Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training.

Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut: 
1. Definisi mentoring 
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan. 
2. Definisi konseling 
Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. 
3. Definisi Fasilitasi 
Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. 
4. Definisi Training 
Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

Sebagai guru, peran saya sebagai coach dilakukan ketika guru membina, mendorong, membantu, mengawasi dan memberikan dukungan kepada murid untuk memperoleh pengalaman belajar bermakna dan aktivitas pembelajaran sesuai dengan potensi yang mereka miliki agar mereka dapat dengan kekuatan atau potensi yang dimiliki dapat menyelesaikan persoalan mereka sendiri Sebagai guru, peran saya sebagai mentor dilakukan ketika membimbing siswa menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan bertanggung jawab. Membimbing murid untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pelajar dengan memberikan strategi yang tepat dari pengalaman untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi murid. Sebagai guru saya akan berperan sebagai konselor ketika mengadakan bimbingan pribadi, bimbingan sosial dan bimbingan karier. Terutama murid mengalami masalah dan membutuhkan orang untuk bisa berkonsultasi sekaligus membantunya dalam menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapinya.
Metode pengembangan diri 1. yang saya ketahu dengan mentoring, coaching, konseling, training dan fasilitasi adalah: a. mentoring adalah proses dimana seorang teman, guru atau pembimbng yang bijak dan penolong menggunakan pengelamanya untuk membantuk seorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya (Stone>2002) sedangkan zachary menyatakan banwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal. b. konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada perumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. c. fasilitas adalah proses dimana seorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok. d. training adalah usaha yang terencana untyuk memfasilitasi pembelajaran tetang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh pegawai. 2. kaitanya di sekolah maka kemungkinan saya sudah melakukan coach, mentor, konselor, fasilitator dan konselor. dengan memberikan bantuan kepada siswa atau rekan ketika sedang menghadap.
1. Mentoring (Sekilas, mentoring terlihat mirip dengan coaching. Seorang mentor akan memberikan arahan dan panduan untuk membantu seseorang belajar atau berkembang lebih cepat dibanding jika orang tersebut melakukannya sendirian; Coaching (kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee); Konseling (membantu individu untuk mengatasi hambatan dan masalah dari masa lalu mereka);Training (melibatkan seorang yang ahli yang bertindak sebagai trainer yang memberikan pengetahuan kepada peserta training); fasilitas adalah proses dimana seorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok. 2. Mentor sering kali ditunjuk secara formal dengan kesepakatan bersama, dan berada di luar rantai garis manajemen. Seorang mentor biasanya memiliki pengalaman, keahlian, dan kecakapan tertentu terkait bisnis atau pun teknis operasional.


Read More »
06 June | 0komentar

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 , Coaching


Bereksplorasi secara mandiri untuk memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam dunia pendidikan. Mengapa calon guru penggerak memerlukan pemahaman mengenai coaching akan dijelaskan pada bagian ini. Definisi coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya juga akan didiskusikan. Terakhir, konsep coaching dalam dunia pendidikan juga akan dibahas. Selain menyiapkan diri kita sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. 
Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: 
  • interaktif; 
  • inspiratif; 
  • menyenangkan; 
  • menantang; 
  • memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan 
  • memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik. 

Oleh karena itu, penting memastikan bahwa supervisi akademik berjalan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam standar proses tersebut. Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2: 
Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. 
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid? Jawabannya adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. 
Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. 
Sejalan dengan hal ini, dengan adanya program Pendidikan Guru Penggerak ini, kita diharapkan menjadi supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan mengenai konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks sekolah pada dan kaitannya dengan peran kita sebagai kepala sekolah atau supervisor.

Supervisi Pembelajaran perlu sebagai sebuah paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah sebagai umpan balik. Bukan untuk mencari kelemahan.

Read More »
04 June | 0komentar

Konsep Coaching secara Umum


Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

1. elemen-elemen penting dalam coaching antara lain Coach (pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching), Coachee ( penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching. sedangkan coaching adalah kegiatan percakapan yang menstimululasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee. 2. sebagai seorang guru tentu kita pernah melakukan kegiatan coaching. hal yang pernah dilakukan adalah dengan memberikan keyakinan pada rekan untuk melakukan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. misal rekan saya memilki kemampuan mengelola pembelajaran maka ia saya sarankan untuk menjadi kurikulum di sekolah.
1. elemen-elemen penting dalam coaching : Coach = pemberi manfaat dan pelaksana kegiatan coaching), Coachee = penerima kegiatan dan manfaat kegiatan coaching. Coaching = kegiatan percakapan yang menstimululasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee. 
2. Ya, saya sebagai guru tentu kita pernah melakukan kegiatan coaching. hal yang pernah dilakukan adalah dengan memberikan stimulasi bahwa kegiatan supervisi kelas adalah untuk pembelajaran bagi semua termasuk bagi supervisor. Sebagai asesi (orang yang dinilai) akan menjadi sebuah rujukan jika cara mengajarnya, metodenya, lebih inovatif.

Read More »
04 June | 0komentar

Eksplorasi Konsep Modul 2.2, Kompetensi Sosial - Emosional (KSE)

Forum Diskusi, Eksplorasi Konsep, 17 Nov 2022



Kutipan hari ini:
“Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, adalah bukan pendidikan sama sekali” (Aristoteles, Filsuf)
mendiskusikan penerapan 5 KSE yang dibutuhkan dalam sebuah kasus bersama para CGP lain. Tujuan dalam diskusi adalah pengembangan gagasan dan pencapaian pemahaman bersama, sehingga dapat memperkuat pemahaman konsep yang lebih baik. Melakukan diskusi pada waktu yang telah ditentukan, mohon untuk membaca aturan untuk forum diskusi berikut ini:
Aturan forum diskusi tertulis: Sebelum kita melanjutkan sesi diskusi, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan agar diskusi dapat berjalan dengan efektif dan produktif: 
Setiap CGP harus menjawab pertanyaan berkaitan dengan kasus Bapak Eling. Diskusi ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman bersama penerapan kompetensi sosial dan emosional dalam suatu situasi. Sikap terbuka dan rasa ingin tahu menjadi nilai dasar dari proses diskusi ini. Membangun pendapat dengan mempertimbangkan tanggapannya terhadap respon/jawaban CGP lain.

Urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Halaman 1
Urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Halaman 1
Urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Halaman 2
Peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
Halaman 2
Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.menerapkan pembelajaran sosial emosional guna mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak komunitas sekolah
Halaman 3
Apa KSE yang dapat diterapkan dalam kegiatan tersebut? Bagaimana kegiatan tersebut dapat membantu murid untuk mengembangkan KSE tersebut? (Kolom 2 Baris 1 adalah contoh untuk Anda)
Halaman 4
Apa KSE yang dapat diterapkan dalam kegiatan tersebut? Bagaimana kegiatan tersebut dapat membantu murid untuk mengembangkan KSE tersebut? (Kolom 2 Baris 1 adalah contoh untuk Anda).
Jawaban
2. Kesadaran diri : murid menghubungkan perasaan,pikiran dan nilai-nilai dari buku yang dibaca. 3. Kesadaran diri : Murid menceriterakan apa yang disukai selama pembelajaran,materi yang mudah dan apa yang akan dipelajari lebih lanjut; 4. Kesadaran diri : murid memberikan nilai yang diyakininya berkaitan dengan etika dalam penggunaan medsos.; Kesadaran Sosial: mempertimbangkan pendapat teman; Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab: manfaat kegiatan bagi komunitas. 5. Kesadaran diri: Menunjukan integritas dan kejujuran dalam menyelesaikan tugas-tugas; Manajemen diri: ketrampilan mengelola tugas dari guru; Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab: membuat keputusan yang masuk akal setelah menganalisis informasi. 6. Kesadaran diri: Siswa mengidentifikasi minat dan bakat dibidang seni,literasi, olah raga dll; Kesadran sosial: mengakui prestasi orang lain.
Halaman 5
Pembelajaran Sosial dan Emosional merupakan pembelajaran dalam pembentukan diri yang mengarah pada kesadaran diri, kontrol diri, dan kemampuan relasi. Pribadi yang memiliki sosial emosional yang baik akan lebih dapat bersikap profesional, mudah belajar, bersosialisasi, dan menyukai tantangan dalam bekerja.
Halaman 6
Dikelas: : Berikan instruksi kepada murid untuk mengingat Kembali dan memikirkan kejadian/ pengalaman yang pernah dialami saat mereka bekerja sama di dalam kelompok. Ajak mereka untuk memikirkan bagaimana kondisi saat diskusi kelompok berjalan dengan baik dan tidak berjalan baik. Apa perbedaan dari kedua kondisi tersebut? Alternatif kegiatan kedua adalah dengan menggunakan media video tutorial terkait diskusi untuk resolusi konflik. Sediakan video tutorial , kemudian minta murid menonton. Kemudian diskusikan dan minta murid Anda mencatat bagaimana keefektifan cara secara runtut berkaitan dengan proses kerjanya digunakan dalam video tersebut.
Halaman 7
Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit adalah bentuk pembelajaran yang kontekstual, dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Halaman 8
Sebelumnya saya berpikir bahwa kompetensi sosial dan emosional (KSE) tidak perlu dalam pembelajaran ternyata kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui pembelajaran formal di ruang lingkup kelas dan sekolah dengan dikolaborasikan bersama dengan keluarga danj komunitas. tidak hanya dilingkungan.
Halaman 9
Sebelumnya saya berfikir bahwa menumbuhkan empati dapat dilakukan didalam pembelajaran ternyata dapat dikembangkan didalam kelas. Ide pembelajaran yang akan saya lakukan adalah melakukan teknik STOP.
Halaman 10
Sebelumnya saya pikir saya pikir kesadaran sosial hanya diperlukan oleh lingkungan masyarakat, ternyata kesadaran sosial penting dikembangkan di kelas-kelas. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang berkarakter baik.
Halaman 11
Sebelumnya saya befikir kesadaran berelasi hanya dilakukan di lingkungan ternyata Kesadaran sosial sebagai dijelaskan dalam Keterampilan Sosial Emosional menjadi fondasi keterampilan berelasi kita karena dalam berelasi kita membutuhkan kepekaan terhadap lawan bicara kita. Sehingga perilaku yang kita tunjukan, kosa kata yang dipilih, cara kita berbicara dan pendekatan yang kita lakukan tidak akan menyinggung lawan bicara kita.
Halaman 12
Sebelumnya saya berfikir bahwa RPP hanya diperuntukan baai mana kita merancang pembelajaran tentang materi ajar kita saja ternyata dapat dikembangkan melalui RPP untuk mengajarkan pengambilan keputusan dengan POOCH. ketika kita dihadapkan pada suatu permasalahan, maka akan dapat melihat apa masalahnya dan apa penyebabnya. Lalu, menemukan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Apa saja kemungkinan yang terjadi dari sisi positif maupun negatif serta menentukan apa keputusan yang dapat diambil dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Halaman 13
KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani. Jadi kegiatan akan memudahkan dalam pelaksanaannya oleh semua guru. Integrasi KSE dalam pembelajaran dapat dilakukan dalam tahap pembelajaran yaitu pembukaan yang hangat, kegiatan inti yang melibatkan murid seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek dan lainnya. dan bagian ke tiga adalah penutupan yang optimistik.
Halaman 14
Sebelumnya saya berfikir bahwa membuat RPP hanya untuk materi/ bentuk materi yg kita persiapan jadi Pembelajaran Sosial Emosional tidak dapat berdiri sendiri sebab pembelajaran sosial emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat: 1.Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), 2.Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), 3.Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), 4.Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), 5.Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Halaman 15
1. Sebelumnya saya berpikir mewujudkan kondisi kelas yang menyenangkan itu susah ternyata setelah mempelajari materi Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah kegiatan yang sangat mudah dan dilakukan bersama-sama dengan murid. 2. Ide pembelajaran baru atau menarik akan saya terapkan di kelas saya adalah mengintegrasikan emosional guru dengan murid bersama sama mewujudkan kelas yang menyenangakan dengan saling kolaborasi kerjasama. 3. Yang ingin saya perdalam lebih lanjut adalah kesadaran sosial yang menjadi menarik untuk diperdalam dan dikuatkan dalam kompetensi Sosial dan emosional. salam dan bahagia. 1. sebelumnya saya berfikir bahwa menciptakan iklim kelas dan budya sekolah lebih kepada hal fisik misalkan menciptakan ruang kelas yang indah, bersih dan nyaman, ternyata menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah juga menyangkut bagaimana interaksi antara murid dengan murid, murid dengan guru dan tenaga kependidikan lainnya 2. tugas kita kita sebagai guru adalh mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah dapat diberikan melalui : pengajaran eksplisit integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah 5 kompetensi sosial dan emosional yang harus dikuasai murid adalah : kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi , dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 3. pembelajaran yang menarik yang akan saya terapkan dikelas adalah saya akan membuat RPP yang terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid
Halaman 16
Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan belajar, berkolaborasi dan menjadi teladan. Jadi yang menjadi teladan di sekolah bagi murid - murid tidak hanya guru saja tapi tenaga kependidikan yang lain seperti staf TU, laboran, caraka dsb.
Halaman 17
(1) Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas alasannya yakni akan semakin kuat terkait dengan KSE karena dilakukan setiap saat; (2) Menciptakan budaya mengapresiasi alasannya karena dengan kegiatan tersebut akan menguatkan KSE sebab sifat seseorang yakni akan merasa senang apabila mendpatkan apresiasi terhadap kegiatan yang dilakukannya; (3) Mengagendakan sesi berbagi praktik baik alasannya dengan kegiatan tersebut akan terjadi kolaborasi dan terdapat hal-hal yang menyenangkan sehingga akan menumbuhkan kesadaran penuh (minefull) yang kuat; (4) Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru, alasannya yakni hal ini merupakan sesuatu yang baru dan merupakan tantangan bagi saya, selain itu pada saat rapat guru pastinya semua guru terlibat sehingga akan banyak yang merasakan penguatan KSE.
Halaman 18
langkah penguatan kompetensi yang penting bagi rekan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah saat saat ini adalah belajar dan teladan, alasannya rekan pendidik dan tenaga kependidikan perlu diberitahu dulu melalui sosialisasi tentang penguatan kompetensi sosial dan emosional di sekolah. Setelah mereka memahami apa itu PSE dan apa tujuannya maka mereka baru akan mau melakukannya. Nah untuk mendukung pelaksanaan penguatan kometensi sosial emosional perlu adanya suatu keteladanan. Setelah terbangun pemahaman bersama barulah pendidik dan tenaga kependidikan dapat berkolaborasi dalam penguatan Kompetensi sosial dan emosional. Jadi saat ini sebagai langkah awal yang dibutuhkan adalah belajar.langkah penguatan kompetensi adalah kolaborasi bagi rekan pendidik dan tenaga kependidikan disekolah saya karena dengan kolaborasi akan bisa diselesaikan sesuai harapan dan apabila ada hambatan akan diuraikan persoalan bersama sehingga mendapatkan hasil yang menyenangkan bersama. salam dan bahagia.

Read More »
02 June | 0komentar

Memetakan Kesiapan Belajar

Pemetaan kebutuhan belajar merupakan kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah pembelajaran berdeferensiasi. Jika hasil pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. lakukan assesment diagnostik maka kebutuhan belajar murid dapat diketahui kemudian dapat digunakan untuk merencanakan pembelajaran yang berdiferensiasi. Seperti dicontohkan bu Lili melakukan diferensiasi proses berdasarkan kemampuan awal yang telah dimiliki murid.Kebutuhan murid di kelas dalam belajar sangat beragam. Begitu pula dengan potensi murid. Supaya setiap murid memiliki pengalaman belajar yang bermakna, sebagai guru harus mampu membuat pemetaan kebutuhan dan karakteristik setiap murid di kelas. Hal ini sangat berguna bagi Guru untuk menentukan rancangan proses pembelajaran yang paling sesuai bagi murid di kelas.. 
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness):





1. mengamati perilaku peserta didik, 2. mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta didik terkait dengan topik yang akan dipelajari; 3. melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut; 4. mendiskusikan kebutuhan peserta didik dengan orang tua atau wali peserta didik; 5. mengamati peserta didik ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas; 6. bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan peserta didik; 7. membaca rapor peserta didik dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian peserta didik sebelumnya; 8. berbicara dengan guru peserta didik sebelumnya; 9. membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta didik saat ini; 10. menggunakan berbagai penilaian, penilaian diagnostik untuk memasti

Read More »
29 May | 0komentar

Tingkat Kesiapan Belajar



Mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001) yaitu Bersifat mendasar - Bersifat transformatif, Konkret - Abstrak, sederhana - kompleks, Terstruktur - Terbuka, Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent) dan Lambat - Cepat. Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. 
Dalam modul CGP terdapat 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001). 
Bersifat mendasar - Bersifat transformatif 
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif. 
Konkret - Abstrak 
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret, sehingga mereka mungkin masih perlu belajar dengan menggunakan beragam alat-alat bantu berupa benda konkret atau contoh-contoh konkret, atau apakah murid sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak, sehingga mereka mungkin mulai dapat diperkenalkan dengan konsep-konsep yang lebih abstrak. 
Sederhana - Kompleks 
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu. 
Terstruktur - Terbuka 
Saat menyelesaikan tugas, kadang-kadang ada murid-murid yang masih memerlukan struktur yang jelas, sehingga tugas untuk mereka perlu ditata dengan tahapan yang jelas dan cukup rinci, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Sementara mungkin murid-murid lainnya sudah siap untuk menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka. 
Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent) 
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain. 
Lambat - Cepat 
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain. Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

dari murid yang ada di setiap kelas, tentu masing-masing murid memiliki tool dengan frekuensi yang berbeda pula, maka guru harus mampu mengidentifikasi tool tersebut agar dapat melihat kesiapan siswa dalam memenuhi kebutuhannya.






Read More »
28 May | 0komentar