Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Langkah Syukur Menuju Baitullah: Pendaftaran Haji dan Prioritas Akhirat

Pendaftaran Haji di Kemenag RI untuk 3 Anak Kami

Alhamdulillah wa syukurillah 'ala ni'matillah. Rasa syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kemudahan yang telah dilimpahkan, sehingga kami sekeluarga dapat menunaikan niat suci untuk mendaftarkan Ibadah Haji. Sebuah perjalanan spiritual yang kami impikan sejak lama, kini selangkah lebih dekat untuk menjadi kenyataan. Saya dan istri telah terdaftar dan mendapatkan porsi Haji pada Tahun 2016. Sesuai dengan aplikasi dari Kemenag berangkat tahun 2034. 
Penantian yang cukup panjang, namun keyakinan akan janji Allah SWT senantiasa menghiasi hati kami. Kebahagiaan kami semakin lengkap di bulan suci Ramadhan tahun ini, tepatnya pada tanggal 25 Ramadhan 1446 Hijriyah (bertepatan dengan 25 Maret 2025), ketika ketiga buah hati kami turut serta mendaftarkan diri untuk menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Mereka menunggu daftar antrian 33 Tahun.
Melihat nama-nama anggota keluarga tertera dalam bukti pendaftaran haji, hati ini bergetar. Bukan hanya karena terbayang indahnya Baitullah dan Madinah Al-Munawwarah, namun juga karena betapa besar karunia Allah SWT yang telah memudahkan urusan ini. Kami menyadari, banyak saudara-saudara kita yang memiliki keinginan serupa namun belum mendapatkan kesempatan yang sama. Banyak dari saudara-saudara kami yang lebih tetapi belum digerakan untuk mendaftar Haji.
Keputusan untuk mendaftarkan haji bagi kami dan keluarga bukanlah keputusan yang diambil secara instan. Ada pertimbangan matang dan skala prioritas yang kami tetapkan dalam kehidupan ini. Kami menyadari bahwa dunia ini hanyalah persinggahan sementara, dan sebaik-baik bekal adalah amalan saleh yang akan kita bawa menghadap Allah SWT di akhirat kelak. Mungkin bagi sebagian orang, memiliki kendaraan baru atau rumah yang lebih mewah menjadi prioritas utama. Namun, bagi kami, menunaikan ibadah haji bersama keluarga adalah investasi akhirat yang tak ternilai harganya. Ini adalah wujud ketaatan kepada Allah SWT, bentuk penghambaan diri yang mendalam, dan kesempatan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan khilaf. 
Kami percaya, rezeki yang Allah SWT berikan kepada kami adalah amanah yang harus digunakan sebaik-baiknya. Menyisihkan sebagian rezeki untuk menunaikan ibadah haji adalah bentuk syukur atas nikmat-Nya dan upaya untuk meraih ridha-Nya. Kami meyakini, dengan memprioritaskan urusan akhirat, Allah SWT akan mencukupkan segala kebutuhan duniawi kami. 
Proses pendaftaran haji saat ini semakin mudah dengan adanya sistem yang terintegrasi. Namun, kemudahan administratif ini hendaknya tidak melunturkan esensi dari ibadah haji itu sendiri. Niat yang tulus, persiapan yang matang, baik secara fisik, mental, maupun ilmu pengetahuan tentang manasik haji, tetap menjadi kunci utama dalam meraih haji yang mabrur. 
Janganlah kita terlalu disibukkan dengan urusan duniawi hingga melupakan panggilan suci menuju Baitullah. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kelancaran dalam setiap tahapan persiapan haji kami dan keluarga, serta memberikan kesempatan kepada seluruh umat Islam yang memiliki kerinduan untuk mengunjungi tanah haram. Semoga niat suci ini menjadi langkah awal menuju haji yang mabrur, yang diterima di sisi Allah SWT. Amin ya rabbal 'alamin.

Buka Tabungan Haji Di BSI



Alhamdulillah semua telah mendapat porsi Haji



Read More »
20 April | 0komentar

Sekolah Unggul untuk Siapa, Sekolah Rakyat untuk Apa?

Belum terang benderang pelaksanaan Deep Learning pada pendidikan kita, akhir-akhir di dunia pendidikan terdengar sayup-sayup memperbincangkan berkaitan dengan sekolah unggulan dan sekolah rakyat. Dua istilah atau nama itu yaitu Sekolah unggul, sekolah rakyat nama yang terlihat begitu sakral unggul dan rakyat. Yang satu menjanjikan: prestasi, keunggulan, masa depan gemilang. Satunya lagi membawa harapan, kesempatan, dan keberpihakan bagi yg terpinggir dan tersisihkan siapa lagi kalau bukan rakyat. 
Dua wajah dari sebuah cita-cita pendidikan?
Tapi… benarkah demikian?” Mengapa ada sekolah rakyat? Bukankah setiap sekolah seharusnya menjadi tempat bagi seluruh rakyat? Bukankah pendidikan adalah hak semua orang, bukan sesuatu yang perlu 'dikategorikan'? Ah… tetapi, mungkin ini memang kenyataan yg harus diterima. 
Sekolah unggul untuk mereka yg ‘terpilih’, sekolah rakyat untuk mereka yang ‘tersisih’. Seperti dua jalur yg berpisah, masing-masing menentukan nasib penghuninya. Yang satu untuk melahirkan pemimpin unggul, yg lain melahirkan kesempatan bisa bekerja memperbaiki nasib. Yang satu berorientasi pada inovasi, yang lain berjuang memberi peluang untuk mengenyam pendidikan dan bisa bertahan hidup. 
Bukankah ini yang terjadi? Lalu di mana Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia? Bukankah para pendahulu kita memperjuangkan dan mengajarkan tentang kesetaraan, tentang kemerdekaan, tentang hak yg sama bagi semua anak bangsa? Ataukah kita telah kembali ke masa lalu, di mana pendidikan adalah hak segelintir orang, sementara yg lain cukup puas dengan serpihan² kesempatan? 
Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa bukan untuk menciptakan sekolah bagi orang kaya, bukan untuk menciptakan sekolah yg membedakan kasta sosial. Ia mendirikan sekolah untuk membebaskan jiwa-jiwa tertindas dari kebodohan. Ia ingin agar pendidikan bukan lagi menjadi hak istimewa, melainkan cahaya bagi semua rakyat. 
Jadi, apa yang kita butuhkan sebenarnya? Sekolah unggul yg benar² menciptakan pemimpin yg unggul tapi juga merakyat. Bukan sekolah yg membangun tembok tinggi untuk mereka yg berduit. Kita butuh sekolah yg tidak hanya memberi ‘akses’, tapi benar² menjamin pemerataan, djmana masih ada sekolah negeri atau swasta yang berlantai tanah, atapnya bocor, yg jendelanya sudah hilang, bahkan tidak bertembok. 
Kita butuh pemimpin yg tidak hanya cerdas, tapi juga berpihak pada rakyat. Kita butuh perubahan… bukan sekadar slogan. Maka pertanyaannya adalah… apakah kita akan terus membiarkan pendidikan ini menjadi alat pembeda? Atau kita akan mengembalikan esensi pendidikan sebagai alat perjuangan bagi semua? Kita berharap dua program tersebut bukan memperbanyak paradoks dalam dunia pendidikan apalagi sekadar menjalankan program tanpa keberlanjutan. Sebab sekolah seharusnya bukan tentang ‘unggul’ atau ‘rakyat’… tapi tentang bagaimana menciptakan manusia yg benar² menjadi manusia dan merdeka. 
 #kembalimendidikmanusia #kesempatansetara #gerakansekolahmenyenangkan
Sumber : Grup WA GSM Kab. Purbalingga 

Read More »
19 April | 0komentar

Jangan Malu Terlihat Miskin, Malulah Terlihat Kaya dengan Cara Riba

Di tengah gemerlap dunia yang seringkali mengagungkan kekayaan materi, kita terkadang terjebak dalam perlombaan yang tidak berujung. Dorongan untuk terlihat sukses dan berada di atas seringkali membuat kita mengambil jalan pintas yang justru menjerumuskan. Salah satu jebakan terbesar adalah keinginan untuk tampak kaya melalui cara-cara yang tidak berkah, bahkan diharamkan agama, seperti melalui riba. 
Seringkali, kita merasa malu dengan kesederhanaan yang kita miliki. Kita khawatir dipandang rendah, diremehkan, atau bahkan dikucilkan karena keterbatasan harta, contohnya tidak memiliki mobil. Padahal yang lain sudah punya semua. Rasa malu ini kemudian memicu kita untuk berusaha menutupi kekurangan dengan berbagai cara, termasuk memaksakan diri untuk memiliki barang-barang mewah atau gaya hidup di luar kemampuan. Ironisnya, upaya ini seringkali berujung pada jurang utang yang semakin dalam, yang mana salah satu sumber utang yang paling umum adalah melalui pinjaman bank yang seringkali mengandung unsur riba. 

Memahami Riba dan Bahayanya 
Dalam ajaran agama Islam, riba adalah sesuatu yang diharamkan dengan tegas. Secara sederhana, riba adalah kelebihan atau tambahan yang disyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam. Berhutang di bank, meskipun terlihat sebagai solusi cepat untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan, seringkali melibatkan sistem bunga yang merupakan bentuk riba. 
Prinsip keadilan dan keberkahan dalam setiap aspek kehidupan sangat ditekankan, terutama dalam urusan muamalah atau transaksi ekonomi. Salah satu hal yang diharamkan secara tegas dan dikutuk keras dalam Islam adalah riba. Riba secara bahasa berarti ziyadah (tambahan) atau namaa' (pertumbuhan). Dalam konteks ekonomi dan syariah, riba merujuk pada setiap kelebihan atau tambahan yang disyaratkan dalam transaksi pinjam-meminjam harta atau utang piutang. Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan riba dalam berbagai ayat Al-Qur'an. Salah satu ayat yang paling terkenal adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 275:

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

Read More »
12 April | 0komentar

Selamat Hari Raya 'Idul Fitri 1446H

 



Read More »
04 April | 0komentar

Safar Masjidil Haram,Masjid Nabawi dan Masjid Al Aqsa


Upaya dalam memperdalam keimanan dan meraih dapat dilakukan melalui berbagai cara dan media. Salah satunya adalah melalui cara/media syafar. Syafar ini berarti menuju ke. Sebagaimana Hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Tempat yang layak dijadikan tujuan safar hanyalah tiga masjid, yaitu Masjid Kabah (Masjidil Haram), Masjidku (Masjid Nabawi), dan Masjid Iliya (Masjid Al Aqsa)." (HR Muslim). 
Hadits ini menggambarkan keutamaan ketiga masjid suci yang sepatutnya menjadi tujuan untuk bersyafar. 
1. Masjidil Haram: 
Masjidil Haram berada di Mekah.Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Tempat yang layak dijadikan tujuan safar hanyalah tiga masjid, yaitu Masjid Kabah (Masjidil Haram), Masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjid Iliya (Masjid Al Aqsa)." Melangkah ke tanah suci Mekah membuka lembaran baru keimanan dan ketaqwaan. Demikian juga pahala yang didapat 100.000 kali dibanding di masjid biasa.
2. Masjid Nabawi: 
Masjid Nabawi, terletak di Madinah, adalah tempat kedua yang sangat dianjurkan untuk dijadikan tujuan safar. Rasulullah SAW bersabda, "Satu shalat di Masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik daripada seribu shalat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram." Berkunjung ke sini memberikan kesempatan untuk merasakan ketenangan dan kedamaian yang sungguh istimewa, serta meresapi keindahan sejarah Islam. 
3. Masjid Al-Aqsa: 
Masjid Al-Aqsa di Yerusalem adalah tanah yang mendapat keistimewaan dari Alloh SWT dan RosulNya, Nabi Muhammad SAW. Hadits yang sama menegaskan bahwa perjalanan ke Masjid Al-Aqsa adalah sunnah yang dianjurkan. 

Satu usaha untuk menuju Sunnah Nabi Muhammad SAW tentang safar diatas mencoba untuk melakukan hal yang wajib dahulu yaitu Haji. Haji sebagai ibadah yang wajib

Read More »
28 March | 0komentar

Nuzulul Quran dan Peran Penting Sayyidah Khadijah RA


Kuliah Subuh 
18 Ramadhan 1446H
Ustadz : Alfin Nur Mustofa Kamil,S.Ag

Romadhon, adalah bulan yang penuh berkah dan kemuliaan bagi umat Islam. Di bulan inilah, Al-Quran, kitab suci terakhir, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Peristiwa turunnya Al-Quran ini dikenal sebagai Nuzulul Quran, sebuah momen penting dalam sejarah Islam yang menandai awal dari risalah kenabian Muhammad SAW. 
Asal Muasal Nuzulul Quran Nuzulul Quran terjadi pada malam Lailatul Qadar, salah satu malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang beruzlah (menyendiri) di Gua Hira, sebuah gua kecil di Jabal Nur, dekat Makkah. Malaikat Jibril AS datang menemui beliau dan menyampaikan wahyu pertama, yaitu lima ayat pertama dari Surah Al-Alaq: 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-Alaq: 1-5) 

Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, usia yang dianggap matang untuk menerima wahyu kenabian. Kondisi Masyarakat Jahiliyah Sebelum Kenabian Sebelum diangkat menjadi nabi, masyarakat Arab pada masa itu berada dalam kondisi yang disebut jahiliyah, yaitu masa kebodohan dan kegelapan. Mereka menyembah berhala, melakukan perbuatan-perbuatan tercela seperti berjudi, minum khamar, dan berzina, serta menindas kaum lemah. 

Proses Turunnya Al-Quran Al-Quran diturunkan dalam dua tahap: 
1. Turun secara keseluruhan (Jumlatun Wahidah): Al-Quran diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuzh (kitab yang terjaga di sisi Allah) ke Baitul Izzah (langit dunia) pada malam Lailatul Qadar. 
2. Turun secara bertahap (Munajjaman): Al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama kurang lebih 23 tahun, sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Malam Lailatul Qadar Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. 
Pada malam ini, para malaikat turun ke bumi untuk mengatur segala urusan. Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah pada malam ini, seperti shalat, membaca Al-Quran, dan berdoa. Dukungan Sayyidah Khadijah dan Waraqah bin Naufal Setelah menerima wahyu pertama, Nabi Muhammad SAW merasa ketakutan dan pulang ke rumah dengan gemetar. Beliau menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya, Sayyidah Khadijah RA, yang kemudian menenangkan beliau dan membawanya menemui Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang memiliki pengetahuan tentang kitab-kitab suci sebelumnya. 
Waraqah membenarkan bahwa apa yang dialami Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dari Allah SWT. Pengangkatan Nabi Setelah Menikah dengan Sayyidah Khadijah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi setelah menikah dengan Sayyidah Khadijah RA. Pernikahan mereka memberikan dukungan moral dan material yang besar bagi perjuangan Nabi dalam menyebarkan risalah Islam.

Tartib Nuzul dan Tartib Musyaf Tartib Nuzul: Urutan turunnya ayat dan surah Al-Quran sesuai dengan waktu dan peristiwa yang terjadi. 
Tartib Musyaf: Urutan surah dan ayat Al-Quran yang ada dalam mushaf saat ini, yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW. 

Metode Talaki Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Malaikat Jibril AS dengan metode talaki, yaitu dengan cara mendengarkan dan menirukan bacaan Jibril AS. Kemudian, beliau menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabatnya, yang kemudian menghafal dan menuliskannya. Menjaga dan Memuliakan Nabi Umat Islam diperintahkan untuk menjaga dan memuliakan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. 
Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti sunnah-sunnah beliau, mencintai beliau, dan menjauhi segala sesuatu yang dapat menyakiti beliau. Naskh (Penghapusan) Ayat Dalam Al-Quran, terdapat beberapa ayat yang dinaskh (dihapus) dan digantikan dengan ayat yang baru. Contohnya, masa iddah (masa menunggu) bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, yang semula satu tahun, kemudian diganti menjadi empat bulan sepuluh hari. Penjagaan Al-Quran oleh Allah SWT Allah SWT menjamin akan menjaga Al-Quran dari segala bentuk perubahan dan penyimpangan. Hal ini terbukti dengan terjaganya keaslian Al-Quran hingga saat ini, meskipun telah berlalu lebih dari 14 abad.

Read More »
21 March | 0komentar