Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query Teaching Factory. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query Teaching Factory. Sort by date Show all posts

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning dan Teaching Factory



Dalam penyusunan RPP guru dituntut mampu menyajikan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun. Penyusunan model pembelajaran RPP harus memenuhi kaidah berpikir tingkat tinggi melalui praktik baik (best practise) dengan menggunakan model problem based learning project based learning, dan atau teaching factoryBerikut contoh sintak/runtutan pembelajaran problem based learning, project based learningdan atau teaching factory
Sintak Model Pembelajaran Materi Gaya

1.    Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Fase-Fase
Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik pada masalah
 Menjelaskan tujuan pembelajarn tentang materi Gaya yaitu menerapakan prinsip penjumlahan Gaya.
·         Memperlihatkan dan menampilkan video atau gambar tentang peristiwa atau hal-hal yang berkaitan dengan penerapan Gaya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya video atau gambar tentang penarikan kapal yang mengalami kecelakaan atau kerusakan di tengah lautan dan harus segera dibawa ke pelabuhan terdekat untuk diperbaiki. Untuk menarik kapal tersebut dibutuhkan dua kapal dengan dilengkapi kawat baja. Agar kapal dapat sampai ke pelabuhan yang dituju, posisi kapal selama perjalanan selama perjalanan tetap stabil besar gaya yang dibutuhkan oleh masing-masing kapal penarik dan sudut yang dibentuk oleh kawat baja harus diperhitungkan secara cermat.
·         Memotivasi peserta didik agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
·         Menjelaskan logistik yang dibutuhkan seperti pembentukan tugas kelompok, serta mengarahkan peserta untuk berkumpul dengan kelompoknya masing-masing.    
Fase 2
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar




·         Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut yaitu tentang menggambar Gaya, resultan Gaya, komponen Gaya serta mengitung besar arah resultan Gaya
·         Mengarahkan peserta didik untuk melakukan kajian teori yang relevan dengan masalah serta mencari narasumber lainnya
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai yaitu bagaimana mencari resultan dua Gaya sebidang atau mencari resultan dua Gaya dengan menerapkan operasi Gaya.
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam memecahkan  masalah seperti merencanakan dan menyiapkan laporan serta membantu siswa dalam berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa melakukan refleksi serta evaluasi terhadap penyelidikan peserta didik dalam proses-proses yang dilakukan serta meminta kelompok untuk presentasi.

2.    Sintak Model Pembelajaran Discovery Learning
bahan  pelajaran atau materi yang hendak diberikan  tidak disampaikan seutuhnya, sebagai gantinya siswa akan didorong untuk menganalisis sendiri apa yang ingin dicari kemudian para siswa mengorgansasi  apa yang telah mereka pahami dalam suatu bentuk final. 

Fase-Fase
Perilaku Guru
Stimulation
(Pemberian Stimulus)
·         Memberikan stimulus kepada peserta didik berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi Gaya. Misalnya “bagaimana cara menguraikan Gaya menjadi dua buah Gaya yang sebidang?”.
·         Mengajak peserta didik berdiskusi untuk mencari penyebab dan menemukan pemecahan masalah
Problem Satatement
(Mengidentifikasi Masalah)
Membimbing siswa untuk membentuk kelompok yang dilanjutkan dengan disuksi rumusan maslah, tujuan, dan langkah kerja dengan alat dan bahan yang telah tersedia
Data Callecting
(Mengumpulkan Data)
Membimbing peserta didik dalam menyiapkan alat dan bahan berupa necara pegas, busur derajat, benang, paku payung, dan papan triplek yang dilengkapi kertas berpetak dengan tujuan untukmenguraikan Gaya menjadi dua buah Gaya yang sebidang.
Data Processing
(Mengolah Data)
Membimbing pesera didik dalam mengolah data eksperimen yaitu berupa vasiasi sudut a
Verification
(Menguji Hasil)
Membimbing siswa menguji hasil pengolahan data pengamatan yaitu bagaimana kecenderungan rata-rata hasil pengukuran apakah mempunyai nilai yang sama antar data dengan mengubah-ubah sudut a, serta kesalahan pengukuran dan presentase eror perhitungan pada tiap-tiap data pengukuran.
Generalization
(Menyimpulkan)
Mengarahkan peserta didik agarmenyusun kesimpulan dari eksperimen serta mengarahkan peserta didik agar membuat laporan.
Teaching Factory
Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching Factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.Sintaksis Teaching FactoryMerancang produk Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/ cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari consumer goods/merancang pertunjukan kontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.

b.   Membuat prototype

Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.

c.    Memvalidasi dan memverifikasi prototype

Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuat untuk mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.

d.   Membuat produk masal

Peserta didik mengembangkan jadwal dan jumlah produk/ pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.

e.    Menerima order

Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel.

f.     Menganalisis order

Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.

g.    Menyatakan Kesiapan mengerjakan order

Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.

h.   Mengerjakan order

Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswa sebagai pekerja harus menaati prosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan

i.     Mengevaluasi produk

Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/ layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.

j.     Menyerahkan order

Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan. (disarikan dari Bahan Penyegaran Kurikulum 2013 SMK tahun 2017)


Read More »
17 June | 0komentar

TEFA (Teaching Factory)

Workshop TEFA
Konsep pembelajaran yang sedang digalakan pada sekolah SMK saat ini adalah Teaching Factory (TEFA). Pembelajaran ini berorientasi pada produksi dan bisnis untuk menjawab tantangan perkembangan industri saat ini dan nanti. Teaching Factory (TEFA) adalah model pembelajaran yang membawa suasana industri ke sekolah sehingga sekolah bisa menghasilkan produk berkualitas industri. 
Dengan proses pembelajaran Teaching Factory (TEFA), peserta didik dapat belajar dan menguasai keahlian dan keterampilan sesuai dengan kompetensinya masing-masing yang dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standard kerja industri sesungguhnya. Produk-produk yang dibuat oleh peserta didik sebagai proses belajar pun dapat dipasarkan ke masyarakat sehingga hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi biaya operasional sekolah untuk praktik pembelajaran.
Teaching Factory (TEFA) dapat dilaksanakan di SMK Negeri 1 Bukateja, sejak tahun pelajaran 2022/2023 melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang diterapkan dengan jadwal blok. 


Read More »
31 July | 0komentar

Pembelajaran Beraksentuasi Industri


Di tengah tuntutan pendidikan vokasi yang semakin ketat untuk menghasilkan lulusan siap kerja, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ditantang untuk merevolusi proses pembelajarannya. SMKN 1 Bukateja, sebagai salah satu sekolah unggulan yang mengedepankan model Teaching Factory (TeFa), mengambil langkah berani dan strategis: menyatukan ruang guru kejuruan dan guru mata pelajaran umum (normatif/adaptif) dalam satu ruangan terpusat per jurusan.
Keputusan ini bukanlah sekadar penataan ulang furnitur, melainkan sebuah transformasi kultural yang bertujuan mendobrak sekat-sekat tradisional antara disiplin ilmu, demi mencapai satu tujuan utama: menciptakan kolaborasi pembelajaran yang utuh dan terintegrasi, terutama dalam mendukung TeFa dan Asesmen Berbasis Proyek.
Memecah sekat ruang kerja guru kejuruan dan umum dalam satu konsentrasi keahlian/jurusan adalah investasi strategis untuk:

1. Mempermudah Koordinasi Real-Time dan Spontan
Sebelumnya, pertemuan antara guru kejuruan (Produktif) dan guru umum (seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sejarah, Olahraga, dan lain-lain) sering kali harus dijadwalkan secara formal, memakan waktu dan birokrasi. 
✅ Dengan ruang guru terpusat, koordinasi menjadi spontan dan organik. Guru Bahasa Inggris dapat langsung mendekati guru Produktif Busana untuk mendiskusikan kosa kata teknis yang relevan dengan industri garmen yang akan digunakan siswa dalam presentasi produk TeFa mereka. Guru Sejarah dapat berdiskusi cepat mengenai latar belakang budaya suatu desain yang sedang dikerjakan di proyek Busana.

2. Menguatkan Intervensi Mata Pelajaran Umum dalam TeFa
Prinsip TeFa adalah pembelajaran berbasis produksi/jasa yang meniru suasana industri. Dalam industri nyata, seorang teknisi juga harus mampu berkomunikasi, membuat laporan, dan bernegosiasi.
Dengan kolaborasi yang terjalin erat, guru mata pelajaran umum didorong untuk:
Integrasi Konten: Guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris merancang tugas yang relevan dengan proyek TeFa (misalnya, membuat business plan, menyusun Standard Operating Procedure/SOP, atau presentasi produk dalam Bahasa Inggris).
Asesmen Terpadu: Mereka berkontribusi dalam penilaian keterampilan non-teknis siswa yang esensial dalam proyek, seperti komunikasi tim, etika kerja (Pendidikan Karakter), dan pemecahan masalah (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam).

3. Sukses Asesmen Berbasis Proyek yang Holistik
Asesmen berbasis proyek dan Teaching Factory menuntut penilaian yang holistik, tidak hanya menguji kemampuan teknis (hard skill), tetapi juga keterampilan lunak (soft skill).
Melalui ruang guru bersama, guru dari berbagai bidang dapat:
  • Perencanaan Kolaboratif: Secara rutin, guru-guru dalam satu jurusan (misalnya, Teknik Otomotif) dapat duduk bersama membuat perencanaan yang kolaboratif. Guru Produktif menentukan output proyek, sementara guru umum merancang intervensi dan penilaian terhadap aspek literasi, numerasi, hingga sejarah perkembangan teknologi yang terkait.
  • Standarisasi Penilaian: Menyepakati kriteria penilaian (rubrik) yang komprehensif, di mana guru kejuruan menilai kualitas produk, dan guru umum menilai kualitas laporan, presentasi, dan kerja sama tim.
📈 Menciptakan Ekosistem Pembelajaran yang Relevan
Penataan ruang guru SMKN 1 Bukateja ini bukan hanya tentang efisiensi ruang, melainkan tentang efisiensi pikiran dan sinergi pedagogis. Ia menciptakan budaya kerja yang "tidak ada guru umum dan guru kejuruan, yang ada adalah tim guru untuk satu konsentrasi keahlian."
Langkah ini menunjukkan komitmen sekolah vokasi untuk:
  • Memperkuat Konteks: Memastikan bahwa mata pelajaran umum tidak lagi terasa terpisah dari realitas dunia kerja, melainkan menjadi alat pendukung vital bagi keberhasilan siswa di industri.
  • Mewujudkan Link and Match Internal: Mencerminkan semangat link and match dengan industri, di mana kolaborasi lintas disiplin adalah kunci sukses tim kerja di dunia nyata.
Dengan ruang guru yang kini menyatu, SMKN 1 Bukateja telah meletakkan fondasi yang kokoh untuk memastikan bahwa Teaching Factory dan Asesmen Berbasis Proyek yang mereka jalankan bukan hanya menghasilkan produk, tetapi juga lulusan yang terintegrasi, terampil, dan mampu bersinergi di dunia kerja yang sesungguhnya.

Read More »
06 November | 0komentar

Tentang SMK Pusat Keunggulan

Peningkatan PBM SMK PK SMKN 1 Bukateja

Program SMK Pusat Keunggulan merupakan program pengembangan SMK dengan kompetensi keahlian tertentu dalam peningkatan kualitas dan kinerja, yang diperkuat melalui kemitraan dan penyelarasan dengan dunia usaha, dunia industri, dunia kerja, yang akhirnya menjadi SMK rujukan yang dapat berfungsi sebagai sekolah penggerak dan pusat peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya. Selain itu, ada program pendampingan yang dirancang untuk membantu SMK PK dalam pencapaian output. Pelaksana pendampingan dilakukan oleh perguruan tinggi yang telah memenuhi kriteria.

SMK  PK dari Tahun Ke Tahun



Peningkatan tiga aspek tersebut akan menghasilkan.. 
SMK dengan Teaching Factory yang aktif memproduksi, dengan status keuangan yang fleksibel, dan menjadi pusat pembelajaran bagi SMK lain dengan program keahlian yang sama.


Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka
a. Perubahan utama dalam Kurikulum Merdeka: 
  1. Porsi pembelajaran kejuruan meningkat dari tahun ke tahun. 
  2. Pengembangan pembelajaran lebih fleksibel dapat disesuaikan dengan karakteristik sekolah, kemitraan dunia kerja, dan potensi lokal/daerah. 
  3. Modul-modul pembelajaran dapat disusun bersama mitra dunia kerja. 
  4. Praktik Kerja Lapangan (PKL) menjadi mata pelajaran wajib selama 6 bulan. 
  5. Pengembangan kompetensi Profil Pelajar Pancasila mendorong siswa SMK untuk mengembangkan soft-skills.

c. Intervensi Program SMK PK untuk penguatan implementasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka: 
  1. Lokakarya penyelarasan pembelajaran berbasis industri. 
  2. Lokakarya pemanfaatan sarana dan prasarana pendukung penyelenggaraan Teaching Factory (TeFa).
  3. Lokakarya Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), perangkat ajar, media pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran praktik baik.
Peningkatan Kompetensi SDM (Guru dan Kepala Sekolah)
Peningkatan Kompetensi SDM dalam Program SMK PK untuk guru dan kepala sekolah dilakukan dalam bentuk: 
  1. Peningkatan kompetensi manajerial kepala sekolah. 
  2. Pelatihan Komite Pembelajaran & In-House-Training bagi guru untuk penguatan implementasi pembelajaran. 
  3. Peningkatan kompetensi guru kejuruan berbasis industri. 
  4. Magang guru di dunia kerja.



Read More »
28 December | 0komentar

Sinergi Lintas Mapel di Proyek Rumah Minimalis Tipe 36 DPIB SMKN 1 Bukateja


Integrasi ruang guru di SMKN 1 Bukateja telah membuahkan hasil nyata dalam proyek pembelajaran. Ambil contoh Program Konsentrasi Keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan (DPIB) yang sedang mengerjakan proyek Perencanaan Rumah Minimalis Tipe 36
Proyek ini, yang merupakan implementasi dari Teaching Factory (TeFa) berbasis jasa desain, membutuhkan kontribusi tidak hanya dari guru kejuruan, tetapi juga dari guru mata pelajaran umum. Berikut adalah ilustrasi bagaimana guru dari berbagai bidang berkolaborasi secara terpadu dalam satu ruangan, memastikan proyek ini menghasilkan kompetensi yang holistik:

1. Guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris: Aspek Dokumentasi dan Komunikasi Bisnis
Di dunia profesional, sebuah desain tidak akan lengkap tanpa presentasi dan dokumen yang persuasif. 

Mata Pelajaran

Peran Kolaborasi dalam Proyek

Output Siswa

Bahasa Indonesia

Merancang rubrik penilaian untuk penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Proyek (LPJ) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Fokus pada struktur bahasa yang baku, kohesif, dan efektif.

Laporan Proyek yang profesional dan tata bahasa yang tepat dalam dokumen teknis.

Bahasa Inggris

Melatih siswa untuk melakukan presentasi desain (mock-up client meeting) menggunakan Bahasa Inggris yang efektif. Fokus pada istilah-istilah arsitektur dan negosiasi.

Presentasi desain yang meyakinkan di hadapan 'klien' (guru/industri) menggunakan Bahasa Inggris.


2. Guru Sejarah dan Seni Budaya: Filosofi Desain dan Konteks Lokal 
Rumah minimalis bukan hanya soal bentuk, tapi juga konteks. Kolaborasi ini memastikan desain siswa memiliki nilai historis dan budaya yang kuat. 

Mata Pelajaran

Peran Kolaborasi dalam Proyek

Output Siswa

Sejarah

Meminta siswa melakukan studi singkat mengenai sejarah arsitektur perumahan di Indonesia (misalnya, pengaruh kolonial, post-modern, atau desain tropis minimalis).

Bagian narasi desain yang mencantumkan justifikasi historis dan budaya dari pemilihan konsep desain.

Seni Budaya

Menilai aspek estetika, komposisi warna, dan penataan ruang (tata letak) pada gambar kerja dan rendering 3D, memastikan keselarasan visual yang artistik.

Desain yang tidak hanya fungsional tetapi juga memiliki nilai estetika dan keselarasan visual yang tinggi.


3. Guru Olahraga dan Kesehatan (PJOK): Ergonomi dan Kesehatan Bangunan
Inilah kolaborasi yang sering terlewatkan namun krusial dalam desain bangunan. Peran guru PJOK sangat penting dalam memastikan aspek kenyamanan dan kesehatan penghuni.

Mata Pelajaran

Peran Kolaborasi dalam Proyek

Output Siswa

PJOK (Olahraga & Kesehatan)

Mengintervensi perencanaan dalam aspek Ergonomi dan Kesehatan Bangunan. Guru PJOK menilai apakah tata letak ruangan, pencahayaan alami, dan sirkulasi udara sudah mendukung kesehatan fisik dan mental penghuni.

Perencanaan yang dilengkapi narasi tentang Aspek Kenyamanan dan Kesehatan, termasuk perhitungan minimal ruang gerak di dapur/kamar mandi (Ergonomi) dan rasio ventilasi (Kesehatan Bangunan).




💡 Dampak Integrasi: Kompetensi Holistik
Penyatuan ruang guru per jurusan di SMKN 1 Bukateja mengubah dinamika kerja. Pertanyaan dari guru kejuruan tentang "Bagaimana siswa bisa menyusun laporan teknis yang baik?" kini dapat langsung dijawab dengan "Mari kita masukkan rubrik tata bahasa dan struktur laporan di sesi Bahasa Indonesia minggu ini."

  • Produk Relevan: Proyek Rumah Tipe 36 yang dihasilkan siswa menjadi lebih relevan dan bernilai jual, karena tidak hanya unggul secara teknis (gambar kerja), tetapi juga kuat secara presentasi, dokumentasi, dan memperhatikan aspek kesehatan/ergonomi.
  • Guru sebagai Tim: Guru tidak lagi merasa bekerja sendiri, melainkan sebagai sebuah tim konsentrasi keahlian yang berkolaborasi untuk membesarkan jurusan.

Melalui sinergi ini, SMKN 1 Bukateja membuktikan bahwa keberhasilan Teaching Factory tidak hanya ditentukan oleh mesin dan peralatan canggih, tetapi juga oleh kualitas kolaborasi dan perencanaan kurikulum yang terpadu di antara semua elemen pendidik.Apakah ada mata pelajaran umum lain yang ingin Anda eksplorasi perannya dalam proyek ini, misalnya Matematika atau PPKN?

Read More »
06 November | 0komentar

Rasional Mata Pelajaran Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah mata pelajaran yang merupakan wahana pembelajaran di dunia kerja (termasuk teaching factory). PKL memberikan kesempatan kepada peserta didik menginternalisasi dan menerapkan soft skills (karakter dan budaya kerja) serta menerapkan, meningkatkan, dan mengembangkan penguasaan hard skills (kompetensi teknis) sesuai dengan konsentrasi keahliannya dan kebutuhan dunia kerja, serta kemandirian berwirausaha. Melalui mata pelajaran ini terdapat manfaat bagi peserta didik, dunia kerja, dan satuan pendidikan.
Bagi peserta didik mendapat pengalaman langsung bekerja pada pekerjaan yang sesungguhnya sekaligus menerapkan pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajari. Bagi dunia kerja mendapatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan kompeten serta dapat berkontribusi dalam pengembangan SDM Indonesia. Bagi satuan pendidikan mendapat transfer pengetahuan dan teknologi dari dunia kerja serta membangun kerja sama yang lebih erat dan saling memberikan manfaat.
Mata pelajaran PKL dirancang dalam struktur kurikulum SMK untuk dilaksanakan pada kelas XII (Program 3 Tahun) dan kelas XIII (Program 4 Tahun) dengan pertimbangan peserta didik telah memiliki dasar-dasar kemampuan kerja yang cukup. 
PKL dilaksanakan secara blok sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan kebutuhan penguasaan kompetensi. Praktik Kerja Lapangan merupakan penyelarasan akhir atau kulminasi dari seluruh mata pelajaran. Pembelajarannya diselenggarakan berbasis proses bisnis dan mengikuti Prosedur Operasional Standar (POS) yang berlaku di dunia kerja melalui tahapan mengamati, memahami, meniru tindakan, bekerja dengan bantuan dan pengawasan, bekerja mandiri, serta aktualisasi dan eksplorasi. Pembelajaran diarahkan untuk terjadinya penguasaan kompetensi secara utuh oleh peserta didik sesuai pembagian pekerjaan di dunia kerja. Pelaksanaannya antara lain dapat menggunakan Sistem Pelatihan Berotasi atau Training Rotation System (TRS) atau sistem pelatihan lain yang sesuai. Rotasi dapat dilakukan dalam 1 (satu) dunia kerja dan/atau di berbagai dunia kerja yang disusun dan disepakati oleh satuan pendidikan dan dunia kerja.
Mata pelajaran PKL berkontribusi pada penguatan nilai-nilai dan karakter profil pelajar Pancasila. Nilai dan karakter tersebut disesuaikan dengan konteks pembelajaran PKL dan karakteristik dunia kerja.


Read More »
13 June | 0komentar

Prinsip Pembelajaran dan Contoh Pelaksanaannya




Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun demikian, untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik, Pemerintah menetapkan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat memandu pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan inovatif. Dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, pendidik diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. Prinsip Pembelajaran


1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. 
  • Pada awal tahun ajaran, pendidik berusaha mencari tahu kesiapan belajar peserta didik dan pencapaian sebelumnya. Misalnya, melalui dialog dengan peserta didik, sesi diskusi kelompok kecil, tanya jawab, pengisian survei/angket, dan/ atau metode lainnya yang sesuai.
  • • Pendidik merancang atau memilih alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, atau pada tahap awal. Pendidik dapat menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek. 
  • • Pendidik merancang pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai pengalaman yang menimbulkan emosi positif

Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat; Pendidik mendorong peserta didik untuk melakukan refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area yang perlu dikembangkan. 
  • Pendidik senantiasa memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan peserta didik untuk terus belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan. 
  • Pendidik menggunakan pertanyaan terbuka yang menstimulasi pemikiran yang mendalam. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif agar terbangun sikap pembelajar mandiri.
  • Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
  • Pendidik memberikan tugas atau pekerjaan rumah ditujukan untuk mendorong pembelajaran yang mandiri dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan beban belajar peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran untuk mendorong peserta didik terus meningkatkan kompetensinya melalui tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan yang tepat.

Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik;Pendidik menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan untuk membantu peserta didik mengembangkan kompetensi, misalnya belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, dan pembelajaran terdiferensiasi. 
  • Pendidik merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi peserta didik. 
  • Pendidik merujuk pada profil pelajar Pancasila dalam memberikan umpan balik (apresiasi maupun koreksi)

pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra;
  • Pendidik menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi interaksi yang terencana, terstruktur, terpadu, dan produktif antara pendidik dengan peserta didik, sesama peserta didik, serta antara peserta didik dan materi belajar. 
  • Pendidik memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas, organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai narasumber untuk memperkaya dan mendorong pembelajaran yang relevan.
  • Pendidik melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik. 
  • Pada PAUD, pendidik menggunakan pendekatan multibahasa berbasis bahasa ibu juga dapat digunakan, utamanya bagi peserta didik yang tumbuh di komunitas yang menggunakan bahasa lokal. 
  • Pada SMK, terdapat pembelajaran melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di dunia kerja atau tempat praktik di lingkungan sekolah yang telah dirancang sesuai dengan standar dunia kerja, menerapkan sistem dan budaya kerja sebagaimana di dunia kerja, dan disupervisi oleh pendidik/instruktur yang ditugaskan atau memiliki pengalaman di dunia kerja yang relevan. 
  • Pada SMK, pendidik dapat menyelenggarakan pembelajaran melalui praktik-praktik kerja bernuansa industri di lingkungan sekolah melalui model pembelajaran industri (teaching factory)

pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
  • Pendidik berupaya untuk mengintegrasikan kehidupan keberlanjutan (sustainable living) pada berbagai kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi, misalnya menggunakan sumber daya secara bijak (hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah, dsb. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka dan mereka perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.
  • Pendidik melibatkan peserta didik dalam mencari solusisolusi permasalahan di keseharian yang sesuai dengan tahapan belajarnya.
  • Pendidik memanfaatkan projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk membangun karakter dan kompetensi peserta didik sebagai warga dunia masa depan

Read More »
19 October | 0komentar

Peluncuran Aplikasi Sister- PKL Skansika Online

Pada aplikasi Sister-PKL terdapat menu absensi untuk berangkat dan pulang serta pengisian Jurnal PKL secara online setiap hari, untuk menggantikan jurnal PKL berbasis kertas. 
Aplikasi sudah tersedia di Playstore dengan alamat https://play.google.com/store/apps/details?id=com.app.sister.skansika
untuk penggunan aplikasi dapat diunduh melalui link berikut https://s.id/sister-pkl
 

Tugas Guru Pembimbing PKL dan Instruktur Industri/Tempat PKL
 
Tugas guru pembimbing adalah: 
 a. mengidentifikasi peserta didik yang siap mengikuti PKL; 
 b. mendiskusikan dengan peserta didik dan orang tua terkait teknis keberangkatan ke dunia kerja; 
 c. melaksanakan penyerahan peserta didik kepada institusi dunia kerja; 
 d. melakukan pemantauan (monitoring) dan pembimbingan (mentoring) PKL di dunia kerja; 
 e. menjemput peserta PKL di akhir masa program PKL; 
 f. turut menyelesaikan kasus jika terdapat kejadian tertentu di lokasi PKL; 
 g. memberikan bimbingan penulisan laporan. 

Tugas instruktur Industri/Tempat PKL adalah: 
 a. mengarahkan, membimbing, dan mementori peserta didik dalam melakukan pekerjaan dan kehidupan sosialnya di dunia kerja; 
 b. memberikan penilaian hasil kerja; 
 c. melaporkan kepada pihak sekolah secara berkala perkembangan peserta PKL dan jika terdapat kejadian tertentu di lokasi PKL yang perlu diketahui pihak sekolah.
 

Tata Tertib Siswa PKL
Siswa wajib: 
Mematuhi peraturan yang berlaku dalam institusi / tempat praktik. 
Berada di tempat 15 menit sebelum praktik dimulai, 
Berlaku sopan, jujur dan bertanggungjawab, 
Berinisiatif dan kreatif terhadap tugas – tugas yang diberikan dalam praktik, 
Mengenakan pakaian wear pack dan dalam keadaan tertentu mengenakan seragam sekolah,
Memberitahu kepada pimpinan unit / pembimbing dari industri jika berhalangan hadir atau bermaksud meninggalkan tempat praktik, Membicarakan dengan segera kepada Pembimbing dari industri, 
Pembimbing dari sekolah, 
Ketua kelompok atau petugas lain yang ditunjuk jika menemui kesulitan kesulitan, 
Menaati peraturan dalam penggunaan alat – alat dan bahan – bahan dalam praktik, 
Melaporkan segera kepada yang berwenang jika terjadi kerusakan atau kesalahan dalam pengambilan bahan / alat, 
Membersihkan dan mengatur kembali peralatan dengan rapi jika telah menyelesaikan pekerjaan, atau akan meninggalkan tempat, 
Mengisi jurnal harian setiap hari kerja menggunakan aplikasi sister-PKL

Siswa / peserta dilarang: 
Merokok di tempat / di lingkungan tempat praktik, 
Menerima tamu pribadi saat melaksanakan praktik, 
Menggunakan pesawat telepon perusahaan / tempat praktik tanpa seizin petugas, 
Pindah tempat kegiatan, kecuali atas perintah yang berwenang dalam mengatur penempatan kegiatan praktik, 
Khusus untuk peserta praktik puteri, dilarang: 
memakai pakaian mini, memakai sepatu bertumit tinggi, memakai perhiasan yang mencolok, serta memakai tata rias yang kurang sesuai dengan kondisi tempat praktik. 

Sanksi – sanksi : 
 Pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan sanksi: Peringatan lisan Peringatan tertulis Pengurangan nilai Praktik Kerja Lapangan Dikeluarkan dari institusi tempat praktik kerja lapangan.
 

PKL dalam Implementasi Kurikulum Merdeka 
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten untuk bekerja sesuai dengan keahliannya. Keterserapan lulusan di dunia kerja1 menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh SMK beserta pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan. Penguatan keterampilan teknis (hard skills) dan keterampilan non-teknis (soft skills) merupakan kunci untuk meningkatkan angka kebekerjaan lulusan SMK. Pembelajaran langsung di dunia kerja menjadi kebutuhan peserta didik SMK agar dapat mengasah kompetensi dan menguatkan budaya kerja. Oleh karena itu, penting sekali dibangun kerja sama antara SMK dengan dunia kerja.PKL merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran SMK/MAK yang pada Kurikulum Merdeka merupakan mata pelajaran. Berdasarkan Permendikbud Nomor 50 Tahun 2020 tentang Praktik Kerja Lapangan Bagi Peserta Didik, Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah pembelajaran bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) yang dilaksanakan melalui praktik kerja di dunia kerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan kerja. Selanjutnya pada Kepmendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 perubahan no. 262/M/2022 tentang Perubahan Atas Kepmendikbudristek Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran yang kemudian disebut Kurikulum Merdeka, ditetapkan bahwa PKL merupakan salah satu mata pelajaran sebagai wahana pembelajaran di dunia kerja (termasuk teaching factory). 
Pada Kurikulum Merdeka, PKL menjadi mata pelajaran yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik SMK dengan ketentuan sekurang-kurangnya 6 bulan (792 jam pelajaran) di kelas XII pada SMK program 3 tahun dan sekurang-kurangnya 10 bulan (1.368 jam pelajaran) di kelas XIII pada SMK program 4 tahun. Mata pelajaran PKL dilaksanakan di satuan pendidikan dan dunia kerja. Sesuai dengan ketentuan Kepmendikbudristek tersebut, SMK/MAK bersama dengan mitra dunia kerja berkewajiban untuk membuat perencanaan pembelajaran yang meliputi: Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP), dan Perencanaan Pembelajaran sesuai dengan Capaian Pembelajaran (CP) pada Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek Nomor 032/H/KR/2024. Pada CP tersebut ditegaskan bahwa PKL merupakan penyelarasan akhir atau kulminasi dari seluruh mata pelajaran pada jenjang SMK. Pembelajaran PKL diselenggarakan berbasis proses bisnis dan mengikuti Prosedur Operasional Standar (POS) yang berlaku di dunia kerja.

Read More »
16 July | 0komentar