Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In

Model Pembelajaran Discovery Learning

Discovery Learning

Model pembelajaran discovery learning atau dalam bahasa Indonesia disebut pembelajaran penemuan, dimana aktivitas pembelajaran akan dipresentasikan kepada siswa secara langsung namun siswa dituntut untuk bisa memahami materi secara mandiri dengan menggunakan metode tertentu.
Dalam memahami sebuah materi siswa bisa melaksanakan pendekatan saintifik yang diantaranya adalah mengamati, observasi, pengklasifikasian, menciptakan asumsi, menjabarkan, dan membuat kesimpulan. Sehingga materi bisa ditemukan menjadi sebuah teori atau konsep prinsip yang bisa dipahami. 

Pengertian 
Model pembelajaran discovery learning ini merupakan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa dan siswa akan memahaminya secara independen. Dalam hal ini siswa akan diberi kemampuan cara menjadi seorang ilmuwan. Dengan pembelajaran ini siswa tidak hanya berperan pasif menerima materi pelajaran. Namun juga memprosesnya sampai memahami dan menguasai yang biasa disebut pembelajaran aktif. Sehingga siswa bisa terbiasa untuk menciptakan sebuah ilmu pengetahuan.

Menurut Para Ahli 

Agar pemahaman tentang pembelajaran discovery learning bisa lebih dalam berikut beberapa pengertian menurut para ahli dan beberapa referensi buku: Berdasarkan Sund, Discovery learning merupakan aktivitas intelektual siswa dimana mereka mampu menguraikan sebuah prinsip atau konsep. 
Aktivitas intelektual diantaranya adalah mengobservasi, memahami, mampu mengklasifikasikan, menciptakan asumsi, menjabarkan, menakar, menciptakan kesimpulan (Suryabrata, 2002:193). Berlandaskan Hosnan (2014:282), discovery learning adalah model pengembangan kemampuan belajar aktif pada siswa agar bisa investigasi dan mendapatkan ilmu secara mandiri. Dengan belajar aktif ini siswa juga bisa dilatif berpikir secara analisis dan problem solving sehingga ilmu pengetahuan bisa bertahan lama dalam diri siswa. 

Berdasarkan Ruseffendi (2006:329), Model pembelajaran discovery learning merupakan model yang mengelola pembelajaran yang bisa membuat siswa mendapatkan ilmu pengetahuan secara mandiri dan belum diketahui oleh dirinya secara aktif. 

Berlandaskan Kurniasih, dkk (2014:64), discovery learning adalah aktivitas pembelajaran dimana materi disampaikan secara langsung kepada siswa. Selanjutnya siswa dianjurkan untuk mengelola materi tersebut secara mandiri. Dimana mereka harus bisa menemukan konsep berdasarkan data atau informasi dengan cara penelitian. 


Jenis dan Bentuk Discovery Learning 

Berdasarkan Suprihatiningrum (2014:244), Discovery learning ada dua bentuk dalam implementasinya, yakni: 

1. Guided Discovery Learning atau pembelajaran penemuan terbimbing, yaitu bentuk yang memerlukan arahan guru sebagai penyedia dalam aktivitas pembelajaran. 
2. Free Discovery Learning atau pembelajaran penemuan bebas, yaitu bentuk yang bebas dimana siswa harus bisa berperan aktif secara mandiri dan tidak memerlukan fasilitator seperti guru. 

Selain itu model pembelajaran discovery learning juga bisa dilakukan dengan hubungan dua arah dan satu arah. Penjabaran lebih lanjut bisa berlandaskan pada (Oemar Hamalik, 2009:187) yakni: 

  1. Hubungan dua arah adalah dimana siswa harus bisa berkomunikasi dengan guru seperti menjawab pertanyaan. Lalu guru melakukan komunikasi dengan siswa dengan cara panduan secara baik. 
  2. Hubungan satu arah adalah siswa siswa akan diberi stimulus agar mereka bisa melaksanakan penemuan. Dimana guru akan memberikan sebuah masalah kepada siswa, dan mereka akan membuat solusi dengan metode penemuan. 


Karakteristik dan Tujuan Discovery Learning 

Berdasarkan penuturan Hosnan (2014) model discovery learning memiliki karakteristik berupa eksplorasi dan membuat solusi agar bisa membuat, memadukan dan mengumumkan sebuah pengetahuan. Berfokus pada peserta didik. Aktivitas untuk memadukan ilmu pengetahuan baru dan lama. 
  • Sementara tujuan dari discovery learning berdasarkan (Hosnan, 2014) adalah agar siswa bisa independen dan inovatif. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut: 
  • Ketika aktivitas penemuan berlangsung peserta didik akan berperan aktif dalam pembelajaran. Sehingga peserta didik bisa menghargai usaha penemuan pengetahuan yang dilaksanakannya. 
  • Dengan pembelajaran discovery learning ini, peserta didik akan bisa mengembangkan proses berpikir induktif dimana mereka bisa melakukan penjelasan secara abstrak dan konkret. Sehingga dalam menemukan solusi jadi lebih mudah. 
  • Peserta didik akan bisa mengembagnkan/meningkatkan rencana tanya jawab yang lebih terarah dan terstruktur. Dan tanya jawab bisa menjadi sumber data dan informasi yang efektif dalam aktivitas discovery learning. 
  • Pembelajaran penemuan atau discovery learning bisa menolong peserta didik dalam melatih kerja sama antar mereka. Peserta didik bisa saling berbagi data, mengungkapkan pendapat dan gagasan.
  • Dengan keterampilan penemuan atau discovery ini siswa bisa menemukan beberapa kasus masalah yang nantinya bisa ditemukan solusinya. Sehingga ilmu pengetahuan bisa lebih mudah untuk dibagi dan selanjutnya lebih mudah untuk diimplementasikan sebagai bahan pembelajaran yang baru. Baca juga: Tujuan Pembelajaran 


Langkah-langkah atau Sintaks Discovery Learning 

Berdasarkan penuturan Veerman (2003) secara singkat dan rinci langkah-langkah pembelajaran discovery learning adalah apa yang akan kami jelaskan di bawah, berikut diantaranya:  

Orientation 
Pada sesi awal ini yakni orientation, siswa akan dituntut untuk bisa memperhatikan informasi dari mulai latar belakang, pengenalan masalah dan kejadian, mengaitkan kejadian dengan pengetahuan lama. 
Sintaks atau langkah 
orientation akan membuat kekuatan tafsir, analisis dan evaluasi akan berkembbang sehingga siswa bisa berpikir kritis. Pada sesi ini guru akan memberi materi yang sesuai dengan kejadian nyata dan nantinya siswa akan dipusatkan untuk mempelajari materi dan permasalahannya. Kejadian yang dipresentasikan membuat siswa bisa mudah untuk dinilai. 

Hypothesis Generation 
Data tentang kejadian yang diperoleh pada sesi orientation akan dipakai pada sesi ini, yakni hypothesis generation. Pada sintaks ini siswa akan membuat hipotesis yang berhubungan dengan masalah. Siswa akan memformulasikan masalah yang ada dan menemukan tujuan dari proses pembelajaran. Manfaat dari langkah hypothesis generation adalah mengembangkan keahlian siswa dalam analisis, tafsir, evaluasi dan deduksi (mengambil kesimpulan). 

Hypothesis Testing 
Hypothesis merupakan output dari langkah kedua yakni hypothesis generation. Yang mana keabsahannya kurang dipercaya sehingga dalam melakukan pembuktian siswa dituntut untk melakukan sesi ini yakni Hypothesis Testing. Pada langkah ini siswa dituntut untuk bisa membuat strategi dan melakukan penelitian agar keabsahan hipotesis yang telah diformulasikan, dihimpun datanya dan menghubungkan hasil dari eksperimen menjadi terbukti. Pada sintaks atau tahap ini siswa akan didorong untuk bisa mengembangkan keahlian dalam mengatur diri, evaluasi, analisis, menafsirkan dan mengungkapkan suatu konsep abstrak maupun konkret. 

Conclusion 
Aktivitas siswa pada sesi conculisan adalah mengulas kembali hipotesis yang sudah diformulasikan dengan fakta yang sudah didapat dari Hypothesis Testing. Siswa akan menentukan apakah fakta yang telah diuji dari hypothesis testing sesuai dengan yang sudah diformulasikan. Pada sesi conclusion ini siswa bisa membuat perubahan hipotesis lama dengan yang baru. Pada sintaks atau langkah conclusion bisa membuat siswa berkembang di ranah cara menyimpulkan, menganalisis, menafsirkan, evaluasi dan menjabarkan. 

Regulation 
Pada sesi regulation ini siswa akan melakukan aktivitas berupa menyusun strategi, memeriksa dan evaluasi. Penyusunan strategi mengaitkan antara aktivitas memutuskan tujuan dan metode untuk meraih tujuan tersebut. Aktivitas memeriksa atau mentoring adalah aktivitas yang mana untuk memahami kebenaran dari action yang dilakukan siswa yang berhubungan dengan hasil yang telah disusun strateginya. Guru akan memverifikasi hasil yang ada sehingga konsep bisa sesuai dengan aktivitas pembelajaran. Sintaks atau langkah regulation akan membuat siswa menjadi lebih mampu untuk mengevaluasi, dan mengatur diri serta bisa menganalisis, menjabarkan, menafsirkan dan menyimpulkan.

Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning 
Berdasarkan penuturan Suherman, dkk (2001:179) menyatakan bahwa terdapat keunggulan atau kelebihan yang bisa diambil dari model discovery learning, yakni: 

Kelebihan 
Dalam aktivitas belajar siswa akan aktif, ini dikarenakan mereka akan menyelesaikan permasalahan atau menemukan pengetahuan secara mandiri. 
Dengan model discovery learning siswa akan menguasai pelajaran secara mendalam. Ini dikarenakan siswa mencerna dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan itu sehingga bisa lebih bertahan lama dalam ingatannya. 
Dengan memahami dan menemukan secara mandiri akan memicu rasa puas. Rasa puas tersebut akan memotivasi siswa untuk memahami dan menemukan lagi. ini menjadikan minat belajar akan berkembang. Siswa yang mendapatkan ilmu pengetahuan dengan discovery learning akan lebih sanggup membagi ilmu pengetahuannya di berbagai aspek. 
Dengan metode discovery learning in siswa akan terlatih untuk bisa belajar secara mandiri.

Kekurangan 
Sementara berdasarkan penuturan Kurniasih, dkk (2014:64-65), terdapat beberapa kekurangan kelemahan dari Discovery Learning, berikut diantaranya: 
Model ini akan memicu sebuah anggapan setiap pikiran pasti sudah siap untuk belajar. Namun untuk siswa yang lemah, mereka akan mendapati kesukaran dalam berpikir abstrak atau menjabarkan sebuah pengetahuan melalui tulisan maupun ucapan sehingga siswa tersebut bisa terkuras mentalnya. Dalam prakteknya model discovery learning kurang bisa mengcover jumlah siswa yang jumlahnya banyak. Ini disebabkan akan memakan waktu yang relatif tidak sedikit. 
Esensi dalam model discovery learning akan tidak tersampaikan jika digunakan pada pola pikir guru dan murid yang sudah nyaman dengan metode lama. Jadi gunakan metode penemuan dengan cara bertahap. 
Pembelajaran discovery lebih efektif bila digunakan untuk membangkitkan penguasaan dan pemahaman, namun dalam membangkitkan komponen keterampilan, konsep dan emosi pembelajaran ini kurang bisa memfasilitasi. 
Materi yang ditentukan oleh guru dalam model pembelajaran ini mengakibatkan siswa tidak bisa memilih apa yang diinginkan oleh mereka dalam berpikir.

Read More »
10 June | 1komentar

Macam-Macam Model Dan Metode Pembelajaran

Tutorial Sebaya
Model Pembelajaran:
Learning model atau model pembelajaran adalah cara yang dipakai untuk mengaplikasikan strategi yang telah dibuat dalam bentuk aktivitas yang nyata untuk memperoleh target (kompetensi) pembelajaran dalam pendidikan. 

Strategi tersebut terdiri dari materi ajar yang berurutan dan dibuat secara matang. Pada saat pembelajaran disajikan, guru akan menggunakan segala fasilitas yang ada untuk menunjang proses belajar mengajar. 

Contoh Model Pembelajaran (Klik Gambar untuk ke yang dimaksud)















Model Contextual Teaching Learning (CTL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Cooperative Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Discovery Learning
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

Model Inquiry Based Learning (IBL)
Tutorial Blog | SEO | HTML | CSS | jQuery|
http://www.sarastiana.com

* **


Metode Pembelajaran 

Metodologi pembelajaran merupakan cara cara dalam melakukan aktivitas antara pendidik dan peserta didik ketika berinteraksi dalam proses belajar. Pendidik perlu mengetahui dan mempelajari metode pengajaran agar dapat menyampaian materi dan dimengerti dengan baik oleh peserta didik. Metode pengajaran dipraktekkan pada saat mengajar dan dibuat semenarik mungkin agar peserta didik mendapat pengetahuan dengan efektif dan efisien.


Contoh Metode Pembelajaran:

















Sumber :Materi Dolmen Batch 3 PdK Prov.Jateng

Read More »
10 June | 20komentar

Peran Penelitian Tindakan Kelas

Diklat VEDC Malang
Beragam-ragam murid di dalam kelas, dari sifat, karakter kemampuan menerima pelajaran dan menalar serta memiliki kemauan dan keinginan yang berbeda-beda. Di kelas guru selalu merasa bahwa terdapat permasalahan bahkan bermunculan masalah-masalah yang harus segera diatasi. Permasalahan tersebut akan terus terpikirkan oleh guru sehingga diperlukan langkah-langkah tepat dan jitu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Sang eksekutor penyelesaian masalah itu tiak lain dan tidak bukan adalah guru.

Langkah-langkah yang tepat dan jitu yang harus dilakukan guru untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan cara melakukan PTK. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran jika memang berkaitan masalah pembelajaran karena kompetensi. Demikian juga bisa berkaitan dengan masalah motivasi, penggunaan media pembelajaran. Jadi pada PTK ini ada 3 faktor penting:
1. Perubahan
2. Perbaikan
3. Peningkatan

Demi untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran murid serta untuk meningkatkan profesionalitas guru itu sendiri. Oleh karena itu, PTK memang begitu diperlukan oleh guru yang selalu berkecimpung dengan dunia kelas.

Guru merupakan orang yang paling tepat untuk melakukan PTK. Rustam dan Mundilarto (2004:1) mengemukakan ; (1) guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya, (2) temuan penelitian tradisi-onal sering sukar diterapkan untuk mem-perbaiki pembelajaran, (3) guru merupakan orang yamg paling akrab dengan kelasnya, (4) interaksi antara guru dengan murid berlangsung secara unik, dan (5) keterli-batan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan, mempersyaratkan guru untuk mampu melaksanakan PTK di kelasnya.

Menurut Salakim (2007:http://www. msaifunsalakim.blogspot.com),PTK merupakan suatu kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Alasannya (1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan murid lakukan, (2) PTK meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang di-kerjakannya selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti di bidangnya, (3) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya, dan (4) PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. Salah satu kompetensi yang ter-masuk dalam kompetensi profesional guru adalah kemampuan melakukan penelitian teru-tama PTK, dimana PTK langsung terkait dengan kebutuhan guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IV/a ke atas (Arikunto, 2006:1-2).

Bahkan, Menurut Menpan (2008:29-31) Dalam rancangan Keputusan Menpan tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, persyaratan meme-nuhi angka kredit dari sub unsur pengem-bangan profesi dipersyaratkan bagi guru yang akan naik pangkat dari golongan III/b ke III/c sebesar 2 angka kredit, golongan III.c ke III/d sebesar 4 angka kredit, golongan III/d ke IV/a sebesar 6 angka kredit, golongan IV/a ke IV/b sebesar 8 angka kredit, golongan IV/b ke IV/c sebesar 10 angka kredit, golongan IV/c ke IV/d sebesar 12 angka kredit, dan golongan IV/d ke IV/e sebesar 14 angka kredit. Selain itu, menurut Nurzaman (2006:36) dalam penilaian Setifikasi Guru, Karya Tulis Ilmiah termasuk PTK merupakan salah satu butir yang dinilai.

PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang sangat mungkin dapat di-lakukan oleh guru-guru di sekolah, karena dalam pelaksanaannya PTK tidak terlepas dari pekerjaan keseharian sebagai guru. Yang penting, guru yang bersang-kutan mempunyai keinginan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Sedang-kan manfaat yang diperoleh dari pelaksa-naan PTK di samping laporannya dapat diakui sebagai karya tulis ilmiah, juga dapat memperbaiki/meningkatkan kualitas pembelajaran secara langsung yang akan bermuara pada peningkatan kualitas hasil belajar murid.

Berdasarkan hal diatas, maka PTK bermanfaat setelah melakukannya, bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu murid (siswa)/pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.

 1). Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kuali-tas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalah-an dan kesulitan tersebut tidak akan ber-larut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembela-jaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Kedua-nya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan melakukan PTK. Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam mening-katkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.

 2). Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a) Guru memiliki kemampuan mem-perbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelola-nya.
 b).Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelola-nya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidang-nya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
c). Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan kete-rampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran.
d). Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan meng-analisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan keku-atan, kelemahan, dan tantangan pembe-lajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

 3). Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memi-liki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profe-sional, maka sekolah tersebut akan ber-kembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh man-faat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Dalam keterangan lain, ahli pendidikan menyebutkan bahwa manfaat PTK di samping untuk membiasakan diri dengan menulis, mengorganisasi, melaporkan ten-tang segala yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang kelak dapat digunakan sebagai bentuk karya tulis ilmiah dan diakui sebagai salah satu point perhitungan dalam kenaikan pangkat, juga ada manfaat lain yang lebih berarti bagi seorang guru.
Manfaat tersebut adalah (1) inovasi dalam pembelajaran; (2) pengembangan kuriku-lum yang mereka pahami; dan (3) untuk peningkatan profesionalisme seorang guru.

Artikel yang relevan:
Merumuskan Masalah Penelitian Tindakan Kelas

Read More »
10 June | 0komentar

Merumuskan Permasalahan dalam PTK

Permasalahan Pada Metode Pembelajaran
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Guru/ Pendidik melakukan penelitian terhadap apa yang dilakukan dalam proses KBM sebagai cara untuk melakukan refleksi tentang proses pembelajaran di kelas dan praktik di lab/ bengkel dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai peran yang penting dan strategis dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hopkins (dalam Wiriaatmadya, 2007: 11), bahwa PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlihat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Berdasarkan pernyataan Hopkins tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa guru adalah pihak yang sangat berkepentingan dengan pelaksanaan PTK
Hal ini berarti bahwa Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.

Ciri-Ciri Penelitian Tindakan Kelas



Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran. Siklus tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Penetapan jumlah siklus tindakan dalam PTK mengacu kepada penguasaan yang ditargetkan pada tahap perencanaan, tidak mengacu kepada kejenuhan data/informasi sebagaimana lazimnya dalam pengumpulan data penelitian kualitatif.


Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual, artinya praktis yang sesuai dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian bukan menerapkan teori tetapi menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teori sebagai sandaran sekaligus teori dimodifikasi secara kontekstual.


Modifikasi dilakukan secara terus-menerus dievaluasi dalam situasi yang ada dengan tujuan akhirnya untuk meningkatkan praktek cara tertentu. Penelitian bertujuan memperbaiki praktik di lapangan. Untuk itu partisipanlah yang secara langsung menilai diri sendiri. Guru dan murid adalah tim (keculai penelitian dalam konteks proyek atau mahasiswa dan atau dosen yang meneliti di sekolah). Bila guru yang berisnisiatif meneliti, maka guru muridlah pihak yang menilai praktiknya sendiri.


Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) diperlukan hadirnya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau observer.


peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.

Karakteristik PTK

1. Memecahkan permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan didalam kelas


Guru menyadari bahwa ada sesuatu dalam praktik pembelajarannya yang harus dibenahi, dan ia terpanggil untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki persoalan tersebut. Dengan demikian, PTK menjadi khas jika hanya dilakukan dan diprakarsai oleh guru kelas, bukan oleh pihak lain.

Atas dasar ini, guru yang ingin melakukan tindakan kelas paling tidak harus mempunyai panggilan jiwa untuk turut berjuang memperbaiki kualitas pembelajaran dari waktu ke waktu. Tanpa adanya panggilan jiwa ini, seorang guru tidak akan peka dengan berbagai persoalan pendidikan. 
Ia akan merasa seolah-olah tidak ada persoalan apa pun didalam praktik pembelajaran yang ia lakukan. Akibatnya, ia tidak akan pernah tergerak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam PTK, guru memang dituntut untuk turut berperan aktif. Inilah salah satu ciri khas yang membedakan antara PTK dengan penelitian lain, yang biasanya dilakukan oleh peneliti dari luar lingkungan 'kelas.

2. Refleksi Diri

Refleksi yang dimaksud disini adalah refleksi dalam pengertian melakukan introspeksi diri, seperti guru mengingat kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan didalam kelas, apa dampak dari tindakan tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan lain sebagainya. Sebagaimana disebutkan oleh Schmuck dalam Suyadi (2012), seperti melihat diri kita didalam cermin, melihat tentang berbagai tindakan yang telah kita lakukan dan harapan kita atas tindakan tersebut.
PTK harus dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri, bukan dikelas lain dimana ia tidak mengajar didalamnya. Berdasarkan hal tersebut, maka seorang guru sebenarnya memiliki peran ganda, yakni sebagai peneliti disatu sisi dan sebagai pengajar disisi yang lainnya. Walaupun demikian, kedua peran tersebut sebaiknya tidak boleh saling mengganggu dan mengacaukan selama proses PTK. Artinya, guru yang sedang melakukan PTK tidak boleh mengubah kebiasaan proses pembelajaran sebelum ada temuan baru yang merekomendasikan harus ada perubahan pada pola pembelajaran tersebut.

3. Upaya Perbaikan Kolaboratif

Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Tanggungjawab Profesi

Esensi PTK adalah untuk memperbaiki pola pembelajaran secara terus-menerus. Siklus demi siklus didalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. Siklus sebelumnya merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Dimana hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh lebih baik daripada siklus sebelumnya. Jika PTK dilakukan secara berkelanjutan dari siklus yang satu ke siklus yang lain, maka akan ditemukan model pembelajaran yang tebaik. Demikian seterusnya, sehingga PTK dapat dilakukan secara terus-menerus tiada henti.


Menentukan Permasalahan PTK

Masalah yang akan diangkat menjadi topic PTK sebaiknya dikembangkan secara berkelanjutan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari, selama kurun waktu satu semester atau satu tahun pembelajaran. Hal ini mengandung arti bahwa guru sebagai peneliti harus senantiasa meninjau dan memperbaiki rumusan masalah PTK yang dikembangkan secara berkelanjutan, demikian halnya dengan hipotesis tindakan dan pelaksanaanya.

Lebih lanjut, masalah pembelajaran yang dapat dijadikan topik atau tema PTK, dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
  • Metode pembelajaran.
  • Strategi pembelajaran.
  • Perubahan sikap dan nilai yang dapat mendorong tumbuhnya sikap yang lebih positif terhadap berbagai aspek kehidupan.
  • Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan keterampilan mengajar, mendayagunakan sumber belajar, dan lain-lain.
  • Modifikasi perilaku, pengenalan bertahap terhadap teknik modifikasi perilaku yang dapat menunjang standar kompetensi dan kompetensi dasar.
  • Manajemen, meningkatkan efisiensi aspek tertentu dari manajemen pembelajaran dan pengelolaan kelas.
  • Penilaian, melakukan penilaian hasil belajar yang adil dan transparan

Untuk memudahkan kita dalam memahami masalah, mengembangkan tema atau fokus PTK, dapat dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
  • Apa yang terjadi dengan pembelajaran saya? 
  • Apa ada masalah yang perlu dipecahkan? 
  • Apa yang harus saya lakukan untuk memecahkan masalah tersebut? 
  • Bagaimana masalah tersebut dipecahkan?
Memilih masaah merupakan kegiatan untuk menentukan atau menetapkan masalah yang layak diangkat ,menjadi topik PTK.
Untuk kepentingan tersebut terdapat beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam memilih masalah.

  • Masalah yang dipilih harus factual, fundamental, dan benar-benar terjadi dalam pembelajaran.
  • Masalah yang dipilih harus problematis, belum ada yang membahas, dan perlu ditangani atau dipecahkan dengan segera. 
  • Masalah yang dipilih harus dapat dicari dan diidentifikasi faktor penyebabnya, sebagai dasar untuk menentukan alternatif tindakan. 
  • Masalah yang dipilih berada dibawah kewenangan dan tanggung jawab guru..
  • Maasalah yang dipilih harus memiliki nilai strategis bagi perbaikan dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran.


Materi yang relevan:
1. Peran Penelitian Tindakan Kelas
2. Model Pembelajaran
Sumber: Materi Dolmen Batch 3 PDK Jateng

Read More »
09 June | 0komentar

Islam dan Imunitas diri

Sholat Berjamaah

Wabah virus corona yang semakin merebak membuat kita semua semakin khawatir. Ditambah lagi semua info di media daring maupun sosial membuat mental semakin lemah. Kekhawatiran membuat problem psikis yang tidak bisa diremehkan. Alih-alih makin sehat, cemas yang dirasa membuat manusia betulan sakit.
Inilah cara Islam membuat imunitas diri semakin kuat. Apalagi cara-cara yang ditulis di bawah ini adalah cara yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam dan diridhoi oleh Allah Ta’ala. Tiga cara tingkatkan imunitas diri di awal pagi adalah;
1) Qiyamul Lail,
2) Tilawah Alquran, dan
3) Shalat Subuh.

Qiyamul Lail dan Tilawah Alquran amat dianjurkan untuk dilakukan di awal pagi. Lakukan Qiyamul Lail sebisa mungkin, meski 2 rakaat atau paling tidak 10 menit sebelum Subuh. Allah Ta’ala berfirman dalam surah al-Muzammil ayat 6, "Inna nasyiatal lail hiya asyaddu wath’an". (Sungguh bangun malam itu lebih kuat untuk diri dan jiwa manusia). Kekuatan diri ini adalah imunitas yang bisa didapatkan dengan cara qiyamullail.


Sedang tilawah Alquran juga dianjurkan untuk dibaca pada saat qiyamul lail sebagaimana dalam surah al-Muzammil ayat 4, "Wa rattil qur’aana tartila", bacalah Alquran dengan perlahan-lahan) (saat qiyamul lail). Atau bacalah Alquran di waktu Fajr (Subuh). Sebab bacaan Alquran di waktu fajar disaksikan oleh para malaikat. Lih.QS. 17:78



Dr Ahmed Al-Qadhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, melakukan sebuah riset dan berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan dan membaca ayat suci Alquran mampu menangkal berbagai macam penyakit.
Penemuan yang sama juga dilakukan Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston.
Keduanya menyatakan bahwa membaca Alquran dengan bersuara akan membuat vibrasi atau getaran yang membuat sel-sel yang sudah rusak pada tubuh akan kembali sembuh dan bekerja dengan baik kembali. Hal ini selaras dengan firman Allah Ta’ala, "Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (QS 17:82).


Amalan ketiga untuk tingkatkan imunitas diri di awal pagi adalah dengan shalat Subuh. Dalam hadis riwayat Muslim disampaikan bahwa Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam bersabda, “Barangsiapa yang shalat Subuh maka dia berada dalam jaminan Allah.” Shalat Subuh akan membuat diri kita dijamin oleh Allah. Dijamin rezekinya, dijamin keselamatannya. Juga dijamin insya Allah dari wabah corona yang mengkhawatirkan. Itulah tiga amalan yang akan membuat imunitas tubuh semakin meningkat.
Sumber: https://republika.co.id/berita/


Read More »
28 May | 0komentar

Kompetensi Guru Zaman "Now"

Google refensi
Guru saat ini dan mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling tahu terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia. Guru atau pengajar bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, guru akan terpuruk secara profesional. Sebutan Mbah Google kini sudah dikenal anak didik. 
Dengan smartphone di tangan, dengan mudah anak didik kita mencari informasi apa saja yang dibutuhkannya. Bukan menyepelekan guru, setidaknya Mbah Google telah membantu anak didik mendapatkan informasi yang dibutuhkannya dengan cepat. Kalau guru tidak cepat memahami informasi, maka ia akan kehilangan kepercayaan, baik dari siswa, orang tua, maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuannya secara kreatif dan inovatif terusmenerus. 
Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 4 menegaskan, guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru harus memenuhi syarat-syarat, salah satunya adalah kompetensi mengajar. Kompetensi mengajar guru perlu dibuktikan dengan penerapan di lapangan sehingga pernyataan telah atau belum dikuasainya kompetensi mengajar diuji dengan hasil pengamatan supervisi dan evaluasi kegiatan guru dalam pembelajaran. 
Kompetensi mengajar guru dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari sudut guru, dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajar dan kepercayaan dirinya. Dari segi hasil, guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang dilakukannya mampu mengubah perilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum. Faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi mengajar guru di antaranya berapa lama ia mengajar, sejauh mana keterampilan yang dimiliki, berpengetahuan, bagaimana minat terhadap mengajar, apakah ia mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, apakah kompetensi mengajarnya bagus, berkonsep diri tinggi, berkepribadian, dan cerdas. 

Daya Penggerak 

 Motivasi berprestasi menjadi daya penggerak yang sangat memengaruhi terbentuknya kompetensi mengajar seorang guru. Hal itu dapat dijabarkan lewat David McClelland dalam Mangkunegoro (2000) yang mengemukakan, motivasi berprestasi merupakan produktivitas seseorang yang ditentukan oleh ”virus mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mencapai prestasinya secara maksimal. 
Teori kebutuhan Maslow dipakai oleh McClelland sebagai dasar untuk mengembangkan teorinya, yaitu teori motivasi berprestasi (anchievement motivation), motivasi berkuasa (power motivation), motivasi berafiliasi (affiliation motivation). Motivasi berprestasi adalah hasrat untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan. Hasrat adalah suatu keinginan dari dalam diri manusia yang mengarah pada perilaku untuk mencapai prestasi. 
Ada enam karakteristik orang yang membentuk kehendak motivasi berprestasi yang tinggi, yakni memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi, berani mengambil dan memikul risiko, memiliki tujuan yang realistis, memiliki rencana kerja yang menyeluruh, memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan, dan mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana-rencana yang telah dipergunakan. Apakah seorang guru bisa memenuhi standar kompetensi sehingga menjadi pengajar harapan seluruh pemangku kepentingan di sekolah, terutama para anak didik? Persoalan itu kembali kepada kemampuan dan keinginan guru dalam mewujudkannya. Jangan sampai guru kita tidak berkompeten sehingga anak didik justru lebih memilih mencari sumber informasi pendidikan yang dibutuhkannya bukan dari gurunya lagi. Bila guru tidak siap atau tidak bisa menjadi guru zaman now, maka jangan salahkan anak didik lebih memilih Mbah Google sebagai sumber informasi pendidikan yang dibutuhkan. 
Sumber: Suara Merdeka.com

Read More »
27 May | 2komentar