Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by date for query Pembelajaran Kontekstual. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query Pembelajaran Kontekstual. Sort by relevance Show all posts

Karakteristik Mapel KKA: Membangun Masa Depan Berbasis Etika dan Konteks

Karakteristik Mapel KKA
Di era digital yang berkembang pesat ini, penguasaan teknologi menjadi kunci. Salah satu bidang yang paling relevan dan transformatif adalah Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA). Namun, KKA bukan sekadar mata pelajaran yang mengajarkan baris-baris kode atau algoritma canggih. Lebih dari itu, KKA dirancang dengan karakteristik pembelajaran yang holistik, menitikberatkan pada pengembangan kompetensi teknis yang berlandaskan etika dan konteks nyata.

Fondasi Etika: Membangun Kompetensi Berkeadaban Poin pertama dan terpenting dalam pembelajaran KKA adalah menanamkan etika (keadaban) sebagai fondasi bagi penguasaan kompetensi di semua jenjang. Ini berarti bahwa setiap kali siswa belajar tentang coding atau bagaimana AI bekerja, mereka juga diajak untuk merenungkan dampak sosial, moral, dan etis dari teknologi tersebut. Bagaimana AI dapat digunakan untuk kebaikan? Bagaimana kita mencegah bias dalam algoritma? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bagian integral dari kurikulum, memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga bertanggung jawab secara etis.

Pembelajaran Kontekstual: Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari KKA dirancang untuk menjadi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan situasi yang dihadapi peserta didik sehari-hari dan permasalahan yang terjadi di masyarakat/lingkungan sekitar. Ini berarti konsep-konsep KKA tidak diajarkan secara abstrak. Sebaliknya, siswa akan diajak untuk mengidentifikasi masalah nyata di komunitas mereka – misalnya, bagaimana AI bisa membantu mendeteksi sampah di sungai atau bagaimana coding dapat menciptakan aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal belajar. Pendekatan ini membuat pembelajaran menjadi lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi siswa.

Fleksibilitas Metode Pembelajaran: Internet-based, Plugged, dan Unplugged Fleksibilitas adalah kunci dalam KKA, dengan pembelajaran dapat dilaksanakan secara internet-based, plugged, dan unplugged. Internet-based memanfaatkan platform online, tutorial interaktif, dan kolaborasi virtual. Plugged melibatkan penggunaan perangkat keras seperti robotika sederhana atau mikrokontroler. Unplugged adalah metode pembelajaran tanpa komputer, di mana konsep-konsep KKA diajarkan melalui permainan, aktivitas fisik, atau teka-teki logika. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran KKA dapat diakses oleh semua siswa, terlepas dari ketersediaan fasilitas teknologi.

Pendekatan Human-Centered: Manusia sebagai Pusat Inovasi Karakteristik penting lainnya adalah penggunaan pendekatan human-centered di mana manusia sebagai fokus dalam pembelajaran, pemanfaatan, dan pengembangan KA. Ini menegaskan bahwa tujuan utama dari KKA adalah untuk melayani dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Siswa diajarkan untuk merancang solusi yang ramah pengguna, inklusif, dan memberikan nilai nyata bagi individu dan masyarakat, bukan sekadar menciptakan teknologi untuk kepentingan teknologi itu sendiri.

Jenjang Pembelajaran yang Terstruktur: Dari SD hingga SMA/SMK Kurikulum KKA dirancang secara progresif sesuai jenjang pendidikan:
Jenjang SD: KKA menekankan penguasaan kompetensi pra-dasar sebagai bekal bagi pembelajaran Informatika serta Koding dan KA di jenjang SMP. Ini bisa berupa pengenalan logika dasar, sequencing, atau konsep algoritma sederhana melalui permainan dan aktivitas yang menyenangkan. 
Jenjang SMP: Siswa akan melakukan praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat dasar. Mereka akan mulai menulis kode sederhana, memahami struktur data dasar, dan belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. 
Jenjang SMA/SMK: Pembelajaran berlanjut ke praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat menengah dan lanjut. Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan proyek yang lebih kompleks, memahami konsep AI yang lebih dalam, dan bahkan mulai bersiap untuk karir di bidang teknologi. 

Dengan karakteristik pembelajaran yang komprehensif ini, mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial tidak hanya membekali siswa dengan keterampilan teknis yang esensial, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika dan kemampuan berpikir kritis. Ini adalah langkah krusial dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan inovator yang bertanggung jawab di masa depan.

Read More »
04 July | 0komentar

Pembelajaran Mendalam

Indonesia menghadapi berbagai tantangan, baik pada saat ini maupun saat masa depan, yang tidak pasti, tidak menentu, kompleks, ambigu, dan sulit diprediksi. Tantangan-tantangan tersebut hanya dapat dijawab melalui transformasi pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutu dan merata untuk semua melalui pembelajaran yang bermakna misalnya.
Tantangan internal pendidikan Indonesia terletak pada krisis pembelajaran yang berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran meskipun akses pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik. Pendekatan pembelajaran yang tidak efektif berdampak pada rendahnya kemampuan literasi membaca dan numerasi peserta didik Indonesia, seperti yang tercermin dalam hasil PISA. Literasi dan numerasi yang masih rendah terjadi karena terdapat kesenjangan efektivitas pembelajaran di sekolah yang belum memberi kesempatan luas kepada guru untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Tantangan lain yaitu kompetensi guru yang masih harus ditingkatkan agar guru memiliki pola pikir yang bertumbuh (growth mindset). Selain itu, beban kerja guru yang sangat berat dan lebih banyak berkaitan dengan tugas administratif mengurangi fokus mereka pada peran utama sebagai pendidik.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan itu, sistem pendidikan nasional Indonesia perlu ditransformasi secara terstruktur, sistemik dan masif. Melanjutkan praktik pembelajaran seperti saat ini akan sulit meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, transformasi pendidikan merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda lebih lama lagi, atau sangat kritis dan sangat urgen. Berdasar praktik di berbagai negara, transformasi pendidikan nasional yang efektif bukan top-down, tetapi bottom-up, dimulai dari transformasi pembelajaran di setiap ruang kelas.
Selain tantangan tersebut, Indonesia memiliki keberagaman yang merupakan modal berharga untuk menciptakan pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna. Pemanfaatan teknologi merupakan peluang akses pendidikan bagi berbagai lapisan masyarakat. Momentum Bonus Demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan generasi menuju visi Indonesia Emas 2045. Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berupaya dengan cepat dan tepat untuk mengakselerasi dampak pendidikan melalui berbagai pendekatan pembelajaran, salah satunya Pembelajaran Mendalam (PM).
Untuk konteks Indonesia, PM bukan kurikulum melainkan suatu pendekatan pembelajaran. Pembelajaran Mendalam juga bukan pendekatan baru dalam sistem pendidikan Indonesia. Sejak tahun 1970-an telah dikenalkan pendekatan pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), Contextual Teaching and Learning (CTL). Akan tetapi, semua pendekatan tersebut masih banyak menghadapi kendala baik dalam tataran konsep maupun implementasi. Oleh karena itu, PM berfungsi sebagai fondasi utama dalam peningkatan proses dan mutu pembelajaran.



Definisi Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.
  • Berkesadaran Pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta didik memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
  • Bermakna Peserta didik dapat merasakan manfaat dan relevansi dari hal-hal yang dipelajari untuk kehidupan. Peserta didik mampu mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama dan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata.
  • Menggembirakan Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi. Peserta didik merasa dihargai atas keterlibatan dan kontribusinya pada proses pembelajaran. Peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.
  • Olah pikir Merupakan proses pendidikan yang berfokus pada pengasahan akal budi dan kemampuan kognitif, seperti kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan memecahkan masalah.


Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

Read More »
23 June | 0komentar

Perencanaan Mapel PKL

Perencanaan PKL dijabarkan dari CP mapel PKL, dilaksanakan oleh SMK/MAK bersama dunia kerja, menjadi dokumen Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan pembelajaran (ATP), perencanaan pembelajaran dan asesmen. Tujuan Pembelajaran (TP) merupakan rumusan target kompetensi yang dikuasai peserta didik setelah melaksanakan PKL. 

Berdasarkan TP, sekolah bersama dunia kerja mengidentifikasi potensi pekerjaan/kompetensi yang ada di dunia kerja untuk penyusunan ATP/program PKL yang akan dilaksanakan. Dokumen perencanaan pembelajaran dapat menggunakan informasi atau dokumen kerja sesuai kebijakan dunia kerja tempat PKL. Dokumen perencanaan PKL berfungsi sebagai dasar pelaksanaan dan pemantauan. 

Berdasarkan CP mapel PKL sekolah bersama dunia kerja tempat PKL, menyusun Tujuan Pembelajaran (TP), Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) PKL, dan perangkat ajar PKL.
a. Tujuan Pembelajaran (TP) - Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) 
Tujuan Pembelajaran (TP) merupakan rumusan kompetensi yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dan dunia kerja yang mengacu kepada CP dan kontekstual dengan karakteristik dunia kerja. Satuan pendidikan bersama dunia kerja melakukan identifikasi pekerjaan yang digunakan sebagai dasar menyusun TP agar sesuai dengan pekerjaan yang tersedia di setiap dunia kerja tempat PKL akan dilaksanakan. Berdasarkan TP yang telah dirumuskan, selanjutnya, disusun ATP berupa urutan kegiatan pelaksanaan PKL. Kemudian dokumen TP-ATP diketahui oleh kedua belah pihak. 

b. Program PKL Tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran (TP-ATP) kemudian digunakan sebagai acuan untuk menyusun program PKL. Sekolah bersama dunia kerja tempat PKL menyusun program berdasarkan TP - ATP memuat pekerjaan/kegiatan yang akan dilaksanakan beserta jadwal waktu pelaksanaannya. Durasi dan urutan pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan kondisi dunia kerja, misalnya volume kerja dan peralatan yang dimiliki, sehingga program PKL tiap peserta didik tidak selalu sama. Dokumen program disahkan oleh kedua belah pihak. 

c. Perangkat Ajar PKL 
Perangkat ajar dalam pelaksanaan PKL meliputi segala informasi dan dokumen dalam pelaksanaan kegiatan untuk membimbing peserta didik. Perangkat ajar PKL merupakan media komunikasi antara peserta didik dengan guru mapel PKL dan/atau instruktur dunia kerja. Dokumen tersebut disusun sesuai ketentuan dan proses kerja masing-masing dunia kerja tempat PKL. 

1. Informasi dasar pekerjaan 
Pelaksanaan kerja memerlukan informasi sebagai dasar kerja. Dalam rangka peningkatan kapabilitas peserta didik, informasi dasar pekerjaan sangat diperlukan supaya peserta didik memahami pekerjaan dan proses kerja yang akan ia lakukan. Informasi yang diperlukan dapat berupa: konsep, buku manual, gambar kerja, dan lain-lain. Dokumen tersebut disusun sesuai dengan program PKL. Informasi dasar pekerjaan ini dapat disiapkan oleh guru pengampu mapel PKL dan instruktur dunia kerja. 
2. Prosedur kerja 
Setiap tempat PKL memiliki mekanisme kerja atau prosedur yang dikembangkan sesuai situasi dan kondisi. Dalam melaksanakan PKL, peserta didik harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan dan sesuai dengan standar serta ketentuan yang berlaku di dunia kerja tempat PKL.
Untuk membimbing peserta didik dalam melaksanakan PKL, guru pengampu mapel PKL dan instruktur dunia kerja perlu menyampaikan prosedur kerja dan pemantauan keterlaksanaan pekerjaan. 
3. Jurnal PKL 
Peserta didik melaksanakan PKL berdasarkan program yang telah disusun. Kegiatan peserta didik perlu dipantau oleh instruktur dunia kerja dan guru mapel PKL. Dokumen pemantauan berupa jurnal kegiatan yang diisi oleh peserta didik dan diketahui/diberikan catatan oleh pembimbing dan instruktur. Pemantauan kegiatan dapat dilakukan secara fisik atau menggunakan sistem informasi Jurnal PKL berisi kegiatan yang dilaksanakan serta keterangan unit kerja/tempat pelaksanaannya. Contoh Jurnal PKL dapat dilihat pada lampiran

Read More »
14 September | 0komentar

Numerasi = Matematika ?

Kemendikbud (2020) mendefinisikan numerasi sebagai kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang sesuai untuk individu sebagai warga yang baik. Kemampuan ini sangat penting untuk menjadi modal bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya. Seseorang disebut memiliki literasi numerasi ketika ia memiliki pengetahuan dan kecakapan untuk mendapat, menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan angka dan simbol matematika dalam pemecahan berbagai masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan. 
Selain itu, ia mampu menganalisis berbagai bentuk informasi untuk mengambil keputusan. Kemampuan numerasi berkaitan dengan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dasar yang dimiliki, prinsip serta proses matematika ke dalam permasalahan dalam kehidupan sehari–hari misalnya memahami masalah yang disajikan dalam tabel atau diagram, perdagangan dan lain–lain
Cakupan numerasi ,tidak hanya dalam mata pelajaran matematika, meskipun matematika dan numerasi berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama(Berhitung/hitungan).  Namun cakupan numerasi sangatlah luas meliputi keterampilan mengaplikasikan konsep,fakta, prosedur dalam situasi nyata dalam kehidupan sehari - hari. Keterampilan numerasi bisa ditemukan pada masalah yang tidak terstruktur dan  memiliki banyak cara penyelesaiannya baik yang berhubungan dengan faktor matematis maupun non matematis. 
Matematika adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang abstrak dan kebenarannya absolut, sedangkan numerasi berhubungan dengan sesuatu yang kontekstual dan konkret yang menawarkan pemecahan terhadap suatu masalah yang rill dalam kehidupan. Untuk diketahui jika pembelajaran matematika yang sudah diimplementasikan dalam kehidupan nyata berarti sudah termasuk pembelajaran numerasi. Namun jika pembelajaran hanya murni dan sebatas konsep abstrak dan bersifat teoritis, maka belum bisa dikatakan pembelajaran numerasi. 

Read More »
11 August | 0komentar

Video Demontrasi Kontekstual Modul 1.2

Guru memberikan inspirasi kepada peserta didik dengan pembelajaran yang bermakna, meaningfull learning. Memberikan Coach bagi sesama guru berkaitan dengan permasalahan pembelajaran. Menjadikan guru penggerak yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai guru penggerak

Read More »
02 August | 0komentar

Hari Ke-7 Pembekalan CPP Kamis, 02 November 2023 (Koneksi Antar Materi)

Soal Pada LMS :
Setelah Penulis mempelajari praktik Pendidikan yang Memerdekakan, Penulis diminta untuk menyampaikan isu terkait pemahaman dan penerapan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan yang terjadi di sekolah tempat Penulis bekerja dengan menjawab pertanyaan berikut: 
Ceritakan hal hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan? Hal-hal yang tidak selaras terkait praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan yang dirasa perlu diubah atau dikembangkan bahkan dihilangkan? 
Jawaban dari pertanyaan diatas dapat dilihat di drive bawah ini :


Koneksi Antar Materi 
Pendidikan yang Memerdekakan Hari Ke-7 Pembekalan Calon Pengajar Praktik 
 Oleh
 Sarastiana 
SMK Negeri 1 Bukateja 

Pada pembekalan Calon Pengajar Praktik (CPP) pada hari ke-7 dengan materi Pendidikan yang Memerdekakan, CPP menyampaikan isu terkait pemahaman dan penerapan prinsip Pendidikan yang Memerdekakan yang terjadi di sekolah tenpat CPP bekerja. 

Hal hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip Pendidikan yang memerdekakan? 
Hal yang sudah selaras dengan praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan di Sekolah saya, yang mendukung Visi Sekolah (Menjadikan SMK Unggulan berbasis Budaya Industri yang menghasilkan Tamatan berkarakter, Kompeten, Kompetitif dan Berwawasan Lingkungan) adalah: 

1. Pembiasaan Kegiatan Pagi : 
Pra Kegiatan Pembelajaran diawali dengan melaksanakan kegiatan pembiasaan yang merupakan implementasi dari P5 yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan.tema ini merupakan bentuk upaya dalam membangun kesadaran untuk menjaga pola hidup yang baik (disiplin, tanggungjawab, motivasi,loyalitas, integritas, hidup sehat/bersih dsb) pola hidup tersebut melibatkan lingkungan dan aksi nyata dalam keseharian (kemdikbudristek) yaitu :

No

Kegiatan

Waktu

Ket

1

Apel pagi

07.00 s.d. 07.10

Hari Senin diadakan Upacara bendera s.d Pkl 07.40

2

 Mars Anti Bullying

07.10 s.d. 07.15

 

2

Menyanyikan Indonesia raya

07.15 s.d. 07.17

 

3

Membaca Asmaul Husna

07.15 s.d. 07.20

 

 

 

 

 




2. Penyusunan kesepakatan / Keyakinan kelas 

Penyusunan kesepakatan kelas, dimana di Sekolah peraturan yang ada adalah kesepakatan antara pendidik dan murid. Di awal tahun ajaran wali kelas beserta guru mata pelajaran bersama murid membuat kesepakatan kelas beserta konsekuensinya apabila ada pelanggaran. 

3. Materi Ajar yang Kontekstual dan Faktual 
Materi pembelajaran atau bahan ajar yang selaras dengan pendidikan yang memerdekakan. Pembelajaran yang materinya kotekstual yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu, materi-materi itu secara faktual atau yang kira- kira sedang dialami oleh perkembangan murid itu sendiri. Pembelajaran yang mementingkan pada kebutuhan belajar murid. Kebutuhan tersebut meliputi kesiapan belajar murid, minat belajar murid, dan profil murid. 


4. Menggunakan Beragam Metode dan Teknik Pembelajaran 
Dalam memenuhi setiap kebutuhan belajar murid, guru harus mampu menggunakan metode atau teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini penting untuk mengikatkan situasi dan proses pembelajaran berlangsung agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Di Sekolah kami pun sudah melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid melalui penerapan berbagai metode pembelajaran seperti Berdiferensiasi, STEAM, Project Base Learning (PjBL), Experiential Learning, dll. Sehingga murid terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 

5. Implementasi Modul Ajar yang berkolaborasi antara Mapel Umum dan Mapel Kejuruan untuk Pada pembelajaran berbasis Proyek. 
Pada Modul Ajar guru umum (Matematika), Bahasa Inggris, Sejarah, Bhs Indonesia, Olah Raga, dsb. Berkolaborasi dengan mapel Kejuruan. Jadi guru mapel umum memilih CP yang sesuai/ mendukung materi kejuruan.

6. Pembelajaran Berdifernsiasi
    Berdiferensiasi secara konten, proses dan produk
   


Hal-hal yang tidak selaras terkait prakti prinsip Pendidikan yang memerdekakan yang dirasa perlu dirubah ?
1. Gaya belajar diktator (berpusat pada guru) 
 Gaya belajar yang memaksakan atas kehendak gurunya tanpa memperhatikan kebutuhan para murid. Sebagian Guru masih menuntut agar para murid turut dan patuh pada apa yang dilakukan oleh gurunya. Hal ini tidak selaras dengan pendidikan yang memerdekakan. Masih ada diantara guru senior yang menerapkan pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan mengutamakan capaian konten saja. 

2. Punishment and reword 
Hal ini karena dapat berdampak kurang baik yang dirasakan oleh para murid, murid memiliki pemikiran yang sesaat. Misalnya dengan adanya punishment, murid akan terasa tertekan dan menjadi pendendam. Begitu juga dengan reword murid akan merasa bahagia dan tertantang jika ada sesuatu hal jika ada hadiah, dan sebaliknya murid akan merasa kecewa jika hadiah itu tidak tersedia. Masih ada beberapa guru yang masih memberikan hukuman yang tidak sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan murid. 

3. Model pendidikan klasikal/monoton 
Melalui belajar yang lebih mendalam, mungkin menjadi jelas bahwa model pendidikan yang mengharuskan semua siswa mengikuti kurikulum yang sama, mengukur kemajuan dengan standar yang sama, dan mengejar tujuan yang seragam tidak selalu efektif atau memadai. Dalam pendekatan Pendidikan yang Memerdekakan, perlu diakui bahwa setiap siswa memiliki keunikan, minat, dan kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih diferensiasi dan responsif terhadap individu perlu dipertimbangkan.

Read More »
02 November | 0komentar

IHT Pembelajaran Guru di Sekolah


Dalam rangka melaksanakan Program SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) SMK Negeri 1 Bukateja menyelenggarakan kegiatan optimalisasi penyelenggaran pembelajaran berbasis Dunia Kerja/Industri Salah satu prgram keagiatan adalah IHT (In House Training). Pada IHT ini mengundang narasumber dari Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya. Yogyakarta bersama Bp. Drs. Rahayu Windarto,MM. yang dilaksanakan selama 3 Hari.
Pemerintah telah menetapkan Capaian Pembelajaran yang menjadi rujukan utama dalam pengembangan rancangan pembelajaran, khususnya untuk kegiatan intrakurikuler1. Panduan ini memfasilitasi proses berpikir dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dimulai dari menganalisis capaian pembelajaran , tujuan pembelajaran mengembangkan alur tujuan pembelajaran, modul ajar, serta asesmen pada awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi. Dokumen ini juga memuat perencanaan serta pelaksanaan asesmen yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, dan pelaporan hasil penilaian atau asesmen. PPA difokuskan untuk pembelajaran dan asesmen intrakurikuler, sedangkan panduan untuk projek penguatan profil pelajar Pancasila disampaikan dalam dokumen terpisah.
Pembelajaran dapat diawali dengan proses perencanaan asesmen dan perencanaan pembelajaran. Pendidik perlu merancang asesmen yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, pada saat pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran. Perencanaan asesmen, terutama pada asesmen awal pembelajaran sangat perlu dilakukan karena untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik. Perencanaan pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen pembelajaran yang disusun dalam bentuk dokumen yang fleksibel, sederhana, dan kontekstual. 
Tujuan Pembelajaran disusun dari Capaian Pembelajaran dengan mempertimbangkan kekhasan dan karakteristik Satuan Pendidikan. Pendidik juga harus memastikan tujuan pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan dan kebutuhan peserta didik. Proses selanjutnya adalah pelaksanaan pembelajaran yang dirancang untuk memberi pengalaman belajar yang berkualitas, interaktif, dan kontekstual. 
Pada siklus ini, pendidik diharapkan dapat menyelenggarakan pembelajaran yang : (1) interaktif; (2) inspiratif; (3) menyenangkan; (4) menantang; (5) memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan (6) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik (akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab V). Sepanjang proses pembelajaran, pendidik dapat mengadakan asesmen formatif untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh peserta didik. 
Tahapan selanjutnya adalah proses asesmen pembelajaran. Asesmen pembelajaran diharapkan dapat mengukur aspek yang seharusnya diukur dan bersifat holistik. Asesmen dapat berupa formatif dan sumatif. Asesmen formatif dapat berupa asesmen pada awal pembelajaran dan asesmen pada saat pembelajaran. Asesmen pada awal pembelajaran digunakan mendukung pembelajaran terdiferensiasi sehingga peserta didik dapat memperoleh pembelajaran sesuai dengan yang mereka butuhkan. Sementara, asesmen formatif pada saat pembelajaran dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan refleksi terhadap keseluruhan proses belajar yang dapat dijadikan acuan untuk perencanaan pembelajaran dan melakukan revisi apabila diperlukan. Apabila peserta didik dirasa telah mencapai tujuan pembelajaran, maka pendidik dapat meneruskan pada tujuan pembelajaran berikutnya. Namun, apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, pendidik perlu melakukan penguatan terlebih dahulu. Selanjutnya, pendidik perlu mengadakan asesmen sumatif untuk memastikan ketercapaian dari keseluruhan tujuan pembelajaran. Ketiga tahapan ini akan terus berlangsung dalam bentuk siklus seperti gambar di atas. 
Dalam prosesnya, pendidik dapat melakukan refleksi, baik dilakukan secara pribadi maupun dengan bantuan kolega pendidik, kepala satuan pendidikan, atau pengawas sekolah. Oleh karena itu, proses pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang bermuara untuk membantu keberhasilan peserta didik di dalam kelas. Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun demikian, untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik, Pemerintah menetapkan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. 
Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat memandu pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan inovatif. 





Read More »
17 October | 0komentar

Tugas Demonstrasi kontekstual Modul 3.3


Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid 

Tujuan Pembelajaran Khusus: 
 CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA. 
Dasar filosofi KHD Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat) Poin Komponen Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan 
• Bernalar kritis, mengembangkan pelajar yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya. 
• Kreatif mengembangkan pelajar menghasilkan gagasan yang orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan yang orisinal. Karakteristik Lingkungan Pendukung Tumbuhnya Kepemimpinan Murid yang Akan Dikembangkan Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. 

PRAKARSA PERUBAHAN 
Raih Mimpi melalui Literasi Digital 
 Peserta didik membiasakan diri dengan kegiatan literasi secara digital mengenai kompetensi keahliannya masing-masing, 
  Peserta didik membuat ringkasan yang telah dibaca pada kegiatan literasi digitalnya 
 Peserta didik dapat memanfaatkan kegiatan literasi digitalnya dengan membuat mind map tentang kompetensi keahliannya secara mendalam 

Literasi digital telah bergeser dari literasi baca tulis konvensional dengan menggunakan media cetak ke media elektronik yang lazim disebut literasi digital. Mengupayakan peserta didik mampu membangun kebiasaan baik yakni literasi digital. Kegiatan ini bertujuan memahami dan menerapkan Literasi digital dalam kehidupan sehari-harinya dikarenakan orientasi siswa lulus sekolah adalah bekerja dan telah memahami kompetensi keahliannya secara mendalam.



Read More »
08 September | 0komentar

Kumpulan Tugas Demontrasi Kontekstual

Dalam demonstrasi kontekstual, calon guru penggerak diminta untuk membuat sebuah rencana penerapan materi yang dipelajari di sekolah. Calon guru penggerak diminta membuat artikel, video, komik, poster, lagu, puisi, dan sebagainya. Tugas Demontrasi Kontekstual CGP

Tabel Kumpulan Tugas Demontrasi Kontekstual CGP

No
Demontrasi Kontekstual Modul
Link
1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
a. Modul 1.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak Link
c. Modul 1.3. Visi-Misi CGP Link
d. Modul 1.4. Budaya Positif,Keyakinan Kelas dsb Link
2 Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
a. Modul 2.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 2.2 : Pembelajaran Berdiferensiasi yang Berpihak pada Murid Link
c. Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik Link
3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
a. Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Link
b. Modul 3.2.Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Link
c. Modul 3.3.Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, student Agency Link

Read More »
07 September | 0komentar

Tugas Demontrasi Kontekstual Modul 2.2 CGP : RPP Berdiferensiasi


  1. Membuat RPP /encana pembelajaran untuk salah satu mata pelajaran, atau sesi pembelajaran dalam konteks pembelajaran daring (online learning) 
  2. Pastikan rencana pembelajaran tersebut: 
  • Dibuat dengan menganalisis kebutuhan belajar murid terlebih dahulu. 
  • Menggambarkan penerapan salah satu dari diferensiasi konten, proses atau produk sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan belajar murid.

Buka RPP Berdiferensiasi


Read More »
05 September | 0komentar

Tugas Demontrasi Kontekstual Modul 1.1 CGP


Tujuan Pembelajaran Khusus: 
Peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll). 
Pada kegiatan demontrasi Kontekstual ini kita mendesain sebuah strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - ‘Pendidikan yang Berpihak pada Murid’ - dalam bentuk video pendek dipublikasikan sebagai wujud pemahaman, pemaknaan dan penghayatan yang dipraktekkan dari pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara.
Video ini menjadi sebuah demonstrasi kontekstual bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dan diterapkan di kelas dan sekolah Membuat video untuk mendemontrasikan Kontekstualisasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Link Youtube : https://youtu.be/cU8szG0R86o

Read More »
05 September | 0komentar

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3.2

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 3.2 
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Oleh Sarastiana,SPd CGP Angkatan 6 
Kab. Purbalingga

Materi dan kegiatan pada modul ini mengajarkan bagaimana mengelola kekuatan dan aset yang dimiliki sekolah untuk mendukung pembelajaran yang berpihak pada murid. Refleksi Modul 3.2 menggunakan model 4F (Facts, Feeling, Finding, Future).
1. Facts (Peristiwa)
Senin, 13 Februari 2023 - Mulai dari diri dan Ekplorasi konsep mandiri dimulai dengan mengingat kembali faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. CGP diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk mengaktifkan ulang pengetahuan awal Anda tentang ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Disamping itu CGP juga diminta mengisi 11 komentar pada kegiatan ekplorasi konsep – forum diskusi. Kamis, 16 Februari 2023 adalah jadwal Ekplorasi konsep - forum diskusi. 
Di menu ini CGP diminta untuk melihat ulang jawaban dari pertanyaan pemantik sebelumnya. Selanjutnya CGP diminta menjawab pertanyaan yang disajikan. CGP diminta untuk menanggapi 2 studi kasus dengan cara menghubungkan dengan materi pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset, serta Pengembangan Komunitas Berbasis Aset. Jumat, 17 Februari 2023 
Ruang Kolaborasi pertama. 
Setelah sebelumya kami diminta untuk berbagi dalam kelompok. kelompok tersebut terdiri atas 3-4 anggota. Masing-masing kelompok terdiri atas guru dengan jenjang yang berbeda namun berasal dari daerah yang sama atau berdekatan. Selanjutnya kami menentukan daerah sesuai dengan kondisi lingkungan yang serupa pada masing-masing peserta CGP. Dari masing-masing sumber daya tersebut, setiap kelompok akan membuat identifikasi aset/modal apa yang dimiliki oleh daerahnya dan menuliskan apa atau bagaimana pemanfataannya untuk dipresentasikan pada keesokan harinya. Selasa, 21 Februari 2023 adalah jadwal ruang kolaborasi babak kedua. 
Disini kami mempresentasikan hasil diskusi tentang aset yang ada didaerah kami secara bergantian. CGP dari kelompok lain menanggapi dengan memberian saran atau bertanya untuk memperbaiki hasil diskusi yang sudah dipresentasikan. Kegitan ditutup dengan mengunggah hasil diskusi ke LMS. Hari Selasa, 21 Februari 2023 saatnya Demonstrasi Kontekstual. Dalam sesi ini kami diminta untuk menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang disajikan. Identifikasii yang CGP lakukan disajikan dalam kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada. 
Dari tayangan video tersebut akhirnya CGP dapat mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran yang ada dalam video. 
Hari Kamis, 23 Februari 2023 saatnya berjumpa dengan instruktur dalam Elaborasi Pemahaman. Selama kurang lebih dua setengah jam, Mendapatkan materi dan penjelasan lebih dari instruktur untuk menambah pemahaman saya mengenai Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Sungguh pengalaman yang luar biasa. 
Hari Jumat, 24 Februari 2023 adalah jadwalnya Koneksi Antar Materi. Dalam koneksi antar materi ini saya diminta membuat kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Di koneksi antar materi ini saya juga diminta pengkaitkan hubungan materi pada modul 3.2. dengan modul – modul sebelumnya. 
Hari Senin, 27 Februari 2023 saatnya aksi nyata. Disini saya diminta untuk mengidentifikasi secara kolaboratif bersama warga sekolah lainnya tentang aset/kekuatan/sumber daya yang dimiliki sekolah. Dengan melampirkan beberapa dokumen seperti: notulen pertemuan (mencakup siapa yang berbicara dan ide yang disampaikan, berikut kesimpulan pertemuan), foto proses pertemuan hasil pemetaan aset.
2. FEELING (PERASAAN)
Setelah saya mempelajari modul 3.2. ini saya merasa senang karena menjadi orang yang beruntung dan bisa bergabung dalam komunitas yang seindah ini. Karena melalui kegiatan ini saya jadi tahu bagaimana menjadi pemimpin yang mampu mengelola Sumber Daya yang ada di sekolah. Hal ini ridak hanya berguna bagi saya, namun berguna juga bagi murid, teman sejawat, kepala sekolah dan orang – orang di sekitar saya.
3. FINDING (PEMBELAJARAN)
Banyak hal – hal positif yang saya temukan dan pelajari dalam proses mengikuti pendidikan CGP utamanya di modul 3.2 ini. Karena di modul ini saya belajar apa itu sekolah sebagai sebuah ekosistem, pendekatan berbasis kekurangan dan kelebihan, pendekatan ABCD, mengetahui karakteristik komunitas yang sehat, dan bagaimana mengelola aset – aset dalam sebuah komunitas. Dari beberapa materi ini saya belajar bagaimana mengelola kekuatan atau aset yang dimiliki sebuah komunitas dalam satu ekosistem yang mampu memberdayakan komunitas itu sendiri.
4. FUTURE (PENERAPAN)
Setelah Setelah mempelajari keterampilan Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, kedepannya saya akan mencoba menerapkan dalam situasi nyata yang saya temukan saat saya menjalankan tugas sebagai pendidik. Bukan hanya untuk saya tapi saya akan menularkannya pada murid, teman sejawat, kepala sekolah dan orang – orang disekitar saya. Selanjutnya setelah saya mampu menerapkannya dalam situasi nyata saya akan melakukan refleksi dan kolaborasi untuk terus meningkatkan keterampilan saya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki komunitas meskipun saat ini saya belum menjadi pemimpin komunita stersebut. 
Demikian refleksi dari perasaan saya selama mempelajari modul 3.2 yang coba saya ungkapkan dalam jurnal ini. Semoga jurnal ini dapat mengispirasi dan dapat memberikan manfaat orang lain. Terakhir saya minta maaf apabila dalam penulisan jurnal ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.

Read More »
29 August | 0komentar

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3.1


REFLEKSI MODUL 3.1 Refleksi minggu ini saya akan menuliskan apa yang telah saya lakukan dan saya alami selama satu minggu , apa yang menarik buat saya kemudian rencana selanjutnya yang akan saya lakukan dalam minggu selanjutnya jurnal refleksi minggu ini saya menggunakan model I yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) atau 4P yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.
1. Facts (Peristiwa)
Alhamdulillah minggu ini masih diberikan kesehatan sehingga masih bisa mengikuti pendidikan Guru penggerak.Hari Senin dan Selasa 1 Februari 2023 adalah tahap alur mulai dari diri, eksplorasi konsep di LMS. Rabu 6 dan 7 bersama teman CGP melaksanakan diskusi ruang kolaborasi. Pendampingan Individu ke 4 dilaksanakan pada Sabtu, 24 Februari 2023 dengan agenda praktik pembelajaran KSE. Sebelumnya melakukan Demontrasi kontekstual dilaksanakan pada 20 Februari dengan kegiatan mewawancarai Kepala Sekolah dan SPMI untuk merefleksi langkah pengambilan keputusan. Sesi Elaborasi dan Koneksi antar materi dilaksanakan Hari Jumat 10 Februari 2023, bersama instruktur Wahyu Ekawati,MPd.
2. Perasaan
Yang saya rasakan ketika saya melalui dua minggu ini adalah merasa tertantang untuk terus bersemangat mempelajari modul 3.1. Tantangan ketika mengerjakan tugas demonstrasi Kontekstual begitu tinggi ketika harus mempraktikkan wawancara dengan kepala sekolah. . Alhamdilillah karena teman teman yang sangat solid dalam berkolaborasi di ruang kolaborasi maka kegiatan terlaksana dengan lancar dan bisa mengunggah tugas sebelum due date.
3. Pembelajaran
Di minggu ini banyak sekali pembelajaran yang dapat saya ambil untuk modul 3.1 diantaranya adalah sebagai berikut: Secara umum ada POLA, MODEL, ATAU PARADIGMA yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 
1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. 
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. 
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. 

PRINSIP BERPIKIR PENYELESAIAN DILEMMA ETIKA 
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. 

PENGAMBILAN PENGUJIAN KEPUTUSAN 
Terdapat 9 langkah yang harus dilakukan untuk pengambilan keputusan dan pengujian keputusan 
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 
2. menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 
3. mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini 
4. pengujian benar dan salah 
  • uji legal adalah apakah ada pelanggaran hukum dalam situasi tersebut 
  • uji regulasi atau standar profesional adakah pelanggaran kode etik atau peraturan etik di dalam situasi ini 
  • uji intuisi yaitu mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dalam situasi ini 
  • uji publikasi yaitu apakah yang akan kita rasakan jika keputusan ini di publikasikan 
  • uji panutan atau idola yaitu kita membayangkan apa yang dilakukan oleh seseorang yang kita idolakan 

Dari ketiga prinsip pengujian ada yang memiliki korelasi dalam prinsip pengambilan keputusan yaitu :
  •  uji intuisi berhubungan erat dengan berpikir berbasis peraturan yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam 
  • uji publikasi sebaliknya berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir yang mementingkan hasil akhir 
  • uji panutan atau idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta kita untuk meletakkan diri kita pada posisi orang lain 
5. Pengujian paradigma benar lawan salah 
  • Paradigma benar dan salah terdiri dari 
  • Individu lawan kelompok 
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan 
  • Kebenaran lawan kesetiaan 
  • Jangka pendek lawan jangka panjang 

6. Melakukan prinsip resolusi 
Yaitu menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema mana yang harus kita pakai apakah berpikir berbasis hasil ataukah, berpikir berbasis peraturan, ataukah berpikir berbasis rasa peduli. 
7. Investigasi opsi trilema dalam pengambilan keputusan seringkali ada dua pilihan yang sudah kita pilih namun terkadang kita juga memerlukan opsi lain di luar dua pilihan tersebut kita bertanya pada diri kita apakah ada cara yang berkompromi dalam situasi ini sehingga memunculkan pilihan baru itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema 
8. Buat keputusan 
9. Melihat lagi apakah keputusan itu sudah benar dan merefleksikannya
4. Penerapan ke depan ( Rencana)
Penerapan kedepan adalah saya akan memperdalam cara cara pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berdasarkan nilai nilaikebajikan universal berdasarkan 4 pradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

Read More »
28 August | 0komentar

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.3 : Coaching



Pada modul 2.3 ini, saya merefleksikan hasil dari kegiatan yang saya ikuti di LMS ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi dwi minggu ini membahas materi pada Modul 2.3 tentang Coaching. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media yang mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi yang saya pakai adalah Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) Kali ini saya akan coba merefleksi pembelajaran dan aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan di Learning Management System (LMS). Kegiatan dimulai dari modul 2.3 sampai post tes modul 2.
1. Facts (Peristiwa)
Di minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yaitu diawali mulai dari 2.3 mulai dari diri diana saya membuat blog yang berisikan jawaban dari pertanyaan pemantik yang diberikan untuk merefleksikan diri saya tentang supervise di sekolah saya, kemudian masuk ke eksplorasi konsep, modul 2,3,a,4,1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari system Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervise akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, dibantu dengan video percakapan coaching yang membantu saya memahami tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang coach yang baik. Selanjutnya di modul 2.3.a.4.3 di Bahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching. Alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, diharapkan akan seperti air yang mana komunikasi bisa mengalir, disini juga dibahas tentang inti coaching yaitu presence kehadiran penuh yang terlihat pada coach, dengan memberikan perhatian penuh akan apa yang disampaikan oleh coachee, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi. Diforum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapan pemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi saya berpasangan dengan Bu Carolina melakukakn sebuah percakapan coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tagihan dari LMS, kemudian pada modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, kami dikelompokkan dengan beranggotakan 3 orang (Bu Carolina, saya, dan Bu Helmi, kami membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kami melakukan secara bergiliran, kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi. Selanjutnya saya belajar modul 2.3.a.7 yaitu elaborasi pemahaman bersama Ibu Mulida membahas tentang coaching dan supervisi akademik lebih dalam lagi. Dan kemudian saya membuat koneksi antar materi modul 2.3, dengan memberikan refleksi saya denga napa yang saya dapati dan bagaimana denganrencana dan Langkah ke depannya yang akan saya lakukan, selanjutnya yaitu membuat rancangan aksi nyata yang berkaitan dengan supervise akademik yang dilakukan dengan teman sejawat, dan pada hari jumat, 7 oktober saya melakukan test akhir modul 2.
2. Feelings (Perasaan)
Saya antusias dan sangat semangat mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini, Saya menjadi begitu penasaran di awalnya bagaimana menjadi coach yang baik, dan kemudian merasa senang sekali karena semuanya terjawab di modul ini ditambah dengan beberapa praktik langsung bersama para CGP membuat pemahaman baik tentang modul 2. Dari hasil praktik saya merasa masih banyak kekurangan sehingga merasa bersemangat untuk belajar lagi dan berusaha memahami tentang coaching, bagaimana membuat pertanyaan berbobot, dan bagaimana bersikap sebagai coach yang baik.
3. Findings (Pembelajaran)
Informasi, pengetahuan dan pengalaman baru pada modul 2.3. memberi saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching yang baik dan bagaimana melakukan supervise akademik yang baik yang dapat membantu pengembangan diri rekan sejawat, ada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervise akademik, di modul ini juga saya mencoba merancang sebuah aksi nyata supervisi akademik terhadap rekan sejawat, untuk membantunya mengembangkan kemampuan diri rekan sejawat.
4. Future (Penerapan)
Sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

Read More »
27 August | 0komentar

Jurnal Refleki Dwimingguan Modul 2.1 : Pembelajaran Berdiferensiasi

Konsisten dengan model 4F dalam membuat Jurnal Refleksi Dwi mingguan yaitu: 
1. Fact ( Peristiwa) 
2. Feelin(Perasaan) 
3. Finding(Pembelajaran) 
4. Future( Penerapan) 
Tentang semua hal yang telah dipelajari dalam modul ini. Saya akan mencoba merefleksikan kembali materi dalam modul 2.1 dan merefleksikan hasil dari kegiatan yang ada di LMS. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mengungkapkan perasaan saya, gagasan dan praktik baik yang sudah saya lakukan. 
Mencoba merfekleksikan pembelajaran dan aktivitasnya yang telah saya lakukan dan lewati setiap langkahnya di Learning Mangement System(LMS). Dalam minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang harus saya kerjakan. Pertama diawali dengan Test Awal Paket Modul 2.1 kemudian dilanjutkan dengan aktivitas pembelajaran. 
Modul 2.1.a.3 yaitu: Mulai dari Diri 
Modul 2.1.a. 4 yaitu Eksplorasi Konsep 
Modul 2.1 a. 5.1 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 
Modul 2.1.a 5.2 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 2 Google meet 
Modul 2.1.a.6 yaitu Refleksi Terbimbing 
Modul 2.1.a.7 yaitu tentang Demonstari Kontekstual


1. Facts (Peristiwa)
Aktivitas pertama yaitu dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes awal paket modul 2 dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi Bersama kelompok keesokan harinya dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami mempresentasikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMP. Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman. Saya jadi mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP sesuai mata pelajaran yang kita ampu, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. 
Pertanyaan pemantik yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran berdiferensiasi. Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di sesi ini bagaimana CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi. Aktivitas berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami diminta membuat Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan CGP. Disini, saya membuat RPP berdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau dari Profil Belajarnya.
Dalam mempelajari modul 2.1 ini merupakan serangkaian kelanjutan dari modul sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kegiatan ini diawali dengan Pre Test tanggal 30 Oktober 2022. Kegiatan ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata.
Kegiatan pertama setelah pre test adalah Mulai dari diri yang merupakan langkah awal untuk mempersiapkan diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita seperti apa terhadap modul 2.1 yang kita pelajari, Berdiskusi dengan CGP lainnya dalam Ruang Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberikan masukan yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. 
Saya bersama teman di kelompok berdiskusi tentang skenario jenjang SMP dan kami buat dalam power point. Keesokan harinya saya dan tim dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan umpan balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari hasil umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Setelah elaborasi pemahaman kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran berdiferensiasi berupa RPP mapel yang berdiferensiasi. Setelah demonstrasi kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam setiap bagian modul dengan KOneksi Antar Materi. Stelah koneksi Antar materi (KAN) maka akan kami lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata.
2. PERASAAN/FEELING
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat senang namun penasaran karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang tentu satu sama lain berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga harus harus mengejar ketuntasan belajar. dampak yang ada adalah belum semua murid dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak keberagaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus kita kaitkan dengan nilai-nilai Filososfi Pendidikan menurut KH Dewantara bahwa belajar adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai tujuan belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai macama cara atau metode yang sesuai dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan pembelajaran berdiferensiasi., saya sangat bahagia bisa Menyusun langkah-langkah pembelajran untuk menyelaraskan dengan karakteristik murid. Banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan ini dan siap saya terapkan di kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan disekolah ataupun lingkup yang lebih luas lagi.
3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran berdiferensiasi itu dibuat agar para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti : 1. Kesiapan belajar (Readiness) 2. Minat belajar 3. Profil belajar murid. Kemudian dalam pembelajaran berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa strategi antara lain: 1. Diferensiasi proses 2. Diferensiasi konten 3. Diferensiasi produk Dalam proses penilaian , guru menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya semua murid memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga murid akan mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran. Kali ini saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita menyiapkan pembelajaran dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat agar semua kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.
4. Future ( Penerapan)
Dalam modul ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk menghindari dari pengalaman be3lajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid dan kuang menyenankan. mencoba terapkan di kelas dan imbaskan kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran. Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu dengan asesemen diagnostik non kogitif. 
Data pemetaan ini dapat diperoleh dari data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan di sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah maupun di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan ke arah byang lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi pemimpin.

Read More »
25 August | 0komentar