Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query inovasi, dan relevansi. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query inovasi, dan relevansi. Sort by date Show all posts

24 Tahun Seamolec Bagi-Bagi Hadiah 20jt


Dalam rangka memeriahkan ultahnya yang ke 24, SEAMOLEC membuka pendaftaran untuk Bantuan Penelitian sebesar maksimal Rp 20.000.000. 
Topik penelitian seputar "Inovasi Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh pada Masa Pandemi Covid-19" dan tawaran ini terbuka untuk para pendidik dan tenaga kependidikan. 
Tersedia panduan penulisan proposal pada link dibawah ini 

Pendahuluan 
Pandemi COVID-19 telah mengubah dunia pendidikan. Setelah dideklarasikan oleh WHO sebagai pandemi global, Universitas dan sekolah ditutup untuk mencegah penyebaran virus SARS-COV 19, akibatnya banyak institusi pendidikan yang beralih menggunakan pembelajaran jarak jauh agar aktivitas belajar-mengajar tetap berjalan. SEAMOLEC membuka peluang hibah penelitian bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkomitmen menggunakan penelitian dalam mengembangkan teknologi, strategi pengajaran dan pembelajaran, model pengajaran, atau penerapan ICT dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh di tingkat nasional maupun regional. 
Tujuan dari undangan proposal ini adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam konteks menggabungkan sumber daya teknologi dan strategi pengajaran yang inovatif. Tujuan, latar belakang, topik potensial, dan informasi lainnya dapat dilihat pada kerangka acuan yang disertakan pada web ini. 
Proposal harus dengan jelas menjabarkan pertanyaan penelitian, metodologi, sumber data, dan relevansi dengan tema. Harap sertakan CV penulis utama dan tim peneliti di dalam pengiriman berkas. 
Silakan membaca panduan penulisan proposal disini

 Penelitian berlangsung selama 3-5 bulan dengan rincian sbb: 

No.

Aktivitas

Bulan

1

Batas akhir pengumpulan proposal

24 Februari - 10 Maret 2021

2

Seleksi proposal

12 - 26 Maret 2021

3

Workshop finalisasi proposal dan penandatanganan kontrak penelitian

5-7 April 2021l

4

Monitoring penelitian

Juni - Juli 2021

4

Penyerahan laporan dan artikel penelitian

1-10 Oktober 2021


Tema penelitian kompetisi SEAMOLEC tahun 2021 "Inovasi Pembelajaran Terbuka dan Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid19" 

 Subtema penelitian: 
  1. Inovasi rancangan dan pengelolaan pembelajaran terbuka dan jarak jauh
  2.  sesmen dan evaluasi pembelajaran terbuka dan jarak jauh 
  3. Motivasi dan keterlibatan dalam pembelajaran (learning engagement and motivation) 
  4. Penerapan knowledge management pada institusi pendidikan 
  5. Penerapan learning analytic dan atau adaptive learning pada institusi pendidikan 
  6.  Inovasi teknologi dan metode dalam E-learning

 

Durasi penelitian: Maksimal 5 bulan 
Bantuan Penelitian: Maksimal Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah)/proposal

Sumber : https://seamolec.org/grant-2021

Read More »
01 March | 0komentar

Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

 Materi Pembelajaran Mendalam




Pendidikan terus berkembang, dan di era yang serba cepat ini, tuntutan terhadap kualitas lulusan semakin tinggi. Bukan hanya sekadar menguasai materi, lulusan kini diharapkan memiliki kompetensi holistik yang relevan dengan tantangan masa depan. Di sinilah konsep pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi krusial. Pembelajaran mendalam adalah pendekatan yang mendorong peserta didik untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara mendalam, berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam konteks nyata. Artikel ini akan membahas berbagai dimensi penting dalam kerangka pembelajaran mendalam.

Dimensi Profil Lulusan
Profil lulusan dalam kerangka pembelajaran mendalam jauh melampaui sekadar nilai akademis. Ada beberapa dimensi kunci yang menjadi fokus, yaitu: Penguasaan Konsep Mendalam: Lulusan tidak hanya tahu "apa", tetapi juga "mengapa" dan "bagaimana". Mereka mampu menjelaskan konsep-konsep kompleks dengan bahasa mereka sendiri dan menghubungkannya dengan berbagai ide. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah: Lulusan mampu menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, mengidentifikasi masalah, dan merumuskan solusi inovatif. Mereka tidak takut menghadapi tantangan dan mampu mencari berbagai perspektif. Kolaborasi dan Komunikasi Efektif: Di dunia yang semakin terhubung, kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif adalah fundamental. Lulusan diharapkan mampu berinteraksi, berbagi ide, dan membangun konsensus dengan beragam individu. Kreativitas dan Inovasi: Lulusan didorong untuk berpikir di luar kotak, menghasilkan ide-ide baru, dan menerapkan solusi kreatif untuk masalah yang ada. Mereka tidak hanya mengonsumsi informasi, tetapi juga menciptakan. Karakter dan Kewarganegaraan Global: Pembelajaran mendalam juga menekankan pada pengembangan integritas, empati, ketahanan, dan tanggung jawab sosial. Lulusan diharapkan menjadi warga negara yang sadar dan berkontribusi positif bagi masyarakat global. Literasi Digital dan Belajar Sepanjang Hayat: Di era informasi, kemampuan menggunakan teknologi secara bijak dan terus belajar sepanjang hidup adalah suatu keharusan. Lulusan diharapkan proaktif dalam mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

Prinsip Pembelajaran
Untuk mencapai profil lulusan yang diinginkan, pembelajaran mendalam didasarkan pada beberapa prinsip utama: Fokus pada Makna dan Relevansi: Pembelajaran harus bermakna dan relevan bagi peserta didik. Mereka harus melihat hubungan antara apa yang mereka pelajari dengan kehidupan mereka dan dunia nyata. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik: Peserta didik bukan objek pasif, melainkan aktor aktif dalam proses pembelajaran. Mereka didorong untuk mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka sendiri. Penekanan pada Pemahaman Konseptual: Bukan sekadar menghafal fakta, tetapi membangun pemahaman yang kokoh tentang konsep-konsep dasar dan hubungan di antaranya. Pembelajaran Berbasis Proyek dan Masalah Nyata: Peserta didik terlibat dalam proyek-proyek yang menantang dan memecahkan masalah-masalah nyata, yang menuntut mereka untuk mengaplikasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Lingkungan Belajar yang Mendukung Eksplorasi dan Risiko: Guru menciptakan suasana yang aman di mana peserta didik merasa nyaman untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan membuat kesalahan sebagai bagian dari proses belajar. Umpan Balik yang Konstruktif dan Berkelanjutan: Umpan balik tidak hanya tentang nilai, tetapi juga tentang memberikan arahan yang jelas untuk perbaikan dan pengembangan.

Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar dalam kerangka pembelajaran mendalam dirancang untuk memfasilitasi pencapaian profil lulusan dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran. Ini mencakup: Pembelajaran Kolaboratif: Peserta didik sering bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah, melakukan proyek, dan saling belajar. Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan, menyelidiki, dan menemukan jawaban sendiri, daripada hanya menerima informasi dari guru. Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Aktif: Teknologi digunakan sebagai alat untuk eksplorasi, kreasi, dan kolaborasi, bukan hanya sebagai sumber informasi pasif. Asesmen Formatif yang Berkelanjutan: Asesmen tidak hanya untuk menilai hasil akhir, tetapi juga untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran. Koneksi dengan Dunia Luar: Pembelajaran dihubungkan dengan komunitas, industri, dan isu-isu global melalui kunjungan lapangan, narasumber ahli, atau proyek-proyek yang melibatkan pihak eksternal. Ruang untuk Refleksi dan Metakognisi: Peserta didik diajak untuk merenungkan proses belajar mereka sendiri, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta merencanakan langkah selanjutnya.

Kerangka Pembelajaran (Struktur Implementasi)
Kerangka pembelajaran mendalam tidak hanya berhenti pada filosofi, tetapi juga membutuhkan struktur implementasi yang jelas. Ini bisa mencakup: Desain Kurikulum yang Fleksibel dan Terintegrasi: Kurikulum dirancang untuk memungkinkan koneksi antar-mata pelajaran dan memberikan ruang bagi pembelajaran yang berpusat pada minat peserta didik. Pengembangan Profesional Guru yang Berkelanjutan: Guru membutuhkan pelatihan dan dukungan untuk mengembangkan kapasitas mereka dalam memfasilitasi pembelajaran mendalam. Lingkungan Fisik yang Mendukung: Ruang kelas dan fasilitas lainnya dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi, eksplorasi, dan kreativitas. Kemitraan dengan Orang Tua dan Komunitas: Orang tua dan komunitas menjadi mitra dalam mendukung proses pembelajaran mendalam, menciptakan ekosistem yang terpadu. Sistem Asesmen yang Komprehensif: Mengukur tidak hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan, sikap, dan karakter sesuai dengan dimensi profil lulusan. Ini bisa melibatkan portofolio, proyek, dan observasi. Budaya Sekolah yang Inovatif: Seluruh ekosistem sekolah mendorong eksperimen, pembelajaran dari kesalahan, dan suasana yang mendukung pertumbuhan bagi semua warganya. Dengan mengimplementasikan kerangka pembelajaran mendalam secara komprehensif, institusi pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang memberdayakan peserta didik untuk menjadi individu yang kompeten, berdaya saing, dan siap menghadapi kompleksitas dunia abad ke-21. Ini bukan hanya tentang mengisi kepala dengan informasi, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang mampu berpikir, berkreasi, berkolaborasi, dan berkontribusi secara bermakna.

Read More »
23 June | 0komentar

Berpikir Jernih di Tengah Badai Informasi

Di era digital yang serba cepat, arus informasi mengalir deras tanpa henti. Kemudahan mengakses berbagai sumber informasi seharusnya menjadi modal berharga untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi sebuah ancaman serius: erosi pemikiran kritis dan literasi informasi akibat kecenderungan konsumsi informasi yang dangkal dan terfragmentasi. Fenomena ini, jika dibiarkan berlarut-larut, dapat membawa dampak jangka panjang yang merugikan bagi individu, masyarakat, dan bahkan tatanan demokrasi. 
Ancaman Nyata Erosi Pemikiran Kritis Salah satu dampak paling mengkhawatirkan dari konsumsi informasi yang dangkal adalah terkikisnya kemampuan berpikir kritis. Ketika individu terbiasa menerima informasi secara instan melalui headline menarik, cuitan singkat, atau unggahan media sosial tanpa melakukan verifikasi atau analisis mendalam, kemampuan mereka untuk mengevaluasi informasi secara objektif menjadi tumpul. 
Mereka cenderung menerima informasi apa adanya tanpa mempertanyakan sumber, validitas, atau potensi bias yang terkandung di dalamnya. Keterbiasaan ini melahirkan generasi yang kurang mampu membedakan antara fakta dan opini, antara informasi yang kredibel dan yang tidak. Mereka menjadi lebih rentan terhadap disinformasi, berita palsu (hoax), dan propaganda yang dirancang untuk memanipulasi opini publik. Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi yang mendasari suatu klaim, mengevaluasi argumen, dan menarik kesimpulan yang logis menjadi semakin tergerus. 
Literasi Informasi yang Terabaikan Erosi pemikiran kritis berjalan beriringan dengan rendahnya literasi informasi. Literasi informasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi secara efektif dan etis. Di era banjir informasi ini, literasi informasi menjadi semakin krusial. Individu perlu memiliki keterampilan untuk: 
  • Mengidentifikasi kebutuhan informasi: Mampu merumuskan pertanyaan yang jelas dan menentukan jenis informasi yang dibutuhkan. 
  • Menemukan informasi: Mahir menggunakan berbagai sumber informasi secara efektif dan efisien, termasuk mesin pencari, basis data, dan perpustakaan digital. 
  • Mengevaluasi informasi: Mampu menilai kredibilitas, akurasi, relevansi, dan bias dari berbagai sumber informasi. 
  • Mengorganisir dan mensintesis informasi: Mampu mengolah informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan merangkainya menjadi pemahaman yang komprehensif. 
  • Menggunakan informasi secara etis: Memahami isu-isu hak cipta, privasi, dan plagiarisme, serta mampu menggunakan informasi secara bertanggung jawab. 
Ketika konsumsi informasi didominasi oleh konten yang dangkal dan terfragmentasi, proses pengembangan keterampilan literasi informasi ini terhambat. Individu tidak terdorong untuk mencari informasi dari berbagai sumber, melakukan analisis mendalam, atau mempertimbangkan perspektif yang berbeda. Akibatnya, mereka terjebak dalam echo chamber atau filter bubble, di mana mereka hanya terpapar pada informasi yang sesuai dengan keyakinan mereka sendiri, memperkuat bias yang sudah ada. 
Dampak Jangka Panjang yang Merugikan Erosi pemikiran kritis dan rendahnya literasi informasi memiliki konsekuensi jangka panjang yang merugikan di berbagai aspek kehidupan: 
Rentan terhadap Manipulasi: 
Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dan literasi informasi yang memadai menjadi sasaran empuk bagi pihak-pihak yang ingin menyebarkan disinformasi atau propaganda untuk kepentingan tertentu. Hal ini dapat mengancam stabilitas sosial dan politik. 
Keputusan yang Tidak Tepat: Dalam kehidupan sehari-hari, individu dihadapkan pada berbagai pilihan dan keputusan. Tanpa kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, mereka cenderung membuat keputusan yang kurang tepat berdasarkan informasi yang salah atau menyesatkan, baik dalam hal keuangan, kesehatan, maupun pilihan politik. 
Polarisasi dan Konflik Sosial: Paparan terhadap informasi yang terfragmentasi dan kurangnya kemampuan untuk memahami perspektif yang berbeda dapat memperdalam polarisasi di masyarakat. Echo chamber dan filter bubble memperkuat keyakinan yang sudah ada dan mempersulit terjadinya dialog yang konstruktif. 
Menghambat Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Inovasi: Pemikiran kritis adalah fondasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi. Masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ini akan sulit untuk menerima ide-ide baru, mempertanyakan asumsi yang ada, dan mendorong kemajuan. Erosi Kepercayaan terhadap Institusi: Ketika masyarakat kesulitan membedakan antara informasi yang benar dan salah, kepercayaan terhadap media, pemerintah, dan lembaga-lembaga publik lainnya dapat terkikis. Hal ini dapat melemahkan tatanan sosial dan demokrasi. 
Upaya Mengatasi Erosi Pemikiran Kritis dan Meningkatkan Literasi Informasi Mengatasi erosi pemikiran kritis dan meningkatkan literasi informasi membutuhkan upaya kolektif dari berbagai pihak: 
  • Pendidikan: Sistem pendidikan harus dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan literasi informasi sejak dini. Kurikulum perlu memasukkan pembelajaran tentang evaluasi sumber informasi, analisis argumen, dan identifikasi bias. 
  • Keluarga: Orang tua memiliki peran penting dalam menanamkan kebiasaan membaca, berdiskusi, dan mempertanyakan informasi kepada anak-anak mereka. Media Massa: Media massa memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan mendalam, serta memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya literasi informasi. 
  • Platform Digital: Platform media sosial dan penyedia informasi daring perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk memerangi penyebaran disinformasi dan mempromosikan konten yang berkualitas. Algoritma yang digunakan perlu mempertimbangkan aspek kredibilitas dan akurasi informasi. 
  • Masyarakat Sipil: Organisasi masyarakat sipil dapat berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang literasi informasi melalui berbagai program dan kegiatan. Individu: Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan literasi informasi secara mandiri. 
Hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan diri untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang kredibel, melakukan verifikasi sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi, serta terbuka terhadap perspektif yang berbeda. 
Erosi pemikiran kritis dan rendahnya literasi informasi merupakan ancaman nyata di era digital ini. Kecenderungan mengonsumsi informasi secara dangkal dan terfragmentasi memiliki dampak jangka panjang yang merugikan bagi individu, masyarakat, dan demokrasi. Oleh karena itu, upaya kolektif dan berkelanjutan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan berpikir kritis dan literasi informasi yang memadai. Dengan masyarakat yang cerdas dan mampu memilah informasi, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan terhindar dari bahaya manipulasi dan disinformasi.

Read More »
25 May | 0komentar

Pembelajaran Praktik Berbasis Virtual?

Relevansi Pendidikan Sistem Ganda
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 3 tahun 2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri. Peraturan ini akan menjadi pedoman bagi SMK dalam menyelenggarakan pendidikan kejuruan yang sesuai dan terhubung atau “link and match” dengan industri. Sedangkan, bagi perusahaan diminta untuk memfasilitasi pembinaan kepada SMK dalam menghasilkan tenaga kerja industri yang terampil dan kompeten,

Mutu pendidikan akan berdampak pada peningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah yang telah memberikan semua biaya kepada pihak sekolah, menjamin mutu lulusan, membuat SDM bekerja lebih profesional dan meningkatkan persaingan yang sehat. Penyebab dari rendahnya mutu pendidikan menurut Supriadi (2003, h.39) dikarenakan beberapa faktor yang meliputi kondisi pengajar yang masih mismatch dalam dua hal pertama, penempatan pengajar yang kurang merata. Kedua, pengajar yang mempunyai kualifikasi tidak layak atau mengajar pada mata pelajaran yang tidak sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah msalah keterbatasan fasilitas sebagai penunjang belajar di sekolah. Upaya dalam mengatasi penyebab tersebut yaitu perlu adanya perubahan yang mendasar di bidang pendidikan, yang secara sederhana perubahan ditandai oleh adanya hal yang baru yang disebut sebagai inovasi.

Inovasi yang secara umum dilakukan oleh organisasi publik termasuk lembaga pendidikan adalah melalui pemanfaatan Teknologi Informasi. Hal ini dikarenakan di era globalisasi seperti saat ini perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi telah berjalan dengan sangat pesat. Sebagaian besar sekolah termasuk Sekolah Menengah Kejuruan melakukan inovasi melalui pemanfaatan Teknologi Infomasi seperti penggunaan virtual, internet/komputer/laptop/fasilitas LCD monitor. Semua adalah berbasis elektronik.Menurut Djojonegoro (1998, h.5) Pendidikan kejuruan yang baik adalah yang responsive dan antipasif terhadap kemajuan teknologi informasi.

Mengingat hampir semua pihak sepakat bahwa huruf e pada kata e-laarning merupakan kependekkan dari kata elektronik, sudah dapat dipastikan bahwa e-learning (elektronik learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan peralatan elektronik seperti halnya radio, televisi, projektor, telepon dan lainnya. Namun perlu diingat bahwa kata elektronik pada huruf e saat ini telah mengalami penyempitan makna. Kata e telah berubah makna dari alat-alat elektronik menjadi komputer. Ini dapat dipahami mengingat istilah ini baru muncul dan dikenal luas setelah komputer berbasis jaringan dan internet mulai diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan digunakan sebagai salah satu media pembelajaran.

SMK di Era Pandemi

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto menjelaskan pembelajaran pendidikan vokasi menggunakan sistem dalam jaringan (daring). Hal ini akan terus dilakukan selama masa pandemi Covid-19 masih berlangsung. Wikan menjelaskan, semaksimal mungkin pihaknya akan mengoptimalkan pembelajaran berbasis daring. Namun, di satu sisi pendidikan vokasi membutuhkan banyak waktu praktik yaitu sekitar 60 persen. Terkait hal tersebut, Wikan mengatakan sekolah vokasi bisa menerapkan strategi khusus. Salah satu caranya adalah menggunakan simulasi untuk pembelajaran yang berkaitan dengan praktik. "Vokasi ini kan 60 persen praktik, nah ini ada beberapa pendekatan. Memang yang pertama tetap daring, yang kedua kita mengembangkan simulasi," kata Wikan, dalam konferensi video, Jumat (29/5). dilansir dari republika.co.id.

Apabila ada pembelajaran yang mewajibkan hands on atau memegang mesin langsung, maka Wikan menyarankan strategi lain. Ia mengatakan, Kemendikbud mendorong agar mata kuliah teori ditempatkan di awal semester, termasuk juga mata kuliah praktik yang bisa menggunakan simulasi. Sementara pembelajaran praktik yang harus memegang mesin bisa ditempatkan di akhir. Ia menjelaskan, kebijakan ini bisa dilakukan tergantung Sekolah SMK,politeknik atau sekolah vokasi yang bersangkutan.


SMK harus ‘menikah’ dengan industri atau dunia kerja. Artinya berarti harus ada kurikulum baru seperti pembelajaran daring, evaluasi pembelajaran, pembelajaran praktek, dan sebagainya. Lalu, pendidikan vokasi juga harus menguasai bahasa asing untuk menghadapi kerja di dunia industri. Dengan keadaan seperti ini, generasi milenial, dosen dan guru harus adaptasi dengan perubahan baru.
Silabus harus diubah demi memperlancar pendidikan vokasi. Harus ada pengembangan materi seperti, multimedia, animasi dan video. Sehingga kedepannya generasi milenial dapat bekerja secara baik di industri. “Link and match prinsipnya industri dan pendidikan vokasi harus menyatu. Yang diharapkan industri yaitu kompetensi. Dan bagaimana industri ini juga bisa menyerap pendidikan vokasi. Perlunya modifikasi dan inovasi melalui pembelajaran daring demi memenuhi syarat minimal yang diharapkan industri.


Read More »
08 July | 0komentar

Regulasi Pendidikan Tahun Ajaran 2025/2026

Tahun ajaran 2025/2026 di Indonesia diproyeksikan menjadi periode krusial dalam evolusi sistem pendidikan nasional. Setelah beberapa tahun implementasi dan adaptasi berbagai kebijakan kurikulum, perhatian utama kini tertuju pada konsolidasi regulasi yang akan menopang arah pembelajaran di masa depan. Artikel ini akan membahas potensi regulasi dan dampaknya terhadap dinamika pendidikan di Indonesia pada tahun ajaran tersebut, dengan fokus pada kesinambungan, inovasi, dan relevansi
Regulasi terkait dengan kurikulum pada pendidikan di tahun ajaran 2025/2026 berikut:
  1. Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah; 
  2. Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2025 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah; 
  3. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah; 
  4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 21 Tahun 2022 tentang Standar Penilaian pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah; 
  5. Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2025 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah; dan 
  6. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 046/H/Kr/2025 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah
  7. Capaian Pembelajaran untuk SMK

Read More »
31 July | 0komentar

Karakteristik Mapel KKA: Membangun Masa Depan Berbasis Etika dan Konteks

Karakteristik Mapel KKA
Di era digital yang berkembang pesat ini, penguasaan teknologi menjadi kunci. Salah satu bidang yang paling relevan dan transformatif adalah Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA). Namun, KKA bukan sekadar mata pelajaran yang mengajarkan baris-baris kode atau algoritma canggih. Lebih dari itu, KKA dirancang dengan karakteristik pembelajaran yang holistik, menitikberatkan pada pengembangan kompetensi teknis yang berlandaskan etika dan konteks nyata.

Fondasi Etika: Membangun Kompetensi Berkeadaban Poin pertama dan terpenting dalam pembelajaran KKA adalah menanamkan etika (keadaban) sebagai fondasi bagi penguasaan kompetensi di semua jenjang. Ini berarti bahwa setiap kali siswa belajar tentang coding atau bagaimana AI bekerja, mereka juga diajak untuk merenungkan dampak sosial, moral, dan etis dari teknologi tersebut. Bagaimana AI dapat digunakan untuk kebaikan? Bagaimana kita mencegah bias dalam algoritma? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bagian integral dari kurikulum, memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga bertanggung jawab secara etis.

Pembelajaran Kontekstual: Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari KKA dirancang untuk menjadi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan situasi yang dihadapi peserta didik sehari-hari dan permasalahan yang terjadi di masyarakat/lingkungan sekitar. Ini berarti konsep-konsep KKA tidak diajarkan secara abstrak. Sebaliknya, siswa akan diajak untuk mengidentifikasi masalah nyata di komunitas mereka – misalnya, bagaimana AI bisa membantu mendeteksi sampah di sungai atau bagaimana coding dapat menciptakan aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal belajar. Pendekatan ini membuat pembelajaran menjadi lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi siswa.

Fleksibilitas Metode Pembelajaran: Internet-based, Plugged, dan Unplugged Fleksibilitas adalah kunci dalam KKA, dengan pembelajaran dapat dilaksanakan secara internet-based, plugged, dan unplugged. Internet-based memanfaatkan platform online, tutorial interaktif, dan kolaborasi virtual. Plugged melibatkan penggunaan perangkat keras seperti robotika sederhana atau mikrokontroler. Unplugged adalah metode pembelajaran tanpa komputer, di mana konsep-konsep KKA diajarkan melalui permainan, aktivitas fisik, atau teka-teki logika. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran KKA dapat diakses oleh semua siswa, terlepas dari ketersediaan fasilitas teknologi.

Pendekatan Human-Centered: Manusia sebagai Pusat Inovasi Karakteristik penting lainnya adalah penggunaan pendekatan human-centered di mana manusia sebagai fokus dalam pembelajaran, pemanfaatan, dan pengembangan KA. Ini menegaskan bahwa tujuan utama dari KKA adalah untuk melayani dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Siswa diajarkan untuk merancang solusi yang ramah pengguna, inklusif, dan memberikan nilai nyata bagi individu dan masyarakat, bukan sekadar menciptakan teknologi untuk kepentingan teknologi itu sendiri.

Jenjang Pembelajaran yang Terstruktur: Dari SD hingga SMA/SMK Kurikulum KKA dirancang secara progresif sesuai jenjang pendidikan:
Jenjang SD: KKA menekankan penguasaan kompetensi pra-dasar sebagai bekal bagi pembelajaran Informatika serta Koding dan KA di jenjang SMP. Ini bisa berupa pengenalan logika dasar, sequencing, atau konsep algoritma sederhana melalui permainan dan aktivitas yang menyenangkan. 
Jenjang SMP: Siswa akan melakukan praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat dasar. Mereka akan mulai menulis kode sederhana, memahami struktur data dasar, dan belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. 
Jenjang SMA/SMK: Pembelajaran berlanjut ke praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat menengah dan lanjut. Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan proyek yang lebih kompleks, memahami konsep AI yang lebih dalam, dan bahkan mulai bersiap untuk karir di bidang teknologi. 

Dengan karakteristik pembelajaran yang komprehensif ini, mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial tidak hanya membekali siswa dengan keterampilan teknis yang esensial, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika dan kemampuan berpikir kritis. Ini adalah langkah krusial dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan inovator yang bertanggung jawab di masa depan.

Read More »
04 July | 0komentar

Arah Kebijakan Pengembangan Pendidikan Prov.Jawa Tengah

Sumber Materi Bimtek BPSDMD Jawa Tengah

Materi Bimtek Perancangan Metode dan Media Interaktif untuk Guru SLB/SMA/SMK Provinsi Jawa Tengah dilaksanakan setelah pembukaan. Materi disampaikan oleh Sugiyarto,S.Sos. ,Widyaprada Ahlimuda PTK SMA Bidang Ketenagaan Disdikbud. Disampaikan bahwa isu-isu pendidikan di Jawa Tengah diantaranya ada beberapa :
1. Akses pemerataan pendidikan
2. Peningkatan kualitas,relevasi dan daya saing pendidikan
3. Tata kelola, akuntabilitas dan citra pendidikan
4. Memperluas layanan pendidikan terutama bagi yang kurang mampu melalui inovasi layanan pendidikan
5. Meningkatan kualitas lulusan melalui pembelajaran
6. Meningkatkan tatakelola, penyelenggaraan dan layanan pendidikan yang akuntabel

Arah Kebijakan layanan pendidikan:
Memperkuat Kapasitas Ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai lingkungan

Peningkatan Akses Pendidikan dan Kebudayaan didukung peningkatan sarpras serta pemanfaatan IPTEK.
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pelestarian Budaya didukung Peningkatan Kapasitas Pendidik, Tenaga Pendidikan dan Pamong Budaya.
Peningkatan Daya Saing SDM Pendidikan dan Kebudayaan didukung Penguatan Tata Kelola.
Peningkatan relevansi pendidikan berbasis budaya.
Penguatan insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter

Read More »
27 February | 0komentar

Otak di Balik Layanan Favorit Anda, Sang Artificial Narrow Intelligence (ANI)

Di tengah hiruk pikuk pembahasan tentang Kecerdasan Artifisial (KA), penting untuk memahami bahwa tidak semua bentuk KA memiliki kemampuan yang sama. Saat ini, bentuk KA yang paling dominan dan banyak kita gunakan adalah Artificial Narrow Intelligence (ANI), atau sering disebut juga KA lemah (weak AI). ANI berbeda dengan konsep KA yang lebih futuristik seperti Artificial General Intelligence (AGI) atau Artificial Superintelligence (ASI), karena ANI beroperasi dalam batasan yang sangat spesifik.
Apa Itu Artificial Narrow Intelligence (ANI)?
ANI didefinisikan sebagai sistem KA yang dirancang dan dilatih untuk melakukan tugas tunggal atau serangkaian tugas yang sangat spesifik dalam domain yang terbatas. Meskipun disebut "lemah", jangan salah sangka. Kemampuan Artificial Narrow Intelligence (ANI) dalam domain spesifiknya bisa mencapai tingkat superhuman (superhuman capabilities), jauh melampaui apa yang bisa dilakukan manusia. Namun, kecerdasan ini tidak dapat dialihkan ke domain atau tugas lain.
Bayangkan seorang juara catur dunia. Dia mungkin memiliki kemampuan luar biasa dalam catur, tetapi keahlian itu tidak serta merta membuatnya menjadi ahli dalam bedah otak atau membangun gedung pencakar langit. Demikian pula dengan Artificial Narrow Intelligence (ANI). Ia sangat mahir dalam satu hal, tetapi tidak memiliki pemahaman atau kemampuan di luar area programnya.

Contoh dan Karakteristik Artificial Narrow Intelligence (ANI)
Banyak sekali produk dan layanan yang kita gunakan sehari-hari mengintegrasikan Artificial Narrow Intelligence (ANI). Salah satu contoh klasik adalah perangkat KA yang diprogram untuk menerjemahkan suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Untuk mengembangkan sistem penerjemahan seperti ini, dibutuhkan jumlah data berlabel yang sangat banyak sebagai data latih. Data ini memungkinkan algoritma untuk belajar pola-pola bahasa, tata bahasa, dan konteks kata. Meskipun sistem ini bisa menerjemahkan dengan sangat akurat dan cepat, ia tidak bisa melakukan tugas lain di luar kemampuannya, misalnya menulis puisi orisinal atau merencanakan strategi bisnis.

Karakteristik kunci dari ANI meliputi:
Fokus Spesifik: Hanya mahir dalam satu atau beberapa tugas yang saling terkait. Ketergantungan pada Data: Membutuhkan data latih dalam jumlah besar dan berkualitas tinggi untuk belajar dan meningkatkan kinerjanya. Tidak Ada Kesadaran Diri: Tidak memiliki kesadaran, perasaan, atau pemahaman kontekstual seperti manusia. Bukan Kecerdasan Umum: Tidak dapat menggeneralisasi pengetahuan dari satu tugas ke tugas lain. Masa Depan dan Relevansi Artificial Narrow Intelligence (ANI).
Meskipun terbatas pada domain spesifik, Artificial Narrow Intelligence (ANI) adalah fondasi dari sebagian besar inovasi KA yang kita lihat saat ini. Dari asisten suara (seperti Siri atau Google Assistant), sistem rekomendasi di platform streaming (Netflix, YouTube), filter spam email, hingga sistem deteksi penipuan di perbankan—semuanya adalah contoh canggih dari Artificial Narrow Intelligence (ANI).
Pengembangan Artificial Narrow Intelligence (ANI) terus berlanjut, dengan peningkatan dalam efisiensi algoritma dan kemampuan untuk menangani data yang semakin kompleks. Artificial Narrow Intelligence (ANI) akan terus menjadi tulang punggung revolusi teknologi, menyediakan solusi yang sangat efektif untuk masalah-masalah spesifik, bahkan ketika kita terus menatap kemungkinan-kemungkinan yang ditawarkan oleh bentuk Kecerdasan Artifisial (KA) yang lebih luas di masa depan.

Read More »
09 July | 0komentar