Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by relevance for query inovatif. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query inovatif. Sort by date Show all posts

Model Pembelajaran Inovatif Masa Pandemi

Sumber Buku Panduan Belajar di Rumah Rumah Belajar

Penerapan model- model pembelajaran inovatif menawarkan beragam variasi aktifitas sesuai dengan tahapan-tahapan model pembelajaran masing-masing, sehingga hal ini diharapkan dapat mengatasi kejenuhan peserta didik. Selain itu, model-model pembelajaran inovatif menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga pembelajaran yang diterapkan melatih peserta didik untuk mandiri memanfaatkan berbagai fasilitas untuk mengakses media dan sumber belajar. 
Sebagai salah satu upaya menjawab tantangan-tantangan yang muncul dalam penerapan Belajar dari Rumah, Kemendikbud melalui Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud No. 15 tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19 telah merekomendasikan Rumah Belajar sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, pendidik, orang tua peserta didik, dan masyarakat untuk Belajar dari Rumah.
Beberapa model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dengan memanfaatkan Rumah Belajar selama Belajar dari Rumah adalah Model Discovery-Inquiry (rangkaian kegiatan belajar yang menekankanpada proses berfikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan), Model Flipped Classroom (pembelajaran yang membalik metode tradisional di mana materi biasanya diberikan pada proses pembelajaran tetapi materi diberikan sebelum proses pembelajaran), Model Project Based Learning (pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada pendidik untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek), Model Blended Learning menggunakan Blog (pembelajaran yang menggunakan blog ntuk mencapai tujuan pendidikan), Model Berbasis Game (pembelajaran yang menggunakan permaianan atau game digital untuk tujuan pembelajaran), dan Model Self Organized Learning Environments/ Sole (pembelajaran yang menitik beratkan proses pembelajaran mandiri dengan memanfaatkan internet dan perangkat pintar yang dimilikinya).

Read More »
04 September | 0komentar

Metode Pembelajaran Make A Match


Model Pembelajaran menurut Joyce & Weil dalam Huda, (2013 : 73), berpendapat bahwa “Model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesaian materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting yang berbeda.” Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. 
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas, mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipakai oleh guru untuk membentuk kurikulum, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya,
Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dikembangkan oleh Lorn Curran pada tahun 1994 pada model ini siswa diminta mencari pasangan dari kartu, Aqib Zainal (2013 : 23 ) Menurut Tarmizi dalam Novia (2015 : 12 ) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match artinya siswa mencari pasangan setiap siswa mendapat sebuah kartu ( bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.
Sebagaimana dilansir dari web https://fatkhan.web.id/.
Penerapan Model Make a Match Dalam Proses Belajar Mengajar memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan model pembelajaran dilakukan oleh guru dalam menerapkan model make a match dalam proses belajar mengajar Ciandra dalam Novia (2013: 18). 
Adapun tahap–tahap tersebut anatara lain: Tahap persiapan Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut sedemikian sehingga berbentuk huruf u upayakan kelompok pertama berhadapan dengan kelompok kedua.

Metode pembelajaran “Make a Match” merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Metode pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk dapat menghafal atau mengingat materi pelajaran dengan cara yang baru dan menyenangkan. Metode pembelajaran “Make a Match” dapat membantu kesulitan belajar siswa terutama dalam hal mengingat materi pelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran lebih inovatif “Make a Match” dapat berorientasi pada aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih  materi yang dipelajari saat itu. Akibatnya hanya sedikit materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh siswa dan bahkan tidak benar-benar ada yang dipahami. 
Berlatar belakang masalah tersebut, maka perlu dilakukan pengembangan pengetahuan siswa melalui penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Metode pembelajaran yang kreatif dimaksudkan agar siswa mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar dengan menggali informasi melalui berbagai sumber pembelajaran dan pengetahuan yang diperoleh secara mandiri. Salah satu metode pembelajaran inovatif adalah “Make a Match” atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran. 
Menurut Curran yang dikutip oleh Suprijono (2009), metode “Make a Match” merupakan metode mencocokkan kartu, siswa harus mencari pasangan dari kartu yang dimiliki dengan batas waktu tertentu mengenai suatu konsep pelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, metode pembelajaran “Make a Match” digunakan untuk mengukur pemahaman siswa, yang dilakukan dengan cara mencocokkan kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban dari materi pembelajaran yang sudah diajarkan. 
Metode pembelajaran “Make a Match” merupakan bagian dari strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Metode pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk dapat menghafal atau mengingat materi pelajaran dengan cara yang baru dan menyenangkan. Metode pembelajaran “Make a Match” dapat membantu kesulitan belajar siswa terutama dalam hal mengingat materi pelajaran. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran lebih inovatif “Make a Match” dapat berorientasi pada aktivitas belajar siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, serta membantu meningkatkan proses dan hasil belajar.

Read More »
03 July | 0komentar

Demontrasi Kontekstual Modul 1.3


Durasi : 4 JP 
Moda: Penugasan mandiri 
Tujuan Pembelajaran Khusus: 
  1. CGP berlatih menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif untuk mengidentifikasi potensi diri dan membuat kalimat prakarsa perubahannya. 
  2. CGP berlatih menyusun BAGJA menurut kalimat prakarsa perubahan diri yang telah dibuat untuk kemudian menjalankannya. 

 “Strategi Pengenalan Kekuatan dan Potensi Murid” Menggunakan model perubahan B-A-G-J-A 

Tahap pertama, 
Buat Pertanyaan Utama
Pada tahap ini yang kita lakukan adalah merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang diinginkan atau diimpikan. 
Tahap kedua
Ambil Pelajaran. 
Pada tahapan ini, kita mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. 
Tahap ketiga, 
Gali Mimpi. 
Pada tahapan ini, yang dilakukan adalah menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Visi benar-benar dirumuskan dengan jelas.
Tahap ketiga, 
Jabarkan Rencana. 
Di tahapan ini, merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. 
Tahapan terakhir, 
Atur Eksekusi. 
Pada tahapan ini, memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. 

Pada tugas demonstrasi konstektual kali ini saya akan membicarakan tentang kekuatan dan potensi murid rata-rata yang terkadang tidak kita perhatikan, karena terkadang kita hanya konsentrasi dengan murid- murid yang spesial, bermasalah atau yang sangat menonjol dalam prestasi akademiknya. 

 Prakarsa Perubahan : Pembelajaran yang menarik dan berpihak pada peseta didik 

Tahap pertama, 
B-uat pertanyaan (Define) 
 Pertanyaan: Bagaimana agar siswa tertarik untuk mempelajari Mapel kita ?


 
Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan Hal baik dan menarik yang saya temukan pada murid rata-rata adalah 
1. Menerapkan pembelajaran yang inovatif
2. Mengaitkan proses pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari 
3. Murid rata- rata sangat respon dengan cepat tugas yang saya berikan. 
4. Murid rata-rata mempelajari semua sumber belajar yang saya berikan di LMS dan mengerjakan dengan sangat baik dan tepat waktu. 
5. Mengikuti apa yang saya minta dan arahkan setiap tugas. 
6. Hasil belajar murid rata-rata selalu di atas KKM bahkan mendapatkan nilai sempurna karena mengerjakan tugas sesuai dengan rubrik yang saya berikan. 


Tahap Kedua, 
A-mbil pelajaran (Discover) 
Pertanyaan Apa saja hal positif yang merupakan pengalaman atau pembelajaran yang diberikan oleh murid rata- rata? 
Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan Pengalaman dan pembelajaran positif dari murid rata- rata adalah : 
1. Karya catatan digital yang dibuat oleh murid rata- rata dengan menggunakan aplikasi Canva membuat saya sebagai guru jadi tertantang untuk mencoba aplikasi Canva sehingga saya menjadi bertambah ilmu. 
2. Video laporan praktikum yang dibuat oleh murid rata- rata membuat saya semakin tertantang untuk belajar IT dan menyadari bahwa kerja sama (team work) bagi murid SMA sangat penting dan sebagai modal dasar untuk semakin kreatif dan inovatif. 

Tahap Ketiga, 
G-ali mimpi (Dream) 
Pertanyaan Hal ideal yang harusnya terjadi pada pembelajaran di sekolah? Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan Hal ideal yang harusnya terjadi pada pembelajaran di sekolah adalah 
  1. Semua murid mengerjakan tugas saya dengan baik dan tepat waktu 
  2. Semua murid antusias dalam mengikuti pembelajaran Kejuruan 
  3. Semua murid dapat memberi komentar di blog
  4. Semua murid mengerjakan tugas menggambar dan tepat waktu. 
  5. Semua murid mampu mengikuti sumber belajar yang saya berikan pada media interaktif dan semua antusias untuk mempelajari dengan baik mengikuti arahan saya sebagai Guru Kejuruan mereka. 
  6. Hasil belajar semua murid bagus, di atas KKM, semua kompetensi dasar terselesaikan dengan baik.
Tahap Keempat, 
J-abarkan rencana (Design) 
Pertanyaan Rencana apa yang akan dibuat untuk mewujudkan mimpi semua murid dapat antusias, respon dan mengerjakan semua tugas, arahan dari saya sebagai Guru Kejuruan? 
Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan 
Rencana yang akan saya buat adalah
1. Pelaksanaan program tutor sebaya sehingga murid yang rata- rata akan saya minta untuk mendampingi murid yang masih kurang dalam menyelesaikan tugas menggambar. 
2. Memberikan kepercayaan penuh terhadap murid rata-rata agar mau mengaktualisasikan dirinya menjadi murid yang penuh prestasi dan inovatif. 
3. Membuat tugas dalam kelompok (team work), untuk menghitung volume RAB yang lebih suka untuk bekerja kelompok daripada bekerja sendiri, ini dapat dimanfaatkan untuk mengajak murid yang kurang respon menjadi respon mengerjakan semua tugas karena bersama dengan teman-temannya. 
4. Mengadakan refleksi setelah pembelajaran supaya mengerti apa yang dirasakan oleh murid-murid sehingga bisa menjadi bahan evaluasi saya membuat pembelajaran lebih baik lagi 

Tahap Kelima, 
A-tur eksekusi (Deliver) 
Pertanyaan Apa saja langkah yang diambil, siapa yang terlibat dan bagaimana strategi supaya visi tercapai? 
Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan Langkah yang saya ambil untuk mencapai visi adalah 
1. Membuat program tutor sebaya 
2. Menggunakan media interaktif
3. Membuat tugas berkelompok (team work) 
4. Mengadakan refleksi pembelajaran dengan murid Yang terlibat dalam langkah perwujudan visi adalah :
  1. Murid rata-rata , untuk membantu program tutor sebaya dan media blog
  2. Rekan guru dalam satu sekolah terutama wali kelas dan guru BK untuk membantu bila terdapat murid yang bermasalah dalam proses pembelajaran 
  3. Kepala Sekolah dan Wakasek Kurikulum, dalam mendukung program untuk perwujudan visi saya sebagai Guru Penggerak. 
Strategi yang saya lakukan adalah 
  1. Memberikan kepercayaan penuh terhadap murid rata- rata akan bisa mengajak murid yang lain untuk antusias dan respon terhadap pembelajaran Kejuruan. 
  2. Memberikan reward berupa penambahan poin bagi murid rata- rata yang berhasil membimbing teman-temannya untuk antusias dan respon terhadap pembelajaran Kejuruan. 
  3. Mengadakan Refleksi pembelajaran dan selalu digunakan sebagai bahan evaluasi supaya pembelajaran makin inovatif dan berpihak pada murid. 
Tugas Demonstrasi Kontekstual Modul 1.3

Read More »
05 October | 0komentar

Tahun Ajaran 2025/2026: Jawa Tengah Membangun Ekosistem Kewirausahaan di SMK

Membuat Project Kreatif
Tahun 2025 diharapkan menjadi tonggak penting dalam pengembangan pendidikan vokasi di Jawa Tengah, khususnya dalam menanamkan jiwa dan keterampilan kewirausahaan pada peserta didik. Sebuah langkah strategis tengah dipersiapkan untuk menginternalisasikan Kurikulum Kewirausahaan secara menyeluruh di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagai bagian dari upaya ini, Kurikulum Kewirausahaan akan diunggah dan dapat diakses melalui platform e-Kurikulum Satuan Pendidikan (e-KSP), berdampingan dengan Kurikulum Satuan Pendidikan yang telah ada. 
Langkah ini bertujuan untuk memudahkan para guru dalam memahami, mengimplementasikan, dan mengintegrasikan nilai-nilai serta kompetensi kewirausahaan ke dalam proses pembelajaran sehari-hari. Lebih dari sekadar teori, implementasi Kurikulum Kewirausahaan di SMK akan diwujudkan melalui serangkaian Kegiatan Project Pembelajaran yang inovatif dan aplikatif. 
Tiga fokus utama dalam project pembelajaran ini adalah: 
  1. Karya Inovatif Siswa: Mendorong siswa untuk menciptakan ide-ide baru, mengembangkan solusi kreatif terhadap permasalahan yang ada, dan menuangkannya dalam bentuk produk atau layanan yang memiliki nilai tambah. 
  2. Karya Produktif Siswa: Melatih siswa untuk menghasilkan produk atau layanan yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dipasarkan. Kegiatan ini akan mengasah keterampilan produksi, manajemen, dan pemasaran siswa. 
  3. Karya Teknologi Siswa: Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan produk atau layanan. Siswa akan didorong untuk memanfaatkan teknologi digital, otomasi, atau teknologi terapan lainnya dalam menciptakan solusi yang efektif dan efisien. 

Gagasan besar di balik inisiatif ini adalah keyakinan bahwa mewirausahakan murid akan bisa terlaksana setelah mewirausahakan guru. Oleh karena itu, sebelum menuntut siswa untuk memiliki mentalitas dan keterampilan wirausaha, para pendidik di SMK diharapkan terlebih dahulu memiliki pemahaman, semangat, dan kemampuan dalam bidang ini. Pelatihan, workshop, dan pendampingan bagi guru akan menjadi bagian penting dalam proses internalisasi kurikulum ini. 
Lebih lanjut, hasil dari berbagai project pembelajaran kewirausahaan yang dihasilkan oleh siswa akan mendapatkan wadah untuk dipamerkan dan diapresiasi melalui kegiatan class meeting. Ini akan menjadi ajang bagi siswa untuk menunjukkan kreativitas, inovasi, dan hasil kerja keras mereka, sekaligus melatih kemampuan presentasi dan komunikasi. Sebagai langkah awal dan fokus implementasi, Provinsi Jawa Tengah menargetkan 35 piloting SMK di tahun 2025. 
Target ini memastikan bahwa paling tidak terdapat 1 SMK di setiap kabupaten/kota yang secara aktif menjalankan Kurikulum Kewirausahaan dan mengunggah dokumen kurikulumnya ke platform e-KSP. Langkah piloting ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik, mengidentifikasi tantangan, dan menyusun strategi implementasi yang lebih luas di masa mendatang. Dengan adanya Kurikulum Kewirausahaan yang terstruktur, kegiatan project pembelajaran yang aplikatif, dan fokus pada pemberdayaan guru, diharapkan tahun 2025 akan menjadi momentum penting dalam membentuk generasi muda Jawa Tengah yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis sesuai bidang keahliannya, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha yang kuat, kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan dunia kerja maupun menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Langkah ini sejalan dengan visi untuk menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan berdaya saing tinggi.

Karya Interior Siswa DPIB SMKN 1 Bukateja



Read More »
17 May | 0komentar

Rasional Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial

Integrasi pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial (KA) dalam pendidikan memungkinkan penggunaan teknologi secara maksimal untuk mendukung pembangunan nasional. Dalam hal peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, pembelajaran ini mengasah keterampilan abad ke-21, seperti berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah, yang sejalan dengan upaya meningkatkan daya saing di tingkat global.
Dari sudut pandang ekonomi berkelanjutan, keahlian dalam koding dan KA menciptakan peluang ekonomi baru, mendukung inovasi, dan mendorong pertumbuhan industri digital, yang memungkinkan generasi muda berkontribusi pada ekonomi kreatif. Lebih jauh lagi, dalam konteks inovasi dan teknologi untuk pembangunan, pendidikan berbasis koding dan KA menghasilkan generasi inovator yang dapat berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan teknologi untuk mengatasi berbagai tantangan sosial.
Selain itu, program pembelajaran koding dan KA juga memperkuat pemerataan akses pendidikan berkualitas, sehingga semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang sosial-ekonomi, mendapatkan kesempatan belajar yang setara. Yang tak kalah penting, penguatan identitas nasional tetap terjaga, karena teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung dan mempromosikan budaya lokal di arena global.
Dengan mengintegrasikan pembelajaran koding dan KA dalam sistem pendidikan nasional, diharapkan generasi mendatang dapat menciptakan solusi inovatif untuk tantangan nasional, mendorong kesejahteraan sosial-ekonomi, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang inovatif di kancah global.
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin mengarah pada digitalisasi di berbagai sektor, diharapkan penerapan koding dan kecerdasan artifisial (KA) di dunia pendidikan dapat terus berkembang dan menjangkau lebih banyak peserta didik. Hal ini penting agar mereka memiliki bekal yang cukup untuk bersaing di era industri digital yang cepat dan inovatif. Teknologi KA tidak hanya berpengaruh pada ekonomi dan lapangan kerja, tetapi juga membentuk norma sosial dan budaya. Oleh karena itu, peserta didik perlu memahami dampak sosial serta etika dalam pemanfaatan dan pengembangan teknologi tersebut.
Mata pelajaran Koding dan KA memiliki pendekatan holistik, di mana pembelajaran tidak hanya berfokus pada kompetensi teknis. Peserta didik juga akan mengembangkan diri mereka sebagai individu yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, komunikatif, mandiri, dan sehat.
Seluruh aspek kompetensi yang diperoleh melalui pembelajaran Koding dan KA saling terintegrasi dan melengkapi. Hal ini sangat penting karena akan memberikan dukungan kepada peserta didik untuk menghadapi dunia yang terus berubah, mengatasi tantangan baru, dan berkontribusi pada kesejahteraan diri mereka maupun orang lain.

Read More »
01 July | 0komentar

Peran Penelitian Tindakan Kelas

Diklat VEDC Malang
Beragam-ragam murid di dalam kelas, dari sifat, karakter kemampuan menerima pelajaran dan menalar serta memiliki kemauan dan keinginan yang berbeda-beda. Di kelas guru selalu merasa bahwa terdapat permasalahan bahkan bermunculan masalah-masalah yang harus segera diatasi. Permasalahan tersebut akan terus terpikirkan oleh guru sehingga diperlukan langkah-langkah tepat dan jitu untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Sang eksekutor penyelesaian masalah itu tiak lain dan tidak bukan adalah guru.

Langkah-langkah yang tepat dan jitu yang harus dilakukan guru untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan cara melakukan PTK. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran jika memang berkaitan masalah pembelajaran karena kompetensi. Demikian juga bisa berkaitan dengan masalah motivasi, penggunaan media pembelajaran. Jadi pada PTK ini ada 3 faktor penting:
1. Perubahan
2. Perbaikan
3. Peningkatan

Demi untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran murid serta untuk meningkatkan profesionalitas guru itu sendiri. Oleh karena itu, PTK memang begitu diperlukan oleh guru yang selalu berkecimpung dengan dunia kelas.

Guru merupakan orang yang paling tepat untuk melakukan PTK. Rustam dan Mundilarto (2004:1) mengemukakan ; (1) guru mempunyai otonomi untuk menilai kinerjanya, (2) temuan penelitian tradisi-onal sering sukar diterapkan untuk mem-perbaiki pembelajaran, (3) guru merupakan orang yamg paling akrab dengan kelasnya, (4) interaksi antara guru dengan murid berlangsung secara unik, dan (5) keterli-batan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan, mempersyaratkan guru untuk mampu melaksanakan PTK di kelasnya.

Menurut Salakim (2007:http://www. msaifunsalakim.blogspot.com),PTK merupakan suatu kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Alasannya (1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan murid lakukan, (2) PTK meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.
Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang di-kerjakannya selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti di bidangnya, (3) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya, dan (4) PTK tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. Salah satu kompetensi yang ter-masuk dalam kompetensi profesional guru adalah kemampuan melakukan penelitian teru-tama PTK, dimana PTK langsung terkait dengan kebutuhan guru untuk promosi kenaikan pangkat dan jabatan mulai dari golongan IV/a ke atas (Arikunto, 2006:1-2).

Bahkan, Menurut Menpan (2008:29-31) Dalam rancangan Keputusan Menpan tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, persyaratan meme-nuhi angka kredit dari sub unsur pengem-bangan profesi dipersyaratkan bagi guru yang akan naik pangkat dari golongan III/b ke III/c sebesar 2 angka kredit, golongan III.c ke III/d sebesar 4 angka kredit, golongan III/d ke IV/a sebesar 6 angka kredit, golongan IV/a ke IV/b sebesar 8 angka kredit, golongan IV/b ke IV/c sebesar 10 angka kredit, golongan IV/c ke IV/d sebesar 12 angka kredit, dan golongan IV/d ke IV/e sebesar 14 angka kredit. Selain itu, menurut Nurzaman (2006:36) dalam penilaian Setifikasi Guru, Karya Tulis Ilmiah termasuk PTK merupakan salah satu butir yang dinilai.

PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang sangat mungkin dapat di-lakukan oleh guru-guru di sekolah, karena dalam pelaksanaannya PTK tidak terlepas dari pekerjaan keseharian sebagai guru. Yang penting, guru yang bersang-kutan mempunyai keinginan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Sedang-kan manfaat yang diperoleh dari pelaksa-naan PTK di samping laporannya dapat diakui sebagai karya tulis ilmiah, juga dapat memperbaiki/meningkatkan kualitas pembelajaran secara langsung yang akan bermuara pada peningkatan kualitas hasil belajar murid.

Berdasarkan hal diatas, maka PTK bermanfaat setelah melakukannya, bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu murid (siswa)/pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.

 1). Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kuali-tas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalah-an dan kesulitan tersebut tidak akan ber-larut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembela-jaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Kedua-nya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan melakukan PTK. Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam mening-katkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.

 2). Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a) Guru memiliki kemampuan mem-perbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelola-nya.
 b).Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelola-nya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidang-nya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
c). Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan kete-rampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran.
d). Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan meng-analisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan keku-atan, kelemahan, dan tantangan pembe-lajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

 3). Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memi-liki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profe-sional, maka sekolah tersebut akan ber-kembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri.
Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh man-faat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Dalam keterangan lain, ahli pendidikan menyebutkan bahwa manfaat PTK di samping untuk membiasakan diri dengan menulis, mengorganisasi, melaporkan ten-tang segala yang terjadi di dalam proses pembelajaran yang kelak dapat digunakan sebagai bentuk karya tulis ilmiah dan diakui sebagai salah satu point perhitungan dalam kenaikan pangkat, juga ada manfaat lain yang lebih berarti bagi seorang guru.
Manfaat tersebut adalah (1) inovasi dalam pembelajaran; (2) pengembangan kuriku-lum yang mereka pahami; dan (3) untuk peningkatan profesionalisme seorang guru.

Artikel yang relevan:
Merumuskan Masalah Penelitian Tindakan Kelas

Read More »
10 June | 0komentar

Berpikir Kritis dan Keterampilan Memecahkan Masalah (IBL)

Berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah

Guru memiliki peran ganda yaitu sebagai pengajar sekaligus sebagai pendidik. Didalam merealisasikam dan mengembangkan tugas atau peran gandanya maka guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru diantaranya, Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji, perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.
Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih konprehensif dari itu. Selain mengajar dan membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang, mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama. 
Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efektif dan efesien.Upaya itu tidak lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang kita ketahui saat ini masalah pendidikan di Indonesia menjadi suatu masalah yang rumit dimana kebutuhan masyarakat akan pendidikan sangat tinggi seiring dengan perkembangan IPTEK dan pengaruh globalisasi, akan tetapi sebagian besar masyarakat masih dalam keadaan ekonomi yang sulit. Sehingga diperlukan suatu solusi untuk memecahkan masalah tersebut.

Mengkomunikasikan

Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain siswa, guru, metode, sarana dan prasarana serta situasi kelas pada saat itu. Semua faktor diatas sangat berperan penting. Guru diharapkan dapat mengembangkan model pembelajaran sehingga siswa lebih memahami materi mapel Kejuruan yang akan diajarkan. Guru dituntut menggunakan metode mengajar yang lebih baik, inovatif untuk memotivasi siswa dalam belajar. 
Pemilihan metode pengajaran dan model pembelajaran merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Selain itu agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional dan bertanggungjawab, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa (Mulyasa, 2007:35). Namun dalam kenyataannya terdapat kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan paradigma yang dipergunakan. Siswa di sekolah dijejali dengan informasi-informasi yang harus dikuasai, sementara kehidupan di masa depan menuntut pemecahan masalah baru secara inovatif.
Paradigma belajar yang dewasa ini adalah belajar yang beroriantasi pada proyek, masalah, penyelidikan (inkuiri), penemuan dan penciptaan. Penggunaaan prinsipprinsip belajar yang berorientasi pada masalah, belajar secara kolaboratif, belajar dengan melakukan kegiatan yang berpusat pada masyarakat, serta pembelajaran yang didasarkan pada dunia nyata diharapkan akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Dengan hasil belajar yang lebih baik, siswa diharapkan mampu bersaing demi kemajuan bangsa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan model pembelajaran Inquiri Based Learning (IBL). Menurut Sudarman (2007:69) Iquiry Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Read More »
15 March | 0komentar

Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial


Indonesia telah menetapkan fokus pada pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif untuk menghadapi tantangan global, termasuk di bidang digital, melalui Undang-Undang No. 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Kemampuan digital sangat penting di era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, di mana teknologi seperti Kecerdasan Artifisial (KA), mahadata, dan Internet of Things (IoT) semakin banyak digunakan di berbagai sektor.
Dalam konteks RPJPN, peningkatan literasi digital di semua jenjang pendidikan sangat diperlukan untuk membekali manusia dengan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Selain itu, kemampuan digital juga membantu dalam transformasi ekonomi digital, meningkatkan efisiensi layanan publik, dan mempercepat inovasi di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Dengan cara ini, peningkatan keterampilan digital tidak hanya membuat Indonesia lebih kompetitif di dunia, tetapi juga membantu pembangunan berkelanjutan dan memastikan akses teknologi yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan digital adalah dengan penguatan literasi digital, koding, dan kecerdasan artifisial (KA) dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia di tingkat global, tetapi juga mendukung percepatan pembangunan ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Selanjutnya, dalam konteks inovasi dan teknologi untuk pembangunan, pendidikan yang berfokus pada Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) bisa menghasilkan generasi inovator yang mampu berkontribusi pada penelitian dan pengembangan teknologi untuk mengatasi berbagai masalah sosial. Yang tak kalah penting, menjaga identitas nasional sangat perlu, karena teknologi bisa digunakan untuk mengangkat dan mempromosikan budaya lokal di kancah global. Dengan menggabungkan pembelajaran koding dan KA dalam sistem pendidikan nasional, diharapkan generasi mendatang dapat menciptakan solusi inovatif untuk menghadapi tantangan nasional,meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara inovatif di dunia.
Untuk mendukung kebijakan pendidikan berkualitas untuk semua, Program Prioritas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) telah dibuat untuk mengatasi tantangan pendidikan di era digital. Fokus utama program ini adalah menyediakan fasilitas yang baik, meningkatkan kualitas guru, dan mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Program ini juga menekankan pemerataan akses pendidikan, termasuk layanan pendidikan untuk peserta didik dengan kebutuhan khusus, dukungan finansial bagi peserta didik dari keluarga kurang mampu, serta menciptakan lingkungan sosial-budaya yang mendukung pembelajaran.
Dalam pengembangan talenta unggul, pemerintah berupaya memberi lebih banyak kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan minat dan bakat mereka di berbagai bidang, termasuk literasi digital, koding, dan kecerdasan artifisial. Kemendikdasmen menjadikan transformasi digital sebagai fokus utama untuk memperkuat sistem pendidikan dasar dan menengah. Penguatan kurikulum berbasis teknologi, pelatihan guru dalam menggunakan teknologi informasi, dan penyediaan akses ke infrastruktur digital adalah langkah penting untuk memastikan peserta didik siap menghadapi tantangan di masa depan. Salah satu inovasi yang didorong adalah pemanfaatan kecerdasan artifisial untuk personalisasi pembelajaran, sehingga pengalaman belajar bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik. Dengan sistem pembelajaran yang inklusif dan adil, pendidikan di Indonesia diharapkan mampu mencetak generasi yang kompetitif dan memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam mendapatkan akses pendidikan berkualitas.
Menyaksikan keberhasilan negara-negara seperti Singapura, India, Tiongkok, Australia, dan Korea Selatan dalam mengintegrasikan pembelajaran koding dan KA ke dalam sistem pendidikan mereka, Indonesia perlu mengambil langkah strategis agar tidak tertinggal dalam revolusi digital global. Upaya ini dapat dimulai dengan mengadaptasi kurikulum berbasis teknologi, memberikan pelatihan intensif bagi guru, dan memastikan akses yang merata terhadap infrastruktur digital di seluruh daerah. Selain itu, pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL) yang telah diterapkan di berbagai negara dapat diadopsi untuk mendorong kreativitas dan inovasi peserta didik dalam memecahkan masalah menggunakan teknologi. Dengan merancang kebijakan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan pendidikan di Indonesia, pembelajaran koding dan KA tidak hanya akan meningkatkan daya saing peserta didik di tingkat nasional dan internasional, tetapi juga membantu menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan industri masa depan.

Read More »
01 July | 0komentar

Speech To Text,Text to Speech

Google Cloud Text-to-Speech mengonversi teks menjadi ucapan mirip manusia dalam lebih dari 100 suara, dalam lebih dari 20 bahasa dan varian. Cloud Text-to-speech menerapkan riset inovatif dalam sintesis ucapan (WaveNet) dan jaringan neural canggih dari Google untuk menghadirkan audio dengan akurasi tinggi.
Dengan API yang mudah digunakan ini, Anda dapat membuat interaksi yang terdengar nyata dengan pengguna, yang mentransformasi layanan pelanggan, interaksi perangkat, dan aplikasi lainnya.
Didukung oleh machine learning Google Terapkan algoritme jaringan neural deep learning yang canggih untuk menyintesis teks ke dalam berbagai suara dan bahasa. Jaringan neural kami dibuat berdasarkan keahlian sintesis ucapan Google.


Google Cloud Text-to-Speech menawarkan pilihan 100+ suara dalam 20+ bahasa dan varian, sehingga developer dapat memilih suara yang paling cocok untuk aplikasinya.
DeepMind telah melakukan riset inovatif pada model machine learning untuk membuat ucapan yang menyerupai suara manusia dan terdengar lebih natural, yang mengurangi kesenjangan dengan suara manusia hingga 70%. Cloud Text-to-Speech menawarkan akses eksklusif ke 50+ suara WaveNet dan akan terus bertambah seiring waktu.
Sumber :https://cloud.google.com/text-to-speech/

Read More »
27 August | 0komentar

PKB Guna Mendukung Profesi Guru

Media Pembelajaran Berbasis Blog/Web

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalismenya. Dengan demikian, guru dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. pembelajaran yang berkualitas diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik. 
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah bagian penting dari proses pengembangan keprofesian guru yang merupakan tanggungjawab guru secara individu sebagai masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan harus mendukung kebutuhan individu dalam meningkatkan praktik keprofesian guru dan fokus pada pemenuhan dan pengembangan kompetensi guru untuk mendukung pengembangan karirnya. 
Kegiatan ini mencakup lain pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan/atau karya inovatif, yang bertujuan untuk: 
  1. Pengembangan diri, untuk mencapai kompetensi dasar yang disyaratkan bagi profesi guru. 
  2. Pengembangan diri untuk pendalaman dan pemutakhiran pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan kompetensinya sebagai guru. 
  3. Peningkatan keterampilan dan kemampuan guru untuk menghasilkan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. 
  4. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan yang menunjang pengembangan karirnya sebagai guru. 
  5. Pemenuhan kegiatan lain yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan guru saat ini dan kebutuhan guru saat ini dan di masa mendatang.
Berdasarkan Ketentuan Pasal 17, Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, jumlah minimum angka kredit untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/jabatan guru dari unsur pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut.

Jumlah Angka Kredit yang di Persyaratkan

*) bagi Guru Madya, golongan ruang IV/c, yang akan naik jabatan menjadi Guru Utama, golongan ruang IV/d, wajib melaksanakan presentasi ilmiah.

Read More »
23 December | 0komentar

Buku Pedoman Guru


Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi guru adalah salah satu unsur utama dalam kenaikan pangkat dan pengembangan karir guru selain kegiatan pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah yang diberikan angka kredit untuk kenaikan pangkat. Pada buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) oleh dirjen GTK revisi Tahun 2019 disebutkan jenis pengembangan keprofesian guru terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah dan karya inovatif. 
Salah satu publikasi ilmiah yang dapat dibuat guru adalah buku pedoman guru, yaitu buku tulisan guru yang berisi rencana kerja satu tahun berupa rencana kerja pengembangan pembelajaran bagi peserta didik dan rencana pengembangan profesi bagi guru pembelajar yang menyangkut empat kompetensi yaitu kepribadian, paedagogik, profesional dan kompetensi sosial.

Pada Tahun 2022 ini penulis mempunyai target kinerja sebagai berikut :

NO

KOMPETENSI

NAMA KEGIATAN

TARGET YANG DIHARAPKAN

BUKTI / HASIL

1

Pedagogik

Merencanakan pembelajaran

Merancang pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, pengembangan kurikulum, potensi peserta didik

 

Dokumen Silabus, RPP, Prota, Prosem, Kaldik

Melaksanakan pembelajaran

Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik serta menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik

 

Dokumen agenda mengajar, Daftar nilai, Daftar kehadiran, Jurnal

Mengevaluasi dan menilai hasil pembelajaran

merancang penilaian serta melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian

Dokumen kisi-kisi soal, kartu soal dan kunci jawaban

Menganalisis hasil pembelajaran

Menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

Dokumen penilaian harian, penilaian akhir semester

Melaksanakan tindak lanjut hasil pembelajaran

Memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.

Dokumen program remedial dan pengayaan

 

 

2

Kepribadian

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia

 

Membudayakan sikap toleransi, kerja sama, saling menghormati perbedaan untuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Sikap dan tingkah laku

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan, mempunyai Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan merasa bangga menjadi guru

 

Membudayakan sikap dan perilaku yang baik dan menjadi tauladan bagi siswa, memiliki etos kerja, tanggung jawab dan berkontribusi terhadap pengembangan sekolah

 

3.

Sosial

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif terhadap peserta didik serta menjalin komunikasi dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

Membudayakan sikap inklusif, bertindak obyektif dan tidak diskriminatif serta menjalin komunikasi dengan dengan guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat

 

 

 

Sikap dan tingkah laku

4.

Profesional

Meningkatkan Penguasaan materi struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang men-dukung mata pelajaran yang diampu

 

Melakukan penyesuaian cakupan materi dalam kurikulum yang berlaku dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik

 

1.    Diklat Pengembangan Diri(Diklat Fungsional dan Kegiatan Kolektif Guru)

2.    Publikasi ilmiah

3.    Melaksanakan Karya Inovatif

4.    Tugas Tambahan

Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif

melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap dan mempunyai bukti yang menggambarkan kinerjanya untuk melakukan pengembangan diri selanjutnya dalam mengaplikasikan proses pembelajaran serta berinovasi dan mengikuti kegiatan ilmiah dengan dukungan TIK .

 

 



Read More »
18 August | 0komentar

Kelas Maya Bukan Kelas "Mayeng-Mayeng"

Artikel ini pernah saya tulis sebelum kurikulum merdeka saya tulis tahun 2018. Saat itu sedang trennya istilah "Kelas Maya". Berlaku kurikulum 13 yang salah satunya muncul mata pelajaran Simulasi Digital (Simdig). Ketika Kelas Mendadak Kosong: Memahami Pembelajaran Kelas Maya dan Peran Petugas Piket Pemandangan yang mungkin menimbulkan keheranan, bahkan teguran, di lingkungan sekolah adalah ketika kelas yang tadinya tenang tiba-tiba berhamburan keluar, bukan karena jam istirahat, melainkan untuk mencari sinyal internet. Padahal hasil pembelajaran ini dapat dipantau secara baik. Terbukti dari hasil analisa pada pembelajaran ini.
Fenomena ini bisa memicu berbagai pertanyaan dan bahkan kesalahpahaman, terutama bagi guru lain, petugas piket, hingga kepala sekolah. Namun, di balik "kekacauan" sesaat ini, tersembunyi sebuah metode pembelajaran yang mungkin belum sepenuhnya dipahami: pemanfaatan Kelas Maya. Konteks ini menjadi penting untuk dipahami seiring dengan rekomendasi penggunaan Kelas Maya sebagai salah satu pendekatan pembelajaran di Indonesia, yang bahkan digaungkan bersamaan dengan lahirnya Kurikulum 2013. 
Seorang guru yang menerapkan metode ini tentu memiliki alasan pedagogis yang kuat, yaitu menyampaikan materi pelajaran melalui platform daring yang interaktif dan berpotensi meningkatkan keterlibatan siswa. Dalam era digital ini, Kelas Maya menawarkan fleksibilitas, akses ke berbagai sumber belajar, dan kesempatan untuk berkolaborasi secara virtual. Namun, implementasi Kelas Maya di lapangan seringkali menemui kendala, salah satunya adalah keterbatasan akses internet yang stabil dan merata. Inilah yang kemungkinan besar menjadi penyebab mengapa siswa terpaksa "mayeng-mayeng" atau berkeliaran di sekitar sekolah untuk mencari titik koneksi yang memadai. 
Mereka tidak sedang bolos atau menghindari pelajaran, melainkan berusaha untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang dirancang oleh guru mereka. Dalam situasi seperti ini, pemakluman dari seluruh elemen sekolah menjadi krusial. Guru lain perlu memahami bahwa rekan sejawat mereka sedang mencoba mengimplementasikan metode pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman. Petugas piket, yang biasanya bertugas menjaga ketertiban dan keamanan sekolah, perlu memahami konteks situasional ini dan tidak serta-merta menganggap siswa yang berada di luar kelas sebagai pelanggar aturan. 
Kepala sekolah, sebagai pemimpin institusi, memiliki peran penting dalam mensosialisasikan dan mendukung implementasi metode pembelajaran berbasis teknologi ini, termasuk mencari solusi untuk kendala infrastruktur seperti ketersediaan internet. Lantas, muncul pertanyaan menarik: apakah mengevaluasi metode yang digunakan guru merupakan tupoksi seorang petugas piket? Jawabannya, secara umum, tidak. 
Tupoksi utama petugas piket biasanya berkisar pada: Memastikan keamanan dan ketertiban lingkungan sekolah selama jam pelajaran. Mencatat kehadiran dan keterlambatan siswa. Menangani perizinan siswa yang keluar masuk sekolah. Menjadi penghubung informasi antara siswa, guru, dan pihak sekolah. Merespon kejadian insidental atau darurat. Evaluasi metode pembelajaran adalah ranah profesional guru dan kepala sekolah, atau tim khusus yang ditunjuk untuk pengembangan kurikulum dan inovasi pembelajaran. Guru memiliki otonomi dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang dianggap paling efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentu dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan materi ajar. 
Kepala sekolah bertanggung jawab untuk memantau dan mengevaluasi kualitas pembelajaran secara keseluruhan, memberikan dukungan dan umpan balik kepada guru, serta memastikan bahwa metode yang digunakan selaras dengan visi dan misi sekolah. Dalam konteks siswa yang keluar kelas untuk mencari sinyal internet, peran petugas piket yang lebih tepat adalah: Mencatat siswa yang keluar kelas dengan tujuan mencari koneksi internet (jika diperlukan untuk pendataan). Memastikan siswa tetap berada di area sekolah dan tidak menyalahgunakan waktu di luar kelas. Mengarahkan siswa ke area yang memiliki sinyal internet lebih baik (jika diketahui). 
Berkoordinasi dengan guru yang bersangkutan jika ada siswa yang terlalu lama berada di luar kelas atau menimbulkan potensi masalah. Kesalahpahaman terjadi ketika kita melihat fenomena ini dari sudut pandang aturan dan ketertiban konvensional tanpa memahami konteks pedagogis di baliknya. Pembelajaran Kelas Maya, meskipun menjanjikan, memerlukan dukungan infrastruktur dan pemahaman dari seluruh komunitas sekolah. Alih-alih langsung menghakimi, dialog dan koordinasi antar guru, petugas piket, kepala sekolah, dan bahkan siswa menjadi kunci untuk mengatasi kendala dan mengoptimalkan implementasi metode pembelajaran inovatif ini. 
Pada akhirnya, tujuan utama kita adalah menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif bagi siswa. Jika pemanfaatan Kelas Maya adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut, maka seluruh elemen sekolah perlu berkolaborasi dan saling memahami demi kelancaran proses pembelajaran, meskipun terkadang terlihat "berantakan" di permukaan. Memahami konteks dan berkomunikasi secara efektif adalah langkah awal untuk menghindari kesalahpahaman dan mendukung inovasi dalam dunia pendidikan.

Read More »
25 May | 0komentar