Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query transfer ilmu. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query transfer ilmu. Sort by date Show all posts

Konser Itu Bernama: "Konser Transfer Knowlegde"



Melekat disebuah institusi sekolah adalah suatu kegiatan pembelajaran. Dari anak yang belum tahu terhadap sesuatu hal menjadi tahu atau memahami terhadap sesuatu hal tersebut. Guru melakukan proses transfer pengetahuan transfer ilmu. Keberhasilannya tentu bisa dipantau melalui tingkat keberhasilannya dari proses komunikasi yang ada. Kegiatan belajar dan mengajar yang tersistem dan terprogram sesuai dengan jadwal pembelajaran.  Dan, komunikasi yang lancar ditengarai mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik. Proses belajar dan mengajar yang terjadi di kelas merupakan proses komunikasi antara Pendidik dan peserta didik.
Sebagai sebuah proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), proses pembelajaran pada kenyataannya tidak hanya tergantung pada penguasaan materi pembelajaran oleh sang pendidik. Pendidik yang menguasai materi pembelajaran secara tuntas bukan sebagai jaminan bahwa proses pembelajarannya akan berhasil. Penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek yang harus dipenuyai oleh seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar dan tidak menjadikan anak didik kebingungan saat menghadapi kesulitan.
Hal yang berperan dalam transfer knowledge di kelas ini adalah komunikasi antara pendidikan dan peserta didik. Sehingga perlu disadari bahwa komunikasi atau bagaimana seorang pendidik mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada anak didik menjadi salah satu kondisi yang sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. 

Pendidik mengkomunikasikan materi dengan baik, maka semakin bagus peserta didik menerima penyampaian materi tersebut tentu akan bermuara pada pemahaman pserta didik. Dalam proses pembelajaran seperti ini tentunya seorang pendidik dapat memperhatikan langkah-langkah konkrit, praktis dan kondisi yang seimbang antara pendidik dan peserta didik. Pendidik pada saat mengajar dan peserta didik belajar, maka perlu untuk menyamakan persepsi terhadap sesuatu materi pembelajaran melalui satu kesatuan sikap dan apresiasi terhadap apa yang dipelajari. 


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai disadur dari http://ahmadnurhidayatarya.blogspot.com/ adalah :
1. Bahwa proses belajar itu proses komunikasi interpersonal 
Ketika suatu proses pembelajaran dilaksanakan, maka pada saat tersebut dua aspek pembelajaran melakukan komunikasi aktif untuk dapat mewujudkan sebuah peristiwa transfer pengetahuan dan keterampilan yang berhasil. Sebagai sebuah proses komunikasi, maka dalam hal ini kita perlu membedakan dua aspek pelaku komunikasi sebagai komunikator dan komunikan. Ada pihak yang berperan sebagai komunikator, ada pihak yang berposisi sebagai komunikan. Guru sebagai komunikator dan anak didik sebagai komunikan. 
Komunikator adalah pihak yang berkepentingan dalam upaya penyampaian materi pembelajaran. Pihak ini berusaha untuk memberikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dia bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan proses sehingga untuk hal tersebut, maka dia akan berusaha untuk dapat menciptakan berbagai konsep dasar yang menunjukkan bagaimana karater mudah agar proses transfer pengetahuan dapat dengan mudah diterima anak didik. Mereka mempunyai konsep bahwa sebenarnya kesulitan pemahaman yang dialami oleh anak didik adalah karena pola komunikasi yang salah. 
Pola komunikasi yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik untuk menerimanya. Sementara itu anak didik adalah pihak yang berperan sebagai komunikan, yaitu pihak yang menerima konsep-konsep yang disampaikan sebagai isi dari proses komunikasi. Anak didik harus dapat memposisikan diri sedemikian rupa sehingga mampu menerima apa yang disampaikan oleh guru (komunikator) agar proses pembelajaran mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkannya. Mereka dapat memperoleh pelajaran. Anak didik haruslah mampu memposisikan dirinya sehingga dapat mengikuti secara runtut apa yang disampaikan oleh guru sebagai informasi pembelajaran. Dengan demikian, maka proses pemelajaran, pemahaman materi serta transfer of knowledge dan skill benar-benar tercapai sebagai wujud proses. 
Seringkali terjadi bahwa proses pembelajaran mengalami kegagalan implementasi adalah karena ketidakmampuan para pelaku pendidikan dalam menerapkan konsep-konsep komunikasi didalam proses pembelajarannya. Mereka hanya memegang konsep bahwa komunikasi yang terjadi ya seperti itulah, dimana guru menjelaskan materi pembelajaran dan anak didik mendengarkan dan mencatat materi tersebut di buku catatannya. Hanya itu, tidak lebih. Padahal, jika kita telaah lebih lanjut sebenarnya pada saat kita melaksanakan proses pembelajaran tersebut, kita seharusnya memperhatikan banyak hal berkaitan dengan konsep-konsep komunikasi terbaik dalam proses pembelajaran. 
Seorang guru harus dapat memilih dan memilah konsep-konsep komunikasi sehingga interaksi di dalam proses pembelajaran dapat berlangsung lancar dan ketercapaian program maksimal. 
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah: 
a. Aspek Sosial 
Bahwa keterhalangan suatu proses komunikasi adalah disebabkan oleh aspek sosial, yaitu kondisi sosial komunikan, anak didik dan kondisi komunikator, guru. Pada saat proses pembelajaran dilaksanakan di dalam kegiatan belajar dan mengajar, maka kita perlu memahami latar belakang kehidupan sosial anak didik. Hal ini agar proses pembelajaran yang diampu dapat mencapai target. Oleh karena itulah guru harus memahami aspek sosial yang melatar belakangi anak didik. Di dalam proses komunikasi pembelajaran terjadi komunikasi yang bersifat interpersonal, artinya terjadi komunikasi antar pribadi, sehingga secara langsung akan bergesekan dengan latar belakang sosial anak didik/ komunikan dan guru/komunikator. Anak didik yang berlatar belakang sosial rendah akan merasakan tekanan spesifik dan signifikan terhadap pola pergaulannya. Walau seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi. Perbedaan latar belakang aspek sosial seringkali menjadi pemicu kegagalan dalam komunikasi pembelajaran yang dilakukan di dalam interaksi edukasi. 
b. Aspek budaya 
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar personal sehingga seringkali terjadi friksi antara pribadi yang akan berakibat pada suasana yang tidak stabil, tergantung pada bagaimana masing-masing pribadi menanggapi kondisinya. Proses pembelajaran sangat berkaitan dengan latar belakang budaya anak didik. Hal ini karena sebenarnya proses pembelajaran merupakan upaya untuk menanamkan konsep kebudayaan pada anak didik, sementara anak didik sendiri sudah mempunyai bekal kebudayaan masing-masing. Jika seorang guru tidak memahami konsep kedubayaan yang menjadi latar belakang hidup anak didik, maka sudah barang tentu akan terjadi benturan yang kuat antara budaya anak dan budaya sekolah. Dan, jika ternyata tidak ada yang berkenan untuk mengalah atau menyesuaikan diri, maka proses komunikasi pembelajaran akan terganggu karenanya. Oleh karena itulah, maka seorang guru harus memahami kondisi latar belakang budaya hidup anak didik jika menginginkan proses komunikasi pembelajaran yang dilakukannya berhasil.setidaknya dengan mengetahui latar belakang budaya anak didik, maka guru dapat menyusun strategi yang tepat dalam pelaksanaan komunikasi antar personal di kelasnya. 
c. Aspek kejiwaan 
Kemampuan seseorang di dalam proses pemahaman konsep sebenarnya tergantung pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Demikian juga di dalam proses pembelajaran, kondisi kejiwaan anak didik sangat berperan dalam kemampuannya menyerap konsep-konsep dan materi pembel-ajaran yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran akan efektif, berhasil guna jika siswa dapat menerima segala penjelasan konsep atau materi pembelajaran secara baik dan menjadikannya sebagai pengalaman hidup serta bekal hidup di masa depannya. kondisi seperti ini hanya dapat dicapai jika sisi kejiwaan anak mampu menerima setiap upaya perubahan terhadap dirinya. Anak yang kondisi jiwanya tidak stabil, akan mengalami kesulitan dalam proses transfer pengetahuan dan sebagainya. Tetapi, anak didik yang stabil dengan sedemikian mudah menerima setiap konsep informasi yang dberikan oleh guru. Oleh karena itulah, maka guru haruslah memahami kondisi kejiwaan anak didik, artinya sudah siapkah anak didik menerima atau menjalani proses pembelajaran. Guru harus dapat melihat secara jelas dan teliti hal-hal yang terjadi dalam jiwa anak didik pada saat-saat tertentu, khususnya saat proses interaksi edukasi dilakukan dalam proses pembelajaran. 

2. Bahwa komunikasi pembelajaran adalah interaksi edukatif 
Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam ruang kelasnya adalah upaya untuk menciptakan hubungan timbak balik (two ways system) sehingga proses akan berlangsung secara dinamis. Kedinamisan sebuah proses pembelajaran sangat diharapkan tercipta agar hasil proses didapatkan secara maksimal. Hubungan antar personal yang terjadi di dalam proses pembelajaran adalah mengarah pada terciptanya hasil yang memberikan kemudahan bagi pelaku proses pembelajaran menyampaikan dan menerima segala informasi pembel-ajaran. 
Bahwa komunikasi yang dibangun di antara personal pembel-ajaran merupakan sebuah interaksi yang bersifat edukatif, artinya apa yang dilaksanakan di dalam interaksi tersebut adalah semata-mata untuk proses pendidikan dan pembelajaran anak didik. Tidak ada kegiatan yang lainnya di dalam proses interaksi pembelajaran. Apapun yang dilakukan oleh personal terkait adalah upaya untuk memperbnaiki kondisi, kualitas pendidikan yang selama ini selalu menjadi kambing hitam kemerosotan nilai diri manusia Indonesia atau SDM. 
Interaksi edukatif yang dimaksudkan merupakan kondisi terbaik agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan dan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa proses yang terjadi di dalam sekolah merupakan implementasi dari tugas dan fungsi yang dibebankan masyarakat kepada sekolah. Oleh karena itulah, maka diharapkan setiap elemen yang bertanggungjawab dalam proses pembelajaran dan pendidikan anak bangsa secara aktif ikut berperan mengambil posisinya. Dalam hal ini, yang termasuk elemen pendidikan adalah keluarga, sekolah (pemerintah), dan masyarakat. Demikianlah betapa sebenarnya keberhasilan dari proses pembelajaran dan pendidikan anak bangsa ini ternyata tidak hanya tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, melainkan juga tergantung pada kemampuan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut. 
Kemampuan menyampaikan materi inilah yang selanjutnya disebut sebagai kemampuan berkomunikasi. Kemampuan guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran sebenar-nya merupakan sdalah satu aspek dari kemampuan guru menyusun startegi pembelajaran dan pengelolaan kelas pembelajarannya. Jika seorang guru mampu menyusun strategi pembelajaran, maka setidaknya dia mampu menyampaikan materi sebagaimana strategi yang diterapkannya. 
Demikian juga dengan kemampuan pengelolaan kelas seorang guru mencerminkan bagaimana guru tersebut menggiring anak didik sehingga merasa tertarik untuk ikut secara aktif dalam proses pembelajarannya. Dan, hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru berkomunikasi dengan anak didik. Oleh karena itulah, maka sebenarnya, seorang guru haruslah dapat mengelola strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengkondisikan interaksi antara guru dan anak didik secara dinamis. Guru haruslah mampu memilih dan memilah teknik-teknik penyampaian informasi efektif sehingga anak didik tidak mengalami kesulitan pada saat mengikuti proses pembelajaran yang diampunya.

Read More »
13 May | 0komentar

Tidak Ada Pola “Mendamaikan” Anak dengan Corona

Anak Berdamai Dengan Corona? Oh Tidak!
Memberlakukan New Normal bagi aspek layanan publik, pemerintah dan ekonomi di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda dari segala aturan yang mengaturnya, sesuai dengan protokol kesehatan akan dapat terlaksana, mungkin tidak terlalu bermasalah. Akan tetapi penerapan New Normal di lingkungan pendidikan terutama pendidikan dasar akan terasa bermasalah dan menuntut kehati-hatian dan perlu kajian dalam pelaksanaannya. 

"Dunia layanan publik bidang pemerintahan, ekonomi, ibadah dan industri yang melibatkan orang dewasa, silakan di new normal. Bidang pendidikan yang melibatkan anak didik, tunggu dulu! Saya lebih setuju anak tetap di rumah dengan pola daring yang diperbaiki. Harus ada pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang lebih efektif, minimal sampai Desember," disampaikan oleh salah satu pengurus PB PGRI, Dudung N Koswara sebagaimana dilangsir di JPNN.com, Selasa (26/5). 

Beberapa tindakan yang harus diselesaikan dahulu adalah menentukan hadirnya kurikulum darurat yang khusus mengadaptasi terhadap pemberlakuan masa darurat pademi ini.Tentunya memperhatikan dan mengevaluasi saat pelaksanaan belajar di rumah yang lalu. Kesehatan bagi anak justru terpenting daripada memaksakan pelaksanaan KBM tetapi terjadi penularan terhadap peserta didik yang lain pasti akan sangat bisa terjadi. 
Alih-alih pelaksanaan transfer ilmu palahan terjadi transfer penyakit. Kita sedang berhadapan dengan penyakit. Sehat adalah utama bagi anak didik. Rumah tetap menjadi area yang aman dan nyaman untuk anak didik. Evaluasi yang mungkin dilakukan pada permasalah yang terjadi saat belajar dirumah seharusnya menjadi prioritas pemerintah, yaitu: 
1. Belum terbiasa belajar madiri karena daring 
2. Kendala akses internet 
3. Jaringan internet terbatas 
4. Kendala Listrik, untuk daerah tertinggal/pedalaman 
5. Kuota internet yang terbatas (siswa/orang tua murid tidak menganggarkan untuk kuota internet) 
6. Fasilitas minim (laptop,HP, gadget) 
7. Lingkungan kurang mendukung/tidak kondusif 
8. Semangat belajar kurang jika sendiri di rumah 
9. Kemampuan dan dukungan orang tua berbeda-beda 

Pemerintah seharusnya fokus pada beberapa masalah di atas jika menginginkan berdamai dengan corona bagi pendidikan. Menyediakan akses internet yang terjangkai bagi rakyat indenesia, dikota di desa dapat mengakses sama. Sebagai salah satu syarat pembelajaran daring. Terkait dengan HP lebih banyak yang memiliki HP dari pada anak yang tidak memiliki. Jika akses internet terutama wifi memadai,pembelajaran daring akan sedikit teratasi.

Jadi Pemerintah jangan mengorbankan anak didik untuk masuk sekolah. Bahwa untuk tranfer ilmu bisa dilakukan lewat virtual. Disinilah peran orang tua diperlukan untuk mengganti peran guru pada motivasi dan fasilitator. Sekolah Ramah untuk Anak terus perlu diwujudkan. Tidak ada spekulasi kesehatan untuk anak didik. Penerapan prosedur kesehatan, shift belajar, mengurangi jam belajar dan segala ikhtiar di luar rumah tidak akan efektif.Disaat istirahat anak akan berkerumun dan melintasi sejumlah ruang publik saat datang dan pulang. Rumah tetap menjadi area yang terbaik bagi anak didik. Anak tidak harus masuk sekolah saat wabah, melainkan sekolah yang harus masuk rumah. 

Solusi 
  • Kurikulum darurat harus dibuatkan. 
  • Anak dibuat belajar di rumah. 
  • Pendidikan jarak jauh, dianggap tidak efektif, suatu yang wajar karena masih gagap dan transisi. 
  • Ke depan segera pemerintah menciptakan kurikulum darurat yang konverhensip 
  • Sekolah Masuk Rumah”. Jangan terbalik, “Anak Masuk Sekolah”. Hari ini anak sudah aman di rumah. 
  • Spekulasi tingkat tinggi bila anak digiring kembali ke sekolah. untuk sekolah hanya 20 anak didik.
  • Pola pendidikan Paket yang sudah berjalan di Indonesia. Ada pola pendidikan persamaan paket B, paket C. Yang kualitas dan legalitas ijazahnya juga sama. 
  • Pola homeschooling dan pendidikan virtual.
  • Akses internet merata (wifi) 


Spekulasi tanggal 15 Juni 2020, anak masuk sekolah seharus dapat ditinjau ulang oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional. Melihat resiko yang bisa didapat oleh anak, resiko tertular dan menularkan lebih besar dari pada manfaat dapat ilmu. Mengabaikan dahulu hak anak untuk belajar untuk mendapatkan kesehatan, terhindar dari terpapar atau memaparkan kepada siswa yang lain. New Normal untuk kehidupan yang melibatkan orang dewasa (45 tahun) mungkin dapat diterapkan tenunya dengan protokol kesehatan. Sebagai upaya menggerakkan roda perekonomian, menghidupkan layanan publik, ekonomi, peribadatan dan kepentingan strategis lainnya. Tidak ada pola “mendamaikan” anak dengan corona 

Referensi: https://www.jpnn.com/news

Read More »
26 May | 3komentar

Sekolah; Pentas Konser Transfer Knowledge


Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki kegiatan untuk melakukan pemahaman dengan kegiatan pembelajaran. Dari anak yang belum tahu terhadap sesuatu hal menjadi tahu atau memahami terhadap sesuatu hal tersebut. Guru melakukan proses tranfer pengetahuan tranfer ilmu.
Proses belajar dan mengajar yang terjadi di kelas merupakan proses komunikasi antara Pendidik dan peserta didik. Kegiatan belajar dan mengajar yang tersistem dan terprogram sesuai dengan jadwal pembelajaran. Keberhasilannya tentu bisa dipantau melalui tingkat keberhasilannya dari proses komunikasi yang ada. Dan, komunikasi yang lancar ditengarai mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh pendidik. 
Sebagai sebuah proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), proses pembelajaran pada kenyataannya tidak hanya tergantung pada penguasaan materi pembelajaran oleh sang pendidik. Pendidik yang menguasai materi pembelajaran secara tuntas bukan sebagai jaminan bahwa proses pembelajarannya akan berhasil. Penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek yang harus dipenuyai oleh seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar dan tidak menjadikan anak didik kebingungan saat menghadapi kesulitan.
Hal yang berperan dalam transfer knowledge di kelas ini adalah komunikasi antara pendidikan dan peserta didik. Sehingga perlu disadari bahwa komunikasi atau bagaimana seorang pendidik mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada anak didik menjadi salah satu kondisi yang sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. 
Pendidik mengkomunikasikan materi dengan baik, maka semakin bagus peserta didik menerima penyampaian materi tersebut tentu akan bermuara pada pemahaman pserta didik. Dalam proses pembelajaran seperti ini tentunya seorang pendidik dapat memperhatikan langkah-langkah konkrit, praktis dan kondisi yang seimbang antara pendidik dan peserta didik. Pendidik pada saat mengajar dan peserta didik belajar, maka perlu untuk menyamakan persepsi terhadap sesuatu materi pembelajaran melalui satu kesatuan sikap dan apresiasi terhadap apa yang dipelajari. 


Beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebagai disadur dari http://ahmadnurhidayatarya.blogspot.com/ adalah :
1. Bahwa proses belajar itu proses komunikasi interpersonal 
Ketika suatu proses pembelajaran dilaksanakan, maka pada saat tersebut dua aspek pembelajaran melakukan komunikasi aktif untuk dapat mewujudkan sebuah peristiwa transfer pengetahuan dan keterampilan yang berhasil. Sebagai sebuah proses komunikasi, maka dalam hal ini kita perlu membedakan dua aspek pelaku komunikasi sebagai komunikator dan komunikan. Ada pihak yang berperan sebagai komunikator, ada pihak yang berposisi sebagai komunikan. Guru sebagai komunikator dan anak didik sebagai komunikan. 
Komunikator adalah pihak yang berkepentingan dalam upaya penyampaian materi pembelajaran. Pihak ini berusaha untuk memberikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dia bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan proses sehingga untuk hal tersebut, maka dia akan berusaha untuk dapat menciptakan berbagai konsep dasar yang menunjukkan bagaimana karater mudah agar proses transfer pengetahuan dapat dengan mudah diterima anak didik. Mereka mempunyai konsep bahwa sebenarnya kesulitan pemahaman yang dialami oleh anak didik adalah karena pola komunikasi yang salah. 
Pola komunikasi yang tidak sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik untuk menerimanya. Sementara itu anak didik adalah pihak yang berperan sebagai komunikan, yaitu pihak yang menerima konsep-konsep yang disampaikan sebagai isi dari proses komunikasi. Anak didik harus dapat memposisikan diri sedemikian rupa sehingga mampu menerima apa yang disampaikan oleh guru (komunikator) agar proses pembelajaran mencapai keberhasilan sebagaimana yang diinginkannya. Mereka dapat memperoleh pelajaran. Anak didik haruslah mampu memposisikan dirinya sehingga dapat mengikuti secara runtut apa yang disampaikan oleh guru sebagai informasi pembelajaran. Dengan demikian, maka proses pemelajaran, pemahaman materi serta transfer of knowledge dan skill benar-benar tercapai sebagai wujud proses. 
Seringkali terjadi bahwa proses pembelajaran mengalami kegagalan implementasi adalah karena ketidakmampuan para pelaku pendidikan dalam menerapkan konsep-konsep komunikasi didalam proses pembelajarannya. Mereka hanya memegang konsep bahwa komunikasi yang terjadi ya seperti itulah, dimana guru menjelaskan materi pembelajaran dan anak didik mendengarkan dan mencatat materi tersebut di buku catatannya. Hanya itu, tidak lebih. Padahal, jika kita telaah lebih lanjut sebenarnya pada saat kita melaksanakan proses pembelajaran tersebut, kita seharusnya memperhatikan banyak hal berkaitan dengan konsep-konsep komunikasi terbaik dalam proses pembelajaran. 
Seorang guru harus dapat memilih dan memilah konsep-konsep komunikasi sehingga interaksi di dalam proses pembelajaran dapat berlangsung lancar dan ketercapaian program maksimal. 
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah: 
a. Aspek Sosial 
Bahwa keterhalangan suatu proses komunikasi adalah disebabkan oleh aspek sosial, yaitu kondisi sosial komunikan, anak didik dan kondisi komunikator, guru. Pada saat proses pembelajaran dilaksanakan di dalam kegiatan belajar dan mengajar, maka kita perlu memahami latar belakang kehidupan sosial anak didik. Hal ini agar proses pembelajaran yang diampu dapat mencapai target. Oleh karena itulah guru harus memahami aspek sosial yang melatar belakangi anak didik. Di dalam proses komunikasi pembelajaran terjadi komunikasi yang bersifat interpersonal, artinya terjadi komunikasi antar pribadi, sehingga secara langsung akan bergesekan dengan latar belakang sosial anak didik/ komunikan dan guru/komunikator. Anak didik yang berlatar belakang sosial rendah akan merasakan tekanan spesifik dan signifikan terhadap pola pergaulannya. Walau seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi. Perbedaan latar belakang aspek sosial seringkali menjadi pemicu kegagalan dalam komunikasi pembelajaran yang dilakukan di dalam interaksi edukasi. 
b. Aspek budaya 
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar personal sehingga seringkali terjadi friksi antara pribadi yang akan berakibat pada suasana yang tidak stabil, tergantung pada bagaimana masing-masing pribadi menanggapi kondisinya. Proses pembelajaran sangat berkaitan dengan latar belakang budaya anak didik. Hal ini karena sebenarnya proses pembelajaran merupakan upaya untuk menanamkan konsep kebudayaan pada anak didik, sementara anak didik sendiri sudah mempunyai bekal kebudayaan masing-masing. Jika seorang guru tidak memahami konsep kedubayaan yang menjadi latar belakang hidup anak didik, maka sudah barang tentu akan terjadi benturan yang kuat antara budaya anak dan budaya sekolah. Dan, jika ternyata tidak ada yang berkenan untuk mengalah atau menyesuaikan diri, maka proses komunikasi pembelajaran akan terganggu karenanya. Oleh karena itulah, maka seorang guru harus memahami kondisi latar belakang budaya hidup anak didik jika menginginkan proses komunikasi pembelajaran yang dilakukannya berhasil.setidaknya dengan mengetahui latar belakang budaya anak didik, maka guru dapat menyusun strategi yang tepat dalam pelaksanaan komunikasi antar personal di kelasnya. 
c. Aspek kejiwaan 
Kemampuan seseorang di dalam proses pemahaman konsep sebenarnya tergantung pada kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Demikian juga di dalam proses pembelajaran, kondisi kejiwaan anak didik sangat berperan dalam kemampuannya menyerap konsep-konsep dan materi pembel-ajaran yang diberikan oleh guru. Proses pembelajaran akan efektif, berhasil guna jika siswa dapat menerima segala penjelasan konsep atau materi pembelajaran secara baik dan menjadikannya sebagai pengalaman hidup serta bekal hidup di masa depannya. kondisi seperti ini hanya dapat dicapai jika sisi kejiwaan anak mampu menerima setiap upaya perubahan terhadap dirinya. Anak yang kondisi jiwanya tidak stabil, akan mengalami kesulitan dalam proses transfer pengetahuan dan sebagainya. Tetapi, anak didik yang stabil dengan sedemikian mudah menerima setiap konsep informasi yang dberikan oleh guru. Oleh karena itulah, maka guru haruslah memahami kondisi kejiwaan anak didik, artinya sudah siapkah anak didik menerima atau menjalani proses pembelajaran. Guru harus dapat melihat secara jelas dan teliti hal-hal yang terjadi dalam jiwa anak didik pada saat-saat tertentu, khususnya saat proses interaksi edukasi dilakukan dalam proses pembelajaran. 

2. Bahwa komunikasi pembelajaran adalah interaksi edukatif 
Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di dalam ruang kelasnya adalah upaya untuk menciptakan hubungan timbak balik (two ways system) sehingga proses akan berlangsung secara dinamis. Kedinamisan sebuah proses pembelajaran sangat diharapkan tercipta agar hasil proses didapatkan secara maksimal. Hubungan antar personal yang terjadi di dalam proses pembelajaran adalah mengarah pada terciptanya hasil yang memberikan kemudahan bagi pelaku proses pembelajaran menyampaikan dan menerima segala informasi pembel-ajaran. 
Bahwa komunikasi yang dibangun di antara personal pembel-ajaran merupakan sebuah interaksi yang bersifat edukatif, artinya apa yang dilaksanakan di dalam interaksi tersebut adalah semata-mata untuk proses pendidikan dan pembelajaran anak didik. Tidak ada kegiatan yang lainnya di dalam proses interaksi pembelajaran. Apapun yang dilakukan oleh personal terkait adalah upaya untuk memperbnaiki kondisi, kualitas pendidikan yang selama ini selalu menjadi kambing hitam kemerosotan nilai diri manusia Indonesia atau SDM. 
Interaksi edukatif yang dimaksudkan merupakan kondisi terbaik agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan dan membuktikan kepada masyarakat luas bahwa proses yang terjadi di dalam sekolah merupakan implementasi dari tugas dan fungsi yang dibebankan masyarakat kepada sekolah. Oleh karena itulah, maka diharapkan setiap elemen yang bertanggungjawab dalam proses pembelajaran dan pendidikan anak bangsa secara aktif ikut berperan mengambil posisinya. Dalam hal ini, yang termasuk elemen pendidikan adalah keluarga, sekolah (pemerintah), dan masyarakat. Demikianlah betapa sebenarnya keberhasilan dari proses pembelajaran dan pendidikan anak bangsa ini ternyata tidak hanya tergantung pada kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran, melainkan juga tergantung pada kemampuan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut. 
Kemampuan menyampaikan materi inilah yang selanjutnya disebut sebagai kemampuan berkomunikasi. Kemampuan guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran sebenar-nya merupakan sdalah satu aspek dari kemampuan guru menyusun startegi pembelajaran dan pengelolaan kelas pembelajarannya. Jika seorang guru mampu menyusun strategi pembelajaran, maka setidaknya dia mampu menyampaikan materi sebagaimana strategi yang diterapkannya. 
Demikian juga dengan kemampuan pengelolaan kelas seorang guru mencerminkan bagaimana guru tersebut menggiring anak didik sehingga merasa tertarik untuk ikut secara aktif dalam proses pembelajarannya. Dan, hal ini tidak terlepas dari kemampuan guru berkomunikasi dengan anak didik. Oleh karena itulah, maka sebenarnya, seorang guru haruslah dapat mengelola strategi-strategi yang memungkinkan untuk mengkondisikan interaksi antara guru dan anak didik secara dinamis. Guru haruslah mampu memilih dan memilah teknik-teknik penyampaian informasi efektif sehingga anak didik tidak mengalami kesulitan pada saat mengikuti proses pembelajaran yang diampunya.

Read More »
19 January | 2komentar

Aksi Nyata Bukan Aksi Abu-abu

Bapak Ibu Guru selamat berakhir pekan, dalam falsafah Jawa, terdapat pepatah yg berbunyi "ilmu iku kelakone kanthi laku" yg bermakna bahwa ilmu didapatkan melalui praktik. Pepatah ini sangat sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang "3 Nga" yaitu Ngerti, Ngrasa, dan Nglakoni. Ngerti berarti memahami suatu konsep atau pengetahuan, Ngrasa adalah kemampuan untuk merasakan / menyadari esensi dari pengetahuan tersebut, dan Nglakoni adalah melakukan atau mempraktikkan apa yg telah dipahami & dirasakan. 
Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan yg efektif tidak hanya berhenti pada tahap menghapal atau memahami teori, tetapi harus dilanjutkan dengan pengalaman nyata yang memberikan pemahaman lebih mendalam & bermakna. Pembelajaran yg baik adalah pembelajaran yg melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. 
Guru tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai fasilitator yg membantu anak didiknya untuk mengalami dan mengaplikasikan pengetahuan yg mereka peroleh. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menjadi solusi bagi diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, kita sebagai guru diharapkan tidak hanya fokus pada transfer pengetahuan secara verbal atau tekstual, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pembelajaran berbasis pengalaman ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berinovasi. Dengan cara ini, mereka dapat tumbuh menjadi individu yg bermanfaat bagi masyarakat dan mampu mencapai potensi terbaik mereka. Falsafah "ilmu iku kelakone kanthi laku" mengajarkan kita bahwa ilmu sejati adalah ilmu yang diwujudkan dalam tindakan nyata (aksi nyata bukan aksi ghoib). Dalam konteks pendidikan, ini berarti bahwa proses pembelajaran harus melibatkan 3-si (aksi, refleksi, dan aplikasi). 
Melalui pendekatan ini, anak kita tidak hanya menjadi pengetahuan pasif, tetapi juga aktif yang mampu membuat perubahan positif dalam kehidupan mereka & komunitasnya. Mereka menjadi manusia yang bisa bermanfaat bagi sesama. Itulah salah satu puncak kebahagiaan karena menjadi versi terbaik manusia.
Dari : Grup WA GSM Purbalingga

Read More »
28 July | 0komentar

Refleksi Modul 1, 2 dan 3 Guru Penggerak


Refleksi akhir berkaitan rangkaian pembelajaran modul Calon Guru Penggerak (CGP) adalah melakukan refleksi keseluruhan modul. Modul  pada program guru penggerak terdiri dari/ meliputi Modul 1 yang terdiri dari Modul 1.1, Modul 1.2. Modul 1.3, Modul 1.4, Modul 2 yang terdiri dari Modul 2.1, Modul 2.2, Modul 2.3, dan Modul 3 yang terdiri dari Modul 3.1, Modul 3.2, dan Modul 3.3 modul pada program pendidikan guru penggerak angkatan 6 yang dimulai pada tanggal 24 Agustus 2022. Merefleksikan dengan menggunakan model 4 F (Fact, Feeling, Finding dan Future). 


Fact (Peristiwa) 
Aktivitas pembelajaran diawali mulai Modul 1.1 hingga modul 3.3. Alur pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan guru penggerak ini menggunakan alur MERDEKA yaitu  Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antar Materi; dan ditutup dengan Aksi Nyata. 

Modul 1.1 
Tentang paradigma dan memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Melakukan refleksi terhadap hubungan nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan pada saat ini. 
Modul 1.2 
Mempelajari tentang nilai dan peran guru penggerak. 
Modul 1.3 
Mempelajari visi guru penggerak dengan menerapkan prakarsa perubahan menggunakan model BAGJA kemudian saya mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan. 
Modul 1.4 
Mempelajari bagaimana membangun budaya positif di sekolah. 

Modul 2 yaitu tentang praktik pembelajaran yang berpihak pada murid. 
Modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi yang terbagi menjadi tiga yakni diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Tujuan dari pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk mengakomodasi kebutuhan belajar siswa yang berbeda. 
Modul 2.2 
Mempelajari pembelajaran sosial emosional diharapkan saya mampu mengelola emosi dan mengembangkan keterampilan sosial yang menunjang pembelajaran. Kemudian yang terakhir 
Modul 2.3 
Melakukan praktik komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar seorang coach serta menerapkan praktik coaching sebagai pemimpin pembelajaran. 
Pada modul 3 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah dimulai dari 
Modul 3.1 
Melakukan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. 
Modul 3.2 
Tentang pengelolaan sumber daya di sekolah meliputi pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, waktu, dan sarana prasarana, agama dan budaya, politik yang dimiliki oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada murid. 
Modul 3.3. 
Tentang program yang berdampak positif pada murid dengan cara mengembangkan kegiatan berkala seperti membuat program yang berdampak positif pada murid, memfasilitasi komunikasi murid, orangtua dan guru serta menyediakan peran bagi orangtua terlibat dalam proses belajar yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. 


Feeling (Perasaan) 
Perasaan saya peroleh setelah mengikuti program pendidikan guru penggerak ini tertantang untuk mengimplementasikan aksi nyata dengan merubah paradigma berpikir saya selama ini tentang pendidikan. Pendidikan bukan hanya transfer ilmu, melainkan menuntun anak untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya. Selain itu pada pendidikan guru penggerak mendapat banyak ilmu baru. Bagaimana saya melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir kebutuhan murid yang beragam. Bagiamana saya membangun budaya positif. Bagaimana cara mengambil keputusan pada kasus dilema etika, bagaimana cara supervisi akademik yang baik yang menggunakan praktek coaching. Serta bagaimana saya bisa membuat program-program yang berdampak positif pada murid dengan memaksimalkan semua aset yang ada di sekolah. 


Finding (Pembelajaran) 
Pengetahuan dan pengalaman luar biasa yang saya terima sebagai calon guru penggerak pemimpin pembelajaran. Salah satu aplikasi nyata bagaimana seorang guru harus menghamba pada anak adalah mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi terhadap pelaksanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pembelajaran yang mengakomodir seluruh kebutuhan peserta didik dari minat, kesiapan belajar dan profil belajar peserta didik. Saya belajar mengenai cara memberdayakan potensi murid melalui coaching. Mengubah paradigma berpikir saya dari pemikiran berbasis kekurangan menjadi berbasis kekuatan atau aset. Belajar mengambil keputusan berdasarkan 3 prinsip 4 paradigma dan 9 langkah pengambilan keputusan.Belajar cara melibatkan murid dalam penyusunan program. 


Future (Penerapan) 
Setelah mempelajari modul 1 hingga modul 3, saya akan melatih diri saya secara terus menerus dengan teknik teknik yang ada dalam modul sehingga menjadi cakap. Tak hanya itu saya juga akan mencoba mengenal dan menganalisis aset, kekuatan, potensi yang dimiliki sekolah maupun yang ada di sekitar sekolah untuk dapat diberdayakan untuk pengembangan sekolah kedepannya. Memanfaatkan aset sekolah secara maksimal untuk dapat digunakan dalam pembelajaran supaya bisa menggali potensi murid. Mencoba berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk dapat menerapkan pendekatan berbasis aset atau kekuatan sehingga dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan pendidikan khususnya di sekolah saya. Selain itu saya akan terus belajar dan menganalisis tentang program-program yang berdampak positif pada murid. Kemudian saya akan membagikan praktek baik kepada rekan sejawat tentang kepemimpinan murid dan berkolaborasi dengan teman CGP lainnya, kepala sekolah, komunitas praktisi, dan sebagainya dalam menyusun dan membantu melaksanakan program yang berdampak positif pada murid. Serta saya akan selalu berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik yang tentunya dengan tujuan murid akan mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya menjadi murid merdeka sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Read More »
08 May | 0komentar

Guru Bukan Hanya Profesi, Tetapi Posisi Hati

Di tengah tuntutan kurikulum, administrasi, dan target pencapaian akademik, kita sering kali lupa akan inti sesungguhnya dari profesi guru. Guru bukan sekadar penyampai materi pelajaran, bukan pula hanya pengawas di ruang kelas. Lebih dari itu, guru adalah sebuah posisi hati. Sebuah panggilan yang menuntut lebih dari sekadar keahlian, melainkan juga kepekaan, kesabaran, dan empati yang tak terbatas.
Refleksi ini sering kali muncul saat kita menyaksikan kisah-kisah luar biasa di mana seorang guru mampu menembus tembok pertahanan seorang anak. Ada kalanya, anak didik yang datang ke sekolah membawa beban yang tak terlihat: keresahan, kebingungan, atau bahkan rasa putus asa. Mereka mungkin menunjukkan perilaku yang menantang, menarik diri, atau sekadar tampak "tersesat" dalam dunianya sendiri, tidak tahu arah dan tujuan.
Namun, di sinilah keajaiban posisi hati seorang guru bekerja. Guru yang memahami bahwa pendidikan adalah proses menyeluruh, bukan hanya transfer ilmu, akan melihat lebih dari sekadar nilai ujian atau perilaku di permukaan. Ia akan melihat jiwa di balik mata yang kosong, potensi di balik sikap menantang, dan kerinduan untuk dipahami di balik setiap tindakan.
Guru semacam ini tidak menyerah. Ketika anak lain mungkin dicap "bermasalah" atau "sulit diatur," guru dengan "posisi hati" akan memilih untuk membuka diri. Mereka mencoba berbagai pendekatan, mendengarkan tanpa menghakimi, dan menawarkan ruang aman yang sering kali tidak ditemukan anak di tempat lain. Mereka mungkin berbicara dari hati ke hati, mencari tahu akar masalah, atau sekadar memberikan perhatian tulus yang belum pernah diterima anak tersebut.
Dan saat guru itu berhasil membuka dirinya, keajaiban pun terjadi: anak itu terbuka juga. Seolah-olah, ada pintu yang terkunci rapat tiba-tiba terbuka karena sentuhan kunci yang tepat. Anak yang sebelumnya tertutup, yang mungkin merasa tidak ada yang peduli, akhirnya merasa dilihat, didengar, dan dihargai. Mereka mulai percaya. Mereka mulai berbagi. Dan dalam prosesnya, mereka mulai menemukan jalan pulang-pulang ke dirinya sendiri, pulang ke jalur pendidikan, dan pulang ke potensi terbaik mereka.
Anak yang sebelumnya tersesat, akhirnya pulang. Kisah-kisah ini bukan fiksi. Ini adalah realitas yang terjadi di berbagai sudut sekolah. Seorang anak yang nyaris putus sekolah, seorang remaja yang terjerat masalah sosial, atau seorang murid yang kehilangan motivasi belajar, bisa saja kembali menemukan arah hanya karena satu guru yang memutuskan tidak menyerah. Satu guru yang melihat jauh melampaui kurikulum, jauh melampaui kewajiban formal, dan melihat setiap anak sebagai individu yang berharga.
Dan siapa tahu, dunia anak itu berubah cuma karena satu guru yang memutuskan nggak menyerah. Dampaknya bisa begitu masif dan berjangka panjang. 
Anak yang dulunya "tersesat" kini mungkin menjadi pribadi yang sukses, mandiri, dan bahkan mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya. Semua bermula dari satu hati yang terbuka, satu tangan yang terulur, dan satu keyakinan bahwa setiap anak layak mendapatkan kesempatan kedua, atau bahkan ketiga, untuk menemukan jalannya.
Maka, mari kita renungkan kembali. Profesi guru memang mulia, tetapi esensinya terletak pada posisi hati. Ini adalah pengingat bahwa di tengah hiruk-pikuk tuntutan akademik, sentuhan manusiawi, empati, dan kegigihan seorang guru adalah aset paling berharga dalam membentuk masa depan generasi. Mari kita hargai dan dukung para guru yang berjuang dari "posisi hati" ini, karena merekalah pahlawan sejati yang mampu memulangkan jiwa-jiwa yang tersesat.

Read More »
31 July | 0komentar

3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 3.1


Pendidikan Guru penggerak Angkatan 6 pada saat ini, bulan Februari 2023 sampai pada tugas 3.1.a.8 Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Pada koneksi antar materi di modul 3 ini tentu saya harus merefleksi kebelakang padaa modul-modul terdahulu. Tentunya semua ilmu-ilmu yang sudah didapat tersebut akan sangat berguna dan bermanfaat untuk mewujudkan merdeka belajar. 

Judul Materi Modul Pendidikan Guru Penggerak: 

Dari table dapat dilihat tema dari masing-masing modul dan bagaimana koneksinya dari modul-modul yang telah di pelajari? Modul 1. Paradigma dan Visi Guru Penggerak. Modul 1.1. filosofi pendidikan yang disampaikan oleh bapak pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Beliau menyampaikan bahwa pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 
Di dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin (guru) harus menerapkan sistem among (menuntun) agar mampu mendorong tumbuh kembangnya potensi siswa. Modul 1.2. Nilai dan peran guru penggerak. Modul 1.3. Visi Guru Penggerak. Modul 1.4. Budaya Positif Modul 2 membahas tentang pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Modul.Modul 2.1. Pembelajaran yang berdiferensiasi. Modul 2.2. Pembelajaran Sosial dan Emosional. Modul 2.3. Coaching untuk supervise akademik. 
Sesuai dengan yang tertera di dalam LMS bahwa dalam membuat koneksi antar materi pada modul 3.1 ini berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan berikut: 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara tentang triloka berpengaruh terhadap proses seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantoro dan sampai menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Filosofi ini jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Transfer nilai -nilai kebajikan dapat kepada siswa secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan berpihak kepada murid. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 
Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama, kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? 
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya Setelah mengikuti modul 2 tentu CGP sebagai pendidik memiliki keterampilan coaching. Salah satu kompetensi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan Tirta dan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Pada coaching seorang coaching tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Menggali dengan pertanyaan-pertanyaan agar coachee melakukan Analisa jawaban sebagai sebuah pemecahan masalah. Keputusan yang diambil telah efektif terbukti dari apayang dilakukan coachee menemukan sendiri hambatan-hambatannya. Hambatan selama PBM. Bahwa terdapat pertanyaan dalam diri tentu ada misalkan apakah benar tadi menyampaikan pertanyaan tersebut? Bisa ndak ya coachee melakukan itu? Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? 
Mengelola sosial emosional akan berpengaruh pada pengambilan keputusan. Guru/ pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, apakah masalah tersebut dilemma etika atau bujukan moral serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Rasa empati pada apa yang peserta didik alami, tentu dengan mengidentifikasi permasalahan, diharapkan dalam pengambilan keputusan dapat berpihak pada murid. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu: 
• Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 
• Menentukan siapa saja yang terlibat 
• Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan 
• Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola 
• Pengujian paradigma benar lawan benar 
• Prinsip Pengambilan Keputusan 
• Investigasi Opsi Trilemma 
• Buat Keputusan 
• Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? 
 Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah empati dan simpati seorang pendidik. Empati dan simpati yang terlatih akan mampu mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak. Tentu saja rasa empati dan pengelolaan diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Dampak dari keputusan akan yang dihasilkan baik itu problem dilemma etika ataupun bujukan moral akan berpengaruh pada peserta didik, berpihal atau tidak. Tentu berpengaruh pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Pengambilan keputusan yang berdasarkan pada atau berpihak pada peserta didik yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 
 Hasil keputusan tentu tidak dapat memuaskan pada semua pihat, pro dan kontra tentu ada. Salah satu yang dilakukan adalah dengan komunikasi yang intens setelah pengambilan keputusan. Tentu mengacu pada etika pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? 
Dalam proses pembelajaran yang saya lakukan sebagai guru melihat karakteristik siswa yang berbeda-beda adalah melakukan pembelajaran yang berdiferensiasi. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? 
 Sesuai dengan teori/ materi bahwa pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek VS jangka panjang bagi murid-murid. Semua akan terekam dalam memori dan akan menjadi role model bagaimana kelak murid -murid berpikir dan berpijak. Pengambilan keputusan bagi seorang pendidik harus keputusan yang tepat, benar dan bijak melalui pengujian benar salah menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan murid-murid. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? 
 Kesimpulan pada pembelajaran modul 3 dan koneksinya pada modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiliki oleh guru jika dikorelasikan pada filosofi Ki Hajar Dewantara akan sangat relevan. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Sekolah sebagai Lembaga yang melakukan proses transfer ilmu dan karakter selalu memberikan pelayanan kepada murid-murid tentu saja banyak pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Pada pengambilan keputusan baik yang bersifat problem dilema etika dan bujukan moral pemecahan masalah berupa keputusan yang berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? 
Terdapat 4 paradigma pengambilan keputusan : adalah landasan sesorang mengambil keputusan 
• Individu lawan masyarakat 
• kebenaran lawan kesetiaan 
• keadilan VS belas kasihan 
• Jangka Pendek VS jangka panjang 

Ada 3 prinsip mengambil keputusan 
• berfikir berbasis akhir 
• berfikir berbasi aturan 
• berfikir berbasi rasa peduli 

Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan 
• Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan 
• Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 
• Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini 
• Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola) 
• Pengujian paradigma benar atau salah 
• Prinsip pengambilan keputusan 
• Investigasi tri lema 
• Buat keputusan 
• meninjau kembali keputusan dan refleksikan 
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? 
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? 
 Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya temui pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan insyaalloh akan sangat bermanfaat untuk hari ini dan masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid. 
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? 
Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma, 3 prinsip penyelesaian dilemma serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule . 


Read More »
10 February | 1komentar

Klasifikasi Struktur Pada Konstruksi


Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban oleh adanya bangunan diatas tanah.Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk memberikan kekuatan dan kekakuan yang di perlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami sebuah keruntuhan.Struktur merupakan bagian bangunan yang merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban.Beban beban tersebut menumpu pada elemen elemen untuk selanjutnya di salurkan kebagian bawah tanah bangunan sehingga beban beban tersebut akhirnya dapat di tahan. Untuk dapat memahami suatu bidang ilmu termasuk struktur bangunan maka pengetahuan tentang bagaimana kelompok kelompok dalam struktur dibedakan, di urutkan dan diberi nama secara sistematis sangat di perlukan.
Pengatahuan tentang kriteria dan kemungkinan hubungan dari bentuk bentuk menjadi dasar untuk mengklasifikasikan struktur bangunan. Metode umum yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur dan sistemnya menurut bentuk dan sifat fisik dari suatu konstruksi
A. Klasifikasi struktur
    1.     Klasifikasi struktur berdasarkan geometrid an bentuk dasarnya :
a.  Elemen garis adalah elemen yang panjang dan langsing dengan potongan melintang nya lebih kecil dibandingkan ukuran panjangnya.Elemen garis dapat dibedakan menjadi elemen lurus dan elemen melengkung.
b.   Elemen permukaan adalah elemen yang ketebalannya lebih kecil dari pada ukuran panjang nya.Elemen datar dapat berupa datar atau lengkung.Elemen lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung ganda.
2.   Klasifikasi struktur berdasarkan karakteristik kekakuan elemen :
c . Elemen kaku, biasanya sebagai elemen yang tidak mengalami perubahan bentuk yang cukup besar apabila mengalami tekanan beban.
d.   Elemen tidak kaku atau fleksibel, misalnya kabel yang berubah menjadi bentuk tertentu pada suatu kondisi pembebanannya.Struktur fleksibel akan mempertahankan keutuhan fisik nya meskipun bentuknya berubah-ubah.
3.     Berdasarkan susunan elemen :
a. System satu arah, dengan mekanime transfer beban dari struktur untuk menyalurkan ketanah merupakan aksi satu arah saja.Sebuah balok yang terbentang pada dua titik tumpuan adalh contoh system satu arah.
b.  System dua arah dengan system bersilang yang terletak diantara dua titik tumpuan dan tidak terletak diatas garis yang sama.
4.     berdasarkan material pembentuknya di bedakan :
- Struktur kayu
Struktur baja
Struktur beton,dll

B. Elemen-elemen utama struktur.
Elemen-elemen struktur utama seperti pada gambar 3 di kelompok kan menjadi 3 kelompok utama yaitu :
a. Elemen  kaku yang umum digunakan yaitu balok, kolom, pelengkung, pelat datar, pelat berpelengkungan dan cangkang.
b.  Elemen tidak kaku atau fleksibel seperti kabel, membrane atau kabel berpelengkung tunggal maupun ganda.
c. ·Elemen elemen yang merupakan rangkaian dari elemen elemen tunggal : rangka, rangka batang, kubah dan jaring.


Disarikan dari berbagai sumber

Read More »
15 September | 1komentar