Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts
Showing posts with label Guru Penggerak. Show all posts

Pendidikan Yang Memerdekakan


Read More »
01 November | 0komentar

Upgrading Kepemimpinan Pembelajaran


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan “Upgrading Kepemimpinan Pembelajaran”. Kegiatan yang ditujukan bagi Guru Penggerak Angkatan 5, 6 dan ini digelar di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Minggu (22/10). 
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Prof. Nunuk Suryani, turut hadir bersama dengan para Kepala Dinas, UPT, BBPMP dan BGP di Provinsi Yogyakarta, Jawa Tengah dan Banten, serta Tim Pengembang Program Guru Penggerak (PGP). Lebih lanjut, Dirjen GTK dalam sambutannya mengatakan kemerdekaan yang kita nikmati sampai pada detik ini, bukan sebuah pemberian, tapi adalah sebuah perjuangan para pendahulu bangsa yang harus kita selalu isi dengan hal positif. 
“Salah satu upaya dalam mengisi kemerdekaan, sejak 4 tahun yang lalu Kemendikbudristek mengusung kebijakan Merdeka belajar. Merdeka Belajar memberikan kemerdekaan pada semua aktor pendidikan untuk bekerja mengekspresikan daya upayanya dengan tujuan peningkatan mutu pendidikan,” kata Nunuk. Dijelaskan oleh Dirjen GTK bahwa bergerak itu tidak harus menunggu penghargaan yang akan dijanjikan. Oleh karenanya, ia mengajak semua ekosistem pendidikan untuk bergerak sesuai hati nurani. “Dalam Pendidikan Guru Penggerak selalu disampaikan bahwa setelah selesai dari Guru Penggerak apa yang harus saya lakukan?” 
Menurut Dirjen Nunuk, ilmu yang didapat para guru selama mengikuti pendidikan, semestinya menjadi pemantik nilai-nilai keteladanan yang diterapkan pada lingkungan sekitar dimulai dari yang kecil hingga yang lingkupnya lebih luas. Kegiatan Upgrading Kepemimpinan Pembelajaran tujuan utamanya adalah mendorong kemampuan guru dalam mengembangkan sekolah melalui berbagi praktik baik serta menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Adapun enam guru penggerak yang terpilih menjadi narasumber pengembangan sekolah yaitu 1) Yunirawati sebagai narasumber bidang literasi, 2) Inggit Asih Pawestri sebagai narasumber bidang numerasi, 3) Arif Yasid sebagai narasumber bidang karakter, 4) Putri Nur Fahmi sebagai narasumber bidang kebhinekaan, 5) Andika Cahya sebagai narasumber bidang iklim keamanan, serta 6) Karsinah sebagai narasumber bidang karakter kualitas pembelajaran. 
Dilanjut dengan Muhammad Nur Rizal Founder GMS (Gerakan Sekolah Menyenangkan) dalam pembahasannya pada sesi “Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik yang Menyenangkan”, mengatakan keyakinan adanya krisis besar yang mungkin tidak sadari namun ada di sekeliling kita yakni krisis Sumber Daya Manusia (SDM). “Ketika manusia atau guru-guru kita tidak menemukan passion dan talentanya sendirii maka mereka tidak mencintai pekerjaanya,” ujarnya. 
“Guru adalah penentu kesuksesan, kalau cara bertindak, berpikir dan mengajar kita lama maka budaya pendidikan kita akan terjebak kepada cara-cara yang lama. Lalu, bagaimana kita keluar dari persoalan ini?” Ada tiga kodrat dasar yang dimiliki oleh manusia agar mereka dapat berkembang secara pesat. Pertama manusia dilahirkan dengan keragaman. Kedua, rasa penasaran (curiosity) manusia sebagai pembelajar ilmiah yang suka mengamati, mempelajari dan meniru sesuatu yang baru. “Pendidikan itu adalah proses belajar, kalau tidak ada proses belajar maka tidak ada pendidikan. Tujuan pendidikan kata Ki Hajar Dewantara adalah mencetak manusia yang ingin terus menerus belajar.” Kodrat manusia yang ketiga adalah kreatif dan imajinatif. Oleh karena itu, dalam membangun imajinasi masa depan, sangat diperlukan murid dan guru yang terus belajar sebagai bahan bakarnya.
Sumber: https://bbgpjateng.kemdikbud.go.id/

Read More »
26 October | 0komentar

Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Setelah memahami CP, pendidik mulai mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus dipelajari peserta didik dalam suatu fase. Pada tahap ini, pendidik mulai mengolah ide tersebut, menggunakan kata-kata kunci yang telah dikumpulkannya pada tahap sebelumnya, untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dikembangkan ini perlu dicapai peserta didik dalam satu atau lebih jam pelajaran, hingga akhirnya pada penghujung Fase mereka dapat mencapai CP. 
Oleh karena itu, untuk CP dalam satu fase, pendidik perlu mengembangkan beberapa tujuan pembelajaran. Dalam tahap merumuskan tujuan pembelajaran ini, pendidik belum mengurutkan tujuantujuan tersebut, cukup merancang tujuantujuan belajar yang lebih operasional dan konkret saja terlebih dahulu. Urutan-urutan tujuan pembelajaran akan disusun pada tahap berikutnya. 
Dengan demikian, pendidik dapat melakukan proses pengembangan rencana pembelajaran langkah demi langkah. 
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu: 
1. Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan oleh peserta didik. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan pendidik, antara lain: secara konkret, kemampuan apa yang perlu peserta didik tunjukkan? Tahap berpikir apa yang perlu peserta didik tunjukkan? 
2. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran. Pertanyaan panduan yang dapat digunakan pendidik, antara lain: hal apa saja yang perlu mereka pelajari dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam CP? Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan peserta didik dapat digunakan sebagai konteks untuk mempelajari konten dalam CP (misalnya, proses pengolahan hasil panen digunakan sebagai konteks untuk belajar tentang persamaan linear di SMA)
Taksonomi Bloom berguna dalam proses perumusan tujuan pembelajaran. Namun demikian, Taksonomi Bloom ini telah direvisi seiring dengan perkembangan hasil-hasil penelitian. Anderson dan Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi berdasarkan Taksonomi Bloom, dan dinilai lebih relevan untuk konteks belajar saat ini. Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini, dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai berikut:



Selain taksonomi di atas, untuk merumuskan tujuan pembelajaran, pendidik juga dapat merujuk pada teori lain yang dikembangkan oleh Tighe dan Wiggins (2005) tentang enam bentuk pemahaman. Sebagaimana yang disampaikan dalam penjelasan tentang CP, pemahaman (understanding) adalah proses berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar menggunakan informasi untuk menjelaskan atau menjawab pertanyaan. 

Read More »
25 October | 0komentar

Prinsip Pembelajaran dan Contoh Pelaksanaannya




Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun demikian, untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik, Pemerintah menetapkan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat memandu pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan inovatif. Dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, pendidik diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. Prinsip Pembelajaran


1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. 
  • Pada awal tahun ajaran, pendidik berusaha mencari tahu kesiapan belajar peserta didik dan pencapaian sebelumnya. Misalnya, melalui dialog dengan peserta didik, sesi diskusi kelompok kecil, tanya jawab, pengisian survei/angket, dan/ atau metode lainnya yang sesuai.
  • • Pendidik merancang atau memilih alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, atau pada tahap awal. Pendidik dapat menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek. 
  • • Pendidik merancang pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai pengalaman yang menimbulkan emosi positif

Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat; Pendidik mendorong peserta didik untuk melakukan refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area yang perlu dikembangkan. 
  • Pendidik senantiasa memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan peserta didik untuk terus belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan. 
  • Pendidik menggunakan pertanyaan terbuka yang menstimulasi pemikiran yang mendalam. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif agar terbangun sikap pembelajar mandiri.
  • Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
  • Pendidik memberikan tugas atau pekerjaan rumah ditujukan untuk mendorong pembelajaran yang mandiri dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan beban belajar peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran untuk mendorong peserta didik terus meningkatkan kompetensinya melalui tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan yang tepat.

Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik;Pendidik menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan untuk membantu peserta didik mengembangkan kompetensi, misalnya belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, dan pembelajaran terdiferensiasi. 
  • Pendidik merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi peserta didik. 
  • Pendidik merujuk pada profil pelajar Pancasila dalam memberikan umpan balik (apresiasi maupun koreksi)

pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra;
  • Pendidik menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi interaksi yang terencana, terstruktur, terpadu, dan produktif antara pendidik dengan peserta didik, sesama peserta didik, serta antara peserta didik dan materi belajar. 
  • Pendidik memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas, organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai narasumber untuk memperkaya dan mendorong pembelajaran yang relevan.
  • Pendidik melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik. 
  • Pada PAUD, pendidik menggunakan pendekatan multibahasa berbasis bahasa ibu juga dapat digunakan, utamanya bagi peserta didik yang tumbuh di komunitas yang menggunakan bahasa lokal. 
  • Pada SMK, terdapat pembelajaran melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di dunia kerja atau tempat praktik di lingkungan sekolah yang telah dirancang sesuai dengan standar dunia kerja, menerapkan sistem dan budaya kerja sebagaimana di dunia kerja, dan disupervisi oleh pendidik/instruktur yang ditugaskan atau memiliki pengalaman di dunia kerja yang relevan. 
  • Pada SMK, pendidik dapat menyelenggarakan pembelajaran melalui praktik-praktik kerja bernuansa industri di lingkungan sekolah melalui model pembelajaran industri (teaching factory)

pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
  • Pendidik berupaya untuk mengintegrasikan kehidupan keberlanjutan (sustainable living) pada berbagai kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi, misalnya menggunakan sumber daya secara bijak (hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah, dsb. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka dan mereka perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.
  • Pendidik melibatkan peserta didik dalam mencari solusisolusi permasalahan di keseharian yang sesuai dengan tahapan belajarnya.
  • Pendidik memanfaatkan projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk membangun karakter dan kompetensi peserta didik sebagai warga dunia masa depan

Read More »
19 October | 0komentar

CP Pada SMK

SMK terdapat beberapa kekhasan. Pendidik dapat melakukan analisis CP mata pelajaran kejuruan SMK bersama dengan mitra dunia kerja. Pada jenjang SMK terdapat program empat tahun sebagaimana tercantum dalam daftar konsentrasi keahlian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada program empat tahun pembelajaran diselenggarakan hingga kelas XIII mata pelajaran yang diajarkan pada kelas XIII adalah: Matematika, Bahasa Inggris, dan Praktik Kerja Lapangan. 
Capaian pembelajaran fase F berlaku pada padamata pelajaran yang diajarkan hingga kelas XIII. Pada Pendidikan Kesetaraan, penyusunan alur tujuan pembelajaran memperhatikan alokasi waktu didasarkan pada pemetaan Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan bentuk pembelajaran tatap muka, tutorial, mandiri ataupun kombinasi secara proporsional dari ketiganya. 
Capaian pembelajaran pada mata pelajaran kelompok umum, mata pelajaran pemberdayaan, dan mata pelajaran keterampilan mengacu pada capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah. Satuan pendidikan dapat mengembangkan capaian pembelajaran pada mata pelajaran keterampilan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, lingkungan belajar dan satuan pendidikan. Pada Pendidikan Khusus, pembagian fase didasarkan pada usia mental peserta didik. 
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual, dapat menggunakan CP pendidikan khusus. CP pada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat dilakukan lintas fase dan lintas elemen, sesuai dengan kondisi, kemampuan, hambatan dan kebutuhan. Sementara peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum. Di bawah ini adalah rumusan fase capaian pembelajaran pada Pendidikan Khusus.

Read More »
19 October | 0komentar

Proses Perancangan Kegiatan Pembelajaran


Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan.Namun demikian, CP tidak cukup konkret untuk memandu kegiatan pembelajaran seharihari. CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan Pendidik dapat (1) mengembangkan sepenuhnya alur tujuan pembelajaran dan/atau perencanaan pembelajaran, (2) mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan/atau rencana pembelajaran berdasarkan contoh-contoh yang disediakan pemerintah, atau (3) menggunakan contoh yang disediakan. Pendidik menentukan pilihan tersebut berdasarkan kemampuan masing-masing. Dalam Platform Merdeka Mengajar,pembelajaran yang lebih operasional dan konkret, yang dicapai satu persatu oleh peserta didik hingga mereka mencapai akhir fase. Proses berpikir dalam merencanakan pembelajaran ditunjukkan dalam Gambar 2 di bawah ini.

pemerintah menyediakan contoh-contoh alur tujuan pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering dikenal sebagai RPP, dan modul ajar. Dengan kata lain, setiap pendidik perlu menggunakan alur tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran untuk memandu mereka mengajar; akan tetapi mereka tidak harus mengembangkannya sendiri.
Proses perancangan kegiatan pembelajaran dalam panduan ini dibuat dengan asumsi bahwa pendidik akan mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran secara mandiri, tidak menggunakan contoh yang disediakan pemerintah. Oleh karena itu, apabila pendidik menggunakan contoh, proses ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, proses dalam Gambar 2 tidak harus dilakukan secara lengkap oleh seluruh pendidik.

Read More »
17 October | 0komentar

Komite Pembelajaran dan Peran


Komite Pembelajaran dalam Sekolah Penggerak digambarkan sebagai 2 (dua) buah roda yang keduanya akan berputar jika salah satu digerakkan. Komite Pembeajaran merupakan bagian dari komunitas belajar dalam sekolah yang merupakan core of the core. Roda 1 menggambarkan Sekolah Penggerak sebagai penggerak agar tetap berjalan, roda 2 menggambarkan sekolah lain imbas dari sekolah penggerak yang sudah berjalan, dan kotak luar merupakan cakupan dari Cabdin melalui Pengawas Sekolah untuk memantau dan evaluasi proses pemandirian Komite Pembelajaran.
Komite Pembelajaran memiliki banyak tugas penting yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa sekolah mencapai tujuannya. Salah satu tugas penting yang harus dilakukan oleh Komite Pembelajaran adalah mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Komite Pembelajaran juga bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan program pembelajaran di sekolah dan memastikan bahwa program tersebut sesuai dengan standar kurikulum. 
Komite Pembelajaran juga bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan kurikulum di sekolah. Komite Pembelajaran harus memastikan bahwa semua guru di sekolah mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan. Komite Pembelajaran juga harus memastikan bahwa semua guru di sekolah memahami kurikulum dan mengikuti program pembelajaran yang telah ditetapkan.

Komite Pembelajran terdiri dari :
1. Pengawas Sekolah
2. Kepala Sekolah
3. Waka Kurikulum
4. Guru Program Keahlian
5. Guru BK
6. Guru Umum


Peran Komite Pembelajaran 
Komite Pembelajaran adalah sebuah tim di tingkat satuan pendidikan yang terdiri dari Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan Guru-guru yang dipilih oleh kepala sekolah 
  1. Menyelenggarakan in-house training terkait pembelajaran dengan paradigma baru untuk guru-guru di sekolahnya 
  2. Menganalisis kebutuhan belajar guru dan menggerakkan Komunitas Praktisi di sekolahnya
  3. Memfasilitasi pertemuan rutin setiap bulan untuk proses perencanaan pembelajaran bagi guru

Peran Guru 
  • Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid dengan menerapkan merdeka belajar; 
  • Secara mandiri mengembangkan kompetensi diri melalui refleksi.
  • Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. 
  • Aktif berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
  • Menerapkan nilai-nilai kebhinekaan, inklusi dan ramah anak

Read More »
01 October | 0komentar

Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa


Pembelajaran berpusat pada siswa erat kaitannya dengan prinsip konstruktivisme dalam pembelajaran. Pendekatan yang berpusat kepada siswa adalah suatu pendekatan pembelajaran di mana pusat perhatian ada pada siswa. 

Ada beberapa prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa, yaitu: 

Proses pembelajaran 
Proses pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan berpusat pada siswa adalah harus terjadi secara alamiah, di mana siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui informasi yang diperolehnya atau melalui pengalaman nyata yang kemudian disaring secara mental melalui persepsi, pemikiran, dan perasaan. Siswa dalam hal ini harus terlibat secara aktif belajar baik secara fisik maupun secara mental (pikirannya). 

Tujuan pembelajaran proses itu penting 
Pembelajaran yang berpusat pada siswa tidak hanya melulu ingin mencapai tujuan dalam bentuk hasil belajar (produk) saja, akan tetapi proses pembelajaran (tujuan proses) sangatlah penting. 
Melalui proses pembelajaran di mana terjadi pada saat pembelajaran, siswa harus diajak berkomunikasi, berdiskusi dan melakukan berbagai kegiatan. Kurangnya penekanan pada tujuan proses dan terlalu mementingkan tujuan produk akan membuat siswa kurang memahami apa yang sedang mereka pelajari. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya miskonsepsi atau siswa hanya sekedar menghafal informasi saja tanpa menguasainya secara bermakna. 

Siswa membangun pengetahuannya 
Melalui berbagai kegiatan, siswa terlibat aktif baik secara fisik maupun mental untuk membangun pengetahuan barunya, mengaitkan dan mengorganisasikannya dengan informasi (pengetahuan) yang telah mereka miliki sebelumnya untuk membangun “tubuh pengetahuan” yang lebih besar dan lengkap. 

Motivasi belajar 
Motivasi dalam mengikuti pembelajaran sangat penting. Karena itu guru harus berupaya dan berusaha untuk tetap menjaga bagaimanapun caranya agar siswa termotivasi dengan kegiatan belajar yang difasilitasi oleh guru. Motivasi belajar intrinsik sangat penting dalam hal ini. Guru dapat menyuburkannya melalui motivasi ekstrinsik yang diberikan oleh guru. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk ini, misalnya seperti telah disebutkan di atas yaitu dengan menggunakan berbagai aktivitas fisik atau mental yang tentunya menarik dan bervariasi. 

Berpikir tingkat tinggi 
Siswa yang berada dalam pembelajaran yang menerapkan pendekatan berpusat pada siswa harus diajak untuk menggunakan pemikiran-pemikirannya pada tataran yang lebih tinggi daripada sekedar menghafal (retensi). Siswa dapat diajak untuk memprediksi, menemukan pola atau hubungan, mencipta atau berkreasi, mengkritisi, dan sebagainya. Perbedaan gaya belajar Pendekatan yang berpusat pada siswa selalu menggunakan beragam model/strategi/metode pembelajaran yang beragam dan bervariasi dari waktu ke waktu. 

Tidak monoton. 
Hal ini penting karena pada dasarnya setiap siswa itu berbeda. Mereka adalah pribadi yang unik yang memiliki perbedaan-perbedaan dalam gaya belajar. Guru harus mengakomodasi semua gaya belajar siswa di kelasnya sehingga semua siswa dapat aktif belajar dan tidak menjadi terabaikan. 

Kultur sosial di dalam kelas 
Budaya kelas yang selalu menerima perbedaan gaya belajar, suku, agama, jenis kelamin, status sosial, kecepatan belajar, kemampuan berkomunikasi, dan sebagainya harus diutamakan karena hanya kultur sosial yang demikianlah yang dapat mendukung berlangsung proses pembelajaran dengan pendekatan berpusat kepada siswa. Budaya kelas yang suka mencemooh apabila siswa menjawab kurang tepat misalnya, adalah contoh kultur sosial di dalam kelas yang kontraproduktif. Siswa akhirnya tidak akan memiliki rasa aman dan nyaman di dalam kelas tersebut karen takut melakukan kesalahan dan kemudian dicemooh oleh siswa lainnya. Itu adalah beberapa prinsip pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Bagaimana kelas anda, Bapak/Ibu Guru? Bila anda menggunakan pendekatan ini, sudahkah kelas Bapak/Ibu Guru memenuhi prinsip-prinsip di atas? Adakah menurut anda prinsip-prinsip lain yang juga harus dipenuhi? 

Read More »
25 September | 0komentar

Kumpulan Tugas Aksi Nyata CGP

Pada Akhir kegiatan modul CGP melakukan kegiatan berupa Aksi Nyata. Aksi nyata memberikan ruang pada CGP menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Aksi nyata dimaksudkan sebagai proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan karena dapat mengambarkan sebuah kesatuan antara proses pembelajaran dan implementasinya. Dalam harapannya, aksi nyata perlu dijalankan secara terus menerus bahkan hingga Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) telah diselesaikan. Tugas Aksi Nyata CGP

Tabel Kumpulan Tugas Elaborasi Pemahaman CGP

No
Aksi Nyata Modul
Link
1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
a. Modul 1.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak Link
c. Modul 1.3. Visi-Misi CGP Link
d. Modul 1.4. Budaya Positif,Keyakinan Kelas dsb Link
2 Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
a. Modul 2.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 2.2 : Pembelajaran Berdiferensiasi yang Berpihak pada Murid Link
c. Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik Link
3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
a. Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Link
b. Modul 3.2.Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Link
c. Modul 3.3.Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, student Agency Link

Read More »
17 September | 0komentar

Kumpulan Tugas Koneksi Antar Materi CGP

Koneksi antar materi adalah penguasaan pemahaman calon guru penggerak (CGP) terhadap materi yang telah dipelajari dengan mengaitkan materi awal sampai dengan materi yang terakhir
Tugas Koneksi Antar Materi CGP

Tabel Kumpulan Tugas Koneksi Antar Materi CGP

No
Koneksi Antar Materi Modul
Link
1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
a. Modul 1.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak Link
c. Modul 1.3. Visi-Misi CGP Link
d. Modul 1.4. Budaya Positif,Keyakinan Kelas dsb Link
2 Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
a. Modul 2.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 2.2 : Pembelajaran Berdiferensiasi yang Berpihak pada Murid Link
c. Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik Link
3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
a. Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Link
b. Modul 3.2.Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Link
c. Modul 3.3.Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, student Agency Link

Read More »
16 September | 0komentar

Kumpulan Tugas Elaborasi Pemahaman CGP

Tahapan elaborasi pada Pendidikan guru penggerak Pada tahapan ini kemampuan CGP semakin diperkuat dengan kehadiran Instruktur secara tatap maya. Instruktur memberikan penguatan pemahaman peserta terkait materi yang sedang dibahas. Kegiatan elaborasi biasanya diawali dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Instruktur dalam forum diskusi. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran interaktif terjadi saat diskusi ini, pada umumnya CGP sangat antusias memberikan pendapatnya. Saling menghargai pendapat antara peserta membuat kegiatan elaborasi sangat menyenangkan. Secara pribadi saya sangat merasakan manfaat kegiatan elaborasi ini.
Tugas Elaborasi Pemahaman CGP

Tabel Kumpulan Tugas Elaborasi Pemahaman CGP

No
Elaborasi Pemahaman Modul
Link
1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
a. Modul 1.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak Link
c. Modul 1.3. Visi-Misi CGP Link
d. Modul 1.4. Budaya Positif,Keyakinan Kelas dsb Link
2 Praktik Pembelajaran Yang Berpihak Pada Murid
a. Modul 2.1 : Filosofi Ki Hajar Dewantara Link
b. Modul 2.2 : Pembelajaran Berdiferensiasi yang Berpihak pada Murid Link
c. Modul 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik Link
3 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
a. Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Link
b. Modul 3.2.Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Link
c. Modul 3.3.Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid, student Agency Link

Read More »
15 September | 0komentar

Tugas Elaborasi Pemahaman Modul 2.1 CGP

Sebelum sesi berdiskusi dengan Instruktur, CGP diminta untuk membaca materi yang penting yang berhubungn dengan pembelahan difernsiasi yaitu :
1. 7 Alasan mengapa pembelajaran diferensiasi dapat berhasil (unduh disini) dari https://www.wetyyuningsih.com
2. Beberapa Contoh Skenario Pembelajaran Berdiferensiasi (unduh disini

Pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi :
1. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan pemetaan kebutuhan murid ? 
2. Pengelompokan murid dalam mengerjakan tugas sesuai dengan minat, tetapi pada kenyataannya murid lebih memilih kenyamanan daripada minat dan bakat yang di miliki, sehingga mereka lebih memilih satu kelompok dengan teman dekat walaupun minatnya berbeda. 
Bagaimana solusi terbaik untuk masalah ini? 
3. Apakah pembelajaran diferensiasi harus dilakukan pada setiap bab yang kita ajarkan ke murid? Demikian tadi pertanyaan untuk sesi diskusi dengan Instruktur. Mudah- mudahan bermanfaat..

Read More »
15 September | 0komentar

Tugas Elaborasi Pemahaman Modul 1.4 CGP

Membuat pertanyaan berkaitan dengan budaya posistif

1. Strategi baru apa saja yang dapat dilakukan untuk menerapkan budaya positif di sekolah Anda dengan memanfaatkan berbagai sumber yang dimiliki?
Strategi yang dapat dilakukan mengikuti alur BAGJA berdasarkan pendekatan inkuiri apresiatif. Mengumpulkan hal baik yang telah dimiliki di sekolah, mencatat peta kekuatan, kemudian mencari solusi terhadap kelemahan dengan melibatkan seluruh komponen sekolah secara kolaboratif.

2. Perubahan apa yang dirasakan Bapak/Ibu dan juga murid selama mempraktikkan budaya positif di sekolah Anda?
Perubahan yang saya rasakan adalah komitmen dari teman-teman guru untuk memberikan keteladanan sikap untuk dicontoh kepada anak didiknya. Selain itu adanya perubahan mind set pendidik, yaitu tidak menakut-nakuti murid dengan memberikan hukuman jika melakukan kesalahan.

5 Posisi Kontrol 
Kelima posisi kontrol tersebut adalah (1) Penghukum, (2) Pembuat Rasa Bersalah, (3) Teman, (4) Pemantau dan (5) Manajer. 

Bagaimana Membedakan antara hukuman dan konsekuensi?
Bagaimana membudayakan Budaya positif disekolah?


Read More »
15 September | 0komentar

Tugas Elaborasi Pemahaman Modul 1.3 CGP

Nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku serta mendukung calon guru penggerak dalam mewujudkan merdeka belajar, meliputi nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid. Serta diharapkan mampu melaksanakan peran guru penggerak yang merupakan pedoman bertindak yang harus dikuasai oleh calon guru penggerak, meliputi : 
a. Menjadi Pemimpin Pembelajaran 
b. Menggerakkan komunitas Praktisi 
c. Menjadi coach bagi guru lain 
d. Mendorong kolaborasi antar guru 
e. Mewujudkan kepemipinan murid 

Tidak ada keabadian dalam kehidupan manusia dan lingkungannya. Pengaruh alam dan jaman adalah penguasa kodrat yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Anak-anak adalah sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan hidup bathin mereka (Dewantara I, 2004). Maka, Ki Hajar menekankan kodrat alam dalam diri anak semasa pendidikan. Menurut Ki Hajar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi manusia yaitu kodrat alam dan kodrat zaman (masyarakat) (Dewantara II, 2004). 
Inkuiri Apresiatif (IA) adalah sebuah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis pada sisi positif (kekuatan) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Sisi positif inilah yang akan menjadi modal atau kekuatan bagi sebuah organisasi didalam melakukan sebuah perubahan. Nah, di sekolah perubahan yang diharapkan yaitu perubahan menuju murid merdeka dan merdeka belajar. Untuk mewujudkan perubahan ke arah murid merdeka dan merdeka belajar tentunya sekolah harus selalu mengupayakan pelaksanaan pendidikan yang relevan dengan perkembangan zaman (kodrat zaman) dan selalu mengupayakan menuntun siswa-siswinya sesuai dengan kodrat yang dimilikinya (kodrat alam). Di dalam melaksanakan suatu perubahan sekolah dapat menerapkan pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan alur BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi). 
Dalam penyusunan Bagja ini untuk pelaksanaan perubahan di sekolah menuju visi murid merdeka dan merdeka belajar, tentunya kita sebagai pendidik harus selalu memperhatikan sisi-sisi positif yang dimiliki oleh siswa. Tiap anak punya sisi positif, keunikan, dan potensinya masing-masing. Peran kita sebagai pendidik yaitu menuntun segala sisi positif, keunikan, dan potensi yang dimiliki siswa agar siswa dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kodratnya masing-masing.


Saya memimpikan murid-murid yang yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang memiliki karakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul. 
Saya percaya bahwa murid adalah memiliki potensi yang ada potensi itu yang menjadi tugas guru untuk menuntunya dan mengarahkan kepada hal yang lebih baik atau berkembang. 
Di sekolah, saya mengutamakan perubahan-perubahan yang berpusat kepada peserta didik. 
Murid di sekolah saya sadar betul bahwa masa depan adalah perlu diusahakan sehingga dalam menyongsongnya diperlukan jembatan melalui Pendidikan yang berkarakter melalui nilai-nilai luhur Pancasila yang termotivasi,cerdas dan kreatif. 
Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk bahwa perubahan yang lebih baik akan membawa dampak terhadap pengembangan peserta didik sehingga terwujud profil pelajar Pancasila dengan menuntun mengarahkan peserta didik sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewatara 
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan metode dan model pembelajaran akan memotivasi keterlibatan peserta didik. Dari ini akan bermuara kepada pencapaian kompetensi siswa. 

Mewujudkan Peserta didik yang berkarakter Pancasila dan memiliki kompetensi yang unggul terbingkai dalam kebhinekaan

ATAP (Awal, Tantangan, Aksi, Pembelajaran)

AWAL

TANTANGAN

AKSI

PEMBELAJARAN

Siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran

Masih banyak guru yang monoton dalam pembelajaran

Kolaborasi dengan kepala sekolah untuk mengadakan Workshop media pembelajaran

Pemanfaatan media pembelajaran diharapkan dapat memotivasi siswa mengikuti pembelajaran

 

Ada Guru yang gaptek

Mengusulkan penggunaan media digital disetiap kelas

 

 

Melakukan Penelitian Tindakan Kelas

 BAGJA

PRAKARSA PERUBAHAN

PEMBELAJARAN YANG MENARIK (MPI)

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar Tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

1. Bagaimana agar siswa tertarik untuk mempelajari kita ?

1. Melakukan pembelajaran bervariasi

2. Melakukan praktikum sederhana yang bisa dilakukan dirumah

3. Mengaitkan pelajaran dengan aktivitas sehari-hari

4. Mengapresiasi setiap perubahan / prestasi yang ditunjukkan siswa

A-mbil Pelajaran (Discover)

1. Kegiatan apa yang menarik bagi siswa selama pembelajaran?

2. Bagaimana memotivasi siswa agar tidak bosan selama pembelajaran?

3. Hal apa sajakah yang paling mudah diingat siswa selama pembelajaraan?

1. Meminta siswa untuk bermain peran sebagai peneliti di rumah.

2. Meminta siswa menyampaikan pendapat tentang hal apa yang mereka sukai selama penelitian atau praktikum dirumah.

3. Mendekatkan fenomena mapel dengan kehidupan sehari – hari

4. Mondorong siswa untuk mencoba beberapa praktikum sederhana yang bisa dilakukan di rumah

G-ali Mimpi

(Dream)

1. Siswa bersemangat dalam pembelajaran

2. Siswa yang memiliki pemahaman yang baik terhadap materi

3. Siswa dapat berprestasi di bidangnya

1. Berkolaborasi dengan wali murid dalam mendukung siswa selama pembelajaran.

2. Berkolaborasi dengan rekan guru dalam merancang, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran  yang menarik.

3. Berkolaborasi dengan kepala sekolah dalam penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang menarik

4. Memberikan semangat, motivasi kepada siswa dan memberikan hadiah sederhana kepada siswa yang berprestasi sehingga mendorong siswa lain untuk ikut berprestasi.

J-abarkan Rencana (Design)

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang menarik selama PBM?

1. Membuat RPP yang berdiferensiasi dan perangkat lainnya yang didalamnya terencana pembelajaran yang menarik dan bervariasi.

2. Menggunakan media interaktif (MPI)

3. Mempersiapkan fasilitas pendukung (Laboratorium, LCD, bahan demonstrasi dll).

4. Berkolaborasi dengan pemangku kebijakan ( Kapsek, Guru, Wali murid, Staff TU, petugas Lab )

5. Mensosialisasikan kegiatan pembelajaran kepada wali murid

6. Pembelajaran Blended Learning berbasis blog

A-tur Eksekusi

Bagaimana dapat terlaksana pembelajaran yang menarik ?

1. Kapan pelaksanaannya

2. Siapa yang terlibat?

3. Siapa yang memonitor?

4. Apa saja indikator keberhasilannya?

5. Bagaimana evaluasinya?

1. Kegiatan daring dilakukan 2 kali seminggu

2.  Setiap pertemuan 2×30 menit

3. Setiap pertemuan menggunakan metode yang bervariasi

4. Guru, siswa, kepala sekolah, wali murid terlibat aktif dalam pembelajaran sesuai perannya.

5. Kepala sekolah memonitor dan mensupervisi kegiatan pembelajaran

6.  Guru serumpun memberikan masukan terkait pembelajaran sebagai bahan evaluasi pada kegiatan berikutnya

7. Penggunaan IT dimaksimalkan


Read More »
09 September | 0komentar

Tugas Elaborasi Pemahaman Modul 1.2 CGP


Pada Elaborasi Pemahaman Modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak ini. Melakukan elaborasi pemahaman berkaitan dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak. Sebelum melakukan elaborasi pemahaman bersama instruktur, CGP diminta untuk menuangkan berbagai pertanyaan mengenai materi Nilai dan Peran Guru Penggerak yang masih ingin digali lebih lanjut pada aktivitas ini. 
Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.2 ini.


Sebagai persiapan untuk berdiskusi bersama instruktur,ada beberapa hal yang perlu Anda laksanakan, yaitu menuliskan pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan kepada instruktur ketika pertemuan tatap maya dengan instruktur Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, berikut beberapa pertanyaan yang masih muncul : 
 1. Dari beberapa nilai guru penggerak, nilai apakah yang harus dikuatkan pertama kali agar bisa mendukung tumbuhnya nilai-nilai yang lainnya?
2. Bagaimana cara menyiasati jika seorang guru penggerak akan melakukan pembelajaran yang inovatif sesuai dengan zamannya, tetapi terkendala masalah sarana dan prasarana? 
 3. Bagaimana cara yang tepat untuk menggerakkan komunitas praktisi yang sudah ada, tetapi mereka kurang mendukung terhadap pemikiran Merdeka Mengajar/Merdeka Belajar?

Read More »
09 September | 0komentar

Tugas Elaborasi Pemahaman Modul 1.1 CGP

Pengalaman saya yang mencerminkan pemikiran KHD dalam proses pembelajaran yaitu:
Saya selalu memberikan sebuah kata-kata motivasi dan nasehat kepada peserta didik agar nanti setiap nasehat dan motivasi yang diberikan diharapkan bisa menuntun anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setringgi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masayarakat sesuai dengan kodratnya 

Perwujudan yang menuntun yang saya lihat dalam konteks sosbud didaerah saya yaitu berkaitan dengan budi pekerti yaitu:
Dalam konteks social budaya, “menuntun” berorientasi pada tiga semboyan KI Hadjar Dewantara. Yaitu dalam “Ing Ngarso Sung Tuladha” yang bermakna guru memberikan teladan yang baik kepada peserta didik. Sebagai pemberi teladan harus senantiasa sadar terhadap pikiran, perkataan, dan tindakannya. “Ing Madya Mangun Karso” yaitu guru berperan sebagai pelopor atau pemrakarsa. Artinya guru bertindak sebagi pelopor mencetuskan ide-ide kepada muridnya. Guru di tengah memberikan motivasi, menggugah semangat, kemauan dan niat. “Tut wuri Handayani”artinya guru berupaya penuh memberi dorongan dan arahan kepada peserta didik. Menuntundengan sabar agar peserta ddik bisa memahami dirinya dan berkembang sesuai kemampuan dan keunikan. Perubahan konkret yang dapat saya lakukan untuk mewujudkannya adalah melakukan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Saya sebagai guru hanya memfasilitasi dan menuntun mereka untuk mencapai tujuan. 
2. Mengapa Pendidikan perlu mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman? 
Jawab :Karena dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana anak berada,sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa kita lakukan adalah menunjukkan dan membimbing mereka agar menjadi seorang anak yang berakhlak baik. Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada peserta didik sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, peserta didik harus dibekali   

Mengapa pendidikan di indonesia perlu mempertimbangkan kodrat alam dan zaman:
karena, di indonesai memmiliki berbagai macam suku dan budaya yang berbeda-beda sehingga menimbulkan berbagai karakter dari anak sehingga pendidikan memperbaiki berbagai karakter yang berbeda mnjadi hal-hal yang positif demikian juga dengan kodrat zaman, karena setiap waktu perkembangan zaman terus berubah sehingga kita perlu mengupgrade keterampilan agar bisa mengimbangi zaman yang terus berubah dan berkembang, sehingga pendidikan harus mampu menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan sesuai dengan zamannya 

Apa relevansi pemikiran KHD “Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” dalam peran saya sebagai pendidik adalah:
Saya sebagai guru dalam melaksanakan, proses pendidikan harus berpusat pada anak dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya dan selalu menuntun mereka agar tidak membahayakana dirinya dan selalu memberikan motivasi dan dukungan terhadap minat, bakat dan kemampuan dari masing-masing siswa.

Read More »
08 September | 0komentar