Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query pengembangan diri. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query pengembangan diri. Sort by date Show all posts

Download Contoh Laporan Pengembangan Diri

Cover 

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dalam Pengembangan profesi guru merupakan salah satu dari unsur yang diperlukan untuk memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan jabatan fungsional guru. Pasal 11 Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 menjelaskan bahwa unsur, subunsur, dan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Unsur dan Subunsur

Unsur

Subunsur

Kegiatan

A

 

Melaksanakan Pengembangan Diri

1.  Mengikuti diklat fungsional

2.  Melaksanakan kegiatan kolektif guru

B

Publikasi Ilmiah

Membuat karya tulis ilmiah dan

mempublikasikanya yang dapat berupa hasil penelitian, tinjauan ilmiah, buku, modul, dan sejenisnya

C

Karya Inovatif

1.  Menemukan teknologi tetap guna

2..   Menemukan/menciptakan karya seni

3..  Membuat/memodifikasi alat pelajaran

4. Mengikuti pengembangan penyusunan

5. standar, pedoman, soal dan sejenisnya

Pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan atau kebijakan pendidikan nasional serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional dan teknis atau melalui kegiatan kolektif guru. Secara rinci penjelasan kedua macam kegiatan dimaksud sebagai berikut.

Kegiatan dapat berupa kursus, pelatihan, penataran, dengan durasi minimal 30 jam yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau pemerintah daerah pada lembaga diklat yang ditunjuk seperti PPPPTK, LPMP, LPPKS, Badan Diklat Daerah, lembaga Diklat yang diselenggarakan oleh masyarakat, termasuk Perguruan Tinggi yang mendapat izin operasional dari pemerintah atau pemerintah Daerah. Adapun kegiatan kolektif guru berupa in house traning diselenggarakan di sekolah masing-masing yang melibatkan seluruh guru selama 1 - 3 hari penuh atau setara dengan 8 – 24 jam pelajaran @45 menit. (<30 Jam).

Lampiran 1. 

Kerangka Laporan Diklat Fungsional 

1) Bagian Awal: 

Memuat judul diklat yang diikuti, keterangan tentang kapan waktu pelaksanaan diklat, di mana kegiatan diklat diselenggarakan, tujuan dari penyelenggaraan diklat, lama waktu pelaksanaan diklat, surat penugasan, penyelenggara/pelaksana diklat, surat persetujuan dari kepala Sekolahserta fotokopi sertifikat atau keterangan dari pelaksana diklat. 

2) Bagian Isi: 

a) Tujuan dan alasan mengikuti diklat/pengembangan diri yang dilakukan. b) Deskripsi materi yang diberikan dalam diklat/pengem-bangan diri serta uraian kesesuaian dengan peningkatan keprofesian. guru yang bersangkutan. c) Tindak lanjut yang akan atau telah dilaksanakan oleh guru peserta diklat/pengembangan diri berdasarkan hasil dari mengikuti diklat tersebut. d) Dampak terhadap peningkatan kompetensi guru dalam peningkatan mutu. KBM dan peserta didikya. e) Penutup 

3) Bagian Akhir 

Lampiran, berupa matrik ringkasan pelaksanaan diklat yang disajikan sebagaimana tabel berikut: 

Download contoh Laporan Pengembangan Diri


Read More »
01 March | 0komentar

Eksplorasi Konsep Modul 2.3 , Coaching


Bereksplorasi secara mandiri untuk memahami konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam dunia pendidikan. Mengapa calon guru penggerak memerlukan pemahaman mengenai coaching akan dijelaskan pada bagian ini. Definisi coaching dan perbedaannya dengan metode pengembangan diri lainnya juga akan didiskusikan. Terakhir, konsep coaching dalam dunia pendidikan juga akan dibahas. Selain menyiapkan diri kita sebagai pemimpin pembelajaran, program Pendidikan Guru Penggerak juga menyiapkan untuk menjadi seorang kepala sekolah. Sebagai kepala sekolah, tentunya tidak akan terlepas dengan tugas supervisi akademik. 
Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: 
  • interaktif; 
  • inspiratif; 
  • menyenangkan; 
  • menantang; 
  • memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan 
  • memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik. 

Oleh karena itu, penting memastikan bahwa supervisi akademik berjalan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam standar proses tersebut. Selain bertujuan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid, supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah sebagaimana tertuang dalam standar tenaga kependidikan pada Standar Nasional Pendidikan pasal 20 ayat 2: 
Kriteria minimal kompetensi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. 
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, kepala sekolah seperti apakah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid? Jawabannya adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. 
Dalam hal ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. 
Sejalan dengan hal ini, dengan adanya program Pendidikan Guru Penggerak ini, kita diharapkan menjadi supervisor atau kepala sekolah yang memiliki paradigma berpikir dan keterampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Untuk lebih jelasnya, mari simak penjelasan mengenai konsep coaching secara umum dan konsep coaching dalam konteks sekolah pada dan kaitannya dengan peran kita sebagai kepala sekolah atau supervisor.

Supervisi Pembelajaran perlu sebagai sebuah paradigma berpikir yang memberdayakan. Pendekatan dengan paradigma berpikir yang memberdayakan mutlak diperlukan agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah sebagai umpan balik. Bukan untuk mencari kelemahan.

Read More »
04 June | 0komentar

2.3.a.4.1.Eksplorasi Konsep Modul 2.3 - 2.1 Konsep Coaching secara Umum dan Konteks Pendidikan


Berikut pendapat dari teman-teman CGP berkaitan dengan Eksplorasi konsep Modul 2.3. Halaman 8.:
Coaching melibatkan keyakinan bahwa setiap individu memiliki jawaban untuk masalah mereka sendiri di dalam dirinya. Seorang coach bukanlah ahli terhadap topik tertentu. Dalam proses coaching, fokusnya lebih kepada membantu individu untuk membuka potensi dirinya sendiri. Pada dasarnya, siapa pun dapat mengambil pendekatan coaching bagi orang lain, baik rekan sebaya, bawahan atau atasan.
Mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. Training merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
selaku calon guru penggerak, saya harus dapat menjadi supervisor yang memiliki paradigma berpikir dan ketrampilan coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). sedangkan menurut Whitmore (2003) menyatakan bahwa coaching merupakan kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. coaching diberikan untuk membantu orang lain untuk belajar bukan mengajari. coaching memliki perbedaan dengan pengembangan diri lainya yang biasa dilakukan di sekolah diantaranya mentoring, konseling, fasilitasi dan trainning. dari kelima proses pengembangan diri ini coaching lebih sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang menuntun kodrat murid untukmemperbaiki perilaku agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: 1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: a. interaktif; b. inspiratif; c. menyenangkan; d. menantang; e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik. supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah dan pembelajaran yang berpihak pada murid, Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya. kepala sekolah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri yaitu kepala sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan.
Pada dasarnya setiap orang baik itu murid maupun guru memiliki potensi di dalam diri mereka sendiri. Bagaimana mengetahui potensi dirinya terkadang perlu bantuan orang lain untuk menggalinya sehingga seseorang akan mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Peran kita sebagai guru harus dapat menjadi coach bagi murid ataupun rekan yang lain dalam rangka menggali potensi yang dimilikinya. Bagaimana dengan guru yang potensinya juga masih belum dioptimalkan? siapa yang akan menjadi coach? tentunya yang pertama menjadi coach bagi rekan - rekan guru adalah kepala sekolah, jika berkaitan dengan pembelajaran maka kepala sekolah dapat menggali potensi guru dengan melakukan supervisi akademik. Rekan guru yang lain juga dapat menjadi coach bagi rekan lainnya.
Coaching sejalan dengan Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, hal tersebut juga menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).
Karena Coaching melibatkan keyakinan bahwa setiap individu memiliki jawaban untuk masalah mereka sendiri di dalam dirinya.Seorang coach bukanlah ahli terhadap topik tertentu. Dalam proses coaching, fokusnya lebih kepada membantu individu untuk membuka potensi dirinya sendiri. Fokus sangat ditekankan pada individu dan apa yang ada di dalam kepala mereka, serta apa yang mereka rasakan. Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sehingga kita sebagai “Among/coachee” harus mampu menuntun murid dengan menjadi coach yang baik.
Menurut saya, guru harus mampu mengembangkan potensi rekan sejawat melalui coaching untuk supervisi akademik. Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Dengan hal itu, maka kita sebagai Coach dapat sejalan dengan Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

Read More »
09 June | 0komentar

Paradigma berpikir Among


Dalam ruang kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat menemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan atau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching. Coaching, sebagaimana telah dijelaskan pengertiannya dari awal memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Perhatikan tabel berikut ini

Jawaban dari Tema-teman GP:


dari tabel paradigma berpikir among digambarkan bahwa proses coaching merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru. dengan ketrampilan coaching tersebut maka antara guru dan murid merupakan mitra belajar yang dapat memberikan gambaran keselarasan dalam berinteraksi dan dialog. sehinga akan terbentuk kesepahaman diantara keduanya. selain itu coaching akan membuka ruang emansipasi diantara coach dan coachee. ruang ini memberikan peluang untuk menemukan kekuatan dan potensi yang dimiliki pada diri coachee. selanjutnya terjalin kasih dan persaudaraan dapat terjalin dengan proses coaching setiap interaksi dan dialog. dengan selalu berintraksi dan berdialog maka terbuka ruang perjumpaan pribadi dan terbangun rasa percaya dan kebebasan masing-masing antara coach dan coachee.
Coaching’ adalah salah satu gaya kepemimpinan penting yang diidentifikasi oleh Daniel Goleman. Keterampilan kunci dalam coaching adalah mengajukan pertanyaan bermakna yang tepat untuk membantu individu menemukan jalan keluar atas penyelesaian masalah mereka sendiri.
Proses coaching, sebagai sebuah latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti, mendampingi, mendorong kekuatan diri secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persodaraan, tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Pengembangan kekuatan potensi diri inilah menjadi tugas coach/pendidik/pamong. Jadi kita sebagai guru memiliki tugas menjadi pamong bagi murid dan rekan sejawat.
Coaching memberikan presfektif keselarasan dalam berinteraksi dan berdialog antara coach dan coachee. Choacing memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi diri sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan
Proses coaching jika dikaitkan dengan konsep pendidikan yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan bersifat menuntun kodrat anak agar selamat dan bahagia. Maka seorang coach harus mampu menuntun anak mengembangkan semua potensi yang ada di dirinya agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dengan memberi ruang kebebasan pada murid untuk menemukan kekutan yang ada pada dirinya. Sedangkan pendidik memiliki peran sebagai pamong yang mengarahkan dan memberdayakan murid agar tidak salah arah.

Read More »
08 June | 0komentar

Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak, 3 Sept 2022



Lokakarya Orientasi 
dihadiri oleh Calon Guru Penggerak, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah serta perwakilan Dinas Pendidikan. Lokakarya dipandu oleh Pengajar Praktik. Lokakarya ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang Program Guru Penggerak, alur belajar Calon Guru Penggerak dan dukungan yang perlu diberikan oleh Kepala Sekolah selama program berlangsung. 

 Modul 1.1: Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Setelah mempelajari modul ini, 
 1. CGP mampu memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), 
 2. CGP mampu mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konteks lokal kelas dan   sekolah, 
 3. CGP mampu bersikap reflektif-kritis dalam mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar-dasar Pendidikan KHD dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.

 Aksi nyata Modul 1.1:  CGP membuat perubahan konkret di kelas dan menuliskannya dalam jurnal refleksi secara rutin. 

 Modul 1.2: Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, Calon Guru Penggerak akan 
1. CGP memahami bagaimana nilai diri bisa terbentuk dan merefleksikan pengaruhnya terhadap peran sebagai Guru Penggerak. 
2. CGP membuat gambaran diri di masa depan terkait dengan nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak. 
3. CGP membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman dan aksi yang bisa dilakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak. 

 Aksi Nyata Modul 1.2: 
1. CGP mampu menerapkan strategi untuk menguatkan nilai dan peran Guru Penggerak 
2. CGP terbiasa untuk merefleksikan hasil pembelajaran yang didapat selama rangkaian modul 1.2 

Pendampingan Individu 1: 
Refleksi Awal Kompetensi Guru Penggerak Diskusi tantangan belajar daring 
Refleksi penerapan perubahan kelas sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara 
Diskusi pembuatan kerangka portofolio 
Diskusi peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam kompetensi guru penggerak 
 Lokakarya 1: 
Pengembangan komunitas praktisi Setelah mengikuti lokakarya 1, Calon Guru Penggerak mampu: 
(1) menjelaskan hubungan mindset pemimpin pembelajaran di konteks sekolah 
(2) menjelaskan pentingnya dan manfaat komunitas praktisi baik untuk dirinya sendiri dan lingkungan belajar
(3) menjelaskan konsep, filosofi dan prinsip pengembangan komunitas sebagai bagian dari peran guru penggerak
(4) mengindentifikasi komunitas praktisi yang sudah ada
(5) mengaitkan komunitas praktisi yang sudah ada untuk mewujudkan filosofi, nilai dan peran guru penggerak. 

Modul 1.3: Visi Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar yang berpihak pada murid CGP mampu mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki CGP dalam mendukung penumbuhan potensi murid CGP mampu membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya CGP mampu menjalankan rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya 

 Aksi Nyata 1.3: CGP mengeksekusi rencana manajemen perubahan dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif dan membuat dokumentasi pribadi untuk proses pendampingan individu oleh Pengajar Praktik 

Modul 1.4: Budaya Positif
Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan,

 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. CGP mampu menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak. CGP mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid. 
CGP mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid. 

 Aksi Nyata 1.4: CGP menyampaikan kepada rekan-rekannya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di kelas/sekolahnya masing-masing untuk menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid dalam belajar dengan aman dan nyaman untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan pendidikan. 

Pendampingan Individu 2: Perubahan paradigma pemimpin pembelajaran Diskusi refleksi diri tentang lingkungan belajar di sekolah Diskusi refleksi perubahan diri setelah mempelajari paket modul 1. Diskusi rencana merintis komunitas praktisi di sekolah, berdasarkan hasil pemetaan di lokakarya 1 Lokakarya 2: Visi untuk Perubahan Lingkungan Belajar Setelah mengikuti lokakarya 2, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan visi dan perkembangan/kemajuan prakarsa perubahan level diri (Aksi Nyata modul 1.3) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menjelaskan rencana penyampaian disiplin positif di kelas dan strategi penerapan di sekolah (Aksi Nyata modul 1.4) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menunjukkan kemampuan melakukan disiplin positif dengan Segitiga Restitusi menunjukkan kemampuan dalam membuat Keyakinan Kelas 

Modul 2.1: Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 
 Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan; 
Menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar murid; 
Menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk;
Mengimplementasikan Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri; 
Menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. 

 Aksi Nyata: CGP menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari untuk membuat rencana, mengimplementasikan dan melakukan refleksi pembelajaran berdiferensiasi dan kemudian mendokumentasikan proses tersebut dalam moda yang dapat dipilih sendiri 

 Modul 2.2: Pembelajaran Sosial dan Emosional Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Memahami pembelajaran sosial dan emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) Memahami tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) Memahami strategi untuk menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh sesuai dengan konteks masing-masing guru Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam kegiatan di kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas praktisi 

 Aksi Nyata Modul 2.2: CGP menerapkan rancangan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dikoneksikan dengan materi modul lain di dalam kelas yang diampunya. CGP membuat sebuah RPP dengan memasukkan unsur diferensiasi dan kompetensi sosial-emosional, untuk dipraktikkan dalam kelas. CGP mendokumentasikan praktik pembelajaran tersebut dalam bentuk video. 

Pendampingan Individu 3: Implementasi Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Refleksi hasil survei (feedback 360) + penilaian sendiri tentang kompetensi guru penggerak Diskusi rencana menerapkan pembelajaran sosial-emosional Diskusi hasil lokakarya 2 (keterlaksanaan dari tahapan BAGJA) 

Lokakarya 3: Peran Pemimpin dalam Pengembangan Pembelajaran Setelah mengikuti lokakarya 3, Calon Guru Penggerak mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang pembelajaran berdiferensiasi. mendemonstrasikan pemahaman mereka mengenai mindfulness dan integrasi 5 kompetensi sosial emosional dalam praktek mengejarkan. merencanakan strategi berbagi dengan rekan sejawat mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. 

 Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik 
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • menjelaskan konsep coaching secara umum; 
  • membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, dan training; 
  • menjelaskan konsep coaching dalam dunia pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat); 
  • menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervisi akademik; membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat; 
  • melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA; 
  •  mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching: coaching presence, mendengar aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching; 
  • menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi; 
  • memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan coaching; 
  • mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. 

 Aksi Nyata: CGP mengajak satu rekan sejawat di sekolah asal untuk menjalankan rangkaian supervisi akademik dengan pendekatan coaching pada Pendampingan Individu ke-5 di hadapan Pengajar Praktik. 

 Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin 

 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • Melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran 
  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain; 
  • CGP mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut. 
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan. 
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan; 
  • CGP bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. 

 Aksi Nyata CGP mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal. CGP akan menjalankan praktik pengambilan keputusan dan merefleksikannya pada saat pendampingan individu. 

 Pendampingan Individu 4: Evaluasi dan Pengembangan Proses Pembelajaran 
 PP observasi kelas CGP untuk melihat penerapan dari modul budaya positif, pembeljaaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional. Penilaian Observasi Praktik Pembelajaran Dijalankan dalam pola pikir coaching (pra, observasi dan pasca) 

 Lokakarya 4: Penguatan Praktik Coaching Setelah mengikuti lokakarya 4, 
Calon Guru Penggerak mampu menunjukkan kemampuan coaching yang dimilikinya 
 mengidentifikasi kekuatan, area pengembangan dan menyusun rencana perbaikan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid 
 menunjukkan kemampuan melakukan rangkaian supervisi akademik dengan menggunakan pola pikir coaching 

 Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 
 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
Menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development). 
Merancang program kecil menggunakan hasil pemetaan kekuatan atau aset yang sudah dilakukan.
Menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya. 

 Aksi Nyata : CGP melakukan implementasi materi dalam lingkup yang lebih luas, kemudian mendokumentasikan proses, hasil dan perkembangan belajarnya dalam bentuk e-portfolio, dan membuat refleksinya. 

 Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid 
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:
Menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 
Menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
Menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 
Mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 
Menerapkan satu program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dan mempertimbangkan keterkaitannya dengan apa yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya. 

 Aksi Nyata: 
(1) CGP menjalankan rancangan program/kegiatan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya 
(2) CGP mendokumentasikan proses eksekusi program/kegiatan mereka dalam bentuk e-portfolio Pendampingan Individu 5: Rancangan Program yang Berpihak pada Murid Refleksi penerapan aksi nyata

 modul 3.1 Diskusi rancangan program yang berdampak pada murid 
Diskusi perkembangan komunitas praktisi yang dijalankan di sekolah serta implementasi dari rencana di lokakarya 3 untuk berbagi ke rekan sejawat 

 Lokakarya 5: Kolaborasi dalam Pengelolaan Program yang Berpihak pada Murid Setelah mengikuti lokakarya 5, Calon Guru Penggerak mampu memaknai data yang diperoleh dalam tahapan B (Buat pertanyaan) dan A (Ambil pelajaran) untuk menjadi informasi dalam merancang fase Gali mimpi. menentukan aktor-aktor yang akan dilibatkan dalam fase gali mimpi sekaligus menyusun strategi pelibatan aktor tersebut. mulai membuat perencanaan program bagian Judul Program atau kegiatan, latar belakang, dan tujuan program. 

 Pendampingan Individu 6: Refleksi perubahan diri dan dampak pendidikan Persiapan panen hasil belajar Pengumpulan survei umpan balik dan refleksi hasil survei tentang kompetensi guru penggerak (feedback 360) Refleksi perubahan dalam pembelajaran yang sudah diterapkan selama 6 bulan, diskusikan dampak pada diri guru dan murid yang terjadi Penilaian pemetaan aset; diskusi apakah tujuan program sudah dikomunikasikan ke warga sekolah Lokakarya 6: Keberlanjutan Pengembangan Diridan Sekolah Setelah mengikuti lokakarya 6, Calon Guru Penggerak mampu menghasilkan rencana pengembangan sekolah yang berdampak pada murid dan sesuai dengan kondisi/sumberdaya sekolah menghasilkan rencana penguatan kompetensi diri sebagai pemimpinan pembelajaran untuk mendukung pengembangan sekolah 

 Lokakarya 7: Festival Panen Hasil Belajar Calon Guru Penggerak Setelah mengikuti lokakarya 7, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan proses yang dialami dan praktik baik yang didapatkan dalam mengembangkan program yang berdampak pada murid membagikan hasil pembelajaran selama 6 bulan dan dampaknya terhadap diri kepada undangan lokakarya (Kepala Sekolah, Dinas pendidikan, Komunitas daerah) mengumpulkan saran untuk pengembangan program dari para pengunjung

Read More »
06 September | 0komentar

Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training.

Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training. Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut: 
1. Definisi mentoring 
Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan. 
2. Definisi konseling 
Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya. 
3. Definisi Fasilitasi 
Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. 
4. Definisi Training 
Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

Sebagai guru, peran saya sebagai coach dilakukan ketika guru membina, mendorong, membantu, mengawasi dan memberikan dukungan kepada murid untuk memperoleh pengalaman belajar bermakna dan aktivitas pembelajaran sesuai dengan potensi yang mereka miliki agar mereka dapat dengan kekuatan atau potensi yang dimiliki dapat menyelesaikan persoalan mereka sendiri Sebagai guru, peran saya sebagai mentor dilakukan ketika membimbing siswa menjadi manusia yang memiliki keterampilan dan bertanggung jawab. Membimbing murid untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pelajar dengan memberikan strategi yang tepat dari pengalaman untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi murid. Sebagai guru saya akan berperan sebagai konselor ketika mengadakan bimbingan pribadi, bimbingan sosial dan bimbingan karier. Terutama murid mengalami masalah dan membutuhkan orang untuk bisa berkonsultasi sekaligus membantunya dalam menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapinya.
Metode pengembangan diri 1. yang saya ketahu dengan mentoring, coaching, konseling, training dan fasilitasi adalah: a. mentoring adalah proses dimana seorang teman, guru atau pembimbng yang bijak dan penolong menggunakan pengelamanya untuk membantuk seorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya (Stone>2002) sedangkan zachary menyatakan banwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal. b. konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada perumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. c. fasilitas adalah proses dimana seorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok. d. training adalah usaha yang terencana untyuk memfasilitasi pembelajaran tetang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh pegawai. 2. kaitanya di sekolah maka kemungkinan saya sudah melakukan coach, mentor, konselor, fasilitator dan konselor. dengan memberikan bantuan kepada siswa atau rekan ketika sedang menghadap.
1. Mentoring (Sekilas, mentoring terlihat mirip dengan coaching. Seorang mentor akan memberikan arahan dan panduan untuk membantu seseorang belajar atau berkembang lebih cepat dibanding jika orang tersebut melakukannya sendirian; Coaching (kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee); Konseling (membantu individu untuk mengatasi hambatan dan masalah dari masa lalu mereka);Training (melibatkan seorang yang ahli yang bertindak sebagai trainer yang memberikan pengetahuan kepada peserta training); fasilitas adalah proses dimana seorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok. 2. Mentor sering kali ditunjuk secara formal dengan kesepakatan bersama, dan berada di luar rantai garis manajemen. Seorang mentor biasanya memiliki pengalaman, keahlian, dan kecakapan tertentu terkait bisnis atau pun teknis operasional.


Read More »
06 June | 0komentar

Elemen Profil Pelajar Panca Sila


Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik. Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. 
Profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 
1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 
2) mandiri, 
3) bergotong-royong, 
4) berkebinekaan global, 
5) bernalar kritis, dan 
6) kreatif.

beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. 
Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: 
(a) akhlak beragama;
(b) akhlak pribadi;
(c) akhlak kepada manusia; 
(d) akhlak kepada alam; dan 
(e) akhlak bernegara.

mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari :
(a) Kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi 
(b) Regulasi diri.

a. Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi 
Pelajar Pancasila yang mandiri senantiasa melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi mencakup refleksi terhadap kondisi diri, baik kelebihan maupun keterbatasan dirinya, serta situasi dan tuntutan perkembangan yang dihadapi. Hal ini akan membuat ia mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi. Kesadaran tersebut akan membantunya untuk dapat menetapkan tujuan pengembangan diri yang sesuai dengan kondisi diri dan situasi yang dihadapi, memilih strategi yang sesuai, serta mengantisipasi tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi. 
b. Regulasi diri 
Pelajar Pancasila yang mandiri mampu mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar dan pengembangan dirinya baik di bidang akademik maupun non akademik. Ia mampu menetapkan tujuan pengembangan dirinya serta merencanakan strategi untuk mencapainya dengan didasari penilaian atas kemampuan dirinya dan tuntutan situasi yang dihadapinya. Pelaksanaan aktivitas pengembangan diri dapat dikendalikan olehnya sekaligus menjaga perilaku dan semangat agar tetap optimal untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Ia senantiasa memantau dan mengevaluasi upaya yang dilakukan dan hasil yang dicapainya. Ketika menemui permasalahan dalam belajar, ia tidak mudah menyerah dan akan berusaha mencari strategi atau metode yang lebih sesuai untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuannya.

--------------------------
bergotong-royong, 
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. 
Elemen-elemen dari bergotong royong adalah 
  • kolaborasi, 
  • kepedulian, dan
  •  berbagi

berkebinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. 
Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi 
  • mengenal dan menghargai budaya, 
  • kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, 
  • refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Dimensi Bernalar Kritis 
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. 
Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah 
  • memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, 
  • menganalisis dan mengevaluasi penalaran, 
  • merefleksi pemikiran dan 
  • proses berpikir dalam mengambilan keputusan.

Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. 
Elemen kunci dari kreatif terdiri dari 
  • menghasilkan gagasan yang orisinal 
  • menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal  
  • memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

Read More »
25 October | 0komentar

Buku Pedoman Guru


Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru adalah salah satu unsur utama dalam kenaikan pangkat dan pengembangan karir guru selain kegiatan pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah yang diberikan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Pada buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) oleh dirjen GTK revisi Tahun 2019 disebutkan jenis pengembangan keprofesian guru terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. 
Salah satu publikasi ilmiah yang dapat dibuat guru adalah buku pedoman guru, yaitu buku tulisan guru yang berisi rencana kerja satu tahun berupa rencana kerja pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan rencana pengembangan profesi bagi guru pembelajar yang menyangkut empat kompetensi yaitu kepribadian, paedagogik, profesional dan kompetensi sosial.

Pada Tahun 2022 ini penulis mempunyai target kinerja sebagai berikut :

NO

KOMPETENSI

NAMA KEGIATAN

TARGET YANG DIHARAPKAN

BUKTI / HASIL

1

Pedagogik

Merencanakan pembelajaran

Merancang pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, pengembangan kurikulum, potensi peserta didik

 

Dokumen Silabus, RPP, Prota, Prosem, Kaldik

Melaksanakan pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik serta menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik

 

Dokumen agenda mengajar, Daftar nilai, Daftar kehadiran, Jurnal

Mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran

merancang penilaian serta melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian

Dokumen kisi-kisi soal, kartu soal dan kunci jawaban

Menganalisis hasil pembelajaran

Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

Dokumen penilaian harian, penilaian akhir semester

Melaksanakan tindak lanjut hasil pembelajaran

Memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Dokumen program remedial dan pengayaan

 

 

2

Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

 

Membudayakan sikap toleransi, kerja sama, saling menghormati perbedaan untuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap dan tingkah laku

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, mempunyai Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan merasa bangga menjadi guru

 

Membudayakan sikap dan perilaku yang baik dan menjadi tauladan bagi siswa, memiliki etos kerja, tanggung jawab dan berkontribusi terhadap pengembangan sekolah

 

3.

Sosial

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif terhadap peserta didik serta menjalin komunikasi dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

Membudayakan sikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak diskriminatif serta menjalin komunikasi dengan dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

 

 

 

Sikap dan tingkah laku

4.

Profesional

Meningkatkan Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang men-dukung mata pelajaran yang diampu

 

Melakukan penyesuaian cakupan materi dalam kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik

 

1.    Diklat Pengembangan Diri(Diklat Fungsional dan Kegiatan Kolektif Guru)

2.    Publikasi ilmiah

3.    Melaksanakan Karya Inovatif

4.    Tugas Tambahan

Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap dan mempunyai bukti yang menggambarkan kinerjanya untuk melakukan pengembangan diri selanjutnya dalam mengaplikasikan proses pembelajaran serta berinovasi dan mengikuti kegiatan ilmiah dengan dukungan TIK .

 

 



Read More »
18 August | 0komentar