Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2 : Kompetensi Sosial dan Emosional

Sharing pengalaman pada jurnal refleksi dwi mingguan modul 2.2 yaitu tentang Pembelajaran Sosial Emosional dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Finding, Future) konsep dari Robert Greenaway. Model ini lalu diadaptasi kedalam bahasa Indonesia menjadi 4P yaitu: Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, Penerapan). Sehingga, kemudian yang kami jadikan pertanyaan pemantik dalam membuat refleksi ini adalah : 
1. Apa yang kami (CGP) lihat dalam proses tersebut? (Peristiwa) 
2. Apa yang kami (CGP) rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan) 
3. Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut? (Pembelajaran) 
4. Apa umpan balik yang kami (CGP) dapatkan? (Pembelajaran) 
5. Apa yang ingin kami (CGP) perbaiki atau tingkatkan, agar ini berdampak lebih luas? (Penerapan)
   
1. Facts (Peristiwa)
Alhamdulillahirabbil 'aalamiin saya ucapkan terimakasih kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya saya telah dapat menyelesaikan dan mempelajari modul 2.2 dengan bantuan Ibu Sulastri sebagai fasilitator saya dan Bp. Muh. syaefudin sebagai Pengajar Praktiknya. Sesuai tahapan MERDEKA yang dilaksanakan, pembelajaran Modul 2.2 ini dimulai dengan mulai dari diri, kami disuguhi materi dan video yang ada di LMS serta diberikan beberapa pertanyaan tentang pengalaman yang pernah kami alami yang berhubungan dengan tugas kami sebagai pendidik yang berkaitan dengan sosial dan emosional. Bagaimana kami mengahadapi krisis tersebut, bagaimana kami bisa bangkit dari krisis tersebut, serta apa yang kami pelajari dari krisis tersebut. 
Kemudian paparan dengan eksplorasi konsep yang berisi materi-materi tentang Kompetensi Sosial Emosional, Pembelajarannya serta Implementasinya di sekolah. Selain itu juga diselingi dengan tugas-tugas yang berisi refleksi dari tiap-tiap materi yang telah kami pelajari. Dengan mempelajari Pembelajaran Sosial Emosional ini diharapkan agar : 
1. Kami dapat menjelaskan urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. 
2. Dapat menjelaskan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 
3. Dapat mendemonstrasikan pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar pengembangan 5 kompetensi sosial emosional (KSE). 
4. Dapat menjelaskan bagaimana implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 indikator, yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. 
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran Sosial Emosional ini dapat diimplementasikan di kelas atau sekolah dengan 4 indikator yaitu, pembelajaran eksplisit, integrasi dalam pembelajaran guru dan kuirkulum akademik, melalui proses menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah, serta penguatan KSE Tenaga pendidik dan Tenaga Kependidikan. Untuk menambah pemahaman kami dalam mendalami modul tentang pembelajaran berdifernsiasi, kami juga melakukan tatap maya dengan fasilitator dalam ruang kolaborasi yang terbagi atas 2 sesi, yaitu sesi diskusi dan sesi presentasi. Pada hari selasa tanggal 28 Februari 2023, Bapak Muhtarom, M.Pd selaku fasilitator kami memberikan pemantapan tentang modul pembelajaran sosial emosional yang kemudian kami diminta untuk melakukan diskusi dengan menaganalisis tentang implementasi KSE. Pada hari berikutnya, 18 Nov 22 kami melakukan presentasi hasil dari diskusi kelompok yang sudah kami kerjakan.
2. Feeling (perasaan)
Selama kurang lebih dua minggu mempelajari modul 2.2 ini, banyak sekali hal yang dirasakan. senang, sedih, bahagia, semua bercampur aduk dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru. Banyak sekali perasaan yang timbul dari diri saya, seperti perasaan senang, karena bertambah lagi ilmu saya terutama bagaimana tentang bagaimana saya mampu mengenali emosi yang sedang saya rasan serta bagaimana saya mampu mengelola emosi tersebut agar tidak melakukan tindakan yang mungkin akan berdampak negatif bagi murid saya. Karena ketidakmampuan saya mengelola emosi tersebut, murid saya yang akan menerima akibatnya. Selama ini saya merasa, apapun perasaan yang sedang saya rasakan itu tidak akan mempengaruhi diri saya ataupun orang lain dalam pelaksanaan tugas saya sebagai guru. 
Selain itu, perasaan cemas juga sedikit mengahampiri saya setelah mempelajari modul ini, saya cemas jika saya tidak mampu memahami perasaan murid saya. Dan perasaan yang sedang dialami mereka tentunya akan berpengaruh terhadap proses melaksanakan dan menerima pelajaran. Saya tidak ingin, ketidakmampuan saya memahami perasaan mereka, akan mengurangi kualitas hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebenarnya sebelum mempelajari modul 2.2 rata-rata CGP sudah menerapkan pembelajaran Sosial Emosional di sekolahnya masing-masing, namun memang belum spesifik dan belum mengerti istilah pembelajaran sosial emosional, dan bagaimana mengatur pembelajaran sosial emosional tersebut dengan baik. Banyak ilmu Pengetahuan yang saya dapatkan selama menjalani proses ini, bagaimana menjadi guru yang seharusnya dapat memanjemen sosial emosional, bagaimana menerapkan pembelajaran sosial emosional di sekolah.
3. Finding (pembelajaran)
Dalam modul 2.2 tentang pembelajaran sosial emosional banyak ilmu baru yang bisa saya dapatkan. Dari modul ini saya mendapatkan pelajaran bahwa mengenali emosi diri sebelum melakukan setiap tindakan itu harus, agar tindakan tersebut tidak berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Selain mengenali emosi diri, kita juga dituntut untuk mampu mengelola emosi tersebut agar kita kembali ke keadaan semula yaitu dalam keadaan yang bahagia. Selain itu, banyak lagi ilmu yang saya dapatkan di modul ini seperti kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Semua materi tersebut bertujuan untuk menciptakan hubungan yang baik dan positif dengan sesama rekan kerja, dengan murid maupun dengan masyarakat disekitar kita. 
Beberapa kesimpulan dalam mempelajari modul ini antara lain: Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional. 5 Kompetensi Sosial Emosianal diantaranya sebagai berikut : 
1. Kesadaran Diri (Self Awareness), 
2. Pengelolaan Diri (Self Management), 
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness), 
4. Kemampuan Berinteraksi Sosial (Relationship Skills), 
5. Pengambilan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible Decision-Making). 
Kompetensi sosial emosional ini juga dapat diterapkan di kelas maupun disekolah. Penerapan PSE di kelas bisa dilakukan dengan pembelajaran secara eksplisit maupun terintegrasi dalam proses belajar guru dan kurikulum akademik. Juga dapat dilakukan dengan membentuk iklim kelas dan budaya sekolah serta dengan melakukan penguatan pada Tenaga pendidik maupun tenaga kepedidikan. Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. 
Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani. Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. 


Kualitas relasi guru dan murid yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi murid dalam mengekspresikan dirinya. murid-murid akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan murid, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid, dan menumbuhkan optimisme. Adapun tujuan utama PSE itu sendiri adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
4. Future (penerapan)
Dari pendalaman materi PSE pada modul 2.2 ini saya berencana untuk menerapkannya terlebih dahulu dalam lingkup kelas saya disekolah seperti melakukan Bernafas dengan kesadaran penuh sebelum memulai pembelajaran dengan teknik STOP, kemudian juga mengintegrasikan kompetensi tersebut dalam pembelajaran saya seperti menerapkan kompetensi kesadaran sosial dalam kegiatan diskusi di kelas, kemudian menerapkan keterampilan berelasi pada saat melakukan refleksi ataupun memberikan umpan balik terhadap hasil kerja teman maupun penjelasan guru dengan menggunakan kata-kata yang positif dan mudah dimengerti. Inilah sedikit hasil refleksi dwi mingguan saya pada modul 2.2 tentang pembelajaran sosial dan emosional pendidikan guru penggerak angkatan 6 Kab. Purbalingga

Read More »
26 August | 0komentar

Tugas Mulai Dari Diri Modul 3.2 CGP

Mulai dari diri (2JP): 
  • CGP mengingat ulang pengetahuan mereka tentang faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sekolah dengan mengisi pertanyaan yang ada. 
  • CGP merefleksikan hasil jawaban yang dimiliki dari pengetahuan awal tentang materi ini dengan keadaan di sekolahnya. 
  • CGP mengajukan pertanyaan dan harapan tentang materi in


Modul 3.2 mulai diri dengan menjawab beberapa pertanyaan di bawah ini untuk melihat sejauh mana pengetahuan peserta tentang materi kali ini. Mengingat-ingat ekosistem, bayangkan sekolah atau salah satu sekolah tempat Bapak dan Ibu bertugas.
Apa bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut sebagai sebuah ekosistem? 
Secara garis besar ekosistem di sekolah terdiri dari dua yang berupa mahluk hidup,guru,siswa dan karyawan. yang berupa benda mati: gedung,ruang kelas, lapangan, kursi, bengkel, laboratorium, komputer, aplikasi SISTER dan lain-lain.

Apa saja yang bisa Anda sebut sebagai sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah? Perhatikan untuk tidak terpaku pada hal-hal yang kelihatan. Memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan berupa guru 111 orang, karyawan 30 dan siswa 1777 anak. Sumber daya berupa peralatan bengkel dan laboratorium yang digunakan sebagai proses belajar mengajar praktik. Terdapat sumber daya media berupa elektronik yaitu website dan aplikasi yang digunakan untuk ulangan dan presensi berbasis android. Kami memiliki sumber daya berupa budaya industri dan peraturan-peraturan yang mendukung pada kedisiplinan. Refleksikan sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut. 

Apa hal-hal yang paling diingat dari sosok pemimpin tersebut, terkait dengan perannya di ekosistem sekolah serta pelibatan/pemanfaatan sumber daya yang ada? 
Kepala sekolah kami seorang yang konsisten, disiplin dan seorang yangi visioner. Jadi, seperti apa peran pemimpin yang ideal itu, khususnya dalam hal memanfaatkan semua bagian dari ekosistem dan mengelola sumberdaya yang ada di dalam dan sekitar sekolah? Pemimpin yang ideal adalah pemimpin memiliki managemen sebagai seorang manager, bisa menjadi contoh bagi guru, karyawan, dan siswa. Mempunyai rasa empati yang tinggi, mempunyai visi dan misi yang jelas dengan mengedepankan kebersamaan. memiliki jiwa bertanggungjawab dan sifat mengayomi kepada anggotannya Silakan refleksikan, posisi diri Bapak dan Ibu dalam ekosistem sekolah. 

Sejauh mana Bapak Ibu sebagai guru atau peran lainnya telah memanfaatkan sumber daya sekolah? Saya sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dengan tugas tambahan sebagai wakakur ini berusaha untuk melayani guru dan siswa dalam pelaksanaan PBM. Pemanfaatan media sekolah dan perencanaan aplikasi SISTER (Sistem Informasi Sekolah Terpadu) 

Apa saja harapan pada diri Bapak dan Ibu sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini? 
Untuk diri sendiri, murid dan sekolah Harapan saya sebagai diri sendiri setelah mempelajari modul ini adalah memahami bagai mana mengelola dan memanfaatkan semua aset sekolah sebagai sebuah ekosistem. Sehingga dapat melayani. Pada murid diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan aset sekolah untuk mencapai PBM yang optimal. Sekolah : Harapan sekolah dpt menjadikan ekosistem sebagai media untuk memberdayakan semua komponen yang ada 

Apa saja kegiatan, materi, manfaat, yang Bapak dan Ibu harapkan ada dalam modul ini? 
a. Kegiatan yang dilakukan adalah memaksimalkan sumber daya yang dimiliki sebagai kekuatan dan aset . 
b. Merencanakan kegiatan dan menginisasi untuk pengembangan sekolah untuk mendorong kepemimpinan berbasis data. 
c. Memfasilitasi keterlibatan orang tua dan masyrakat dalam pengembangan sekolah dan kualitas pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa yang meningkat.

Read More »
25 August | 0komentar

Kumpulan Tugas Mulai dari Diri Guru Penggerak

Program pendidikan ini merupakan wujud komitmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berkolaborasi dengan berbagai pihak pemangku kepentingan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi murid-murid Indonesia. Melalui individu-individu yang proaktif dan memiliki kepedulian terhadap kemajuan dan mutu pendidikan di Indonesia, maka dibentuklah program pendidikan guru penggerak. 
Guru Penggerak menggali lebih dalam tentang jati diri, mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah serta memperkaya dan menunjang sumber daya manusia yang berkualitas dan mumpuni. Semua kegiatan ini akan dilakukan melalui pelatihan daring (dalam jaringan) maupun tatap muka dengan pemodelan pelatihan yang sudah terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik/pelatihan. Semoga hal yang telah saya lalui dapat membantu Bapak/Ibu semua.


Download Mulai Dari Diri CGP

Tabel Mulai Dari Diri CGP

No
Mulai Dari Diri Modul
Link
1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
a. Modul 1.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak Link
c. Modul 1.3. Visi-Misi CGP Link
d. Modul 1.4. Budaya Positif,Keyakinan Kelas dsb Link
2 Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
a. Modul 2.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 2.2 : Pembelajaran Berdiferensiasi yang Berpihak pada Murid Link
c. Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik Link
3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
a. Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Link
b. Modul 3.2.Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Link
c. Modul 3.3.Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, student Agency Link

Read More »
25 August | 0komentar

Jurnal Refleki Dwimingguan Modul 2.1 : Pembelajaran Berdiferensiasi

Konsisten dengan model 4F dalam membuat Jurnal Refleksi Dwi mingguan yaitu: 
1. Fact ( Peristiwa) 
2. Feelin(Perasaan) 
3. Finding(Pembelajaran) 
4. Future( Penerapan) 
Tentang semua hal yang telah dipelajari dalam modul ini. Saya akan mencoba merefleksikan kembali materi dalam modul 2.1 dan merefleksikan hasil dari kegiatan yang ada di LMS. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mengungkapkan perasaan saya, gagasan dan praktik baik yang sudah saya lakukan. 
Mencoba merfekleksikan pembelajaran dan aktivitasnya yang telah saya lakukan dan lewati setiap langkahnya di Learning Mangement System(LMS). Dalam minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang harus saya kerjakan. Pertama diawali dengan Test Awal Paket Modul 2.1 kemudian dilanjutkan dengan aktivitas pembelajaran. 
Modul 2.1.a.3 yaitu: Mulai dari Diri 
Modul 2.1.a. 4 yaitu Eksplorasi Konsep 
Modul 2.1 a. 5.1 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 
Modul 2.1.a 5.2 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 2 Google meet 
Modul 2.1.a.6 yaitu Refleksi Terbimbing 
Modul 2.1.a.7 yaitu tentang Demonstari Kontekstual


1. Facts (Peristiwa)
Aktivitas pertama yaitu dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes awal paket modul 2 dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi Bersama kelompok keesokan harinya dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami mempresentasikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMP. Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman. Saya jadi mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP sesuai mata pelajaran yang kita ampu, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. 
Pertanyaan pemantik yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran berdiferensiasi. Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di sesi ini bagaimana CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi. Aktivitas berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami diminta membuat Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan CGP. Disini, saya membuat RPP berdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau dari Profil Belajarnya.
Dalam mempelajari modul 2.1 ini merupakan serangkaian kelanjutan dari modul sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kegiatan ini diawali dengan Pre Test tanggal 30 Oktober 2022. Kegiatan ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata.
Kegiatan pertama setelah pre test adalah Mulai dari diri yang merupakan langkah awal untuk mempersiapkan diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita seperti apa terhadap modul 2.1 yang kita pelajari, Berdiskusi dengan CGP lainnya dalam Ruang Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberikan masukan yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. 
Saya bersama teman di kelompok berdiskusi tentang skenario jenjang SMP dan kami buat dalam power point. Keesokan harinya saya dan tim dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan umpan balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari hasil umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Setelah elaborasi pemahaman kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran berdiferensiasi berupa RPP mapel yang berdiferensiasi. Setelah demonstrasi kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam setiap bagian modul dengan KOneksi Antar Materi. Stelah koneksi Antar materi (KAN) maka akan kami lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata.
2. PERASAAN/FEELING
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat senang namun penasaran karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang tentu satu sama lain berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga harus harus mengejar ketuntasan belajar. dampak yang ada adalah belum semua murid dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak keberagaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus kita kaitkan dengan nilai-nilai Filososfi Pendidikan menurut KH Dewantara bahwa belajar adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai tujuan belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai macama cara atau metode yang sesuai dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan pembelajaran berdiferensiasi., saya sangat bahagia bisa Menyusun langkah-langkah pembelajran untuk menyelaraskan dengan karakteristik murid. Banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan ini dan siap saya terapkan di kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan disekolah ataupun lingkup yang lebih luas lagi.
3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran berdiferensiasi itu dibuat agar para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti : 1. Kesiapan belajar (Readiness) 2. Minat belajar 3. Profil belajar murid. Kemudian dalam pembelajaran berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa strategi antara lain: 1. Diferensiasi proses 2. Diferensiasi konten 3. Diferensiasi produk Dalam proses penilaian , guru menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya semua murid memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga murid akan mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran. Kali ini saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita menyiapkan pembelajaran dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat agar semua kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.
4. Future ( Penerapan)
Dalam modul ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk menghindari dari pengalaman be3lajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid dan kuang menyenankan. mencoba terapkan di kelas dan imbaskan kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu dengan asesemen diagnostik non kogitif. 
Data pemetaan ini dapat diperoleh dari data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan di sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah maupun di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan ke arah byang lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi pemimpin.

Read More »
25 August | 0komentar

Mulai Dari Diri Modul 2.2

Tujuan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) 
Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri) 
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri) 
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial) 
Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi) Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) 

Capaian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) 
  • Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
  • Meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah
  • Menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.

Refleksi Sosial dan Emosional 
Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 
Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya? 
Saya ingin menceritakan kasus pertama yang saya hadapi ketika menjadi wali kelas. Hal ini terjadi di tempat kerja saya. Mengapa saya merefleksikan peristiwa ini karena menurut saya peristiwa ini secara langsung memberikan saya gambaran bagaimana kondisi murid yang harus saya didik dan bagaimana kita sebagai pendidik menyikapinya. 
Baru menjadi guru honor sekolah swasta di salah satu sekolah di Kab. Banjarnegara tepatnya tahun 2000, Sebagai guru baru saya menggantikan guru yang telah pensiun. Manajemen sekolah dan Yayasan  mempercayakan sebagai tugas wali kelas XII kepada saya. Baru lulus kuliah, Saya merasa masih awam akan tugas tambahan ini menyanggupinya karena berpikir bahwa ini adalah salah satu kepercayaan dan tantangan kerja. 
Sebelumnya saya memang mengajar di kelas tersebut namun baru beberapa bulan menggantikan guru yang sudah pensiun. Ketika saya baru seminggu menjadi wali kelas di sana, saya sudah menghadapi kasus yang menurut saya sangat berat di awal saya bertugas. Foto viral dari 2 siswa/i di kelas yang katanya sebagai pacar. Berita ini sampai pada Yayasan. Saya selaku wali kelas didampingi guru BK, Kepala Sekolah serta orang tua murid mendapat panggilan oleh Ketua Yayasan. 
Sebelum menghadap Ketua Yayasan, kami selaku pendidik di sekolah melakukan mediasi  dengan murid dan orang tuanya. Dalam mediasi ini, orang tua murid saling menyalahkan satu sama lain dan menganggap anak mereka adalah korban. Mediasi ini memang tidak bisa mendamaikan orang tua murid secara sepenuhnya, namun mereka setuju untuk saling bekerja sama mendidik anak mereka. 
Setelah melakukan mediasi, kami menghadap Ketua Yayasan. Ketua Yayasan memberikan arahan bahwa sosial media memberikan dampak positif dan negatif untuk semua, jadi diharapkan bijak dalam bersosial media. Bapak Ketua Yayasan menanyakan status saya yang guru baru menjadi walikelas kelas XII.

 Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis tersebut? 
Setelah mengalami insiden itu, saya yang masih merasa baru tidak langsung memarahi murid tersebut. Saya melakukan pendekatan yang lebih menjurus menjadi seorang teman karena saya merasa murid saya sudah sangat trauma dengan viralnya foto mereka yang berimbas pada kemarahan orang tua dan rasa malu dengan teman-temannya. Saya juga mengajak secara persuasif kepada murid-murid agar saling mengingatkan jika ada salah satu teman mereka memposting hal yang tidak sopan di sosial media. Saya juga mengadakan refleksi mengenai kejadian tersebut. Dengan kejadian ini, saya ingin menuntun murid saya dan tentunya diri saya sendiri selaku orang yang akan dicontoh murid agar lebih bijak lagi menggunakan sosial media. 


• Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut. 
o Apa hal terpenting yang telah Anda pelajari dari krisis tersebut? 
o Bagaimana dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri Anda dalam menjalankan peran sebagai pendidik? 
Hal penting yang saya pelajari dari krisis tersebut adalah semakin menguatnya pribadi saya dalam menghadapi kondisi sosial murid. Saya juga menjadi lebih percaya diri menghadapi beberapa kasus selanjutnya karena dari kasus ini saya belajar bagaimana saya harus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan BK, kesiswaan dan Kepala Sekolah. Sebagai pendidik saya merasa saya harus memberikan layanan terbaik kepada murid-murid saya. Saya harus lugas dan tidak bertele-tele jika seandainya ada permasalahan murid agar murid yang bermasalah menyadari sendiri kesalahannya dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

• Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung. 
Saya sangat setuju. Murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain akan lebih mudah memahami arah hidupnya sehingga dia bisa lebih mudah dalam mengatur dirinya. Dia juga bisa mengidentifikasi kelemahannya sendiri sehingga dia bisa menjadikannya kekuatan untuk terus maju. Hubungan positif dengan orang lain akan membuat seorang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang baik sehingga dapat menjalani proses pembelajaran yang baik di sekolah. 
Sebagai guru baru saat itu saya menjadi wali kelas XII, saya dipertahankan untuk tetap menjadi wali kelas, namun wali kelas X karena saya tidak mengajar kelas XII lagi. 


Dari kedua refleksi di atas, apa yang dapat Bapak/Ibu simpulkan tentang hubungan antara kompetensi sosial dan emosional dengan keberhasilan dalam pengelolaan krisis Anda dan pembelajaran murid Anda? 
Dengan menjalin hubungan atau relasi yang baik, komunikasi yang jelas, emosi yang terkontrol, seseorang akan memahami karakter diri dan orang-orang sekitarnya. Seseorang akan tahu apa yang dia inginkan dan apa kelebihan yang dapat ia sumbangsihkan kepada orang-orang sekitar dalam menyelesaikan suatu persoalan atau permasalahan dengan baik. 

• Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi diri sendiri ?' 
Saya berharap sebagai seorang pendidik, saya turut andil dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif dengan memperhatikan kondisi emosional dan sosial murid. Saya juga ingin menebarkan aura positif dan kebaikan dengan mengontrol emosi dengan siapapun yang saya temui. Ketika ada murid yang bermasalah, saya ingin tetap mengontrol emosi saya agar tidak terluapkan secara berlebihan. 

• Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, apa yang Anda harapkan untuk pembelajaran selanjutnya ? Silahkan kemukakan Harapan bagi murid-murid Anda ?
 Saya berharap dapat menuntun murid saya yang sudah memasuki usia remaja agar bijak,paham sabar dalam menghadapi suatu permasalahan. Saya ingin murid saya berproses bahagia dan optimal dalam menjalankan perannya sebagai pelajar yang unggul, kompetitif dan kompeten dalam menghadapi dunia kerja dan keanekaragaman sifat-sifat orang-orang yang ditemuinya kelak.



Read More »
24 August | 0komentar

Mulai Dari Diri Modul 2.1

Tujuan Pembelajaran Khusus 
Tujuan pembelajaran Mulai dari Diri Modul 2.1 
Calon Guru Penggerak dapat berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana tindakan gurunya di masa lalu membantu dirinya untuk belajar dengan lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
 Kutipan untuk hari ini:
“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” (Ki Hajar Dewantara)
Pertanyaan Pemantik untuk Pembelajaran 
Bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas dan memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya yang berbeda-beda? 

Refleksi Individu Mulai dari Diri - Modul 2.1 
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid-murid Anda. Keragaman murid bukan lagi sebuah bayangan, tetapi kenyataan. 
Murid yang saya ampu di kelas memiliki latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari lingkungan, sosial, emosional, finansial, dan lain-lain. 


 Apa yang telah Anda lakukan untuk melayani kemampuan murid yang berbeda? Apa yang Anda lakukan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid Anda? Apakah ada perlakuan yang berbeda yang Anda lakukan? Jika ada, perlakuan seperti apa? Jika tidak ada, apa dampaknya terhadap murid Anda? 
Hal yang telah saya lakukan untuk melayani kemampuan murid yang berbeda adalah membuat pembelajaran yang menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Saya mendiagnosis kemampuan dan kebutuhan siswa dengan memperhatikan hasil belajar mereka selama ini, karakter mereka saat proses pembelajaran, dan asesmen diagnostik. 
Hal yang saya lakukan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah adalah dengan berusaha membuat pembelajaran yang berpihak kepada siswa, di antaranya membuat kelompok belajar menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan mereka, memproduksi konten pembelajaran yang mudah dipahami siswa, mendorong kolaborasi dengan peran yang menyesuaikan kemampuan masing-masing siswa, dan menyisipkan permainan dalam pembelajaran agar siswa lebih rileks dalam belajar. 
Ada perlakuan berbeda yang saya terapkan karena menyesuaikan tingkat kemauan, kemampuan, dan kebutuhan belajar mereka. Perlakuan itu di antaranya adalah menyediakan beragam konten materi pembelajaran, penugasan kelompok dengan cara kerja sesuai dengan menggali kemampuan masing-masing siswa, dan memberikan tugas yang berbeda-beda. Jika mereka diperlakukan sama, dampaknya adalah siswa mereka tertekan dengan pembelajaran yang saya lakukan karena hasil akhir pembelajaran menuntut adanya hasil yang sama. 


 Sebutkan tantangan-tantangan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid Anda tersebut? Tindakan-tindakan apa yang telah Anda lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut? 
Tanyangan-tantangan yang saya hadapi karena keberagaman siswa adalah perlunya beberapa strategi pembelajaran agar siswa selalu antusias belajar, berkurangnya waktu pembelajaran karena ada yang kurang bersemangat dalam pembelajaran karena kurangnya minat dan motivasi dalam belajar. 
Tindakan-tindakan yang saya lakukan di antaranya adalah membagi kelompok dengan memperhatikan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa, menyediakan konten pembelajaran yang beragam, menyederhanakan materi tanpa mengurangi esensi, dan mempraktikan permainan-permainan dalam pembelajaran dan penggunaan media interaktif (MPI) 


Menurut Anda, untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi? 
Untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, seharusnya pembelajaran dirancang dengan memperhatikan keragaman, kemampuan, dan kebutuhan murid. Guru juga bisa merancang pembelajaran berdasarkan pendapat dari para siswa sehingga siswa bisa mengikuti pembelajaran sesuai dengan keinginannya. Pembelajaran juga seharusnya dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah disusun yang mengakomodasi keberagaman murid. Setelah itu, pembelajaran dievaluasi dengan meminta umpan balik dari siswa dan guru juga harus membuat refleksi diri sebagai pedoman dalam mengevaluasi pembelajaran yang sudah dilakukan.




Read More »
24 August | 0komentar