Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Sumatif Tengah Semester (STS)?

Antara Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Sumatif Tengah Semester (STS)

Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester (PTS) Gasal Tahun Pelajaran 2022/2023 untuk Kurikulum 2013 akan dilaksanakan pada minggu depan. PTS dilaksanakan dengan kriteria pelaksanaan PBM telah berlangsung 8 s.d. 9 pertemuan. Pelaksanaan di SMK Negeri 1 Bukateja baru dilaksanakan tanggal 26 s,d, 39 September 22022. Pada kurikulum Merdeka tidak mengenal PTS. 
Kurikulum Merdeka di SMK Negeri 1 Bukateja pelaksananya baru pada tahun ajaran 2022/2023, berarti baru dilaksanaakan untuk kelas X. Sementara Kelas XI dan XII masih menggunakan KTSP. 
Pada penerapan kurikulum merdeka terdapat beberapa istilah yang berupah. Diantaranya pada KTSP istilah penilaian berubah menjadi asesmen., silabus berubah menjadi ATP (alur tujuan pembelajaran), KI/KD berubah menjadi Capaian pembelajaran dll. 
Di dalam dokumen resmi yang mengatur kurikulum merdeka tidak diatur atau belum diatur istilah Sumatif Tengah Semester (STS) atau istilah lain berkaitan dengan penilaian hanya berubah dengan istilah asesmen. Meskipun beredar istilah Sumatif Tengah Semester (STS), tetapi sesuai dokumen resmi yang mengatur tentang kurikulum merdeka belum ditemukan istilah tersebut. Lantas bagaimana dengan kegiatan kelas X? 
Di dalam Kurikulum Merdeka, terdapat dua bentuk penilaian (asesmen), yaitu Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif. Kedua bentuk penilaian tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar, meskipun sama-sama berfungsi sebagai asesmen di dalam pembelajaran. Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 
Pada Kurikulum Merdeka, Satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran. Satuan pendidikan dan pendidik juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi pengolahan hasil asesmen sesuai kebutuhan. Satuan pendidikan dan pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Bahkan sangat diperbolehkan jika penilaian tengah semester tidak dilaksanakan. Ini beberapa contoh dari sekolah SMK disekitas kami juga tidak melaksanakan PTS. Untuk nilai diserahkan kepada masing-masing guru pengampu. Bentuk keleluasaan strategi tersebut.

Sumatif Tengah Semester (STS)



Prinsip Penilaian pada Kurikulum Merdeka Prinsip asesmen di dalam Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut. 
  1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. 
  2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen aga 
  3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai selanjutnya. 
  4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut. 
  5. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 

Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif pada Kurikulum Merdeka Merujuk Permendikbudristek nomor 21 tahun 2022 tentang Standar Penilaian disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik dapat berbentuk penilaian formatif dan sumatif. 
1. Penilaian Formatif 
Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar dan perkembangan belajar peserta didik. Penilaian formatif merupakan bagian dari langkah-langkah pembelajaran, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang merupakan bagian dari praktik keseharian pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar di kelas. 
Penilaian formatif dilaksanakan untuk merefleksikan proses belajar dan tidak menentukan nilai akhir peserta didik. Oleh karena itu, asesmen formatif melibatkan aktivitas guru dan peserta didik yang bertujuan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Tujuan asesmen formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, tidak hanya untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Selain itu, asesmen formatif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Pendidik dapat menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah atau memodifikasi pembelajaran agar lebih efektif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik. 

Penilaian Tengah Semester


2. Penialaian Sumatif 
Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menegah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik itu sendiri dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP). 
Hasil asesmen sumatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mengukur konsep dan pemahaman peserta didik, serta mendorong untuk melakukan aksi dalam mencapai kompetensi yang dituju. Di dalam asesmen sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran berikutnya. 
Asesmen sumatif dapat juga diartikan sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi. Asesmen sumatif dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan. Kegiatan asesmen sumatif dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai. 
Asesmen sumatif menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai keputusan pada kinerja peserta didik. 
Asesmen sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis. Asemen sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi peserta didik dan diarahkan pada pelaporan di akhir suatu program studi. 
Fungsi asesmen sumatif, yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman peserta didik dan sebagai sarana memberikan umpan balik kepada peserta didik. Asesmen sumatif juga berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, serta sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik. Demikian perbedaan penilaian formatif dan sumatif . Semoga bermanfaat. 
Sumber dari : Berbagai Sumber

Read More »
20 September | 0komentar

Menumbuhkan Manusia yang Kuat Nilai Kemanusiaannya

Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan, Bapak/Ibu dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak ini. Bapak/Ibu juga diharapkan untuk menjawab dengan seksama dan mendalam pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan agar pemahaman Bapak/Ibu akan konsep yang dipaparkan pun menjadi semakin kuat, semakin paham pula bagaimana manusia tergerak dan bergerak, sehingga semakin menghayati bagaimana menggerakkan manusia.
Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia. Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar kita. 
Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan konteks pendidikan dan sekolah. 
1. Kebutuhan Bertahan Hidup 
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya makanan, pakaian, istirahat, tempat berlindung, keamanan, dan kesehatan. Secara sederhana itu dapat dipenuhi dengan makan, tidur, olahraga, memberikan perlindungan. 
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima) 
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti: rasa diterima, dipedulikan, berbagi, bekerja sama, menjadi bagian dari suatu kelompok, dikasihi-mengasihi, disayangi-menyayangi. Kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain, teman, keluarga, pasangan, rekan kerja, kelompok, dan bahkan dengan binatang peliharaan. Kebutuhan ini biasanya dapat dipenuhi melalui ketulusan dan kehangatan hubungan dengan keluarga, temanteman, kelompok, klub, guru, konselor, coach. 
3. Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) 
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, memimpin, berprestasi, diakui, dan didengar. Kebutuhan ini meliputi harga diri, keinginan untuk dianggap, dan meninggalkan pengaruh. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan seperti: proyek, hobi, tugas sekolah yang menantang-kontekstual-relevan, belajar menjadi orang yang kuat, membuat pilihan positif, dan bekerja. 
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan) 
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan untuk mandiri, otonom, memiliki pilihan, mengembangkan daya lenturnya, dan mampu mengendalikan arahnya sendiri. Kebutuhan ini terkait dengan kebebasan untuk memilih dan membuat pilihan, kebutuhan bergerak, mencoba-coba, mengeksplorasi hal baru dan menarik. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan menyediakan variasi, waktu senggang, memberikan ruang untuk jadi diri sendiri yang merdeka, serta liburan. 
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) 
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, humor, bermain, bersenang-senang, bergembira, antusiasme, dan tertawa. Glasser menghubungkan kebutuhan ini dengan belajar. Menurutnya, dengan bermain kita sekaligus mempelajari banyak keterampilan hidup yang penting. Biasanya kebutuhan ini juga dapat dipenuhi dengan menyediakan tantangan, gurauan, dan pembelajaran yang bermakna.
Sumber Modul 1.2 CGP Angkatan 6 Tahun 2022

Read More »
14 September | 0komentar

Aksi Nyata, Penerapan Modul 1,1 Calon Guru Penggerak Angkatan 6

Perubahan di kelas 
Pelaksanaan mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak pada minggu ini, genap terlaksana selama 2 minggu dari 6 bulan pelaksanaan. Modul pertama yang dipelajari adalah bertemakan *Pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara. Selama ini proses belajar mengajar yang saya lakukan memberlakukan metoda yang sama untuk semua peserta didik. Menganggap bahwa satu metode yang sama untuk semua siswa. Mempelakari modul tentang Filosofi Pendidikan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, menjadi terbuka pemikiran saya terhadap apa yang seharusnya dilakukan guru dalam kelas.
Menyadari bahwa sebenarnya setiap anak itu memiliki kekhasan masing-masing, setiap anak memiliki kharakteristik yang berbeda-beda, setiap anak memiliki kodrat yang berbeda. Artinya dalam pembelajaran kita harus dapat memahami karakteristik dari masing-masing anak. Hal ini coba saya lakukan di dalam kelas dan hasilnya sangat memuaskan saya, karena tidak terpikiran anak yang yang tadinya diam saja namun setelah diberikan kesempatan untuk menjawab, anak tersebut dengan perasaan senang mengemukakan pendapatnya dengan suara yang cukup keras, walaupun anak tersebut mendapat informasi jawaban dari teman di sebelahnya. 
Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah memberikan apersiasi terhadap jawaban yang diberikan anak tersebut.
Media Komputer


Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Selama menerapkan pembelajaran sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara ada beberapa gagasan yang timbul diantaranya: 1) Menyiapkan program pengembangan dalam memperbaiki model pembelajaran yang digunakan menggunakan Media Pembelajaran Interaktif terkait gaya belajar siswa yang berbeda-beda 2) Mengaplikasi nilai kebudayaan yang dimiliki dalam proses pembelajaran. Nilai kebudayaan yang ada memiliki kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila yang salah satunya adalah “Bergotong Royong” dan nilai kebudayaan yang dipilih adalah “Masohi”. 3) Merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. 4) Menjadi penuntun bagi anak dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang diikuti. 

Media Pembelajaran Interaktif


Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan Best Practice
Pelaksanaan praktik baik di dalam kelas adalah pertama-tama melakukan asesmen diagnosis non kognitif. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang siswa, minat siswa, sarana dan prasarana yang mendukung yang dimiliki siswa. Asesmen ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan diantaranya untuk mengetahui gaya belajar siswa. Contoh pertanyaan pada analisis kebutuhan belajar di bawah ini.

Dari hasil ini maka kita lakukan treamen berkaitan penggunaan media untuk mengakomodasi gaya belajar siswa yaitu bentuk audiovisul, textual dan kinestetik. yaitu menggunakan media blog, Video tutorial dan MPI (Media Pembelajaran Interaktif).
Hal baik yang sudah dilakukan antara lain: 1) Setiap hari melaksanakan apel, mengumandangkan Indonesia Raya dan Asmaul Husna yang Islam dan puji-pujian bagi yang Kristen. 2) Anak-anak melakukan kebersihan pada lingkungan sekolah di waktu pagi dan sore. 3) Pada saat hari besar keagamaan, maka yang akan berperan dalam hal ini panitia adalah anak-anak yang beragama yang lain. 4) Melakukan pembelajaran dengan metode “Tutor Sebaya”  6) Melakukan 3S (senyum, sapa, salam) bagi siapa saja yang dilewati pada saat berada di lingkungan sekolah. Terkait budaya industri 7) Memberlakukan jalur hijau sesuai dengan di industri sebagai jalur untuk pejalan kaki.

Perencanaan, Penerapan dan Pelaksanaan 
Mengacu pada modul 1.1. Filosofi Ki Hajar Dewantar pada kegiatan ini yakni tentang membuat desaian kerangka pembelajaran sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka untuk aksi nyata saya memulai dengan: 1) Perencanaan: untuk prencanaan dimulai dengan membuat desain pembelajaran, sesuai dengan gaya belajar siswa.. Dukungan kepala sekolah terkait pelaksanaan program CGP di sekolah. Selanjutnya dalam pemberian materi saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil refleksi terhadap materi yang diberikan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran juga diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan diskusi dalam hal ini menerapkan Tutor Sebaya yang merupakan perwujudan nilai Profil Pelajaran Pancasila yakni Bergotong Royong. 
Akhir dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan, saya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan refleksi dan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
Salah satu bentuk refleksi yang disampaikan anak dalam bentuk testimoni. “Testimoni Rekan Guru dan Siswa” 1. Guru : Model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dilakukan oleh teman saya dapat memberikan inspirasi kepada saya sendiri untuk merubah model pembelajaran. 2. Siswa : Akhirnya dalam pembelajaran kita dapat bebas menyampaikan pendapat kita dengan baik tanpa harus merasa takut dimarahi. 3) Refleksi: Dari apa yang direncanakan dan dilaksanakan, maka sebenarnya untuk proses pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, 

Read More »
11 September | 0komentar

Koneksi Antar Materi : Kesimpulan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru, CGP Angkatan 6


Media Blog : www.sarastiana.com sebagai media pembelajaran



1.1.A.8. KONEKSI ANTAR MATERI - KESIMPULAN DAN REFLEKSI MODUL 1.1 
 Oleh 
Sarastiana,SPd,MBA 
 SMK Negeri 1 Bukateja

 Kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD)

1. Pendidikan dan pengajaran Menurut Ki Hajar Dewantara

Definisi: Pendidikan dapat dimaknai sebagai menuntun hidup dan tumbuhnya anak-anak. Hal ini berkaitan dengan Pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (filosopi KHD).

Pendidikan itu menuntun

Menurut Ki Hajar Dewantara pelaksanaan pendidikan, hanyalah menuntun anak. Jadi Pendidik tidak dapat mengubah kodrat anak. Anak-anak tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri atau sesuai  dengan  kecakapan sebagai individu. Maksudnya, pendidik tidak dapat mengubah perilaku atau karakter anak-anak tetapi pendidik dapat memperbaiki perilaku atau karakter tersebut.

Perilaku anak yang buruk semakin lama akan berkurang apabila mendapatkan tuntunan atau pendidikan yang tepat. Hal ini disebabkan strategi atau metode yang digunakan pendidik sesuai dengan karakter anak.

Guru selain menjadi penuntun, hal yang perlu dimiliki adalah kemampuan untuk menguasai diri (ing madya sung tulado). Dalam Pendidikan Budi Pekerti, setiap anak memiliki watak yang berbeda. Yakni, Pertama, bagian yang berhubungan dengan kecerdasan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah lagi selama hidup. (modul 1.1).

 

2. Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya.

Dalam situasi tertentu, perilaku  anak akan kembali sesuai dengan kodratnya atau aslinya. Dalam hal ini, diperlukan cara pengendalian diri. Pengendalian diri juga perlu  dibelajarkan kepada anak-anak agar tujuan  pembelajaran dapat berhasil seutuhnya.

Sebagaimana disampaikan oleh Bp. Iwan Sahril bahwa Pendidikan diibaratkan sebagai Petani. Seorang petani yang menanam Kedelai. Petani tidak dapat mengubah tanaman Kedelai  menjadi tanaman padi

Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya kedelai dengan memberi pupuk, membersihkan dari gulma atau penganggu, dan memperbaiki struktur tanah. Jadi, dalam pendidikan diperlukan sebuah tuntunan karena anak tumbuh sesuai dengan lingkungan yang terdapat dalam diri  anak  dan keadaan di luar  anak. Anak yang kurang pandai kemudian mendapatkan tuntunan yang baik  maka anak ini lambat laun akan menjadi anak yang pandai.


3. Dasar Dasar Pendidikan yang Menuntun

Dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang pendidik mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).


Guru sebagai penuntun, memberi arahan


4. Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan irama. Keduanya tidak dapat dipisahkan sehingga saling berkaitan, artinya kita sebagai guru harus mampu mengajar dan menguasai kebutuhan media dan informasi disesuaikan dengan keadaan zaman misalnya saat ini penggunaan teknologi dapat diterapkan namun tetap mengkontrol penerapannya tersebut dan harus tetap sesuai dengan keadaan sekitar (kodrat alam).

Menurut KHD dalam pembentukan budi pekerti hal yang utama adalah keluarga. Keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti (pembentukan watak individual).

Keluarga juga merupakan sebuah ekosistem kecil untuk mempersiapkan hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan institusi pendidikan lainnya. Sehingga diperlukan bagi seorang pendidik untuk membuat anak menjadi nyaman, menganyomi, penuh kasih saying seperti dikeluarganya sendiri.


Tampilan Blog www.sarastiana.com sebagai media pembelajaran di HP,
sebagai releksi Filosofi KHD, pendidikan sesuai kodrat Zaman



Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Banyak belajar hal yang baru setelah mempelajari modul ini. Menjadi modal untuk lebih berkualitas sebagai seorang guru. Bahwa KHD, telah memikirkan terkait update kompetensi melalui filosofi kodrat Zaman. Dengan mempelajari Modul ini, saya dapat berintrospeksi diri untuk lebih baik lagi.

Beberapa hal yang pernah saya lakukan sebelumnya, sebelum mengikuti/ membaca modul 1.1.

1. Model pembelajaran yang monoton, lebih banyak menggunakan metode ceramah.

2.Pengetahuan selalu berasal dari saya. Tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi pemahaman berkaitan dengan pengetahuan.

3. Pembelajaran selalu dikelas

4. Jarang sekali menggunakan metode diskusi.

 

Perubahan proses belajar mengajar:

• Saya akan menjadi pendidik yang dapat mengikuti zaman namun tetap mempertimbangkan kodrat alam yang ada di tempat saya khususnya di Kabupaten Purbalingga

• Ketika memutuskan sesuatu, saya tidak lagi menjadi aktor utama, namun saya hanya sebagai fasilitator ataupun sebagai pengambil kesimpulan setelah pendapat siswa telah disampaikan.

• Saya membuat design pembelajaran yang lebih menarik lagi sesuai tema dan kebutuhan serta karakteristik peserta didik zaman sekarang. Menggunakan Blog di www.sarastiana.com, menggunakan video tutorial di youtube dan menggunakan Media pembelajaran interaktif.

• Ketika ada siswa siswa melakukan kesalahan, misalnya terlambat/ tidak disiplin saya akan memberika ruang dan waktu untuk menjelaskan latar belakang mengapa mereka melakukan kesalahan itu dan kemudian memintanya menyadari kesalahannya dengan cara saya memberi beberapa pertanyaan. Contohnya :

   Jika mengganggu anak lain:

ü Boleh saya mengatahui, apa alasan ananda melakukan itu?

ü Bagaimana menurutmu, apakah yang dilakukan itu menyenangkan?

ü Coba, apakah yang Ananda lakukan itu menganggu orang lain?

ü Apakah yang lakukan itu benar atau kurang benar?

ü Menurutmu, perlu tidak ini di lakukan lagi?

• Memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir kritis dan melakukan pembelajaran tidak hanya didalam kelas saja.

• Tidak banyak menuntut untuk selalu mengerjakan tugas tetapi diberikan kelonggaran waktu, dengan pembedany adalah sistim penilaian.

• Memfasilitasi peserta didik untuk berkesempatan menanyakan hal yang belum mereka pahami diluar jam pelajaran.

 

Siswa Presentasi di depan kelas 

Aksi nyata dalam Kelas

  1. Setiap anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, Mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan ide melalui tulisan atau lisan yang kemudian kita kumpulkan kedalam bentuk kesimpulan (model pembelajaran discovery learning).
  2. Setiap anak diberikan kesempatan untuk menjadi pemiimpin.. Mereka diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya dengan dipimpin oleh seorang yang sudah ahli dalam pembelaran (model pembelajaran jig saw).
  3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, yaitu penggunaan platform belajar melalui HP. Menggunakan Blog di www.sarastiana.com, menggunakan video tutorial di youtube dan menggunakan Media pembelajaran interaktif. Sesuai dengan kondrat alam dan tuntutan zaman saat ini.
  4.  Setiap anak diberikan kesempatan untuk berekspresi sesuai keinginannya namun tidak lepas dari materi yang sesuai dengan tema. 



Read More »
10 September | 0komentar

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman Menurut Ki Hajar Dewantara

Mendifinisikan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Salah satu pemikiran dari Ki Hajar Dewantara terkait dengan pendidikan anak adalah pendidikan dan pengajaran harus berpegang pada kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik/siswa/murid. Kodrat Alam yang dimaksud adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang secara alamiah atau idiosinkratik melekat pada diri masing-masing individu. Kodrat Zaman adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang berubah secara dinamis sesuai dengan kondisi sosial, budaya masyarakat, atau perkembangan zaman. 
Dari penjelasan KHD tersebut, dapatlah ditemukan titik temu antara pemikiran KHD dengan konsep-konsep pendidikan kontemporer. Dikotomi Kodrat Alam dan Kodrat Zaman adalah konsep KHD dalam memisahkan antara identitas, prilaku, dan aspek-aspek individual yang alamiah dan dimana hal ini dapat diturunkan/diwariskan.  kaitannya dengan pemikiran KHD yang pada kenyataannya melampaui masanya. Yang tidak kalah penting dalam konsep pendidikan KHD adalah aspek budi pekerti. 
Filosofi pendidikan KHD sangat menjunjung tinggi pendidikan budi pekerti sebagai aspek penting yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidikan merupakan katalis untuk melatih dan mengembangkan budi pekerti anak atau peserta didik. Pendidikan haruslah mengisi ruang pengembangan kemampuan afektif dan psikomotor selain aspek kognitif. 
KHD juga menelurkan gagasan bahwa masing-masing anak memiliki ‘dasar jiwa’ yang alamiah dan yang dapat dibentuk. KHD berpendapat, pendidikan yang baik dapat merubah budi pekerti seseorang meskipun individu tersebut memiliki kecenderungan prilaku yang negatif secara alamiah atau bawaan. Peran Tripusat pendidikan yang sinergis dan positif menjadi penting dalam proses tersebut. Secara garis besar, filosofi pendidikan KHD adalah pendidikan yang humanis, yang menghargai kebebasan dan kemerdekaan anak, yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya setempat, menjunjung tinggi rasa kebangsaan, nasionalisme, dan semangat patriotisme. 
Membuka ruang kepada anak untuk berkenalan dengan gagasan-gagasan baru serta tidak takut dengan ide-ide baru juga merupakan filosofi pendidikan KHD. Namun, meskipun peserta didik diajari gagasan atau konsep baru yang berbeda dengan nilai-nilai lokal, KHD berpendapat bahwa: “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anakanak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. 
Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).
Sumber: dari berbagai sumber

Read More »
06 September | 0komentar

Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak, 3 Sept 2022



Lokakarya Orientasi 
dihadiri oleh Calon Guru Penggerak, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah serta perwakilan Dinas Pendidikan. Lokakarya dipandu oleh Pengajar Praktik. Lokakarya ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang Program Guru Penggerak, alur belajar Calon Guru Penggerak dan dukungan yang perlu diberikan oleh Kepala Sekolah selama program berlangsung. 

 Modul 1.1: Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Setelah mempelajari modul ini, 
 1. CGP mampu memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), 
 2. CGP mampu mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konteks lokal kelas dan   sekolah, 
 3. CGP mampu bersikap reflektif-kritis dalam mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar-dasar Pendidikan KHD dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.

 Aksi nyata Modul 1.1:  CGP membuat perubahan konkret di kelas dan menuliskannya dalam jurnal refleksi secara rutin. 

 Modul 1.2: Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, Calon Guru Penggerak akan 
1. CGP memahami bagaimana nilai diri bisa terbentuk dan merefleksikan pengaruhnya terhadap peran sebagai Guru Penggerak. 
2. CGP membuat gambaran diri di masa depan terkait dengan nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak. 
3. CGP membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman dan aksi yang bisa dilakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak. 

 Aksi Nyata Modul 1.2: 
1. CGP mampu menerapkan strategi untuk menguatkan nilai dan peran Guru Penggerak 
2. CGP terbiasa untuk merefleksikan hasil pembelajaran yang didapat selama rangkaian modul 1.2 

Pendampingan Individu 1: 
Refleksi Awal Kompetensi Guru Penggerak Diskusi tantangan belajar daring 
Refleksi penerapan perubahan kelas sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara 
Diskusi pembuatan kerangka portofolio 
Diskusi peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam kompetensi guru penggerak 
 Lokakarya 1: 
Pengembangan komunitas praktisi Setelah mengikuti lokakarya 1, Calon Guru Penggerak mampu: 
(1) menjelaskan hubungan mindset pemimpin pembelajaran di konteks sekolah 
(2) menjelaskan pentingnya dan manfaat komunitas praktisi baik untuk dirinya sendiri dan lingkungan belajar
(3) menjelaskan konsep, filosofi dan prinsip pengembangan komunitas sebagai bagian dari peran guru penggerak
(4) mengindentifikasi komunitas praktisi yang sudah ada
(5) mengaitkan komunitas praktisi yang sudah ada untuk mewujudkan filosofi, nilai dan peran guru penggerak. 

Modul 1.3: Visi Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar yang berpihak pada murid CGP mampu mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki CGP dalam mendukung penumbuhan potensi murid CGP mampu membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya CGP mampu menjalankan rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya 

 Aksi Nyata 1.3: CGP mengeksekusi rencana manajemen perubahan dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif dan membuat dokumentasi pribadi untuk proses pendampingan individu oleh Pengajar Praktik 

Modul 1.4: Budaya Positif
Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan,

 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. CGP mampu menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak. CGP mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid. 
CGP mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid. 

 Aksi Nyata 1.4: CGP menyampaikan kepada rekan-rekannya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di kelas/sekolahnya masing-masing untuk menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid dalam belajar dengan aman dan nyaman untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan pendidikan. 

Pendampingan Individu 2: Perubahan paradigma pemimpin pembelajaran Diskusi refleksi diri tentang lingkungan belajar di sekolah Diskusi refleksi perubahan diri setelah mempelajari paket modul 1. Diskusi rencana merintis komunitas praktisi di sekolah, berdasarkan hasil pemetaan di lokakarya 1 Lokakarya 2: Visi untuk Perubahan Lingkungan Belajar Setelah mengikuti lokakarya 2, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan visi dan perkembangan/kemajuan prakarsa perubahan level diri (Aksi Nyata modul 1.3) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menjelaskan rencana penyampaian disiplin positif di kelas dan strategi penerapan di sekolah (Aksi Nyata modul 1.4) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menunjukkan kemampuan melakukan disiplin positif dengan Segitiga Restitusi menunjukkan kemampuan dalam membuat Keyakinan Kelas 

Modul 2.1: Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 
 Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan; 
Menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar murid; 
Menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk;
Mengimplementasikan Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri; 
Menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. 

 Aksi Nyata: CGP menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari untuk membuat rencana, mengimplementasikan dan melakukan refleksi pembelajaran berdiferensiasi dan kemudian mendokumentasikan proses tersebut dalam moda yang dapat dipilih sendiri 

 Modul 2.2: Pembelajaran Sosial dan Emosional Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Memahami pembelajaran sosial dan emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) Memahami tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) Memahami strategi untuk menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh sesuai dengan konteks masing-masing guru Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam kegiatan di kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas praktisi 

 Aksi Nyata Modul 2.2: CGP menerapkan rancangan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dikoneksikan dengan materi modul lain di dalam kelas yang diampunya. CGP membuat sebuah RPP dengan memasukkan unsur diferensiasi dan kompetensi sosial-emosional, untuk dipraktikkan dalam kelas. CGP mendokumentasikan praktik pembelajaran tersebut dalam bentuk video. 

Pendampingan Individu 3: Implementasi Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Refleksi hasil survei (feedback 360) + penilaian sendiri tentang kompetensi guru penggerak Diskusi rencana menerapkan pembelajaran sosial-emosional Diskusi hasil lokakarya 2 (keterlaksanaan dari tahapan BAGJA) 

Lokakarya 3: Peran Pemimpin dalam Pengembangan Pembelajaran Setelah mengikuti lokakarya 3, Calon Guru Penggerak mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang pembelajaran berdiferensiasi. mendemonstrasikan pemahaman mereka mengenai mindfulness dan integrasi 5 kompetensi sosial emosional dalam praktek mengejarkan. merencanakan strategi berbagi dengan rekan sejawat mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. 

 Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik 
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • menjelaskan konsep coaching secara umum; 
  • membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, dan training; 
  • menjelaskan konsep coaching dalam dunia pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat); 
  • menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervisi akademik; membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat; 
  • melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA; 
  •  mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching: coaching presence, mendengar aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching; 
  • menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi; 
  • memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan coaching; 
  • mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. 

 Aksi Nyata: CGP mengajak satu rekan sejawat di sekolah asal untuk menjalankan rangkaian supervisi akademik dengan pendekatan coaching pada Pendampingan Individu ke-5 di hadapan Pengajar Praktik. 

 Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin 

 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • Melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran 
  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain; 
  • CGP mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut. 
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan. 
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan; 
  • CGP bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. 

 Aksi Nyata CGP mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal. CGP akan menjalankan praktik pengambilan keputusan dan merefleksikannya pada saat pendampingan individu. 

 Pendampingan Individu 4: Evaluasi dan Pengembangan Proses Pembelajaran 
 PP observasi kelas CGP untuk melihat penerapan dari modul budaya positif, pembeljaaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional. Penilaian Observasi Praktik Pembelajaran Dijalankan dalam pola pikir coaching (pra, observasi dan pasca) 

 Lokakarya 4: Penguatan Praktik Coaching Setelah mengikuti lokakarya 4, 
Calon Guru Penggerak mampu menunjukkan kemampuan coaching yang dimilikinya 
 mengidentifikasi kekuatan, area pengembangan dan menyusun rencana perbaikan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid 
 menunjukkan kemampuan melakukan rangkaian supervisi akademik dengan menggunakan pola pikir coaching 

 Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 
 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
Menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development). 
Merancang program kecil menggunakan hasil pemetaan kekuatan atau aset yang sudah dilakukan.
Menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya. 

 Aksi Nyata : CGP melakukan implementasi materi dalam lingkup yang lebih luas, kemudian mendokumentasikan proses, hasil dan perkembangan belajarnya dalam bentuk e-portfolio, dan membuat refleksinya. 

 Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid 
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:
Menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 
Menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
Menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 
Mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 
Menerapkan satu program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dan mempertimbangkan keterkaitannya dengan apa yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya. 

 Aksi Nyata: 
(1) CGP menjalankan rancangan program/kegiatan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya 
(2) CGP mendokumentasikan proses eksekusi program/kegiatan mereka dalam bentuk e-portfolio Pendampingan Individu 5: Rancangan Program yang Berpihak pada Murid Refleksi penerapan aksi nyata

 modul 3.1 Diskusi rancangan program yang berdampak pada murid 
Diskusi perkembangan komunitas praktisi yang dijalankan di sekolah serta implementasi dari rencana di lokakarya 3 untuk berbagi ke rekan sejawat 

 Lokakarya 5: Kolaborasi dalam Pengelolaan Program yang Berpihak pada Murid Setelah mengikuti lokakarya 5, Calon Guru Penggerak mampu memaknai data yang diperoleh dalam tahapan B (Buat pertanyaan) dan A (Ambil pelajaran) untuk menjadi informasi dalam merancang fase Gali mimpi. menentukan aktor-aktor yang akan dilibatkan dalam fase gali mimpi sekaligus menyusun strategi pelibatan aktor tersebut. mulai membuat perencanaan program bagian Judul Program atau kegiatan, latar belakang, dan tujuan program. 

 Pendampingan Individu 6: Refleksi perubahan diri dan dampak pendidikan Persiapan panen hasil belajar Pengumpulan survei umpan balik dan refleksi hasil survei tentang kompetensi guru penggerak (feedback 360) Refleksi perubahan dalam pembelajaran yang sudah diterapkan selama 6 bulan, diskusikan dampak pada diri guru dan murid yang terjadi Penilaian pemetaan aset; diskusi apakah tujuan program sudah dikomunikasikan ke warga sekolah Lokakarya 6: Keberlanjutan Pengembangan Diridan Sekolah Setelah mengikuti lokakarya 6, Calon Guru Penggerak mampu menghasilkan rencana pengembangan sekolah yang berdampak pada murid dan sesuai dengan kondisi/sumberdaya sekolah menghasilkan rencana penguatan kompetensi diri sebagai pemimpinan pembelajaran untuk mendukung pengembangan sekolah 

 Lokakarya 7: Festival Panen Hasil Belajar Calon Guru Penggerak Setelah mengikuti lokakarya 7, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan proses yang dialami dan praktik baik yang didapatkan dalam mengembangkan program yang berdampak pada murid membagikan hasil pembelajaran selama 6 bulan dan dampaknya terhadap diri kepada undangan lokakarya (Kepala Sekolah, Dinas pendidikan, Komunitas daerah) mengumpulkan saran untuk pengembangan program dari para pengunjung

Read More »
06 September | 0komentar