Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts
Showing posts with label Pendidikan. Show all posts

Teori Trikon dari Ki Hajar Dewantara

Change-Chance

Perencanaan kebudayaan berupa lanjutan dari kebudayan sendiri (kontinuet), menuju ke arah kesatuan dunia (konvergensi) dan dan tetap terus mempunyai sifat keperibadian di dalam lingkungan kebudayaan sedunia (konsentris). Strategi pembangunan kebudayaan oleh Ki Hadjar Dewantara yang disebut dengan Teori Trikon. Konsep ini bertujuan untuk memelihara kebudayaan yang dimiliki dengan menyesuaikan arus perkembangan zaman tanpa harus menghilangkan keperibadian atau identitas yang dimiliki.
Teori TRIKON merupakan bagian dari istilah kontinyu, konvergen, dan konsentris. Teori ini disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara dengan maksud untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia. Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa ini sudah merdeka dan berdaulat. 
Bangsa Indonesia perlu mengadaptasi sifat-sifat baik milik negara lain, tapi bukan menirunya. Bangsa Indonesia mesti berani dan sanggup untuk mewujudkan Pancasila kepada seluruh dunia. Pesan ini pun berkaitan dengan teori Trikon. Apa saja itu? 

Kontinyu, 
Berisi harapan agar kaum muda dapat melestarikan kebudayaan asli Indonesia secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Kebudayaan yang ada mesti dikembangkan adalah kebudayaan sesuai dengan perkembangan zaman. Istilah ini diwujudkan dengan cara memasukan mata pelajaran muatan lokal, melakukan upacara-upacara adat, dan mementaskan kebudayaan lainnya di daerah Indonesia. 
Konvergen 
adalah upaya untuk mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia dengan cara memadukan dengan kebudayaan asing yang dipandang dapat memajukan bangsa Indonesia. Pemaduan ini diwujudkan dengan memilih dan memilah kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian Pancasila. Dalam hal ini, tiap bidang pendidikan di Indonesia perlu selektif dengan pengetahuan baru yang masuk ke Indonesia. Lalu, memadukannya secara alami tanpa adanya paksaan sehingga pendidikan di Indonesia mesti adaptif dengan perubahan yang ada. Yang terakhir, istilah konsentris dipahami sebagai upaya untuk bersatu dengan kebudayaan bangsa-bangsa lain secara global. Kendati demikian, pendidikan di Indonesia harus tetap berpegang dengan identitas kepribadian bangsa Indonesia yang sesuai dengan Pancasila.
Konsentris. 
Artinya pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Tujuan utama pendidikan adalah menuntun tumbuh kembang anak secara maksimal sesuai dengan karakter kebudayaannya sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hadjar menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain, namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya. Pendidikan yang menggunakan teori dan dasar kebudayaan bangsa lain (walaupun bangsa yang maju) secara langsung tanpa mengkaji ulang, menyesuaikan dan mengevaluasinya tidak akan menghasilkan kemajuan.

Read More »
07 October | 0komentar

Memimpin Sebuah Perubahan


Kemauan dan pergerakan untuk berubah menyesuaikan perkembangan yang dilakukan seorang pemimpin visioer di suatu organisasi/perusahaan saat ini merupakan jawaban atas perubahan paradigma baru bagi pemimpin. Menurut Daniel C. Kielson dalam Triantoro Safaria (2004:6), bahwa paradigma baru pemimpin dan organisasi moderen saat ini harus berorientasi pada lima aspek yang dapat diperbandingkan satu sama lain dengan aspek-aspek sebelumnya yang mulai ditinggalkan, masing-masing sebagai berikut:
Dalam tabel di atas ditunjukkan bahwa pada masa lalu organisasi masuk dalam sebuah era industri (industry era) yang banyak memperlakukan manusia sebagai faktor produksi, sementara pada era sekarang telah memasuki masa informasi (information era) yang menempatkan sumber daya manusia sebagai brainware dalam memperoleh sistem informasi dalam menghadapi perubahan. Stabilitas produksi, keuangan, pemasaran, dan masalah tenaga kerja pada masa lalu sebagai kekuatan perusahaan, pada era sekarang sebagai keharusan dalam memenangkan setiap persaingan. Pada masa lalu pengendalian (control) berbagai sumber daya perusahaan menjadi kekuatan penting, pada masa kini pemberian peluang dan kesempatan menerima tanggungjawab sebagai bentuk pemberdayaan (empowerment) menjadi lebih utama. 
Begitu pula pada masa lalu kompetisi untuk menjadi yang terbaik begitu ketat, sehingga kompetitor dianggap sebagai front musuh yang harus dilenyapkan demi pencapaian target sehingga seringkali mengabaikan etika bisnis (business ethic), etika organisasi (organization ethic), dan etika profesi (professional ethic) yang ada. Pemikiran ini berangkat dari cara pandang pimpinan yang menganggap bahwa para bawahan adalah orang yang malas sehingga harus diperintah jika ingin melakukan pekerjaan. Sementara organisasi perusahaan yang hidup sekarang ini memandang bahwa bekerjasama, membaur, menyatu, saling membantu, dan saling ketergantungan (interdependent) satu sama lain menjadikan kekuatan dalam mewujudkan tujuan. Pada masa lalu perusahaan selalu berorientasi pada barang (product oriented), sehingga pendekatan dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang muncul terkesan kaku (mekanik), terpecah-pecah (parsial), dan mengabaikan hak-hak karyawan yang telah ikut merintis dan membesarkan perusahaan. Dalam situasi seperti ini sulit akan tercipta lingkungan kerja yang kondusif untuk mengembangkan ide dan inovasi untuk membantu mempercepat dan mempermudah mencapai tujuan. 
Membangun hubungan dan membina komunikasi secara terus menerus antara pimpinan dan bawahan di tengah zaman yang dinamis ini adalah sebuah pilihan yang tepat. Paradigma baru telah menggantikannya dengan pandangan lama yang kaku menjadi fleksibel, sehingga seorang pimpinan dituntut memiliki kemampuan mengitegrasikan berbagai sumber daya secara holistik dan simultan. Organisasi yang masih tetap berorientasi pada pengendalian, hirarki, dan struktur yang mekanik akan sulit beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.

Read More »
02 October | 0komentar

Visi Sebagai Sebuah Kompas


Sebagai salah satu guru yang ikut dalam program Guru Penggerak (Angkatan 6) pada Modul 1.3 ini pempelajari tentang bagaimana menggali pemahaman kita atas visi. Saat kita kecil dahulu sering ditanya  mengenai cita-cita. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mau jadi apa jika sudah besar?”. 
Pada masa itu, sebagian besar dari kita dapat menjawab dengan percaya diri. Kita menjawab dengan bersemangat tentang profesi yang ingin kita geluti di masa depan. Padahal, kita belum tahu apakah hal itu dapat dicapai atau tidak. 
Ilustrasi seperti itulah visi. Visi itu bagaikan membayangkan sebuah lukisan lengkap pada kanvas yang masih kosong. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu penjelajah untuk mencapai tujuannya. Visi memang belum terjadi saat ini, namun begitu kuat kita inginkan untuk terwujud di masa depan. Visi adalah representasi visual kita akan masa depan. Penggambaran visi yang jelas tentang keadaan di masa depan dapat membantu kita untuk merencanakan dan menyelaraskan upaya-upaya mewujudkannya.
Bagaimana kita menyusun Misi Kita?
Untuk membantu dalam menggali visi ada beberapa langkah sederhana berikut : 
1. Membuat “Lukisan Imaji" tentang Murid kita di Masa Depan. 

Membuat gambar mengenai murid yang kita dambakan. Termasuk pula lingkungan pembelajaran yang sesuai, situasi murid, peran guru, juga suasana sekolah. Lukisan mengenai mimpi tentang murid di masa depan ini mendatangkan perasaan bahagia dalam diri sebagai guru. Lukisan yang sesungguhnya adalah visi seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran di masa depan yang akan kita berikan pada murid kita. Ketika kita menggambar visi, maka akan muncul keyakinan dalam diri untuk mewujudkannya. Akhirnya, kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga terjadi upaya perbaikan dan perubahan yang berkesinambungan.

2. Merangkai Kata dari hasil Melukis. 
 Dari lukisan yang kita buat, rangkailah imaji tersebut dalam bentuk kata-kata yang jelas. Kalimat yang anda tuliskan benar-benar menerjemahkan lukisan Anda gambar. Ini akan membantu Anda dalam menyingkap visi apa yang sebetulnya telah dan perlu terus diyakini demi kebaikan murid-murid. Jika masih kesulitan, silahkan dengan cara melengkapi kalimat rumpang ini sehingga tersusun sebuah paragraf utuh yang dapat menggambarkan visi tentang sekolah yang Anda impikan. Sebuah sekolah yang mewujudkan keberpihakan pada murid! 
 Saya memimpikan murid-murid yang ……………………………………. 
 Sekolah saya percaya bahwa murid adalah …………………………… 
 Sekolah saya mengutamakan ………………………………………. 
 Murid di sekolah saya sadar betul bahwa …………………………. 
 Guru di sekolah saya yakin untuk ……………..…………………. 
 Guru di sekolah saya paham bahwa ……………………………….

Contoh Hasilnya seperti dibawah ini

Saya memimpikan murid-murid yang yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang memiliki karakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul. 
Saya percaya bahwa murid adalah memiliki potensi yang ada potensi itu yang menjadi tugas guru untuk menuntunya dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik atau berkembang. 
Di sekolah, saya mengutamakan perubahan-perubahan yang berpusat kepada peserta didik. 
Murid di sekolah saya sadar betul bahwa masa depan adalah perlu diusahakan sehingga dalam menyongsongnya diperlukan jembatan melalui Pendidikan yang berkarakter melalui nilai-nilai luhur Pancasila yang termotivasi,cerdas dan kreatif. 
Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk bahwa perubahan yang lebih baik akan membawa dampak terhadap pengembangan peserta didik sehingga terwujud profil pelajar Pancasila dengan menuntun mengarahkan peserta didik sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewatara 
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran akan memotivasi keterlibatan peserta didik. Dari ini akan bermuara kepada pencapaian kompetensi siswa.


3. Mengartikulasikan dalam satu kalimat utuh 
 Setelah Anda mencoba mengisi kalimat rumpang di atas, Anda semakin memiliki gambaran yang jelas mengenai mimpi tentang murid dan sekolah di masa depan. Selanjutnya, satukan kalimat-kalimat tersebut menjadi satu kalimat utuh. Rumuskanlah visi Anda dalam bentuk kata-kata yang jelas. Cukup terdiri dari 1 kalimat pendek.
 Contoh :

VISI : Mewujudkan Peserta didik yang memiliki karakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul dalam Bingkai Kebhinekaan

Read More »
02 October | 0komentar

Pendekatan Manajemen Perubahan dengan Inkuiri Apresatif (IA)


Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah. 
Perubahan yang positif di sekolah tidak akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi sekolah saat ini diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mengapa capaian hasil belajar siswa rendah?”, “Apa yang membuat rencana kegiatan sekolah tidak berjalan lancar?”, dan sebagainya. Motivasi untuk melakukan perubahan tentu akan berangsur menurun jika diskusi diarahkan pada permasalahan. Suasana psikologis yang terbangun tentu akan berbeda jika pertanyaan diawali dengan pertanyaan positif seperti ini: Berikut ini tahapan prakarsa perubahan pembelajaran merupakan wujud nyata dari pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).
IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. 
Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah berjalan baik. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara berkelanjutan.

Klik Contoh Bagja


Read More »
29 September | 0komentar

Aksi Nyata Modul 1.2

Inovasi Pembelajaran

Read More »
27 September | 0komentar

Visi Saya Sebagai Guru

Kolaborasi, Inquiri Apresiatif

Mulai dari diri Modul 1.3 
Harapan/impian sebagai seorang calon guru penggerak terhadap masa depan terutama bagaimana impian kita terhadap peserta didik. Agar harapan kita terhadap peserta didik tersebut memiliki arah dan tujuan yang jelas maka perlu dibuat Visi. Dari fakta itulah kemudian, guru dituntut harus mempunyai visi yang jelas. 
Apa sebenarnya visi itu? Visi bagaikan kompas penunjuk arah yang memandu penjelajah mencapai tujuan. Visi itu sesuatu yang belum terjadi terkait masa depan. Maka visi juga dapat dianggap buah kreativitas manusia. 
Guru sangat memerlukan visi, bagaimana kita menggambar tentang linkungan belajar yang akan kita pergunakan sebagai sebuah layanan kepada peserta didik. Visi tersebut tentunya mengarah kepada perubahan-perubahan kearah yang baik. Untuk mencapai perubahan tersebut guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Manajemen pendekatan perubahan sering disebut sebagai Inkuiri Apresiatif (IA). 
Saya memimpikan murid-murid yang yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang memiliki karakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul. 
Saya percaya bahwa murid adalah memiliki potensi yang ada potensi itu yang menjadi tugas guru untuk menuntunya dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik atau berkembang. 
Di sekolah, saya mengutamakan perubahan-perubahan yang berpusat kepada peserta didik. Murid di sekolah saya sadar betul bahwa masa depan adalah perlu diusahakan sehingga dalam menyongsongnya diperlukan jembatan melalui Pendidikan yang berkarakter melalui nilai-nilai luhur Pancasila yang termotivasi,cerdas dan kreatif. 
Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk bahwa perubahan yang lebih baik akan membawa dampak terhadap pengembangan peserta didik sehingga terwujud profil pelajar Pancasila dengan menuntun mengarahkan peserta didik sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewatara 
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran akan memotivasi keterlibatan peserta didik. Dari ini akan bermuara kepada pencapaian kompetensi siswa. 

 VISI : Mewujudkan Peserta didik yang memiliki karakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul.

Read More »
27 September | 0komentar

Koneksi Antar Materi Modul 1.1 dan Modul 1.2

Model Refleksi 4P (Peristiwa,Pembelajaran,Perasaan,Penerapan)

Pada kesempatan ini akan saya sampaikan pembelajaran sebagai refleksi Koneksi antar Materi pada pembelajaran modul 1.1 hingga 1.2 berikut adalah hal hal yang menjadi pembelajaran bagi saya. Pada kesempatan ini akan saya jabarkan dengan model refleksi model 4P (Peristiwa,Perasaan,Pembelajaran dan Penerapan) 

Peristiwa 
Peristiwa atau momen yang berarti bagi saya adalah ketika saya pertama kali melakukan pembelajaran secara mandiri dengan alur merdeka yang diperkenalkan pada pembelajaran di guru penggerak yaitu mulai dari mulai mengenali diri sendiri,eksplorasi konsep sampai melakukan aksi nyata. Pada eksplorasi konsep pemikiran KHD saya mengatahui bahwa peserta didik adalah ibarat bahan yang siap diolah karena memiliki potensi yang telah ada didalamnya. Sehingga guru hanya dapat memberikan arahan, tuntunan, peserta didik ini berkembang sesuai dengan kodrat alamnya dan kodrat zamannya. Mempelajari nilai dan peran peran guru penggerak. 
Bahwa seorang guru pengerak harus mampu berpihak pada murid, mampu berkolaborasi dengan siapapun untuk pendidikan, berinovasi mandiri dan reflektif. Mengejakan tugas secara kolaborasi dan dilakukan secara daring menjadi hal yang menantang, bahwa guru adalah manusia sosial yang memerlukan bantun orang lain. Pada kali ini kolaborasi yang dilakukan antar peserta CGP adalah melakukan interaksi secara daring. Dengan jarak dan ruang bukanlah penghalang untuk melakukan kolaborasi menghasilkan suartu karya. 

Pembelajaran 
Setelah mempelajari pemikiran KHD berkaitan dengan menghamba kepada peserta didik. Pada penerapan pembelajaran yang berpihak dan berpusat pada murid sesuai pemikiran KHD dalam kegiatan pembelajaran saya di sekolah adalah melakukan model pembelajaran yang mengakomodasi pada gaya belajar peserta didik. Hal yang makin menguatkan saya adalah bagaimana melakukan kolaboratif, berdiskusi dengan teman sejawat dengan melakukan pembimbingan pada guru lain. Sesuai dengan nilai nilai dan peran sebagai guru penggerak untuk saya kembangkan lagi apa yang telah saya lakukan dan rencana apa yang akan saya lakukan. Kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah bahwa menurut KHD peran seorang guru dalam mendidik anak didik adalah menuntun dan mengarahkan sesuai dengan kodrat nya, guru ibarat petani yang hanya memberi pupuk, memberi pengairan yang baik membasmi dan mencegah agara tidak terkena hama. Dan peran dan nilai guru penggerak yang menjadi pemimpin pembelajaran sejalan dengan pemikiran tersebut bahwa guru pembelajaran harus berpihak pada murid kita berinovasi berkolaborasi dengan rekan rekan agar membuat sebuah pembelajaran yang berpihak untuk pada kepentingan murid/anak sesuai dengan filosofi KHD yang berhamba pada anak.

Perasaan 
Ilmu yang baru berkaitan dengan pengembangan diri, orang lain dan peserta didik yang dipelajari pada modul 1.1 dan modul 1.2 menjadi merasa bersemangat, seperti menemukan sesuatu yang baru bagi saya yang sangat berharga . selama ini saya menjadi guru merasa paling mengetahui cara mengajar, ternyata belum sesuai dengan pemikiran ki hajar dewantara. Masih banyak peran peran yang belum saya lakukan sebagai seorang guru kepada siswa, berharap dan bersemangat untuk memperbaiki apa yang kurang dan mengembangkan kelebihan yang saya miliki. Saya bersyukur menjadi bagian dari pendidikan guru penggerak . Membentuk siswa menjadi apa sesuai keinginan kita dan kita paksakan untuk terus berlatih dan belajar sesuai kehendak guru adalah sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh guru. Hal yang terkait dengan prestasi, nilai yang bagus adalah akan berbeda satu dengan yang lainnya. Sebagai guru hanya menuntun perkembangan siswa , guru harus membuat pembelajaran yang menyenangkan, menjadi pemimpin pembelajaran . guru bukan pusat pembelajaran tapi muridlah yang menjadi pusat pemebelajaran , berorientasi pada murid. Saya segera membuat kelompok kelompok diskusi siswa dikelas agar mereka bisa belajar berkolaborasi, menghargai sesame dan menumbuhkan kepemimpinan siswa. Prestasi siswa bukan hanya meraih peringkat kelas atau rengking lebih dari itu prestasi adalah mampu melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. Setelah momen itu saya harus mengevaluasi dan memaknai setiap kegiatan yang saya lakukan dengan berdiskusi, berefleksi dengan rekan sejawat disekolah , kepala sekolah dan rekan rekan dikomunitas saya. 

Penerapan Kedepan 
Rencana ke depan saya harus tetap melaksakana pembelajaran, bimbingan yang berpihak pada murid mencari cara agar mereka bisa belajar memenuhi kebutuhan mereka dalam belajar sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alamnya. Tetap menuntun dan mengarahkan mereka hanya sebatas mereka agar tidak kehilangan arah. Melakukan kolaborasi dengan pemangku kepentingan, kepada kepala sekolah, rekan sejawat disekolah dan rekan saya di komunitas seperti mgmp. Tetap bekerja sama dan berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk bersama sama meraih kebaikan bagi anak didik, baik itu pembuatan media pembelajaran, metode pembelajaran atau hal lain yang mendukung proses menuntun anak dan kepentingan anak didik. Memberikan pendampingan kepada sesame guru dengan memberikan coach terkait media pembelajaran interaktif. Saya akan tetap mengembangkan dan membuat media pembelajaran baik itu video pembelajaran atau aplikasi interaktif . agar pembelajaran menyenangkan dan bermakna. Juga membuat metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan pembelajaran yang berpusat pada murid.

Read More »
24 September | 4komentar

Merefleksi Materi dengan Model 4P

Merefleksi Model 4P

Salah satu yang menarik dalam materi-materi Program Guru Penggerak adalah teori melakukan refleksi diri. Dengan memahami dan merefleksi masa yang telah terjadi, terjadi perubahan mindset emosional dan rasa untuk memperbaiki diri di masa depan. Kerangka kerja ini dirancang oleh Dr Roger Greenaway, seorang ahli dalam melatih guru dan fasilitator. Dengan bekerja melalui empat tingkat model ini, kita akan secara kritis memeriksa situasi yang ingin kita tinjau dan renungkan, sambil memikirkan bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari di masa depan. Model refleksi ini dikenal dengan 4F yaitu :
Facts: An objective account of what happened 
Feelings: The emotional reactions to the situation 
Findings: The concrete learning that you can take away from the situation 
Future: Structuring your learning such that you can use it in the future 

yang kemudian di modul Guru Penggerak diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa, perasaan, pembelajaran dan penerapan ke depan)  Ini merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. 
Peristiwa (Facts): paparan obyektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil? Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses tersebut. Contoh pertanyaan: Apa yang saya rasakan ketika menghadapi kendala tersebut? ketika saya mencoba mengatasi kendala tersebut bagaimana perasaan saya? 
Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Contoh pertanyaan: apa yang saya pelajari dari proses ini? apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini? Penerapan ke depan (Future): apa hal yang dapat segera diterapkan baik sebagai individu. Contoh pertanyaan: apa yang bisa saya lakukan ke depannya dari pembelajaran di proses ini? pada aspek apa?

Model ini dapat digunakan untuk berpikir dan merenungkan suatu situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Model ini mudah diingat dan membahas aspek-aspek utama dari apa yang berguna untuk dipertimbangkan saat meninjau sebuah pengalaman. Dalam model aslinya ada sedikit atau tidak ada penekanan pada pemikiran yang Anda miliki selama acara tersebut. Ini mungkin bekerja dengan baik untuk Anda. 
Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal dari refleksi Anda mungkin ingin meninjau kembali pemikiran yang Anda miliki saat itu. Jika Anda memilih untuk memasukkannya, mereka akan paling cocok dengan Fakta atau Perasaan. Baik Temuan maupun Masa Depan akan mencakup pemikiran saat ini dan yang lebih analitis tentang peristiwa yang melihat ke belakang. Cobalah modelnya dan lihat apa yang cocok untuk Anda. Untuk setiap bagian, sejumlah pertanyaan bermanfaat diuraikan di bawah ini. Anda tidak harus menjawab semuanya, tetapi mereka dapat memandu Anda tentang hal-hal apa yang masuk akal untuk dimasukkan ke dalam bagian itu. Anda mungkin memiliki petunjuk lain yang bekerja lebih baik untuk Anda.


Peristiwa (Fakta) 
F pertama mewakili fakta yang sulit. Di sini Anda dapat memeriksa urutan peristiwa dan momen-momen penting. Jika Anda bekerja melalui model dengan orang lain, mungkin menarik untuk melihat apakah Anda setuju dengan faktanya. Berhati-hatilah agar fakta tidak berubah menjadi opini, misalnya 'Lalu X melakukan hal yang salah', melainkan katakan 'X melakukan ini dan itu berdampak seperti ini'. Pertanyaan yang bermanfaat: Buatlah laporan berita singkat yang meliputi: Apa? WHO? Di mana? Kapan? [Simpan Mengapa? dan bagaimana? untuk 'Temuan'.] Apakah sesuatu yang tidak terduga terjadi? Ada kejutan? Apakah sesuatu yang sangat dapat diprediksi terjadi? Apa yang paling berkesan/berbeda/menarik? 
Perasaan (Feeling) 
Di sinilah Anda dapat menggambarkan perasaan dalam situasi tersebut. Perasaan dapat membimbing Anda untuk sepenuhnya memahami situasi sehingga pembelajaran Anda lebih baik didasarkan pada pengalaman. Di bagian ini dimungkinkan untuk mulai mengevaluasi dan menilai secara tidak sengaja, namun cobalah untuk tetap dengan perasaan Anda. Berhati-hatilah agar Anda tidak menggunakan 'merasa' sebagai penilaian, misalnya 'Saya merasa mereka salah', atau 'perasaan saya adalah bahwa itu adalah pilihan yang baik'. Yang terakhir dapat ditulis ulang sebagai 'Saya merasa percaya diri saat membuat pilihan. Pertanyaan yang bermanfaat: Apa saja perasaan yang Anda alami? Pada titik apa Anda merasa paling atau paling tidak terlibat? Perasaan apa lagi yang hadir dalam situasi tersebut? Pada titik apa Anda paling sadar mengendalikan/mengekspresikan perasaan Anda? Apa tertinggi dan terendah pribadi Anda? 
Penemuan (Finding) 
Di sini Anda dapat mulai menyelidiki dan menafsirkan situasi untuk menemukan makna dan membuat penilaian. Pertanyaan utamanya adalah 'bagaimana' dan 'mengapa'. Pertanyaan yang bermanfaat: Mengapa ... berhasil atau tidak? …apakah Anda mengambil peran itu? …apakah kamu melakukan apa yang kamu lakukan? …apakah kamu tidak melakukan sesuatu yang lain? dll. Bagaimana … perasaan Anda memengaruhi apa yang Anda katakan dan lakukan? …apakah Anda mendapatkan hasil yang terjadi? dll. Apakah ada peluang atau penyesalan yang terlewatkan? Apa yang ingin Anda lakukan secara berbeda / lebih banyak / lebih sedikit? Apa yang paling/paling tidak berharga? Apakah ada masukan/penilaian? Apa yang telah Anda temukan? 
 Penerapan Masa depan (Future) 
Di sini Anda mengambil temuan Anda dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya di masa depan. Pertanyaan yang bermanfaat: Bagaimana Anda membayangkan menggunakan apa yang telah Anda pelajari? Apa yang sudah berubah? Pilihan apa yang Anda miliki? Bagaimana tampilannya menggunakan temuan? Rencana apa yang bisa Anda buat untuk masa depan? 
Dari Berbagai Sumber

Read More »
23 September | 0komentar

Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Sumatif Tengah Semester (STS)?

Antara Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Sumatif Tengah Semester (STS)

Pelaksanaan Penilaian Tengah Semester (PTS) Gasal Tahun Pelajaran 2022/2023 untuk Kurikulum 2013 akan dilaksanakan pada minggu depan. PTS dilaksanakan dengan kriteria pelaksanaan PBM telah berlangsung 8 s.d. 9 pertemuan. Pelaksanaan di SMK Negeri 1 Bukateja baru dilaksanakan tanggal 26 s,d, 39 September 22022. Pada kurikulum Merdeka tidak mengenal PTS. 
Kurikulum Merdeka di SMK Negeri 1 Bukateja pelaksananya baru pada tahun ajaran 2022/2023, berarti baru dilaksanaakan untuk kelas X. Sementara Kelas XI dan XII masih menggunakan KTSP. 
Pada penerapan kurikulum merdeka terdapat beberapa istilah yang berupah. Diantaranya pada KTSP istilah penilaian berubah menjadi asesmen., silabus berubah menjadi ATP (alur tujuan pembelajaran), KI/KD berubah menjadi Capaian pembelajaran dll. 
Di dalam dokumen resmi yang mengatur kurikulum merdeka tidak diatur atau belum diatur istilah Sumatif Tengah Semester (STS) atau istilah lain berkaitan dengan penilaian hanya berubah dengan istilah asesmen. Meskipun beredar istilah Sumatif Tengah Semester (STS), tetapi sesuai dokumen resmi yang mengatur tentang kurikulum merdeka belum ditemukan istilah tersebut. Lantas bagaimana dengan kegiatan kelas X? 
Di dalam Kurikulum Merdeka, terdapat dua bentuk penilaian (asesmen), yaitu Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif. Kedua bentuk penilaian tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar, meskipun sama-sama berfungsi sebagai asesmen di dalam pembelajaran. Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. 
Pada Kurikulum Merdeka, Satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran. Satuan pendidikan dan pendidik juga memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi pengolahan hasil asesmen sesuai kebutuhan. Satuan pendidikan dan pendidik menentukan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Bahkan sangat diperbolehkan jika penilaian tengah semester tidak dilaksanakan. Ini beberapa contoh dari sekolah SMK disekitas kami juga tidak melaksanakan PTS. Untuk nilai diserahkan kepada masing-masing guru pengampu. Bentuk keleluasaan strategi tersebut.

Sumatif Tengah Semester (STS)



Prinsip Penilaian pada Kurikulum Merdeka Prinsip asesmen di dalam Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut. 
  1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya. 
  2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen aga 
  3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai selanjutnya. 
  4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut. 
  5. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 

Perbedaan Penilaian Formatif dan Sumatif pada Kurikulum Merdeka Merujuk Permendikbudristek nomor 21 tahun 2022 tentang Standar Penilaian disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik dapat berbentuk penilaian formatif dan sumatif. 
1. Penilaian Formatif 
Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai peserta didik yang mengalami hambatan atau kesulitan belajar dan perkembangan belajar peserta didik. Penilaian formatif merupakan bagian dari langkah-langkah pembelajaran, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang merupakan bagian dari praktik keseharian pendidik dan peserta didik di dalam proses belajar mengajar di kelas. 
Penilaian formatif dilaksanakan untuk merefleksikan proses belajar dan tidak menentukan nilai akhir peserta didik. Oleh karena itu, asesmen formatif melibatkan aktivitas guru dan peserta didik yang bertujuan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Tujuan asesmen formatif adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran, tidak hanya untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik. Selain itu, asesmen formatif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Pendidik dapat menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah atau memodifikasi pembelajaran agar lebih efektif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik. 

Penilaian Tengah Semester


2. Penialaian Sumatif 
Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menegah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik itu sendiri dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP). 
Hasil asesmen sumatif digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, mengukur konsep dan pemahaman peserta didik, serta mendorong untuk melakukan aksi dalam mencapai kompetensi yang dituju. Di dalam asesmen sumatif mencakup lebih dari satu pokok bahasan yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran berikutnya. 
Asesmen sumatif dapat juga diartikan sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi. Asesmen sumatif dilaksanakan setelah sekumpulan program pelajaran selesai diberikan. Kegiatan asesmen sumatif dilakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai. 
Asesmen sumatif menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai keputusan pada kinerja peserta didik. 
Asesmen sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis. Asemen sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi peserta didik dan diarahkan pada pelaporan di akhir suatu program studi. 
Fungsi asesmen sumatif, yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman peserta didik dan sebagai sarana memberikan umpan balik kepada peserta didik. Asesmen sumatif juga berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, serta sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik. Demikian perbedaan penilaian formatif dan sumatif . Semoga bermanfaat. 
Sumber dari : Berbagai Sumber

Read More »
20 September | 0komentar

Menumbuhkan Manusia yang Kuat Nilai Kemanusiaannya

Semangat untuk mengapresiasi dan berpihak pada nilai-nilai yang diperlukan dan menguntungkan anak adalah landasan dalam membawakan peran perubahan di pendidikan. Dengan demikian diharapkan, Bapak/Ibu dapat menilik kembali nilai-nilai yang sudah ada dalam diri pribadi lalu menguatkan yang selaras dengan nilai-nilai dan konsep yang dipromosikan dalam Program Guru Penggerak ini. Bapak/Ibu juga diharapkan untuk menjawab dengan seksama dan mendalam pertanyaan-pertanyaan refleksi yang telah disediakan agar pemahaman Bapak/Ibu akan konsep yang dipaparkan pun menjadi semakin kuat, semakin paham pula bagaimana manusia tergerak dan bergerak, sehingga semakin menghayati bagaimana menggerakkan manusia.
Disukai atau tidak, manusia adalah makhluk biologis yang memiliki sifat dasar menjaga keberlanjutan spesiesnya secara genetis. Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan untuk diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan/penguasaan (power) adalah kebutuhan yang tidak cuma dimiliki oleh manusia, makhluk lain seperti Burung, Mamalia, dan Primata juga memiliki kebutuhan yang sama. Kita pasti pernah melihat anak-anak singa atau singa remaja bermain layaknya berkelahi sungguhan, atau anak-anak monyet yang usil saling mengganggu dan berakhir dengan kejar-kejaran dari pohon ke pohon. Itu adalah satu contoh kebutuhan bersenang-senang (fun). Kelima kebutuhan di atas bermuara pada kebutuhan tiap jenis makhluk untuk melanjutkan generasi, termasuk juga manusia. Mungkin kita pernah menjumpai seseorang dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku. Besar kemungkinan, hal itu mereka lakukan karena mereka tak mampu memenuhi atau mereka tidak mendapatkan kebutuhan dasar mereka. Setiap perilaku kita adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan, sebuah usaha untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan dasar kita. 
Berikut ini, kita ulas satu demi satu kebutuhan tersebut dalam kaitannya dengan konteks pendidikan dan sekolah. 
1. Kebutuhan Bertahan Hidup 
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya makanan, pakaian, istirahat, tempat berlindung, keamanan, dan kesehatan. Secara sederhana itu dapat dipenuhi dengan makan, tidur, olahraga, memberikan perlindungan. 
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima) 
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti: rasa diterima, dipedulikan, berbagi, bekerja sama, menjadi bagian dari suatu kelompok, dikasihi-mengasihi, disayangi-menyayangi. Kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain, teman, keluarga, pasangan, rekan kerja, kelompok, dan bahkan dengan binatang peliharaan. Kebutuhan ini biasanya dapat dipenuhi melalui ketulusan dan kehangatan hubungan dengan keluarga, temanteman, kelompok, klub, guru, konselor, coach. 
3. Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan) 
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, memimpin, berprestasi, diakui, dan didengar. Kebutuhan ini meliputi harga diri, keinginan untuk dianggap, dan meninggalkan pengaruh. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan seperti: proyek, hobi, tugas sekolah yang menantang-kontekstual-relevan, belajar menjadi orang yang kuat, membuat pilihan positif, dan bekerja. 
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan) 
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan untuk mandiri, otonom, memiliki pilihan, mengembangkan daya lenturnya, dan mampu mengendalikan arahnya sendiri. Kebutuhan ini terkait dengan kebebasan untuk memilih dan membuat pilihan, kebutuhan bergerak, mencoba-coba, mengeksplorasi hal baru dan menarik. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan menyediakan variasi, waktu senggang, memberikan ruang untuk jadi diri sendiri yang merdeka, serta liburan. 
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang) 
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari kesenangan, humor, bermain, bersenang-senang, bergembira, antusiasme, dan tertawa. Glasser menghubungkan kebutuhan ini dengan belajar. Menurutnya, dengan bermain kita sekaligus mempelajari banyak keterampilan hidup yang penting. Biasanya kebutuhan ini juga dapat dipenuhi dengan menyediakan tantangan, gurauan, dan pembelajaran yang bermakna.
Sumber Modul 1.2 CGP Angkatan 6 Tahun 2022

Read More »
14 September | 0komentar

Aksi Nyata, Penerapan Modul 1,1 Calon Guru Penggerak Angkatan 6

Perubahan di kelas 
Pelaksanaan mengikuti kegiatan Calon Guru Penggerak pada minggu ini, genap terlaksana selama 2 minggu dari 6 bulan pelaksanaan. Modul pertama yang dipelajari adalah bertemakan *Pemikiran filosofi Ki Hajar Dewantara. Selama ini proses belajar mengajar yang saya lakukan memberlakukan metoda yang sama untuk semua peserta didik. Menganggap bahwa satu metode yang sama untuk semua siswa. Mempelakari modul tentang Filosofi Pendidikan menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, menjadi terbuka pemikiran saya terhadap apa yang seharusnya dilakukan guru dalam kelas.
Menyadari bahwa sebenarnya setiap anak itu memiliki kekhasan masing-masing, setiap anak memiliki kharakteristik yang berbeda-beda, setiap anak memiliki kodrat yang berbeda. Artinya dalam pembelajaran kita harus dapat memahami karakteristik dari masing-masing anak. Hal ini coba saya lakukan di dalam kelas dan hasilnya sangat memuaskan saya, karena tidak terpikiran anak yang yang tadinya diam saja namun setelah diberikan kesempatan untuk menjawab, anak tersebut dengan perasaan senang mengemukakan pendapatnya dengan suara yang cukup keras, walaupun anak tersebut mendapat informasi jawaban dari teman di sebelahnya. 
Hal selanjutnya yang saya lakukan adalah memberikan apersiasi terhadap jawaban yang diberikan anak tersebut.
Media Komputer


Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan
Selama menerapkan pembelajaran sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara ada beberapa gagasan yang timbul diantaranya: 1) Menyiapkan program pengembangan dalam memperbaiki model pembelajaran yang digunakan menggunakan Media Pembelajaran Interaktif terkait gaya belajar siswa yang berbeda-beda 2) Mengaplikasi nilai kebudayaan yang dimiliki dalam proses pembelajaran. Nilai kebudayaan yang ada memiliki kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila yang salah satunya adalah “Bergotong Royong” dan nilai kebudayaan yang dipilih adalah “Masohi”. 3) Merancang pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. 4) Menjadi penuntun bagi anak dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang diikuti. 

Media Pembelajaran Interaktif


Pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan Best Practice
Pelaksanaan praktik baik di dalam kelas adalah pertama-tama melakukan asesmen diagnosis non kognitif. Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang siswa, minat siswa, sarana dan prasarana yang mendukung yang dimiliki siswa. Asesmen ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan diantaranya untuk mengetahui gaya belajar siswa. Contoh pertanyaan pada analisis kebutuhan belajar di bawah ini.

Dari hasil ini maka kita lakukan treamen berkaitan penggunaan media untuk mengakomodasi gaya belajar siswa yaitu bentuk audiovisul, textual dan kinestetik. yaitu menggunakan media blog, Video tutorial dan MPI (Media Pembelajaran Interaktif).
Hal baik yang sudah dilakukan antara lain: 1) Setiap hari melaksanakan apel, mengumandangkan Indonesia Raya dan Asmaul Husna yang Islam dan puji-pujian bagi yang Kristen. 2) Anak-anak melakukan kebersihan pada lingkungan sekolah di waktu pagi dan sore. 3) Pada saat hari besar keagamaan, maka yang akan berperan dalam hal ini panitia adalah anak-anak yang beragama yang lain. 4) Melakukan pembelajaran dengan metode “Tutor Sebaya”  6) Melakukan 3S (senyum, sapa, salam) bagi siapa saja yang dilewati pada saat berada di lingkungan sekolah. Terkait budaya industri 7) Memberlakukan jalur hijau sesuai dengan di industri sebagai jalur untuk pejalan kaki.

Perencanaan, Penerapan dan Pelaksanaan 
Mengacu pada modul 1.1. Filosofi Ki Hajar Dewantar pada kegiatan ini yakni tentang membuat desaian kerangka pembelajaran sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara, maka untuk aksi nyata saya memulai dengan: 1) Perencanaan: untuk prencanaan dimulai dengan membuat desain pembelajaran, sesuai dengan gaya belajar siswa.. Dukungan kepala sekolah terkait pelaksanaan program CGP di sekolah. Selanjutnya dalam pemberian materi saya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil refleksi terhadap materi yang diberikan sebelumnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran juga diberikan kesempatan kepada anak-anak untuk melakukan diskusi dalam hal ini menerapkan Tutor Sebaya yang merupakan perwujudan nilai Profil Pelajaran Pancasila yakni Bergotong Royong. 
Akhir dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan, saya memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan refleksi dan kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari.
Salah satu bentuk refleksi yang disampaikan anak dalam bentuk testimoni. “Testimoni Rekan Guru dan Siswa” 1. Guru : Model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang dilakukan oleh teman saya dapat memberikan inspirasi kepada saya sendiri untuk merubah model pembelajaran. 2. Siswa : Akhirnya dalam pembelajaran kita dapat bebas menyampaikan pendapat kita dengan baik tanpa harus merasa takut dimarahi. 3) Refleksi: Dari apa yang direncanakan dan dilaksanakan, maka sebenarnya untuk proses pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, 

Read More »
11 September | 0komentar

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman Menurut Ki Hajar Dewantara

Mendifinisikan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Salah satu pemikiran dari Ki Hajar Dewantara terkait dengan pendidikan anak adalah pendidikan dan pengajaran harus berpegang pada kodrat alam dan kodrat zaman peserta didik/siswa/murid. Kodrat Alam yang dimaksud adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang secara alamiah atau idiosinkratik melekat pada diri masing-masing individu. Kodrat Zaman adalah kekuatan, potensi, atau keadaan diri yang berubah secara dinamis sesuai dengan kondisi sosial, budaya masyarakat, atau perkembangan zaman. 
Dari penjelasan KHD tersebut, dapatlah ditemukan titik temu antara pemikiran KHD dengan konsep-konsep pendidikan kontemporer. Dikotomi Kodrat Alam dan Kodrat Zaman adalah konsep KHD dalam memisahkan antara identitas, prilaku, dan aspek-aspek individual yang alamiah dan dimana hal ini dapat diturunkan/diwariskan.  kaitannya dengan pemikiran KHD yang pada kenyataannya melampaui masanya. Yang tidak kalah penting dalam konsep pendidikan KHD adalah aspek budi pekerti. 
Filosofi pendidikan KHD sangat menjunjung tinggi pendidikan budi pekerti sebagai aspek penting yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidikan merupakan katalis untuk melatih dan mengembangkan budi pekerti anak atau peserta didik. Pendidikan haruslah mengisi ruang pengembangan kemampuan afektif dan psikomotor selain aspek kognitif. 
KHD juga menelurkan gagasan bahwa masing-masing anak memiliki ‘dasar jiwa’ yang alamiah dan yang dapat dibentuk. KHD berpendapat, pendidikan yang baik dapat merubah budi pekerti seseorang meskipun individu tersebut memiliki kecenderungan prilaku yang negatif secara alamiah atau bawaan. Peran Tripusat pendidikan yang sinergis dan positif menjadi penting dalam proses tersebut. Secara garis besar, filosofi pendidikan KHD adalah pendidikan yang humanis, yang menghargai kebebasan dan kemerdekaan anak, yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya setempat, menjunjung tinggi rasa kebangsaan, nasionalisme, dan semangat patriotisme. 
Membuka ruang kepada anak untuk berkenalan dengan gagasan-gagasan baru serta tidak takut dengan ide-ide baru juga merupakan filosofi pendidikan KHD. Namun, meskipun peserta didik diajari gagasan atau konsep baru yang berbeda dengan nilai-nilai lokal, KHD berpendapat bahwa: “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anakanak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. 
Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).
Sumber: dari berbagai sumber

Read More »
06 September | 0komentar

Perjalanan Pendidikan Guru Penggerak

Lokakarya Orientasi Calon Guru Penggerak, 3 Sept 2022



Lokakarya Orientasi 
dihadiri oleh Calon Guru Penggerak, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah serta perwakilan Dinas Pendidikan. Lokakarya dipandu oleh Pengajar Praktik. Lokakarya ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang Program Guru Penggerak, alur belajar Calon Guru Penggerak dan dukungan yang perlu diberikan oleh Kepala Sekolah selama program berlangsung. 

 Modul 1.1: Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Setelah mempelajari modul ini, 
 1. CGP mampu memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD), 
 2. CGP mampu mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konteks lokal kelas dan   sekolah, 
 3. CGP mampu bersikap reflektif-kritis dalam mengembangkan dan menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar-dasar Pendidikan KHD dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.

 Aksi nyata Modul 1.1:  CGP membuat perubahan konkret di kelas dan menuliskannya dalam jurnal refleksi secara rutin. 

 Modul 1.2: Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, Calon Guru Penggerak akan 
1. CGP memahami bagaimana nilai diri bisa terbentuk dan merefleksikan pengaruhnya terhadap peran sebagai Guru Penggerak. 
2. CGP membuat gambaran diri di masa depan terkait dengan nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak. 
3. CGP membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman dan aksi yang bisa dilakukan untuk menguatkan peran dan nilai Guru Penggerak. 

 Aksi Nyata Modul 1.2: 
1. CGP mampu menerapkan strategi untuk menguatkan nilai dan peran Guru Penggerak 
2. CGP terbiasa untuk merefleksikan hasil pembelajaran yang didapat selama rangkaian modul 1.2 

Pendampingan Individu 1: 
Refleksi Awal Kompetensi Guru Penggerak Diskusi tantangan belajar daring 
Refleksi penerapan perubahan kelas sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara 
Diskusi pembuatan kerangka portofolio 
Diskusi peta posisi diri dan rencana pengembangan diri dalam kompetensi guru penggerak 
 Lokakarya 1: 
Pengembangan komunitas praktisi Setelah mengikuti lokakarya 1, Calon Guru Penggerak mampu: 
(1) menjelaskan hubungan mindset pemimpin pembelajaran di konteks sekolah 
(2) menjelaskan pentingnya dan manfaat komunitas praktisi baik untuk dirinya sendiri dan lingkungan belajar
(3) menjelaskan konsep, filosofi dan prinsip pengembangan komunitas sebagai bagian dari peran guru penggerak
(4) mengindentifikasi komunitas praktisi yang sudah ada
(5) mengaitkan komunitas praktisi yang sudah ada untuk mewujudkan filosofi, nilai dan peran guru penggerak. 

Modul 1.3: Visi Guru Penggerak Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar yang berpihak pada murid CGP mampu mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki CGP dalam mendukung penumbuhan potensi murid CGP mampu membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya CGP mampu menjalankan rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya 

 Aksi Nyata 1.3: CGP mengeksekusi rencana manajemen perubahan dengan menerapkan paradigma inkuiri apresiatif dan membuat dokumentasi pribadi untuk proses pendampingan individu oleh Pengajar Praktik 

Modul 1.4: Budaya Positif
Setelah mempelajari modul ini, 
Calon Guru Penggerak akan CGP mampu mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan,

 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. CGP mampu menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak. CGP mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid. 
CGP mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid. 

 Aksi Nyata 1.4: CGP menyampaikan kepada rekan-rekannya mengenai perubahan paradigma dan penerapan strategi disiplin positif di kelas/sekolahnya masing-masing untuk menciptakan budaya positif. Diharapkan kegiatan ini akan membantu murid dalam belajar dengan aman dan nyaman untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan sebagaimana disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan pendidikan. 

Pendampingan Individu 2: Perubahan paradigma pemimpin pembelajaran Diskusi refleksi diri tentang lingkungan belajar di sekolah Diskusi refleksi perubahan diri setelah mempelajari paket modul 1. Diskusi rencana merintis komunitas praktisi di sekolah, berdasarkan hasil pemetaan di lokakarya 1 Lokakarya 2: Visi untuk Perubahan Lingkungan Belajar Setelah mengikuti lokakarya 2, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan visi dan perkembangan/kemajuan prakarsa perubahan level diri (Aksi Nyata modul 1.3) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menjelaskan rencana penyampaian disiplin positif di kelas dan strategi penerapan di sekolah (Aksi Nyata modul 1.4) serta memperbaharui rencana ke depan berdasarkan umpan balik Calon Guru Penggerak lain menunjukkan kemampuan melakukan disiplin positif dengan Segitiga Restitusi menunjukkan kemampuan dalam membuat Keyakinan Kelas 

Modul 2.1: Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid 
 Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Mendemonstrasikan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi dan alasan mengapa pembelajaran berdiferensiasi diperlukan; 
Menjelaskan pentingnya mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan belajar murid; 
Menganalisis penerapan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk;
Mengimplementasikan Rencana Pembelajaran Berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri; 
Menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. 

 Aksi Nyata: CGP menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari untuk membuat rencana, mengimplementasikan dan melakukan refleksi pembelajaran berdiferensiasi dan kemudian mendokumentasikan proses tersebut dalam moda yang dapat dipilih sendiri 

 Modul 2.2: Pembelajaran Sosial dan Emosional Setelah menyelesaikan modul ini, peserta diharapkan dapat menjadi Guru Penggerak yang mampu: Memahami pembelajaran sosial dan emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) Memahami tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) Memahami strategi untuk menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh sesuai dengan konteks masing-masing guru Menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam kegiatan di kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas praktisi 

 Aksi Nyata Modul 2.2: CGP menerapkan rancangan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh yang dikoneksikan dengan materi modul lain di dalam kelas yang diampunya. CGP membuat sebuah RPP dengan memasukkan unsur diferensiasi dan kompetensi sosial-emosional, untuk dipraktikkan dalam kelas. CGP mendokumentasikan praktik pembelajaran tersebut dalam bentuk video. 

Pendampingan Individu 3: Implementasi Pembelajaran yang Berpihak pada Murid Refleksi hasil survei (feedback 360) + penilaian sendiri tentang kompetensi guru penggerak Diskusi rencana menerapkan pembelajaran sosial-emosional Diskusi hasil lokakarya 2 (keterlaksanaan dari tahapan BAGJA) 

Lokakarya 3: Peran Pemimpin dalam Pengembangan Pembelajaran Setelah mengikuti lokakarya 3, Calon Guru Penggerak mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka tentang pembelajaran berdiferensiasi. mendemonstrasikan pemahaman mereka mengenai mindfulness dan integrasi 5 kompetensi sosial emosional dalam praktek mengejarkan. merencanakan strategi berbagi dengan rekan sejawat mengenai pembelajaran berdiferensiasi dan kompetensi sosial emosional. 

 Modul 2.3: Coaching untuk Supervisi Akademik 
Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • menjelaskan konsep coaching secara umum; 
  • membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya, yaitu mentoring, konseling, fasilitasi, dan training; 
  • menjelaskan konsep coaching dalam dunia pendidikan sebagai pendekatan pengembangan kompetensi diri dan orang lain (rekan sejawat); 
  • menjelaskan paradigma berpikir coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • menjelaskan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi; 
  • mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervisi akademik; membedakan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat; 
  • melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA; 
  •  mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching: coaching presence, mendengar aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching; 
  • menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi; 
  • memberikan umpan balik dengan paradigma berpikir dan prinsip dan coaching; 
  • mempraktikan rangkaian supervisi akademik yang berdasarkan paradigma berpikir coaching. 

 Aksi Nyata: CGP mengajak satu rekan sejawat di sekolah asal untuk menjalankan rangkaian supervisi akademik dengan pendekatan coaching pada Pendampingan Individu ke-5 di hadapan Pengajar Praktik. 

 Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin 

 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
  • Melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran 
  • Mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain; 
  • CGP mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut. 
  • Memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan. 
  • Menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan; 
  • CGP bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. 

 Aksi Nyata CGP mempraktikkan proses pengambilan keputusan, paradigma, prinsip, dan pengambilan dan pengujian keputusan di sekolah asal. CGP akan menjalankan praktik pengambilan keputusan dan merefleksikannya pada saat pendampingan individu. 

 Pendampingan Individu 4: Evaluasi dan Pengembangan Proses Pembelajaran 
 PP observasi kelas CGP untuk melihat penerapan dari modul budaya positif, pembeljaaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial-emosional. Penilaian Observasi Praktik Pembelajaran Dijalankan dalam pola pikir coaching (pra, observasi dan pasca) 

 Lokakarya 4: Penguatan Praktik Coaching Setelah mengikuti lokakarya 4, 
Calon Guru Penggerak mampu menunjukkan kemampuan coaching yang dimilikinya 
 mengidentifikasi kekuatan, area pengembangan dan menyusun rencana perbaikan dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid 
 menunjukkan kemampuan melakukan rangkaian supervisi akademik dengan menggunakan pola pikir coaching 

 Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya 
 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan menjadi guru penggerak yang mampu: 
Menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien.
Merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development). 
Merancang program kecil menggunakan hasil pemetaan kekuatan atau aset yang sudah dilakukan.
Menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya. 

 Aksi Nyata : CGP melakukan implementasi materi dalam lingkup yang lebih luas, kemudian mendokumentasikan proses, hasil dan perkembangan belajarnya dalam bentuk e-portfolio, dan membuat refleksinya. 

 Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid 
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu:
Menunjukkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila. 
Menunjukkan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid.
Menganalisis sejauh mana suara, pilihan dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam program intrakurikuler/kokurikuler/ekstrakurikuler sekolah untuk mewujudkan lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 
Mengidentifikasi strategi pelibatan komunitas dalam program sekolah untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. 
Menerapkan satu program/kegiatan sekolah yang mendorong kepemimpinan murid dan mempertimbangkan keterkaitannya dengan apa yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya. 

 Aksi Nyata: 
(1) CGP menjalankan rancangan program/kegiatan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya 
(2) CGP mendokumentasikan proses eksekusi program/kegiatan mereka dalam bentuk e-portfolio Pendampingan Individu 5: Rancangan Program yang Berpihak pada Murid Refleksi penerapan aksi nyata

 modul 3.1 Diskusi rancangan program yang berdampak pada murid 
Diskusi perkembangan komunitas praktisi yang dijalankan di sekolah serta implementasi dari rencana di lokakarya 3 untuk berbagi ke rekan sejawat 

 Lokakarya 5: Kolaborasi dalam Pengelolaan Program yang Berpihak pada Murid Setelah mengikuti lokakarya 5, Calon Guru Penggerak mampu memaknai data yang diperoleh dalam tahapan B (Buat pertanyaan) dan A (Ambil pelajaran) untuk menjadi informasi dalam merancang fase Gali mimpi. menentukan aktor-aktor yang akan dilibatkan dalam fase gali mimpi sekaligus menyusun strategi pelibatan aktor tersebut. mulai membuat perencanaan program bagian Judul Program atau kegiatan, latar belakang, dan tujuan program. 

 Pendampingan Individu 6: Refleksi perubahan diri dan dampak pendidikan Persiapan panen hasil belajar Pengumpulan survei umpan balik dan refleksi hasil survei tentang kompetensi guru penggerak (feedback 360) Refleksi perubahan dalam pembelajaran yang sudah diterapkan selama 6 bulan, diskusikan dampak pada diri guru dan murid yang terjadi Penilaian pemetaan aset; diskusi apakah tujuan program sudah dikomunikasikan ke warga sekolah Lokakarya 6: Keberlanjutan Pengembangan Diridan Sekolah Setelah mengikuti lokakarya 6, Calon Guru Penggerak mampu menghasilkan rencana pengembangan sekolah yang berdampak pada murid dan sesuai dengan kondisi/sumberdaya sekolah menghasilkan rencana penguatan kompetensi diri sebagai pemimpinan pembelajaran untuk mendukung pengembangan sekolah 

 Lokakarya 7: Festival Panen Hasil Belajar Calon Guru Penggerak Setelah mengikuti lokakarya 7, Calon Guru Penggerak mampu menjelaskan proses yang dialami dan praktik baik yang didapatkan dalam mengembangkan program yang berdampak pada murid membagikan hasil pembelajaran selama 6 bulan dan dampaknya terhadap diri kepada undangan lokakarya (Kepala Sekolah, Dinas pendidikan, Komunitas daerah) mengumpulkan saran untuk pengembangan program dari para pengunjung

Read More »
06 September | 0komentar

Dalam Pendidikan, Guru Hanya Menutun

Memberi Arah/Menuntun

Pendidikan dan pengajara, adalah dua istilah yang digunakan Ki Hajar Dewantara untuk memaknai gambaran mendidik dan menuntun anak. Pengajaran  merupakan  bagian dari pendidikan. Artinya, pengajaran adalah cara memberikan pembelajaran yang bermanfaat. Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup anak agar mencapai segala kodrat yang ada pada anak-anak,  dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Jadi pengajaran ini berhubungan dengan strategi atau metode yang digunakan dalam pembelajaran.  
Menurut Ki Hajar Dewantara pelaksanaan pendidikan, hanyalah menuntun anak. Pendidik tidak dapat mengubah kodrat anak . Anak-anak tumbuh sesuai dengan  kodratnya sendiri atau sesuai  dengan kecakapan anak sebagai manusia individu. Maksudnya,pendidik tidak dapat mengubah perilaku atau karakter anak-anak tetapi pendidik dapat memperbaiki perilaku atau karakter tersebut. 
Perilaku anak yang buruk semakin lama akan berkurang apabila mendapatkan tuntunan atau pendidikan yang tepat. Hal ini disebabkan strategi atau metode yang digunakan pendidik sesuai dengankarakter anak. Dalam situasi tertentu, perilaku  anak akan kembali sesuai dengan kodratnya atau aslinya. Dalam hal ini, diperlukan cara pengendalian diri. Pengendalian diri juga perlu  dibelajarkan kepada anak-anak agar tujuan  pembelajaran dapat berhasil seutuhnya. 
Uraian tersebut dapat diibaratkan seorang petani (Iwan Syahril) yang menanam kedelai. Petani tidak dapat mengubah tanaman kedelai menjadi tanaman padi. Petani hanya dapat menuntun tumbuhnya kedelai dengan memberi pupuk, membersihkan dari gulma atau penganggu, dan memperbaiki struktur tanah. Jadi, dalam pendidikan diperlukan sebuah tuntunan karena anak tumbuh sesuai dengan lingkungan yang terdapat dalam diri  anak  dan keadaan di luar  anak. 
Anak yang dasarnya kurang pandai kemudian mendapatkan tuntunan yang baik  maka anak ini lambat laun akan menjadi anak yang pandai. Berbeda dengan anak yang sebenarnya pandai dan  tidak mendapatkan pendidikan atau tuntunan yang tepat maka kepandaian anak  ini tidak akan berkembang.
Sebelum memberikan tuntunan  kepada anak, pendidik harus mulai dari diri terlebih dahulu untuk  melakukan hal yang baik. Di antaranya  mendisiplin-kan diri terlebih dahulu dan  memiliki budi pekerti yang baik sehingga dapat dicontoh oleh anak. Pendidik harus mampu menanam budi pekerti yang luhur kepada anak karena pendidik  sebagai pembimbing, pembelajar, pemantau, motivator, fasilitator,dan penuntun bagi anak. 
Pendidik memberikan layanan pendidikan kepada anak sesuai  dengan kebutuhan anak. Pemikiran ini sesuai dengan pemikiran Ki hajar Dewantara, yakni pendidikan  berhamba kepada anak. Murid atau anak merupakan sebuah pribadi  yang unik. Keunikan anak ini merupakan hal yang harus diketahui oleh pendidik. Keunikan menunjukkan perbedaan anak yang satu dengan yang lain. Dari perbedaan ini, pendidik melaksanakan pembelajaran.  Pendidik  menyesuaikan pembelajarannya  dengan bakat dan minat anak. Pendapat ini sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara  bahwa pendidikan disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.

Read More »
06 September | 0komentar

Tentang Program Pendidikan Guru Penggerak

Sumber Gambar : Ditjen GTK Kemendikbudristek

Untuk mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan dan manajemen talenta, Kemendikbud mengembangkan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar pada tahun 2019. Kebijakan ini dicetuskan sebagai langkah awal melakukan lompatan di bidang pendidikan. Tujuannya adalah mengubah pola pikir publik dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi komunitas penggerak pendidikan. Filosofi “Merdeka Belajar” disarikan dari asas penciptaan manusia yang merdeka memilih jalan hidupnya dengan bekal akal, hati, dan jasad sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa. 
Dengan demikian, merdeka belajar dimaknai kemerdekaan belajar yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar senyaman mungkin dalam suasana bahagia tanpa adanya rasa tertekan.
Sebagai rangkaian kebijakan Merdeka Belajar, Kemendikbud telah mengeluarkan empat paket kebijakan, yang pada tahap pertama meliputi: 
  1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional diganti ujian (asesmen) yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan. Hal ini berimplikasi pada guru dan satuan pendidikanlebih merdeka dalam menilai belajar peserta didik. 
  2. Ujian Nasional tahun 2021 diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang meniscayakan penyesuaian tata kelola penilaian pembelajaran di level satuan pendidikan maupun pada level nasional. 
  3. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berimplikasi pada kebebasan guru untuk dapat memilih, membuat, dan menggunakan format RPP secara efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk mengelola pembelajaran. 
  4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. 

Keempat kebijakan tersebut tentu saja belum cukup untuk menghasilkan manusia unggul melalui pendidikan. Hal krusial yang mendasar untuk segera dilakukan adalah mewujudkan tersedianya guru Indonesia yang berdaya dan memberdayakan. Guru Indonesia yang diharapkan tersebut mencirikan lima karakter yaitu berjiwa nasionalisme Indonesia, bernalar, pembelajar, profesional, dan berorientasi pada peserta didik. 
Berbagai kebijakan dan program sedang diupayakan untuk hal tersebut dengan melibatkan berbagai pihak menjadi satu ekosistem pendidikan yang bergerak dan bersinergi dalam satu pola pikir yang sama antara masyarakat, satuan pendidikan, dan pemangku kebijakan. 
Program tersebut dinamakan Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang sejatinya mengembangkan pengalaman pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru sebagai bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar melalui pendidikan guru. Pedoman ini disusun sebagai acuan implementasi agar program ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

PGP merupakankegiatan pengembangan profesi melalui pelatihandan pendampingan yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaranagar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang dimaksud adalah peserta didik yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebinekaan tunggal, bernalar kritis, dan mandiri. 
Program ini bertujuan memberikan bekal kemampuan kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi kepada guru sehingga mampu menggerakkan komunitas belajar, baik di dalam maupun di luar satuan pendidikanserta berpotensi menjadi pemimpin pendidikan yang dapat mewujudkan rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ketika berada di lingkungan satuan pendidikannya masing-masing. Rasa nyaman dan kebahagiaan peserta didik ditunjukkan melalui sikap dan emosi positif terhadap satuan pendidikan, bersikap positif terhadap proses akademik, merasa senang mengikuti kegiatan di satuan pendidikan, terbebas dari perasaan cemas, terbebas dari keluhan kondisi fisik satuan pendidikan, dan tidak memiliki masalah sosial di satuan pendidikannya. 
Kemampuan menggerakkan komunitas belajar merupakankemampuan guru memotivasidan terlibat aktif bersama anggota komunitasnya untuk bersikap reflektif, kolaboratif serta berbagi pengetahuan yang merekamiliki dan saling belajar dalam rangka mencapai tujuan bersama. Komunitas pembelajar guru di antaranya Pusat Kegiatan Gugus (PKG), Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) serta komunitas praktis (Community of Practice) lainnya baik di dalam satuan pendidikan atau dalam wilayah yang sama.
Sumber: Pendahuluan Modul 1 GP,Ditjen GTK Kemendikbudristek

Read More »
21 August | 0komentar

Buku Pedoman Guru


Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru adalah salah satu unsur utama dalam kenaikan pangkat dan pengembangan karir guru selain kegiatan pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah yang diberikan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Pada buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) oleh dirjen GTK revisi Tahun 2019 disebutkan jenis pengembangan keprofesian guru terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. 
Salah satu publikasi ilmiah yang dapat dibuat guru adalah buku pedoman guru, yaitu buku tulisan guru yang berisi rencana kerja satu tahun berupa rencana kerja pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan rencana pengembangan profesi bagi guru pembelajar yang menyangkut empat kompetensi yaitu kepribadian, paedagogik, profesional dan kompetensi sosial.

Pada Tahun 2022 ini penulis mempunyai target kinerja sebagai berikut :

NO

KOMPETENSI

NAMA KEGIATAN

TARGET YANG DIHARAPKAN

BUKTI / HASIL

1

Pedagogik

Merencanakan pembelajaran

Merancang pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, pengembangan kurikulum, potensi peserta didik

 

Dokumen Silabus, RPP, Prota, Prosem, Kaldik

Melaksanakan pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik serta menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik

 

Dokumen agenda mengajar, Daftar nilai, Daftar kehadiran, Jurnal

Mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran

merancang penilaian serta melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian

Dokumen kisi-kisi soal, kartu soal dan kunci jawaban

Menganalisis hasil pembelajaran

Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

Dokumen penilaian harian, penilaian akhir semester

Melaksanakan tindak lanjut hasil pembelajaran

Memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Dokumen program remedial dan pengayaan

 

 

2

Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

 

Membudayakan sikap toleransi, kerja sama, saling menghormati perbedaan untuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap dan tingkah laku

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, mempunyai Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan merasa bangga menjadi guru

 

Membudayakan sikap dan perilaku yang baik dan menjadi tauladan bagi siswa, memiliki etos kerja, tanggung jawab dan berkontribusi terhadap pengembangan sekolah

 

3.

Sosial

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif terhadap peserta didik serta menjalin komunikasi dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

Membudayakan sikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak diskriminatif serta menjalin komunikasi dengan dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

 

 

 

Sikap dan tingkah laku

4.

Profesional

Meningkatkan Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang men-dukung mata pelajaran yang diampu

 

Melakukan penyesuaian cakupan materi dalam kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik

 

1.    Diklat Pengembangan Diri(Diklat Fungsional dan Kegiatan Kolektif Guru)

2.    Publikasi ilmiah

3.    Melaksanakan Karya Inovatif

4.    Tugas Tambahan

Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap dan mempunyai bukti yang menggambarkan kinerjanya untuk melakukan pengembangan diri selanjutnya dalam mengaplikasikan proses pembelajaran serta berinovasi dan mengikuti kegiatan ilmiah dengan dukungan TIK .

 

 



Read More »
18 August | 0komentar