampilan Relasi 1. Menerapkan 5S (senyum,salam,sapa, sopan dan santun) Guru membiasakan kepada siswa untuk menerapkan 5S baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. Yang terlibat adalah semua ekosistem sekolah waktu fleksibel. Perlengkapan Poster budaya positif
2. Pembelajaran kolaboratif yg berdiferensiasi Guru membuat pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa Yang terlibat adalah guru siswa tempat dilingkungan sekolah
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab 1.Strategi sederhana yang digunakan untuk menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggungjawab dengan strategi kerangka POOCH (Problem,Option,Outcome,Chois) Menyadari bahwa berpikir kritis sangat berguna baik didalam maupun diluar kelas Guru membimbing mmengarahkan dan membantu kemampuan mengambilkan keputusan yang bertanggungjawab Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatan inti pembelajaran
2. Pendekatan personal Jika ada siswa yang melanggar keyakinan kelas guru memanggil siswa tersebut utk kelas melakukan pendekatan personal sesuai dengan segitiga restitusi “Cob akita pahami dan kita terapkan tentang keyakinan kelas yang telah disepakati” Yang terlibat adalah guru dan murid di kelas pada saat kegiatandilingkungan. Poster keyakinan

Tabel 3.2 Ide Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional untuk Rekan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah
 
Bentuk (Menjadi Teladan, Belajar atau Berkolaborasi) KSE yang akan dikembangkan Skenario Penerapan
Deskripsi Kegiatan Penguatan Deskripsi tambahan: siapa yang terlibat, di mana, waktu dan durasi, dan kebutuhan/perlengkapan
Kolaboratif Manajemen diri MGMP Sekolah Guru mapel masing-masing MGMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran awal tahun pelajara Kebutuhan/ Pelengkapan: Silabus/CP, Sumber belajar, Internet, Laptop, ATK.
Menjadi teladan Ketrampilan berelasi Mempraktekan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif, misalnya dalam setiap kepanitiaan Yang terlibat adalah guru, pelaksanaannya di sekolah sebelum dan saat pelaksanaan kegiatan, yang dibutuhkan adalah program kerja, laptop, ATK
Belajar Manajemen diri IHT merancang dan membuat media pembelajaran Yang terlibat adalah guru, pelaksanaannya di sekolah di awal tahun pembelajaran, yang dibutuhkan adalah Nara sumber, Materi,laptop, jaringan internet

Read More »
27 November | 0komentar

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 CGP

 



Pembelajaran Sosial-Emosional


Perasaan kesal, marah, stress dan cemas sebagai seorang pendidik/guru kita tentu pernah atau bahkan sering kita hadapi karena perilaku murid atau mendapat tugas tambahan dari kepala sekolah. Ketika menghadapi situasi tersebut, bagaimana kita menghadapinya ? Siswa yang kita bimbing pun sering menghadapi masalah serupa ; tidak fokus, Jenuh, stress, cemas dan marah ketika berada dalam pembelajaran. Murid-murid juga mengalami situasi yang sama. Dihadapkan dengan berbagai tantangan untuk dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan Tugas yang harus diselesaikan, dengan jumlah mapel yang banyak. Baik tugas-tugas akademik, maupun tugas lain misalkan ekstrakurikuler dan tugas pengurus osis, bahkan mereka juga harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, hubungan dengan teman sebaya, mencapai kemandirian dan tanggung jawab diri dalam keluarga dan masyarakat, menyiapkan rencana studi dan karir dikehidupan nyata.
Menghadapi berbagai situasi dan tantangan yang kompleks ini, baik pendidik maupun murid membutuhkan berbagai bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengelola kehidupan personal maupun sosialnya. Pembelajaran di sekolah harus dapat mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, baik aspek kognitif, fisik, sosial dan emosional.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam.dan menyelesaikan masalahDan tentunya untuk mengajarkan menjadi orang yang berkarakter baik.PSE memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia. Pembelajaran sosial-emosional adalah tentang pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaboratif untuk anak dan orang dewasa memperoleh dan menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional


Pembelajaran Sosial-Emosional


Pembelajaran sosial dan emosional menurut kerangka CASEL bertujuan untuk mengembangkan 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE), di antaranya adalah:
  1. Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
  2.  Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Bagaimana Penerapan PSE di sekolah dan kelas ? PSE dapat dilaksankan di sekolah dengan cara :
1. Rutin ( diluar waktu belajar sekolah )
2. Terintegrasi dalam pembelajaran
3. Protokol ( sesuai dengan budaya atau aturan sekolah )
Kompetensi Sosial - Emosional dapat dilaksanakan di kelas dengan teknik STOP. Teknik ini bisa dilaksnakan untuk melatih kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.




Keterkaitan Modul dengan Materi Sebelumnya


Filosofi KHD , Nilai dan Peran Guru Penggerak

Dengan memiliki keterampilan sosial- emosional dalam pembelajran berarti kita sudah mnerapkan filosofi pendiidkan Kihajar dewantara yaitu pendtingnya pembelajaran budi pekerti bagi murid, agar bisa memperoleh kebahagiaan setinggi-tingginya sbagai warga masyarakat. seperti dalam tulisannya : ' “Pendidikan Budi Pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “Tri Sakti”, yaitu: cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan), sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga/perbuatan. Pembelajaran budi pekerti adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik. Hasil dari pembelajaran budi pekerti adalah bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.” Dengan KSE guru dapat menuntun murid untuk menuntun segala kodrat alam dan kodrat zaman yang ada pada anak sehingga mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setingii-tingginya sebagai individu dan anggota masayarakat.

Peran dan Nilai Guru Penggerak

Pembelajaran sosial emosional dpat menumbuhkan peran dan nilai guru penggerak dalam mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat kepada murid. Dengan PSE guru dapat mengelola emosinya sehingga proses pembelajaran yang berpusat pada musrid akan berjalan dengan seimbang . Guru dapat mencipatakan 'well being" ekosistem pendidikan di sekolah, sehingga pembelajaran akan menjadi nyaman, sehat dan membahagian bagi murid.

 Visi Guru Penggerak dan Budaya Positif

Guru harus mmapu menggunakan segala kekutan dan potensi yang ada untuk mengembangkan budaya positif di sekolah. Maka dengan PSE guru dapat mengenali dan memahami emosi masing- masing yang sedang dirasakan sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif secara baik sesuai dengan kesadaran diri (self awarness). Bila hal itu tercapai maka murid dengan kesadaran penuh (mindfulness) menerapkan budaya positif tersebut.

Pembelajaran Berdiferensiasi



Pembelajaran Berdiferensiasi Kompetensi Sosial-Emosional (KSE) murid berkembang, maka aspek akademik merekapun berkembang. Hal ini selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.

Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya. Dukungan di sini bisa berupa kesiapan sosial emosional mereka untuk mengikuti pembelajaran, serta bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar mereka.Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar). ke-3 komponen ini disebut dengan kebutuhan belajar murid.


KESIMPULAN



Jika guru menerapka PSE di sekolah maka akan menjadi budaya postif . Budaya postif tersebut diharapkan bisa mendorong pemenuhan kebutuhan belajar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.Dan akhirnya pembelajaran akan dilaksankan sesuai dengan kebutuhan murid ( Pembejaran berdiferensiasi)


SUKSES DAN BAHAGIA



Read More »
20 November | 0komentar

2.2.a.4.1.a. Eksplorasi Konsep CGP Angkatan 6




Kasus 1.
Pengantar dan Latar Belakang: 
Bapak Eling adalah seorang guru PPKN SMP selama lebih dari 15 tahun. 5 tahun belakangan, ia juga berperan sebagai wakil kepala sekolah bidang kemuridan. Selain mengajar PPKN, perannya sebagai wakil kepala sekolah memberikannya tanggungjawab untuk merancang kebijakan pendisiplinan murid, melakukan supervisi dan sebagai pendamping dalam kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kemuridan. Pada bulan September, kepala sekolah menunjuk Bapak Eling sebagai ketua panitia perayaan ulang tahun sekolah.
Bacalah dan lakukan refleksi setelah membaca :
Saat itu jam pelajaran terakhir. Sebelum rapat panitia besar ulang tahun sekolah untuk memfinalisasi acara, Bapak Eling masuk ke kelas 9 untuk mengajar mata pelajaran PPKN. Sejak pagi, Bapak Eling sudah mengajar 3 kelas yang berbeda secara berurutan. Pada pelajaran ini, anak-anak diizinkan menggunakan gawai mereka untuk mengerjakan proyek kelompok. Setelah beberapa saat Bapak Eling melakukan pengecekan apakah setiap murid bekerja sesuai tugas dan tanggung jawab mereka. Saat mendekati meja salah satu murid, Diana, Pak Eling mendapati muridnya itu sedang menggunakan gawainya untuk mengerjakan tugas pelajaran lain. Bapak Eling spontan mengeluarkan kata-kata dengan nada tinggi. “Jadi ini yang dari tadi kamu lakukan?” Seisi ruang kelas terkejut. Wajah Diana memerah. Ia tampak malu dan tidak menyangka Bapak Eling merespon sekeras itu.

Kasus diatas sesuai dengan modul 2.2 kita diminta untuk menjawab  pertanyaan berikut:
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas. 
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE kesadaran diri yang berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda.

Jawab :
1. Bapak Eling marah karena merasa tidak dihargai saat salah satu murid tidak melakukan instruksinya atau bisa juga Bapak Eling merasa kewalahan atau ketakutan (cemas) karena tidak bisa menangani kelas. 
2. menerapkan latihan berkesadaran penuh (mindfulness) sambil mengembangkan kompetensi kesadaran diri (self awareness). Untuk mencapai pemahaman kesadaran diri dan mampu mengenali emosinya, Bapak Eling dapat mempraktikkan kesadaran penuh (mindfulness). Teknik STOP adalah salah satu teknik mindfulness yang dapat digunakan untuk mengembalikan diri pada kondisi saat ini dengan kesadaran penuh. STOP yang merupakan akronim dari: Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan. Take a deep Breath/ Tarik napas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk, napas keluar. Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat Anda lakukan. Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap yang lebih positif.

Seandainya Anda adalah Bapak Eling, apa yang akan Anda lakukan? Seandainya saya menjadi Bapak Eling, saya akan menasehati Diana dengan baik, supaya tidak mengerjakan pelajaran lain di saat pelajaran saya. Saya ingatkan untuk semua murid supaya mempunyai sifat menghargai, menghormati Guru, karena Guru adalah orang tua kedua di sekolah, jadi jangan sampai kecewakan Guru. Atau saya akan bertanya ke Diana dan yang lainnya, bagaimana perasaan Diana kalau Diana menjadi saya (Guru) apakah akan merasa sakit hati atau biasa saja? nah biarlah anak bisa berpikir, supaya ini bisa menjadi pendidikan karakter dan supaya teringat lama di memori.

Kasus 2.

Setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir, Bapak Eling memimpin rapat panitia besar yang akan memutuskan revisi akhir acara. Rapat yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam menghasilkan tugas baru bagi Pak Eling untuk mempelajari perubahan proposal acara. Pak Eling perlu memastikan semua perencanaan, pengaturan personil, dan pengaturan anggaran sudah tepat. Sesuai rencana, panitia acara sudah harus mulai bekerja setelah proposal disetujui oleh kepala sekolah. Oleh karena itu, Bapak Eling diminta untuk mengirimkan proposal ini kepada kepala sekolah selambat-lambatnya lusa. Karena mendahulukan proposal ini, Bapak Eling pun lupa menyiapkan rubrik untuk pembelajaran PPKN keesokan harinya. Paginya, Bapak Eling, masuk kelas dan lupa mengunduh rubrik proyek PPKN sehingga proses pembelajaran sempat tersendat. Pada akhirnya, semua pekerjaan tidak ada yang terselesaikan sampai sehari sebelum hari pengumpulan.

Pertanyaan diskusi: 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas
2. Berdasarkan pemahaman Anda tentang KSE manajemen diri berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda
Jawaban:
1. Situasi yang dihadapi Bapak Eling adalah Pak Eling kurang dapat membagi manajemen waktu dan membagi beban kerja pada tugas tambahan. Seharusnya sebagai Guru harus lebih memprioritaskan tugas pokok sebagai Guru sebelum mengerjakan Tugas Tambahan di sekolah seperti menjadi Ketua Panitia 17 Agustus di sekolah. Dan seharusnya panitia yang lain juga bisa bekerja dengan baik, bukan semuanya harus dikerjakan oleh Pak Eling selaku ketua panitia.
2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah:
  • Pengelolaan emosi dan fokus, yaitu bapak Eling harus bisa mengelola emosi dan fokus agar dapat terlaksana semua tugas dalam waktu yang bersamaan, menjadi Guru (mengajar) dan juga menjadi ketua Panitia 17 Agustus di sekolah. 
  • Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik, hal ini sangat dibutuhkan oleh pak Eling karena sebagai ketua Panitia harus bisa bekerja sama dengan guru lain supaya pekerjaan menjadi ringan dan pak Eling tidak terlalu banyak bebannya.
3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan 
  •  Sebagai Guru saya akan lebih memprioritaskan bahan ajar untuk mengajar, jadi lebih baik semua administrasi mengajar, bahan ajar kita siapkan pada waktu awal tahun ajaran baru, bahkan sebelum KBM dimulai, kita sudah siap, sehingga bila sewaktu-waktu kita sibuk dengan kegiatan lain, kita sudah mempunyai bahan nya dan tidak mungkin terlewat karena sudah kita persiapkan jauh-jauh sebelunya. 
  • Saya akan membuat jadwal kegiatan harian saya supaya tidak ada yang terlewatkan, sehingga saya akan melakukan checklist terhadap hal-hal yang sudah saya kerjakan 
  • Kerja sama yang baik dengan rekan Guru sesama Panitia, agar melaksanakan tugas sesuai dengan tupoksi sehingga saya selaku Ketua hanya memantau dan mendampingi.

Kasus 3 
Saat mempelajari proposal acara 17 Agustus di antara jam mengajar dan mengoreksi pekerjaan murid-murid, Bapak Eling menyadari salah seorang murid kelas 10 yang berprestasi dalam kejuaraan renang tidak mengumpulkan tugasnya. Pak Eling memanggil murid tersebut. Murid tersebut mengungkapkan pada Bapak Eling bahwa dia sebenarnya merasakan lelah dan mengantuk saat berada di dalam kelas maupun di rumah karena latihan keras menjelang kejuaraan bulan depan. Bapak Eling menilai, seharusnya murid tersebut bekerja lebih keras sebagai konsekuensi dari pilihannya menjadi murid atlet.
Jawaban:
 1. Situasi yang dialami bapak Eling adalah Pak Eling kecewa terhadap siswa yang merupakan atlet renang tetapi tidak bisa menjunjung sikap bertanggungjawab, konsekuen dan disiplin karena tidak mengumpulkan tugas pada waktunya.
2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah empati terhadap murid atlet tersebut. Bapak Eling harus berlatih untuk bisa berempati terhadap keadaan murid yang merupakan seorang atlet, yang harus berlatih keras untuk dapat menjadi juara dan membawa naik baik sekolah dan daerahnya. Setelah berempati, maka Bapak Eling tetap harus membuat murid tersebut mindfullnes , supaya hidupnya bermakna dengan tetap menjalankan keduanya dengan seimbang dan tidak ada yang dikorbankan, menjadi murid yang baik dan atket yang handal. 
3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan latihan kesadaran penuh (mindfullnes) sehingga murid tersebut dapat mengerjakan kedua tugas sebagai murid dan atlet dengan seimbang. Memberikan nasehat yang berisi motivasi diri yaitu diminta untuk bisa membagi waktu supaya kedua kegiatan bellajar dan latihan dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan menjadi murid yang berprestasi dan atlet yang handal.

Kasus 4 
Setelah selesai memeriksa proposal acara 17 Agustus, Bapak Eling mengirimkan proposal tersebut kepada kepala sekolah. Ternyata proposal yang dikirimkan oleh Bapak Eling dinilai tidak sesuai oleh kepala sekolah. Kepala Sekolah meminta agar isinya sesuai dengan pengarahan awal yaitu agar acara lebih banyak melibatkan orang tua murid. Bapak Eling tidak menyangka jika dia harus melakukan koreksi dan koordinasi ulang dengan tim acara. Revisi proposal tentu akan memakan waktu lagi dan Bapak Eling sudah membayangkan ini akan menghambat tugas-tugasnya yang lain. Bapak Eling mengungkapkan hal ini kepada wakil ketua panitia. Bapak Eling mengungkapkan bahwa dia tidak mau mengubah proposal dan meminta Wakil Ketua Panitia tersebut yang merevisi proposal. 


Pertanyaan diskusi. 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE keterampilan berelasi berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda. 

Jawaban:
1. Situasi yang dialami bapak Eling Pak Eling merasa kecewa karena harus mengulang proposal acara 17 Agustus, di saat yang bersamaan banyak tugas yang harus Pak Eling selessaikan. Akhirnya karena ada perasaan takut tidak menyelesaikan semua tugas dengan tepat waktu maka Pak Eling langsung menunjuk wakil ketua untuk merevisi proposal kegiatan 17 Agustus. Dan Pak Eling karena kecewa sekali maka menyampaikan kepada wakil ketua bahwa pak Eling tidak berkenan untuk mengganti proposal sesuai dengan permintaan Kepala sekolah. 

2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah Kemampuan Kerja sama dan resolusi konflik, karena ini yang sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin atau ketua pelaksana kegiatan. Pada saat seorang pemimpin dapat mengendalikan emosi dan sosialnya tinggi maka akan menjadi pemimpin yang baik,yang dapat bekerja sama, mengatur emosi. 

 3. Seandainyan saya adalah bapak Eling, maka saya akan melakukan melakukan preventif dahulu, artinya saya akan fokus dengan hal yang diharapkan kepala sekolah mengenai kegiatan 17 agustus, jadi dalam pembuatan proposal diharapkan benar tidak perlu revisi. Bila memang harus di revisi maka saya akan bekerja sama dengan rekan panitia yang lain untuk membagi tugas, sehingga bukan saya yang membuat dan merevisi proposal, karena kan tiap panitia mempunyai tupoksi masing-masing. Saya akan berusaha keras untuk membagi waktu sebaik mungkin, menjalin kerja sama antar panitia untuk menghindari atau menyelesaikan konflik yang mungkin muncul.

Kasus 5
Setelah bekerja selama 5 tahun di sekolah yang sama, Bapak Eling merasa mulai kewalahan dengan berbagai tanggung jawab tambahan yang harus dijalankan. Bapak Eling mendapatkan tanggung jawab ekstra karena dipercaya oleh kepala sekolah. Kepala sekolah melihat pengalaman Bapak Eling sudah jauh lebih banyak dibandingkan guru-guru yang lain. Itu sebabnya, Bapak Eling diminta untuk menjadi penanggung jawab beberapa acara penting di sekolah, menjadi wakil sekolah di forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Awalnya Bapak Eling merasa tugas tambahan tersebut sangat menantang. Namun saat ini, dia tidak merasa tertantang lagi. Ditambah dirinya merasa bahwa akhir-akhir ini, kinerjanya sebagai guru juga semakin menurun. Karena itu, Bapak Eling terpikir untuk menulis surat pengunduran diri. 

Pertanyaan diskusi. 
1. Apakah situasi yang dihadapi Bapak Eling? Mohon uraikan dengan singkat, padat, dan jelas.
2. Berdasarkan pemahaman tentang KSE keterampilan berelasi berlandaskan kesadaran penuh (mindfulness) yang sudah Anda pelajari, bagaimana Bapak Eling dapat merespon situasinya dengan kompetensi tersebut? Jelaskan alasan Anda. 
Jawaban:
 1. Situasi yang dialami bapak Eling Bapak Eling mengalami kewalahan atas semua tugas tambahan di sekolah, yang membuat dirinya tidak bisa menjadi guru yang baik karena kualitas mengajarnya makin menurun. Awalnya tugas tambahan itu menambah motivasi buat bapak Eling ternyata justru bomerang untuk Pak Eling, maka beliau memutuskan untuk mengundurkan diri 
 2. Kompetensi Sosial dan Emosional yang dibutuhkan oleh Bapak Eling untuk menghadapi kasus tersebut adalah Pengambilan keputusan yang ertanggung jawab. Karena kegalauan bapak Eling yang akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari sekolah. Seharusnya bapak Eling mempertimbangkan baik- baik keputusan yang diambil, masalah beban bisa dibicarakan kepada kepala sekolah supaya mencapai tujuan yang paling tepat.

Read More »
15 November | 2komentar

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi 
Oleh 
Sarastiana,SPd,MBA 
SMKNegeri 1 Bukateja 



Pembelajaran Berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. 
Pembelajaran Berdiferensiasi dapat dilakukan di kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut: 
1. Merumuskan tujuan pembelajaran 
2. Memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan profil murid. 
3. Menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan positif 
4. Melakukan penilaian yang berkelanjutan / on going assessment 
5. Melakukan diferensiasi konten, produk, dan proses 

Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal dikarenakan pembelajaran berdiferensiasi berpihak pada murid, menciptakan lingkungan belajar yang positif, kolaboratif dan saling menghargai, serta adanya strategi pembelajaran didasari oleh kebutuhan murid meliputi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi yaitu 
1. Diferensiasi Konten 
Adalah mendiferensiasikan materi pembelajaran kepada murid berdasarkan kebutuhan, dilihat dari kesiapan belajar murid secara konkret abstrak, minat belajar murid dengan mempersiapkan topik atau materi sesuai minat siswa, profil belajar siswa sesuai gaya belajar, audio, visual, atau kinestetik. 
2. Diferensiasi Proses 
Adalah usaha untuk membantu murid memahami materi pembelajaran dengan memberi beberapa kegiatan atau scaffolding sesuai dengan kebutuhan murid. 
3. Diferensiasi Produk 
Produk berupa tagihan atau hasil yang diharapkan dari murid setelah proses pembelajaran, baik berupa hasil tes, presentasi atau diskusi, pertunjukkan, pidato, diagram dan lainnya yang mencerminkan pemahaman murid dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berdiferensiasi terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan murid yaitu dari kesiapan belajar murid (lambat-cepat, konkret – abstrak, mandiri - bantuan, minat murid, profil belajar murid yang meliputi gaya belajar, latar belakang, dan kecerdasan). 
Kesiapan belajar murid atau readiness adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru diibaratkan seperti “The Equalizer” dari yang bersifat mendasar menuju bersifat transformatif, konkret ke abstrak, sederhana ke kompleks, terstruktur ke terbuka (open-ended), tergantung ke mandiri, dan lambat menjadi cepat. Sedangkan dalam minat belajar maka terdapat “Cocokkan” yaitu mencari kecocokan antara minat murid dengan tujuan pembelajaran, “Koneksikan” berarti menunjukkan koneksi antar materi pembelajaran, “Jembatani” yaitu menjembatani pengetahuan awal dengan pengetahuan baru, dan “Memotivasi” yang memungkinkan tumbuhnya motivasi murid untuk belajar. 
Dalam profil belajar murid maka perlu mengidentifikasi lingkungan belajar, misalnya terkait dengan suhu ruangan, tingkat kebisingan, jumlah cahaya, kemudian pengaruh budaya dari santai menjadi terstruktur, pendiam ke ekspresif, personal ke impersonal, gaya belajar murid juga dengan mengidentifikasi yaitu bisa visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengarkan), kinestetik ( belajar sambil melakukan), kecerdasan majemuk (multiple intelegences), visual ke spasial, musical bodily kinestetik, logic matematika. 
Kaitan antar materi dengan modul sebelumnya yaitu Filosofi pendidikan KHD pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan Merdeka Belajar. Berdasarkan pemikiran KHD pendidikan adalah menuntun anak sesuai kodrat alam dan zaman dengan berpihak pada anak sesuai perkembangan minat, bakat dan potensi anak. Hal ini berkaitan erat dengan pembelajaran berdiferensiasi yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada anak dengan cara memetakan kebutuhan murid sesuai kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar anak. 
Kaitan dengan Nilai dan peran Guru penggerak bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan Merdeka Belajar apabila guru penggerak telah memiliki nilai guru penggerak dan menerapkan peran guru penggerak. Nilai guru penggerak meliputi : mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Dan peran guru penggerak meliputi menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. 
Kaitan dengan visi guru penggerak, seorang guru penggerak tentunya memiliki visi untuk mewujudkan merdeka belajar yang sesuai profil pelajar Pancasila, dengan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada anak yang selaras dengan pembelajaran berdiferensiasi menyesuaikan kebutuhan belajar anak berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Untuk menciptakan pembelajaran berdiferensiasi guru penggerak harus mampu berkolaborasi dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh sekolah sehingga mampu mendukung terwujudnya visi dan mendukung perkembangan murid berdasarkan pemetaan kebutuhan murid. 
Kaitan dengan Budaya Positif, Budaya positif adalah perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Lingkungan belajar yang mendukung diferensiasi dibangun dengan menerapkan budaya positif yaitu : 
1. Komunitas belajar setiap orang di dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut oleh orang lain. 
2. Setiap orang di dalam kelas saling menghargai 
3. Murid merasa aman, menciptakan murid berani dalam mengemukakan pendapat 
4. Ada harapan bagi pertumbuhan yang ditunjukkan murid. Pertumbuhan setiap murid berbeda-beda walaupun hanya sedikit guru tetap mengapresiasinya. 
5. Guru mengajak murid untuk mencapai kesuksesan, pengalaman belajar mendorong murid lebih cepat, sedikit melampaui apa yang telah dikuasainya, guru memberikan dukungan sehingga murid tidak merasa frustasi tetapi mencapai kesuksesan. 
6. Adanya bentuk keadilan dalam bentuk nyata. Semua murid berhak mendapatkan perlakuan yang sama di dalam kelas. 
7. Guru berkolaborasi dengan murid untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan bersama, adanya tanggung jawab masing-masing agar pembentukan dan tercipta kelas yang efektif. Guru sebagai pemimpin kelas memiliki peran sangat penting dalam mengembangkan lingkungan belajar yang positif.

Read More »
10 November | 0komentar

Jurnal Refleksi Diri Pembelajaran Berdiferensiasi (Modul 2.1)


Modul 2 merefleksikan hasil dari kegiatan di LMS dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi Minggu ke-10 ini membahas materi pada Modul 2.1 bertemakan Pembelajaran Berdiferensiasi. Refleksi ini ditulis sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi menggunakan Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).

Peristiwa 
Perjalanan mempelajari modul 2.1 merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya yaitu modul 1. Kegiatan diawali dengan pre-test, Dengan soal Panjang sempat terkendala jaringan, hampir dalam mengerjaannya tidak cukup waktu. Pembelajaran menggunakan alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Mulai dari diri merupakan awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep pemikiran kita dari modul yang sudah dipelajari, diskusi dengan rekan CGP dalam ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator, mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah dipelajari, dan diakhiri dengan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. 
Keyakinaan Kelas Modul 1.4

Perasaan 
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat penasaran karena sebagai guru harus memberlakukan siswa sesuai dengan karakteristiknya. Selama ini hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga yang saya kejar adalah ketuntasan materi. Efek/ dampak yang ada mengabaikan bahwa ada banyak keragaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai filosofi dari KHD tentang belajar adalah menuntun murid mencapai tujuan, dan tentunya guru tidak bisa memaksa masing-masing murid untuk melewati jalan yang sama dalam mencapai tujuannya, namun guru dituntut bisa memfasilitasi murid dengan berbagai jalan alternatif yang sesuai dengan kebutuhan murid. 

Pembelajaran 
Pembelajaran berdiferensiasi didesain agar guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam kebutuhan belajar murid. Guru harus memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan : bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi : diferensiasi konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang. Harapannya, semua murid bisa memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga lingkungan yang aman dan nyaman pun akan didapatkan murid. 



Penerapan
Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara efektif, maka perlu pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan, minat dan profil belajar murid, agar guru dapat menentukan perbedaan konten, proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Yaitu dengan asesmen diagnostic non kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara dengan sesama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan pengetahuan baru, sehingga dalam prakteknya butuh proses dan terus belajar. Semoga dapat berkontribusi dalam transformasi pendidikan di Indonesia, murid menjadi aset yang kelak menjadi pemimpin bangsa.

Read More »
01 November | 0komentar