Assalamu'alaikum ! welcome to Media Pendidikan.| Contact | Register | Sign In
Showing posts sorted by date for query pembelajaran yang terstruktur. Sort by relevance Show all posts
Showing posts sorted by date for query pembelajaran yang terstruktur. Sort by relevance Show all posts

Alur Pembelajaran Modul Kecerdasan Artifisial dengan Taksonomi SOLO

Alur Pembelajaran Modul Kecerdasan Artifisial dengan Taksonomi SOLO
Penguasaan kecerdasan artifisial (KA) kini menjadi kebutuhan esensial. Namun, bagaimana kita bisa memastikan pembelajaran tentang KA tidak hanya bersifat superfisial, melainkan benar-benar mendalam? Salah satu kerangka yang sangat efektif untuk merancang alur pembelajaran yang progresif adalah Taksonomi SOLO (Structure of Observed Learning Outcome). Taksonomi ini membantu kita mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta didik, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks.
Mari kita bedah alur pembelajaran modul "Pengoperasian, Pengaplikasian, dan Kolaborasi Perangkat Kecerdasan Artifisial" menggunakan pendekatan SOLO Taxonomy:

1. Tahap Pra-Struktural (Pre-Structural): Pengenalan Awal Pada tahap ini, peserta mungkin belum memiliki pemahaman atau hanya memiliki pemahaman yang sangat terbatas tentang materi. Tujuan utamanya adalah membangun fondasi awal. 
  • Materi: Konsep dasar Kecerdasan Artifisial, sejarah singkat, dan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, rekomendasi Netflix, asisten suara). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengenali keberadaan KA. Mendengarkan dan mengidentifikasi contoh-contoh KA. 
  • Aktivitas: Diskusi kelas tentang "Apa yang Anda ketahui tentang AI?" Menonton video pengantar tentang AI. Kuis singkat identifikasi (benar/salah) tentang pernyataan dasar KA. 
  • Tagihan: Daftar contoh KA yang mereka temui sehari-hari. 
  • Moda: Synchronous (tatap muka/virtual) – Ceramah singkat, diskusi.

2. Tahap Uni-Struktural (Uni-Structural): Fokus pada Satu Aspek Peserta mulai memahami satu aspek dari materi, namun belum mampu menghubungkannya dengan konsep lain. 
  • Materi: Pengenalan komponen dasar perangkat keras/lunak yang mendukung KA (misalnya, sensor, kamera, data sederhana). Pengenalan perintah dasar pengoperasian perangkat KA sederhana. 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengidentifikasi satu fungsi spesifik perangkat KA. Mampu mengikuti satu instruksi untuk mengoperasikan. 
  • Aktivitas: Simulasi pengoperasian perangkat KA sederhana (misalnya, mengendalikan robot mini dengan perintah dasar). Mengidentifikasi input dan output dari satu contoh KA. Latihan interaktif: Menarik dan melepas blok kode untuk perintah dasar. 
  • Tagihan: Laporan singkat tentang satu fungsi perangkat KA yang dipelajari. 
  • Moda: Blended – Demonstrasi langsung, tutorial interaktif.

3. Tahap Multi-Struktural (Multi-Structural): Mengidentifikasi Beberapa Aspek Peserta dapat mengidentifikasi beberapa aspek terpisah dari materi, namun belum memahami bagaimana aspek-aspek tersebut saling berkaitan. 
  • Materi: Pengoperasian berbagai fitur perangkat KA yang berbeda. Pemahaman dasar tentang cara mengumpulkan dan menyiapkan data untuk aplikasi sederhana. Konsep aplikasi dasar KA (misalnya, pengenalan gambar sederhana, pengolahan suara dasar). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Menjelaskan beberapa fungsi perangkat KA secara terpisah. Menerapkan beberapa perintah yang berbeda secara sekuensial. Menjelaskan beberapa jenis data yang digunakan KA. 
  • Aktivitas: Eksperimen dengan berbagai fitur perangkat KA (misalnya, robot yang dapat mendeteksi warna DAN suara). Studi kasus singkat tentang aplikasi KA yang berbeda. Latihan pengumpulan data sederhana dan visualisasinya. 
  • Tagihan: Diagram yang menunjukkan beberapa fungsi terpisah dari perangkat KA, atau daftar jenis aplikasi KA yang berbeda. 
  • Moda: Hybrid – Praktikum mandiri, studi kasus kelompok kecil.

4. Tahap Relasional (Relational): Menghubungkan Berbagai Aspek Pada tahap ini, peserta mulai melihat hubungan antara berbagai aspek materi dan bagaimana mereka membentuk sebuah keseluruhan yang kohesif. 
  • Materi: Alur kerja lengkap pengaplikasian KA, dari pengumpulan data, pelatihan model, hingga implementasi dan pengujian. Prinsip dasar kolaborasi dalam proyek KA (misalnya, pembagian peran, penggunaan version control). 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Menjelaskan proses end-to-end pengembangan aplikasi KA. Menganalisis bagaimana perubahan pada satu komponen KA memengaruhi komponen lainnya. Merancang strategi kolaborasi untuk proyek KA. 
  • Aktivitas: Proyek kelompok kecil: Mengembangkan aplikasi KA sederhana (misalnya, chatbot dasar, sistem klasifikasi gambar kecil). Diskusi kasus: Mengidentifikasi masalah dalam proyek KA dan solusi kolaboratif. Presentasi tentang arsitektur aplikasi KA. 
  • Tagihan: Prototipe aplikasi KA sederhana yang fungsional, atau rencana proyek kolaborasi KA. 
  • Moda: Synchronous & Asynchronous – Proyek berbasis tim, mentoring, peer review.

5. Tahap Extended Abstract (Extended Abstract): Generalisasi dan Penerapan dalam Konteks Baru Ini adalah tingkat pemahaman tertinggi, di mana peserta mampu menggeneralisasi konsep yang dipelajari dan menerapkannya dalam situasi atau konteks baru yang belum pernah diajarkan sebelumnya. 
  • Materi: Etika KA, bias dalam algoritma, implikasi sosial KA, tren masa depan KA, dan inovasi dalam kolaborasi lintas disiplin. 
  • Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Mengevaluasi dampak etis dan sosial dari aplikasi KA. Merancang solusi KA untuk masalah dunia nyata yang kompleks, mempertimbangkan berbagai faktor. Mengusulkan ide-ide inovatif untuk pemanfaatan KA di luar domain yang diajarkan. Menginisiasi dan memimpin kolaborasi multi-pihak dalam konteks KA. 
  • Aktivitas: Studi kasus mendalam tentang dilema etika KA. Proyek inovasi: Mengidentifikasi masalah kompleks dan merancang solusi KA yang mempertimbangkan etika dan keberlanjutan. Debat terstruktur tentang masa depan KA. Menyajikan proposal proyek KA yang ambisius kepada audiens eksternal. 
  • Tagihan: Proposal proyek inovasi KA yang komprehensif, atau esai kritis tentang dampak etika KA. 
  • Moda: Asynchronous & Synchronous – Penelitian mandiri, lokakarya khusus, presentasi publik.

Dengan mengikuti alur pembelajaran yang terstruktur menggunakan Taksonomi SOLO ini, modul pengoperasian, pengaplikasian, dan kolaborasi perangkat kecerdasan artifisial dapat memastikan bahwa peserta didik tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga mengembangkan pemahaman yang mendalam, kritis, dan mampu berinovasi di bidang kecerdasan artifisial. Pendekatan ini memungkinkan pendidik untuk secara sistematis memandu peserta dari sekadar pengenalan hingga menjadi pemikir dan inovator KA yang ulung.

Read More »
06 July | 0komentar

Karakteristik Mapel KKA: Membangun Masa Depan Berbasis Etika dan Konteks

Karakteristik Mapel KKA
Di era digital yang berkembang pesat ini, penguasaan teknologi menjadi kunci. Salah satu bidang yang paling relevan dan transformatif adalah Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA). Namun, KKA bukan sekadar mata pelajaran yang mengajarkan baris-baris kode atau algoritma canggih. Lebih dari itu, KKA dirancang dengan karakteristik pembelajaran yang holistik, menitikberatkan pada pengembangan kompetensi teknis yang berlandaskan etika dan konteks nyata.

Fondasi Etika: Membangun Kompetensi Berkeadaban Poin pertama dan terpenting dalam pembelajaran KKA adalah menanamkan etika (keadaban) sebagai fondasi bagi penguasaan kompetensi di semua jenjang. Ini berarti bahwa setiap kali siswa belajar tentang coding atau bagaimana AI bekerja, mereka juga diajak untuk merenungkan dampak sosial, moral, dan etis dari teknologi tersebut. Bagaimana AI dapat digunakan untuk kebaikan? Bagaimana kita mencegah bias dalam algoritma? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bagian integral dari kurikulum, memastikan bahwa generasi mendatang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga bertanggung jawab secara etis.

Pembelajaran Kontekstual: Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari KKA dirancang untuk menjadi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan situasi yang dihadapi peserta didik sehari-hari dan permasalahan yang terjadi di masyarakat/lingkungan sekitar. Ini berarti konsep-konsep KKA tidak diajarkan secara abstrak. Sebaliknya, siswa akan diajak untuk mengidentifikasi masalah nyata di komunitas mereka – misalnya, bagaimana AI bisa membantu mendeteksi sampah di sungai atau bagaimana coding dapat menciptakan aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal belajar. Pendekatan ini membuat pembelajaran menjadi lebih relevan, menarik, dan bermakna bagi siswa.

Fleksibilitas Metode Pembelajaran: Internet-based, Plugged, dan Unplugged Fleksibilitas adalah kunci dalam KKA, dengan pembelajaran dapat dilaksanakan secara internet-based, plugged, dan unplugged. Internet-based memanfaatkan platform online, tutorial interaktif, dan kolaborasi virtual. Plugged melibatkan penggunaan perangkat keras seperti robotika sederhana atau mikrokontroler. Unplugged adalah metode pembelajaran tanpa komputer, di mana konsep-konsep KKA diajarkan melalui permainan, aktivitas fisik, atau teka-teki logika. Pendekatan ini memastikan bahwa pembelajaran KKA dapat diakses oleh semua siswa, terlepas dari ketersediaan fasilitas teknologi.

Pendekatan Human-Centered: Manusia sebagai Pusat Inovasi Karakteristik penting lainnya adalah penggunaan pendekatan human-centered di mana manusia sebagai fokus dalam pembelajaran, pemanfaatan, dan pengembangan KA. Ini menegaskan bahwa tujuan utama dari KKA adalah untuk melayani dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Siswa diajarkan untuk merancang solusi yang ramah pengguna, inklusif, dan memberikan nilai nyata bagi individu dan masyarakat, bukan sekadar menciptakan teknologi untuk kepentingan teknologi itu sendiri.

Jenjang Pembelajaran yang Terstruktur: Dari SD hingga SMA/SMK Kurikulum KKA dirancang secara progresif sesuai jenjang pendidikan:
Jenjang SD: KKA menekankan penguasaan kompetensi pra-dasar sebagai bekal bagi pembelajaran Informatika serta Koding dan KA di jenjang SMP. Ini bisa berupa pengenalan logika dasar, sequencing, atau konsep algoritma sederhana melalui permainan dan aktivitas yang menyenangkan. 
Jenjang SMP: Siswa akan melakukan praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat dasar. Mereka akan mulai menulis kode sederhana, memahami struktur data dasar, dan belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bertanggung jawab. 
Jenjang SMA/SMK: Pembelajaran berlanjut ke praktik mendalam berpikir komputasional dan literasi digital tingkat menengah dan lanjut. Pada tahap ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan proyek yang lebih kompleks, memahami konsep AI yang lebih dalam, dan bahkan mulai bersiap untuk karir di bidang teknologi. 

Dengan karakteristik pembelajaran yang komprehensif ini, mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial tidak hanya membekali siswa dengan keterampilan teknis yang esensial, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika dan kemampuan berpikir kritis. Ini adalah langkah krusial dalam mempersiapkan generasi muda Indonesia untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta dan inovator yang bertanggung jawab di masa depan.

Read More »
04 July | 0komentar

Pembelajaran Mendalam

Indonesia menghadapi berbagai tantangan, baik pada saat ini maupun saat masa depan, yang tidak pasti, tidak menentu, kompleks, ambigu, dan sulit diprediksi. Tantangan-tantangan tersebut hanya dapat dijawab melalui transformasi pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutu dan merata untuk semua melalui pembelajaran yang bermakna misalnya.
Tantangan internal pendidikan Indonesia terletak pada krisis pembelajaran yang berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran meskipun akses pendidikan dasar dan menengah sudah cukup baik. Pendekatan pembelajaran yang tidak efektif berdampak pada rendahnya kemampuan literasi membaca dan numerasi peserta didik Indonesia, seperti yang tercermin dalam hasil PISA. Literasi dan numerasi yang masih rendah terjadi karena terdapat kesenjangan efektivitas pembelajaran di sekolah yang belum memberi kesempatan luas kepada guru untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Tantangan lain yaitu kompetensi guru yang masih harus ditingkatkan agar guru memiliki pola pikir yang bertumbuh (growth mindset). Selain itu, beban kerja guru yang sangat berat dan lebih banyak berkaitan dengan tugas administratif mengurangi fokus mereka pada peran utama sebagai pendidik.
Untuk menghadapi tantangan-tantangan itu, sistem pendidikan nasional Indonesia perlu ditransformasi secara terstruktur, sistemik dan masif. Melanjutkan praktik pembelajaran seperti saat ini akan sulit meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, transformasi pendidikan merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda lebih lama lagi, atau sangat kritis dan sangat urgen. Berdasar praktik di berbagai negara, transformasi pendidikan nasional yang efektif bukan top-down, tetapi bottom-up, dimulai dari transformasi pembelajaran di setiap ruang kelas.
Selain tantangan tersebut, Indonesia memiliki keberagaman yang merupakan modal berharga untuk menciptakan pembelajaran yang lebih kontekstual dan bermakna. Pemanfaatan teknologi merupakan peluang akses pendidikan bagi berbagai lapisan masyarakat. Momentum Bonus Demografi 2035 dan visi Indonesia Emas 2045 menjadi tantangan sekaligus peluang besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan generasi menuju visi Indonesia Emas 2045. Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia berupaya dengan cepat dan tepat untuk mengakselerasi dampak pendidikan melalui berbagai pendekatan pembelajaran, salah satunya Pembelajaran Mendalam (PM).
Untuk konteks Indonesia, PM bukan kurikulum melainkan suatu pendekatan pembelajaran. Pembelajaran Mendalam juga bukan pendekatan baru dalam sistem pendidikan Indonesia. Sejak tahun 1970-an telah dikenalkan pendekatan pembelajaran Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM), Contextual Teaching and Learning (CTL). Akan tetapi, semua pendekatan tersebut masih banyak menghadapi kendala baik dalam tataran konsep maupun implementasi. Oleh karena itu, PM berfungsi sebagai fondasi utama dalam peningkatan proses dan mutu pembelajaran.



Definisi Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.
  • Berkesadaran Pengalaman belajar peserta didik yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Peserta didik memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, serta aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
  • Bermakna Peserta didik dapat merasakan manfaat dan relevansi dari hal-hal yang dipelajari untuk kehidupan. Peserta didik mampu mengkonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama dan menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata.
  • Menggembirakan Pembelajaran yang menggembirakan merupakan suasana belajar yang positif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi. Peserta didik merasa dihargai atas keterlibatan dan kontribusinya pada proses pembelajaran. Peserta didik terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat, dan menerapkan pengetahuan.
  • Olah pikir Merupakan proses pendidikan yang berfokus pada pengasahan akal budi dan kemampuan kognitif, seperti kemampuan untuk memahami, menganalisa, dan memecahkan masalah.


Kerangka Kerja Pembelajaran Mendalam

Read More »
23 June | 0komentar

Kalender Pendidikan Tahun Ajaran 2025/2026

Kalender Pendidikan yang selanjutnya disingkat Kaldik adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.Dalam rangka mendorong efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran dan sekaligus memberikan pedoman kepada Satuan Pendidikan di Provinsi Jawa Tengah dalam mengatur waktu untuk kegiatan pembelajaran selama Tahun Ajaran 2025/2026 maka perlu dilakukan pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran pada Satuan Pendidikan Formal pada periode waktu dimaksud yang mencakup antara lain permulaan tahun ajaran baru, minggu efektif belajar, dan juga hari libur.
Kalender pendidikan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran dan kegiatan sekolah. Di Indonesia, setiap tahun ajaran diatur dengan cermat melalui sebuah sistem yang dikenal sebagai Kalender Pendidikan atau disingkat Kaldik. Kaldik ini bukan sekadar penanda tanggal merah, melainkan sebuah pengaturan waktu komprehensif untuk seluruh kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran.

 


Apa Saja yang Diatur dalam Kalender Pendidikan? 
Kaldik mencakup beberapa elemen krusial yang memastikan proses belajar mengajar berjalan efektif dan terstruktur: 
  • Permulaan Tahun Ajaran: Ini adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun ajaran di setiap Satuan Pendidikan. 
  • Penentuan tanggal permulaan tahun ajaran sangat penting untuk kesiapan sekolah, guru, dan siswa. 
  • Minggu Efektif Belajar: Mengacu pada jumlah minggu yang digunakan untuk proses pembelajaran pada setiap Satuan Pendidikan dalam satu tahun ajaran. Minggu efektif belajar menjadi acuan utama bagi guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan target kurikulum. 
  • Waktu Pembelajaran Efektif: Ini adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, yang meliputi jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran (termasuk muatan lokal) ditambah jam untuk kegiatan pengembangan diri. Dengan adanya waktu pembelajaran efektif, kualitas dan kuantitas materi yang disampaikan kepada siswa dapat terukur dengan jelas. 
  • Hari Libur: Kaldik juga mengatur hari-hari libur yang telah ditetapkan, seperti libur nasional, libur keagamaan, dan libur semester. Penentuan hari libur ini penting untuk memberikan waktu istirahat yang cukup bagi siswa dan tenaga pendidik. 
Istilah Penting Lainnya dalam Pengelolaan Pendidikan Selain Kaldik, ada beberapa istilah lain yang tak kalah penting dalam administrasi dan kegiatan sekolah: 
Perencanaan Pengaturan Kelas: Ini adalah pengaturan kelas untuk keperluan administrasi Satuan Pendidikan. Pengaturan ini bisa meliputi pembagian kelas, penentuan kapasitas siswa per kelas, hingga penataan ruang kelas. 
Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB): SPMB adalah keseluruhan rangkaian komponen penerimaan murid yang saling berkaitan dalam mewujudkan layanan pendidikan yang bermutu bagi semua. SPMB memastikan proses penerimaan siswa baru berjalan transparan, adil, dan sesuai dengan kapasitas sekolah. 
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS): MPLS adalah kegiatan pertama masuk sekolah yang bertujuan untuk memperkenalkan program, sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri, dan pembinaan awal kultur Sekolah. MPLS sangat penting untuk membantu siswa baru beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan membentuk pondasi budaya belajar yang positif. 
Hari-hari Pertama Masuk Satuan Pendidikan: Ini adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan Satuan Pendidikan pada permulaan tahun ajaran. Biasanya, kegiatan ini mencakup MPLS dan berbagai persiapan lain untuk memulai pembelajaran. Dengan memahami istilah-istilah di atas, kita dapat lebih mengapresiasi kompleksitas dan keteraturan yang ada di balik sistem pendidikan kita. Pengaturan yang cermat ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal dan mendukung pencapaian potensi terbaik setiap siswa.

Read More »
13 June | 0komentar

Jebakan Layar: Mengapa Kita Banyak Tahu Tapi Sedikit Paham?

Di era serba digital ini, masyarakat kita menunjukkan antusiasme yang luar biasa dalam mengakses informasi. Gawai pintar menjadi perpanjangan tangan, membuka gerbang tanpa batas menuju lautan data dan berita. Platform media sosial, portal berita daring, hingga berbagai aplikasi berbagi informasi menjadi santapan sehari-hari. Namun, di balik hiruk pikuk aktivitas digital ini, tersimpan sebuah paradoks yang mengkhawatirkan: meskipun volume informasi yang dikonsumsi sangat tinggi, kedalaman pemahaman dan kemampuan analisis seringkali dangkal dan terfragmentasi. 
Fenomena "membaca" di era digital ini lebih menyerupai konsumsi instan, sebuah kontras signifikan dengan proses membaca buku atau artikel yang menuntut fokus, refleksi, dan pemahaman yang komprehensif. 

Gelombang Informasi Instan: 
Kemudahan dan Konsekuensinya
Kemudahan akses informasi digital memang menawarkan banyak keuntungan. Berita terkini dapat diakses dalam hitungan detik, berbagai perspektif dapat dijangkau dengan beberapa kali klik, dan pengetahuan tentang topik tertentu dapat diperoleh secara instan. Namun, kemudahan ini juga membawa konsekuensi. Algoritma media sosial dan mesin pencari seringkali menyajikan informasi yang terpersonalisasi dan terkurasi, menciptakan "filter bubble" atau "echo chamber" di mana pengguna hanya terpapar pada pandangan yang sesuai dengan keyakinan mereka. Akibatnya, kemampuan untuk melihat isu dari berbagai sudut pandang dan mengembangkan pemikiran kritis menjadi terhambat. 
Selain itu, format informasi digital yang didominasi oleh konten singkat, visual menarik, dan headline sensasional mendorong pola konsumsi yang cepat dan dangkal. Masyarakat terbiasa dengan scrolling tanpa henti, melompat dari satu informasi ke informasi lain tanpa memberikan waktu yang cukup untuk mencerna dan merenungkan. Notifikasi yang terus-menerus dan distraksi dari berbagai aplikasi juga memecah fokus, membuat konsentrasi pada satu topik secara mendalam menjadi tantangan tersendiri. 

"Membaca" yang Terfragmentasi: Antara Konsumsi dan Pemahaman Istilah "membaca" di era digital mengalami pergeseran makna. Alih-alih merujuk pada aktivitas yang melibatkan pemahaman mendalam, analisis kritis, dan pembentukan pengetahuan yang terstruktur, "membaca" kini seringkali hanya berarti sekadar melihat sekilas headline, membaca ringkasan singkat (thread), atau bahkan hanya menonton video pendek. Informasi yang diterima bersifat fragmentaris, terpotong-potong, dan kurang terhubung dalam sebuah kerangka pemahaman yang utuh. Kondisi ini berbeda jauh dengan pengalaman membaca buku atau artikel ilmiah yang panjang dan kompleks. Guru Berprestasi
Proses membaca yang mendalam menuntut kesabaran, fokus, dan kemampuan untuk menghubungkan ide-ide yang berbeda. Pembaca dipaksa untuk berpikir secara analitis, mengevaluasi argumen, dan membentuk pemahaman yang koheren. Proses ini tidak hanya menghasilkan pengetahuan yang lebih mendalam tetapi juga melatih kemampuan kognitif seperti konsentrasi, memori, dan pemikiran kritis. 

Erosi Pemikiran Kritis dan Literasi Informasi Kecenderungan konsumsi informasi yang dangkal dan terfragmentasi dapat membawa dampak jangka panjang yang merugikan. Erosi pemikiran kritis menjadi salah satu ancaman utama. Ketika masyarakat terbiasa menerima informasi secara instan tanpa melakukan verifikasi atau analisis lebih lanjut, mereka menjadi lebih rentan terhadap disinformasi, berita palsu (hoax), dan propaganda. Kemampuan untuk membedakan fakta dari opini, informasi yang kredibel dari yang tidak, menjadi semakin tumpul. 
Selain itu, literasi informasi yang rendah juga menjadi konsekuensi dari pola konsumsi digital yang tidak terstruktur. Literasi informasi tidak hanya sebatas kemampuan untuk mencari informasi, tetapi juga kemampuan untuk mengevaluasi, mengorganisir, dan menggunakan informasi secara efektif dan bertanggung jawab. Ketika masyarakat lebih fokus pada konsumsi instan, kemampuan ini tidak terlatih dengan baik. Menuju Keseimbangan: Mengembangkan Literasi Digital yang Mendalam Menghadapi tantangan ini, penting untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mengembangkan literasi digital yang mendalam. Ini bukan berarti menolak kemajuan teknologi atau menghindari konsumsi informasi digital, melainkan bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi secara bijak untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: 

Mengalokasikan waktu khusus untuk membaca buku, artikel panjang, atau laporan yang membutuhkan fokus dan analisis. Mengembangkan Keterampilan Pemikiran Kritis: Melatih diri untuk selalu mempertanyakan informasi yang diterima, mencari berbagai sumber, dan mengevaluasi validitas dan kredibilitas informasi. Memanfaatkan Teknologi untuk Pembelajaran yang Terstruktur: Menggunakan platform pendidikan daring, kursus online, atau aplikasi yang dirancang untuk pembelajaran yang mendalam dan terstruktur. Menciptakan Ruang Diskusi yang Bermakna: Berpartisipasi dalam diskusi atau forum yang mendorong pertukaran ide, analisis mendalam, dan pengembangan pemahaman bersama. 
Edukasi Literasi Informasi: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya literasi informasi dan memberikan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengelola informasi digital secara efektif. 
Era digital menawarkan potensi besar untuk meningkatkan akses terhadap informasi dan pengetahuan. Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan berupa kecenderungan konsumsi informasi yang dangkal dan terfragmentasi. Untuk menghindari erosi pemikiran kritis dan meningkatkan kualitas pemahaman, masyarakat perlu mengembangkan literasi digital yang mendalam, menyeimbangkan antara konsumsi informasi instan dengan kebiasaan membaca dan belajar yang terstruktur. Dengan demikian, banjir informasi digital tidak hanya menjadi sekadar tontonan, tetapi juga sumber pengetahuan yang memperkaya dan memberdayakan.



Read More »
23 May | 0komentar

Mengapa Literasi Kita Sekadar Scrolling?

Budaya membaca di indonesia yang rendah dan akar permasalahan rendahnya literasi di Indonesia banyak faktor yang mempengaruhi. Kultur di lingkungan siswa dan sekolah sering tidak mendukungnya. Budaya membaca muncul dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan seputar kegiatan membaca. Anda secara tepat menyoroti bahwa persoalannya tidak sesederhana jumlah buku yang dibaca, melainkan menyentuh aspek yang lebih mendasar dalam sistem pendidikan dan budaya kita. Paradoks "Literasi" Digital: Poin tentang kebiasaan membaca komentar online memang ironis. Di satu sisi, masyarakat kita aktif dalam menyerap informasi digital. Namun, aktivitas ini seringkali bersifat fragmentaris, dangkal, dan tidak terstruktur, jauh berbeda dengan proses membaca buku atau artikel yang mendalam dan analitis. "Membaca" dalam konteks ini lebih kepada konsumsi informasi instan, bukan penguasaan pengetahuan yang komprehensif. 

Berawal dari Membaca dan Menulis
Dari pembiasaan membaca dan menulis
Membunuh Keberanian Bertanya: Analisis Anda mengenai bagaimana sistem pendidikan kita cenderung menghargai jawaban cepat dan menghukum pertanyaan adalah inti dari masalah ini. Budaya kelas yang demikian menciptakan iklim di mana: 
Bertanya dianggap aib: Murid yang bertanya seringkali dicap kurang pintar atau lambat memahami. Rasa malu dan takut dihakimi menghambat keinginan untuk bertanya. 

Jawaban adalah tujuan utama: 
Fokus pada hafalan dan reproduksi jawaban yang benar dalam ujian menggeser esensi pembelajaran yang seharusnya berpusat pada pemahaman dan eksplorasi. Kritis dianggap resisten: Sikap mempertanyakan atau mencari sudut pandang lain seringkali disalahartikan sebagai ketidakpatuhan atau bahkan pemberontakan. Akibatnya, generasi yang tumbuh dalam sistem ini kehilangan rasa ingin tahu alami mereka. Mereka terbiasa menjadi penerima pasif informasi, bukan pencari aktif pengetahuan. 
Kemampuan untuk berpikir kritis, menganalisis informasi secara mendalam, dan merumuskan pertanyaan yang relevan menjadi terhambat. Pergeseran Paradigma yang Dibutuhkan: Gagasan Pak Rizal tentang "revolusi kultural" sangat relevan. Perubahan struktural dalam kurikulum atau fasilitas pendidikan saja tidak akan cukup jika tidak diiringi dengan perubahan mendasar dalam cara kita memandang proses belajar dan mengajar. Beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan: Merayakan pertanyaan: Sekolah dan lingkungan belajar harus menciptakan ruang aman dan inklusif di mana pertanyaan dihargai sebagai wujud keingintahuan dan langkah awal menuju pemahaman yang lebih baik. 
Guru perlu memfasilitasi diskusi yang mendorong siswa untuk bertanya dan mengeksplorasi berbagai perspektif. Fokus pada proses, bukan hanya hasil: Penilaian tidak seharusnya hanya berorientasi pada jawaban yang benar, tetapi juga pada kemampuan siswa dalam merumuskan pertanyaan yang baik, melakukan riset, menganalisis informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran mereka secara efektif. Ide Anda tentang ujian yang berfokus pada pembuatan pertanyaan sangat menarik dan patut dipertimbangkan. Menumbuhkan budaya membaca yang menyenangkan: Membaca seharusnya tidak menjadi beban atau kewajiban, tetapi sebuah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Menyediakan akses ke buku yang beragam dan menarik, serta menciptakan kegiatan yang mempromosikan kecintaan membaca sejak dini, sangatlah penting. 
Contoh di Inggris di mana anak-anak membaca karena ingin tahu, bukan karena disuruh, adalah cerminan dari budaya membaca yang kuat. Mendorong pembelajaran sepanjang hayat (Learn, Unlearn, Relearn): Konsep ini menekankan pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam belajar. Kita perlu terus belajar, melepaskan pemahaman lama yang tidak lagi relevan, dan belajar kembali dengan perspektif yang lebih segar. Ini membutuhkan keberanian untuk mengakui ketidaktahuan dan terus mencari pemahaman yang lebih mendalam. 
Rendahnya literasi di Indonesia bukan semata-mata persoalan kurangnya minat membaca buku. Akar masalahnya lebih dalam, terkait dengan sistem pendidikan dan budaya yang kurang menghargai pertanyaan, terlalu fokus pada jawaban, dan belum sepenuhnya menumbuhkan budaya membaca yang didasari oleh rasa ingin tahu. Literasi yang sesungguhnya adalah kemampuan untuk berpikir kritis, memahami informasi secara mendalam, dan memiliki keberanian untuk terus bertanya. Untuk meningkatkan literasi, kita perlu melakukan revolusi kultural dalam cara kita melihat belajar dan menumbuhkan generasi yang tidak hanya rajin menjawab, tetapi juga gemar bertanya dan memahami.

Read More »
23 May | 0komentar

Tahun Ajaran 2025/2026: Jawa Tengah Membangun Ekosistem Kewirausahaan di SMK

Membuat Project Kreatif
Tahun 2025 diharapkan menjadi tonggak penting dalam pengembangan pendidikan vokasi di Jawa Tengah, khususnya dalam menanamkan jiwa dan keterampilan kewirausahaan pada peserta didik. Sebuah langkah strategis tengah dipersiapkan untuk menginternalisasikan Kurikulum Kewirausahaan secara menyeluruh di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagai bagian dari upaya ini, Kurikulum Kewirausahaan akan diunggah dan dapat diakses melalui platform e-Kurikulum Satuan Pendidikan (e-KSP), berdampingan dengan Kurikulum Satuan Pendidikan yang telah ada. 
Langkah ini bertujuan untuk memudahkan para guru dalam memahami, mengimplementasikan, dan mengintegrasikan nilai-nilai serta kompetensi kewirausahaan ke dalam proses pembelajaran sehari-hari. Lebih dari sekadar teori, implementasi Kurikulum Kewirausahaan di SMK akan diwujudkan melalui serangkaian Kegiatan Project Pembelajaran yang inovatif dan aplikatif. 
Tiga fokus utama dalam project pembelajaran ini adalah: 
  1. Karya Inovatif Siswa: Mendorong siswa untuk menciptakan ide-ide baru, mengembangkan solusi kreatif terhadap permasalahan yang ada, dan menuangkannya dalam bentuk produk atau layanan yang memiliki nilai tambah. 
  2. Karya Produktif Siswa: Melatih siswa untuk menghasilkan produk atau layanan yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dipasarkan. Kegiatan ini akan mengasah keterampilan produksi, manajemen, dan pemasaran siswa. 
  3. Karya Teknologi Siswa: Mengintegrasikan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan produk atau layanan. Siswa akan didorong untuk memanfaatkan teknologi digital, otomasi, atau teknologi terapan lainnya dalam menciptakan solusi yang efektif dan efisien. 

Gagasan besar di balik inisiatif ini adalah keyakinan bahwa mewirausahakan murid akan bisa terlaksana setelah mewirausahakan guru. Oleh karena itu, sebelum menuntut siswa untuk memiliki mentalitas dan keterampilan wirausaha, para pendidik di SMK diharapkan terlebih dahulu memiliki pemahaman, semangat, dan kemampuan dalam bidang ini. Pelatihan, workshop, dan pendampingan bagi guru akan menjadi bagian penting dalam proses internalisasi kurikulum ini. 
Lebih lanjut, hasil dari berbagai project pembelajaran kewirausahaan yang dihasilkan oleh siswa akan mendapatkan wadah untuk dipamerkan dan diapresiasi melalui kegiatan class meeting. Ini akan menjadi ajang bagi siswa untuk menunjukkan kreativitas, inovasi, dan hasil kerja keras mereka, sekaligus melatih kemampuan presentasi dan komunikasi. Sebagai langkah awal dan fokus implementasi, Provinsi Jawa Tengah menargetkan 35 piloting SMK di tahun 2025. 
Target ini memastikan bahwa paling tidak terdapat 1 SMK di setiap kabupaten/kota yang secara aktif menjalankan Kurikulum Kewirausahaan dan mengunggah dokumen kurikulumnya ke platform e-KSP. Langkah piloting ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik, mengidentifikasi tantangan, dan menyusun strategi implementasi yang lebih luas di masa mendatang. Dengan adanya Kurikulum Kewirausahaan yang terstruktur, kegiatan project pembelajaran yang aplikatif, dan fokus pada pemberdayaan guru, diharapkan tahun 2025 akan menjadi momentum penting dalam membentuk generasi muda Jawa Tengah yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis sesuai bidang keahliannya, tetapi juga memiliki jiwa wirausaha yang kuat, kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan dunia kerja maupun menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Langkah ini sejalan dengan visi untuk menghasilkan lulusan SMK yang kompeten dan berdaya saing tinggi.

Karya Interior Siswa DPIB SMKN 1 Bukateja



Read More »
17 May | 0komentar

Download Lembar Kerja Pembelajaran EBK : Lembar Kerja, Tabel Berat Besi

Bagi para pengajar dan mahasiswa yang tengah berkutat dengan mata kuliah Estimasi Biaya Konstruksi (EBK) di semester genap tahun ajaran 2024/2025, kami menyediakan berbagai sumber daya penting untuk menunjang proses pembelajaran dan penyelesaian tugas proyek Anda. Dapatkan akses mudah ke lembar kerja pembelajaran EBK, tabel berat besi, dan template Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam format Excel yang praktis! Mengapa Sumber Daya Ini Penting untuk Pembelajaran EBK Anda? 
Mata Pelajaran Estimasi Biaya Konstruksi (EBK) merupakan fondasi penting dalam dunia teknik sipil dan manajemen konstruksi. Pemahaman yang mendalam mengenai perhitungan biaya proyek akan membekali Anda dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan di industri. 
Sumber daya yang kami sediakan ini dirancang untuk: Mempermudah Pemahaman Konsep EBK: Lembar kerja pembelajaran EBK akan membantu mahasiswa dalam memahami langkah-langkah perhitungan biaya konstruksi secara sistematis. Mendukung Pengerjaan Tugas Proyek: Dengan adanya panduan dan format yang terstruktur, penyelesaian tugas proyek EBK akan menjadi lebih efisien dan akurat. Menyediakan Data Berat Besi yang Akurat: Tabel berat besi akan menjadi referensi penting dalam menghitung kebutuhan material besi pada berbagai jenis proyek konstruksi. Mempercepat Proses Penyusunan RAB: Template RAB dalam format Excel akan mempermudah Anda dalam menyusun rencana anggaran biaya proyek secara profesional dan terorganisir. 

Sumber Daya yang Tersedia untuk Anda: 
Download Lembar Kerja Pembelajaran EBK (Semester Genap 2024/2025): Lembar kerja ini dirancang khusus untuk materi EBK semester genap tahun ajaran 2024/2025. Didalamnya terdapat panduan langkah demi langkah, contoh soal, dan format yang dapat diisi untuk berbagai jenis perhitungan biaya konstruksi. Lembar kerja ini akan membantu mahasiswa memahami konsep-konsep penting dan menerapkannya dalam latihan soal maupun tugas proyek. 

Download Tabel Berat Besi: Tabel berat besi merupakan referensi krusial dalam perhitungan volume dan biaya material besi. Tabel yang kami sediakan mencakup berbagai jenis dan ukuran besi yang umum digunakan dalam proyek konstruksi. Dengan tabel ini, Anda dapat dengan mudah mengetahui berat per meter dari berbagai profil besi, sehingga mempermudah perhitungan kebutuhan material. 

Download Bentuk Excel untuk Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB): Template RAB dalam format Microsoft Excel ini dirancang agar mudah digunakan dan disesuaikan dengan berbagai jenis proyek konstruksi. Template ini umumnya mencakup kolom-kolom penting seperti: 

  1. Nomor Urut 
  2. Jenis Pekerjaan 
  3. Satuan 
  4. Volume 
  5. Harga Satuan 
  6. Jumlah Harga 

Dengan template ini, Anda dapat menyusun RAB secara sistematis, menghitung total biaya proyek, dan menganalisis alokasi anggaran. Bagaimana Cara Mendapatkan Sumber Daya Ini? Untuk mengunduh lembar kerja pembelajaran EBK, tabel berat besi, dan template RAB Excel, silakan kunjungi tautan berikut:


Pastikan tautan di atas mengarah ke sumber yang valid dan aman untuk mengunduh file-file tersebut. Manfaatkan Sumber Daya Ini untuk Kesuksesan Pembelajaran EBK Anda! Kami berharap sumber daya ini dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran Estimasi Biaya Konstruksi Anda di semester genap tahun ajaran 2024/2025. 
Dengan pemahaman konsep yang kuat dan kemampuan menyusun RAB yang akurat, Anda akan semakin siap menghadapi tantangan di dunia konstruksi. Jangan ragu untuk memanfaatkan sumber daya ini semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas proyek dan meningkatkan pemahaman Anda tentang Estimasi Biaya Konstruksi. Selamat belajar!

Read More »
04 May | 0komentar

Mengasah Kemampuan Estimasi Biaya Konstruksi (Materi Semester Genap)

Dalam era digital ini, akses terhadap informasi dan sumber belajar menjadi semakin mudah dan efisien. Mata pelajaran Konsentrasi Keahlian Estimasi Biaya Konstruksi (EBK) memanfaatkan kemudahan ini untuk membekali siswa dengan keterampilan penting dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebuah proyek konstruksi. Tugas kali ini mengajak siswa untuk secara aktif menggunakan sumber daya daring dalam proses penyusunan RAB, sebuah kompetensi krusial bagi seorang ahli estimasi biaya. Langkah-langkah sistematis telah dirancang untuk memandu siswa dalam menyelesaikan tugas ini, menggabungkan eksplorasi materi daring dengan praktik langsung penyusunan RAB. Berikut adalah tahapan pembelajaran yang akan dilalui: 

1. Mengakses Sumber Informasi: 
Langkah awal yang esensial adalah mengakses sumber materi pembelajaran yang telah disiapkan. Siswa akan menggunakan peramban web seperti Google Chrome atau Mozilla Firefox untuk menuju alamat URL berikut: 


Situs web ini akan menjadi gerbang utama untuk mendapatkan pemahaman konseptual dan teoritis terkait Estimasi Biaya Konstruksi. 

2. Mendalami Materi EBK: 
Setelah berhasil mengakses situs web, siswa akan diarahkan untuk mencari materi EBK secara spesifik melalui tautan berikut: 


Pada halaman ini, siswa diharapkan untuk mempelajari berbagai materi yang relevan dengan penyusunan RAB, termasuk pemahaman tentang komponen biaya, metode perhitungan, dan standar yang berlaku dalam industri konstruksi. Pemahaman yang kuat terhadap materi ini akan menjadi landasan yang kokoh dalam menyusun RAB yang akurat dan komprehensif. 

3. Mengunduh Lembar Kerja: 
Untuk memfasilitasi proses penyusunan RAB secara terstruktur, siswa akan mengunduh lembar kerja yang telah disiapkan melalui tautan berikut:  


Lembar kerja ini kemungkinan berisi format tabel atau panduan langkah demi langkah yang akan membantu siswa dalam mengorganisir data dan melakukan perhitungan biaya. 

4. Memvisualisasikan Proyek dengan Gambar Kerja
Pemahaman yang baik tentang desain dan spesifikasi proyek adalah kunci dalam menyusun RAB yang tepat. Oleh karena itu, siswa akan mengunduh gambar kerja pembangunan rumah melalui tautan berikut: 


Gambar kerja ini akan memberikan visualisasi detail mengenai dimensi bangunan, tata ruang, material yang digunakan, dan detail konstruksi lainnya yang relevan untuk perhitungan biaya. 

5. Memanfaatkan Contoh RAB dalam Format Excel: 
Sebagai referensi dan panduan praktis, siswa juga akan mengunduh contoh file RAB dalam format Excel melalui tautan berikut: 


 File Excel ini kemungkinan berisi contoh format RAB yang lengkap, termasuk rincian item pekerjaan, satuan, volume, harga satuan, dan total biaya. Dengan mempelajari contoh ini, siswa dapat memahami struktur dan format yang umumnya digunakan dalam penyusunan RAB. 

Mengintegrasikan Pengetahuan dan Keterampilan: 
Tugas ini tidak hanya sekadar mengunduh dan mengisi formulir. Lebih dari itu, tugas ini bertujuan untuk mengintegrasikan pemahaman teoritis dari materi EBK dengan kemampuan praktis dalam menyusun RAB berdasarkan gambar kerja dan contoh yang diberikan. Siswa diharapkan untuk: 

  • Menganalisis Gambar Kerja: Memahami detail teknis bangunan untuk mengidentifikasi semua item pekerjaan yang diperlukan. 
  • Mengaplikasikan Pengetahuan EBK: Menggunakan prinsip-prinsip estimasi biaya untuk menentukan volume pekerjaan dan memilih harga satuan yang sesuai. 
  • Memanfaatkan Lembar Kerja: Mengorganisir data dan melakukan perhitungan biaya secara sistematis. 
  • Mereferensi Contoh RAB: Memahami format dan struktur RAB yang baik dan benar. 

Melalui tugas ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan analitis, ketelitian, dan pemahaman mendalam tentang proses penyusunan Rencana Anggaran Biaya dalam proyek konstruksi. Penggunaan sumber daya daring memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas dalam belajar, mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin terhubung dan berbasis data. Selamat mengerjakan!

Read More »
27 April | 0komentar

Numerasi = Matematika ?

Kemendikbud (2020) mendefinisikan numerasi sebagai kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk memecahkan masalah kontekstual pada kehidupan sehari-hari yang sesuai untuk individu sebagai warga yang baik. Kemampuan ini sangat penting untuk menjadi modal bagi siswa dalam menguasai mata pelajaran lainnya. Seseorang disebut memiliki literasi numerasi ketika ia memiliki pengetahuan dan kecakapan untuk mendapat, menafsirkan, menggunakan, dan mengomunikasikan angka dan simbol matematika dalam pemecahan berbagai masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan. 
Selain itu, ia mampu menganalisis berbagai bentuk informasi untuk mengambil keputusan. Kemampuan numerasi berkaitan dengan kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dasar yang dimiliki, prinsip serta proses matematika ke dalam permasalahan dalam kehidupan sehari–hari misalnya memahami masalah yang disajikan dalam tabel atau diagram, perdagangan dan lain–lain
Cakupan numerasi ,tidak hanya dalam mata pelajaran matematika, meskipun matematika dan numerasi berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama(Berhitung/hitungan).  Namun cakupan numerasi sangatlah luas meliputi keterampilan mengaplikasikan konsep,fakta, prosedur dalam situasi nyata dalam kehidupan sehari - hari. Keterampilan numerasi bisa ditemukan pada masalah yang tidak terstruktur dan  memiliki banyak cara penyelesaiannya baik yang berhubungan dengan faktor matematis maupun non matematis. 
Matematika adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang abstrak dan kebenarannya absolut, sedangkan numerasi berhubungan dengan sesuatu yang kontekstual dan konkret yang menawarkan pemecahan terhadap suatu masalah yang rill dalam kehidupan. Untuk diketahui jika pembelajaran matematika yang sudah diimplementasikan dalam kehidupan nyata berarti sudah termasuk pembelajaran numerasi. Namun jika pembelajaran hanya murni dan sebatas konsep abstrak dan bersifat teoritis, maka belum bisa dikatakan pembelajaran numerasi. 

Read More »
11 August | 0komentar

Panduan Pengembangan Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP)

Tim Pengembang Kurikulum
Tahun ajaran baru 2024/2025 pemerintah menentukan bahwa kurikulum yang digunakan di tingkat satuan pendidikan adalah Kurukulum Satuan Pendidikan (KSP). Kurikulum satuan pendidikan dikembangkan dan dikelola dengan mengacu kepada struktur kurikulum dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah serta menyelaraskannya dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, serta daerah. 
Pada panduan penyusunan KSP sebagai komponen minimal yang ditetapkan oleh Kementerian dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2024 dan satu komponen tambahan, yaitu evaluasi, pendampingan, dan pengembangan profesional yang dapat dilaksanakan oleh satuan pendidikan yang siap untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan. 
Dalam menyusun kurikulum satuan pendidikan, satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk menentukan bentuk dan sistematika penyusunannya, dan dapat disesuaikan dengan konteks satuan pendidikan. Panduan ini digunakan bersama dengan dokumen-dokumen lain yang terkait, di antaranya: Panduan Pembelajaran dan Asesmen, Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif, Panduan Implementasi Bimbingan dan Konseling, dan Panduan Pemilihan Mata Pelajaran Pilihan SMA/MA dan SMK/MAK serta bentuk lain yang sederajat. Dokumen-dokumen tersebut diharapkan dapat dibaca dan dipelajari dengan saksama sebagai penunjang pengembangan kurikulum satuan pendidikan. 

Fungsi Kurikulum Satuan Pendidikan sebagai dokumen hidup yang membantu satuan pendidikan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas. Hal ini dapat tercapai dikarenakan pertama, dalam proses penyusunan dokumen ini, bersama warga satuan pendidikan didorong untuk melakukan analisis, refleksi proses pembelajaran, dan evaluasi berbasis data yang telah dijalankan dengan sistematis dan terstruktur. 
Proses ini dipercaya dapat memunculkan kemandirian dan mengembangkan kompetensi kepala satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan untuk mengorganisasi dan merencanakan pembelajaran dengan lebih efektif dan efisien sesuai dengan kondisi dari satuan pendidikan untuk mencapai tujuannya. Kedua, dokumen Kurikulum Satuan Pendidikan dapat membantu kepala satuan pendidikan melakukan diversifikasi kurikulum berdasarkan hasil identifikasi potensi dan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Diversifikasi ini diharapkan dapat memperkuat ciri khas satuan pendidikan dan membantu untuk mencapai visi, misi, dan tujuannya. Ketiga, pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang prosesnya diharapkan melibatkan berbagai pemangku kepentingan dapat memunculkan rasa kepemilikan dan gotong royong dalam menyukseskan pelaksanaan kurikulumnya menuju pendidikan yang berkualitas.

Read More »
19 July | 0komentar

Materi MPLS Tahun Ajaran 2024/2025

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai salah satu kegiatan wajib bagi sekolah untuk menjematani siswa-siswa baru. Tujuan utama MPLS adalah membantu siswa mengenal lingkungan sekolah, membiasakan diri dengan jadwal dan kegiatan sekolah, serta mengenal guru dan staf. Selain itu, MPLS juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, komunikasi, dan kepemimpinan.
MPLS sebagai periode penting bagi siswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. MPLS bertujuan memperkenalkan siswa pada budaya, norma, dan tata tertib sekolah, serta membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan dan teman-teman baru.
Perencanaan yang matang adalah kunci untuk menyelenggarakan MPLS yang sukses. Sekolah perlu membentuk tim khusus yang bertanggung jawab atas pelaksanaan MPLS. Tim ini harus terdiri dari guru, staf, dan siswa lama/kelas atas yang terlatih untuk membimbing siswa baru khususnya untuk menemani masa transisi. Langkah pertama dalam perencanaan adalah menyusun jadwal kegiatan yang jelas dan terstruktur. Kegiatan harus dirancang sedemikian rupa sehingga memberikan informasi yang dibutuhkan siswa tanpa membuat mereka merasa terbebani atau stres. 


Berikut materi MPLS yang wajib disampaikan dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat termasuk guru, siswa dan orang tua:
1. profil satuan pendidikan
 
Pengenalan Lingkungan Sekolah: Guru dan peserta didik harus mengenal fasilitas dan lingkungan sekolah, termasuk ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, dan area olahraga Hal ini bertujuan agar peserta didik baru dapat merasa nyaman dan familiar dengan lingkungan barunya. 
 a. Pengenalan Kurikulum: 
Materi ini meliputi pengenalan terhadap kurikulum yang diterapkan di sekolah, termasuk mata pelajaran, jadwal pelajaran, serta metode pembelajaran yang akan digunakan. Informasi ini penting agar peserta didik dapat mempersiapkan diri dengan baik untuk kegiatan belajar mengajar. 
b. Pengenalan Tata Tertib: 
Guru wajib menjelaskan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, seperti jam masuk dan pulang, peraturan tentang seragam, serta sanksi bagi yang melanggar. Tata tertib ini penting untuk menjaga disiplin dan keteraturan di lingkungan sekolah. 
c. Prestasi Sekolah: 
Informasi tentang prestasi yang telah diraih oleh sekolah, baik di bidang akademik maupun non-akademik, dapat memotivasi peserta didik baru untuk berprestasi dan bangga menjadi bagian dari sekolah tersebut.


2. Pembentukan karakter
 Profil Pelajar Pancasila: Materi ini menekankan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila, seperti gotong royong, kreatif, berintegritas, dan berwawasan kebangsaan. Pembentukan karakter ini diharapkan dapat membentuk pribadi yang tangguh dan berakhlak mulia. Penguatan Pendidikan Karakter: Guru harus memberikan materi yang berkaitan dengan penguatan pendidikan karakter, termasuk sikap jujur, disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter ini sangat penting untuk membangun fondasi moral peserta didik.


3. Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Pendidikan Lingkungan Hidup: Materi ini mencakup edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekolah, pengelolaan sampah, dan penghijauan. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, hijau, dan nyaman. b.Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika (P4GN): Pengenalan tentang bahaya narkotika dan cara pencegahannya merupakan bagian penting dari MPLS. Peserta didik harus dibekali pengetahuan untuk menghindari penyalahgunaan narkotika dan menjaga diri dari pergaulan negatif. c. Pembinaan Dasar-dasar Bencana dan Pertolongan Pertama: Materi ini meliputi pengetahuan dasar tentang penanggulangan bencana dan keterampilan pertolongan pertama. Hal ini penting agar peserta didik siap menghadapi situasi darurat dengan tenang dan sigap.
4. Penguatan Kesadaran Bela Negara
a. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara: Guru harus mengajarkan pentingnya cinta tanah air, penghormatan terhadap lambang negara, dan semangat nasionalisme. Kesadaran berbangsa dan bernegara ini penting untuk membangun rasa kebanggaan dan tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. b. Tiga Dosa Besar Pendidikan: Peserta didik harus diberi pemahaman tentang tiga dosa besar dalam pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Pengenalan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua.
5. Pengenalan Budaya Daerah
Guru dan peserta didik harus memahami dan menghargai kebudayaan lokal di daerahnya termasuk bahasa, kesenian, dan adat istiadat. Pengenalan budaya ini penting untuk menjaga kearifan lokal dan memperkaya wawasan peserta didik tentang keberagaman budaya. [ permen no 6 tahun 2023]
6. Literasi Digital dan Literasi Keuangan
Literasi Digital: Materi ini mencakup penggunaan teknologi informasi secara bijak dan bertanggung jawab, serta pemahaman tentang keamanan digital Literasi digital ini penting di era teknologi untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan internet dan media sosial. Literasi Keuangan: Peserta didik harus dibekali dengan pengetahuan dasar tentang pengelolaan keuangan, seperti menabung, membuat anggaran, dan mengelola uang saku. Literasi keuangan ini penting untuk membentuk kebiasaan finansial yang baik sejak dini.

Read More »
17 July | 0komentar

Prinsip Pembelajaran dan Contoh Pelaksanaannya




Pemerintah tidak mengatur pembelajaran dan asesmen secara detail dan teknis. Namun demikian, untuk memastikan proses pembelajaran dan asesmen berjalan dengan baik, Pemerintah menetapkan Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. Prinsip pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan dapat memandu pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna agar peserta didik lebih kreatif, berpikir kritis, dan inovatif. Dalam menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran, pendidik diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. Prinsip Pembelajaran


1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan. 
  • Pada awal tahun ajaran, pendidik berusaha mencari tahu kesiapan belajar peserta didik dan pencapaian sebelumnya. Misalnya, melalui dialog dengan peserta didik, sesi diskusi kelompok kecil, tanya jawab, pengisian survei/angket, dan/ atau metode lainnya yang sesuai.
  • • Pendidik merancang atau memilih alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, atau pada tahap awal. Pendidik dapat menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, alur tujuan pembelajaran dan modul ajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek. 
  • • Pendidik merancang pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai pengalaman yang menimbulkan emosi positif

Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat; Pendidik mendorong peserta didik untuk melakukan refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area yang perlu dikembangkan. 
  • Pendidik senantiasa memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan peserta didik untuk terus belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan. 
  • Pendidik menggunakan pertanyaan terbuka yang menstimulasi pemikiran yang mendalam. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif agar terbangun sikap pembelajar mandiri.
  • Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
  • Pendidik memberikan tugas atau pekerjaan rumah ditujukan untuk mendorong pembelajaran yang mandiri dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan dengan mempertimbangkan beban belajar peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran untuk mendorong peserta didik terus meningkatkan kompetensinya melalui tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan yang tepat.

Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik;Pendidik menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan untuk membantu peserta didik mengembangkan kompetensi, misalnya belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, dan pembelajaran terdiferensiasi. 
  • Pendidik merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi peserta didik. 
  • Pendidik merujuk pada profil pelajar Pancasila dalam memberikan umpan balik (apresiasi maupun koreksi)

pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra;
  • Pendidik menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta didik. 
  • Pendidik merancang pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi interaksi yang terencana, terstruktur, terpadu, dan produktif antara pendidik dengan peserta didik, sesama peserta didik, serta antara peserta didik dan materi belajar. 
  • Pendidik memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas, organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai narasumber untuk memperkaya dan mendorong pembelajaran yang relevan.
  • Pendidik melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik. 
  • Pada PAUD, pendidik menggunakan pendekatan multibahasa berbasis bahasa ibu juga dapat digunakan, utamanya bagi peserta didik yang tumbuh di komunitas yang menggunakan bahasa lokal. 
  • Pada SMK, terdapat pembelajaran melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di dunia kerja atau tempat praktik di lingkungan sekolah yang telah dirancang sesuai dengan standar dunia kerja, menerapkan sistem dan budaya kerja sebagaimana di dunia kerja, dan disupervisi oleh pendidik/instruktur yang ditugaskan atau memiliki pengalaman di dunia kerja yang relevan. 
  • Pada SMK, pendidik dapat menyelenggarakan pembelajaran melalui praktik-praktik kerja bernuansa industri di lingkungan sekolah melalui model pembelajaran industri (teaching factory)

pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
  • Pendidik berupaya untuk mengintegrasikan kehidupan keberlanjutan (sustainable living) pada berbagai kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi, misalnya menggunakan sumber daya secara bijak (hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah, dsb. 
  • Pendidik memotivasi peserta didik untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka dan mereka perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.
  • Pendidik melibatkan peserta didik dalam mencari solusisolusi permasalahan di keseharian yang sesuai dengan tahapan belajarnya.
  • Pendidik memanfaatkan projek penguatan profil pelajar Pancasila untuk membangun karakter dan kompetensi peserta didik sebagai warga dunia masa depan

Read More »
19 October | 0komentar

Voice, Choice and Ownership

Pemilihan Ketua OSIS, PILKETOS

Suara Murid (Voice), Pilihan Murid (choice), dan Kepemilikan Murid (ownership) saat murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri (atau kita katakan: saat murid memiliki agency, maka mereka sebenarnya memiliki suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Lewat suara, pilihan, dan kepemilikan inilah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri. 
Guru menyediakan lingkungan yang menumbuhkan budaya di mana murid memiliki suara, pilihan, dan kepemilikan dalam apa yang mereka pikirkan, niat yang mereka tetapkan, bagaimana mereka melaksanakan niat mereka, dan bagaimana mereka merefleksikan tindakan mereka.Lalu, Apa sebenarnya yang dimaksud dengan suara, pilihan, dan kepemilikan murid? 

1. Suara Murid (voice) 
Bukan hanya sekedar memberi murid kesempatan untuk mengomunikasikan ide dan pendapat. Lebih luas dari ini, mempertimbangkan suara murid adalah tentang bagaimana kita memberdayakan murid kita agar memiliki kekuatan untuk memengaruhi perubahan. Suara murid yang otentik memberikan kesempatan bagi murid untuk berkolaborasi dan membuat keputusan dengan orang dewasa seputar apa dan bagaimana mereka belajar dan bagaimana pembelajaran mereka dinilai. 
Mempromosikan suara murid dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dalam banyak cara. Suara murid dapat ditumbuhkan melalui diskusi, membuka ruang ekspresi kreatif, memberi pendapat, merelevansikan pembelajaran secara pribadi, dan sebagainya. 
Berikut ini adalah beberapa contoh mempromosikan “suara murid”: 
Membangun budaya saling mendengarkan. Membangun kepercayaan diri murid bahwa setiap suara berharga dan layak didengar. 
  1. Mmberikan kesempatan murid untuk bertanya, memberikan pendapat, berdiskusi. 
  2. Mendiskusikan keyakinan kelas dan membuat kesepakatan kelas. 
  3. Melibatkan murid dalam memberikan umpan balik terhadap proses belajar yang telah dilakukan.
  4. Melibatkan murid dalam menyusun kriteria penilaian. 
  5. Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran. 
  6. Membentuk dewan murid atau komite-komite yang anggotanya adalah murid untuk memberikan masukan kepada sekolah tentang berbagai hal. 
  7. Membuat daftar rutinitas bersama murid. 
  8. Mintalah masukan murid untuk mengembangkan rutinitas seputar apa yang harus dilakukan saat tiba di kelas, saat berganti/transisi antar pelajaran, sinyal-sinyal komunikasi yang disepakati, rapat kelas, dsb. 
Melakukan survei untuk mengetahui alat permainan apa yang mereka inginkan ada di halaman sekolah. Memberikan kesempatan murid menentukan menu kantin. Membuat kotak saran untuk memberikan murid memberikan saran dan masukan tentang sekolah. Melakukan kegiatan pembelajaran berbasis proyek. Mengidentifikasi masalah dunia nyata yang menarik bagi murid dan kemudian memberi kesempatan mereka untuk bekerja sama dan bertukar pikiran tentang strategi dan solusi untuk permasalahan tersebut. Membuat blog murid dan majalah dinding untuk menyuarakan aspirasi dan kreativitas murid. 

Penelitian yang dilakukan oleh Aiken, Heinze, Meuter, & Chapman, (2016) dan Thibodeaux et al. (2017) menyimpulkan bahwa jika kita menginginkan murid-murid kita mengambil peran tanggung jawab untuk pembelajaran mereka, maka kita harus memberikan murid kesempatan untuk memilih apa dan bagaimana mereka akan belajar. Memberikan pilihan pada murid dapat memberdayakan murid, mendorong keterlibatan dalam pembelajaran, dan mengenalkan pada minat pribadi dalam pengalaman belajar (Aiken et al, 2016). Selain itu, memberikan murid pilihan juga meningkatkan motivasi dan otonomi murid, yang dapat memberikan dampak positif pada efikasi diri dan motivasi murid (Bandura, 1997). 
2. Pilihan (Choice)
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana guru dapat memberikan murid-murid ‘pilihan’ dalam proses belajar mereka? Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana guru dapat mendorong dan menyediakan “pilihan” bagi murid-muridnya. 
  1. Membuka cakrawala murid bahwa ada berbagai pilihan atau alternatif yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum menentukan sebuah keputusan. 
  2. Memberikan kesempatan bagi murid untuk memilih bagaimana mereka mendemonstrasikan pemahamannya tentang apa yang telah mereka pelajari. 
  3. Memberikan kesempatan pada murid untuk memilih peran yang dapat mereka ambil dalam sebuah kegiatan/program. 
  4. Memberikan murid kesempatan untuk memilih kelompok. 
  5. Memberikan kesempatan murid untuk mengelola pengaturan kegiatan. 
  6. Menggunakan musyawarah untuk mengambil keputusan, atau jika memang diperlukan melalui voting, untuk memprioritaskan langkah tindakan atau aktivitas berikutnya. Misalnya saat ingin belajar tentang topik tertentu, guru dapat mendiskusikan dan membuat daftar kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, kemudian meminta murid untuk memilih mana yang ingin mereka lakukan lebih dulu.
  7. Mengajak OSIS membuat daftar kegiatan (event), dan memberikan kesempatan untuk memilih mana kegiatan yang ingin mereka lakukan di tahun ajaran ini. 
  8. Memberi kesempatan pada murid untuk menentukan sendiri bentuk penugasan yang mereka inginkan. memberikan kesempatan pada murid untuk mempresentasikan hasil kerja/proyek sesuai dengan gaya , minat dan bakat mereka memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka. 
  9. Memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya. memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya.

3. Kepemilikan Murid (ownership) 
Dalam pembahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa saat murid berada dalam kursi kemudi proses belajar mereka, maka mereka akan lebih bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri dan menunjukkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses belajarnya. Voltz DL, Damiano-Lantz M. dalam artikel penelitiannya yang berjudul Developing Ownership in Learning. Teaching Exceptional Children (1993;25(4):18-22) menjelaskan bahwa kepemilikan dalam belajar (ownership in learning) sebenarnya mengacu pada rasa keterhubungan, keterlibatan aktif, dan minat pribadi seseorang dalam proses belajar. 
Jadi dengan kata lain, saat murid terhubung (baik secara fisik, kognitif, sosial emosional) dengan apa yang sedang dipelajari, terlibat aktif dan menunjukkan minat dalam proses belajarnya, maka kita dapat mengatakan bahwa tingkat rasa kepemilikan mereka terhadap proses belajar tinggi. 

Berikut ini adalah beberapa contoh mempromosikan “kepemilikan murid”: 
  1. Mengajak murid mengatur layout kelas mereka sendiri. Meminta pendapat murid untuk menentukan bentuk penugasan. 
  2. Merespon umpan balik yang diberikan murid. menciptakan lingkungan belajar di mana murid dapat menetapkan tujuan belajar dan kriteria keberhasilan mereka sendiri, dan memantau dan menyesuaikan pembelajaran mereka.. 
  3. Memulai pembelajaran dengan menanyakan kepada murid apa yang mereka ketahui tentang topik tersebut dan mendiskusikan tentang pengalaman murid tentang topik ini serta apa yang mereka minati tentang pembelajaran. 
  4. Memosting ide siswa (dengan seizin murid sebagai bagian dari menghargai dan menghormati kepemilikan murid ) 
  5. Mengkondisikan lingkungan fisik yang mendukung kepemilikan. Misalnya membuat papan buletin, yang dapat digunakan murid untuk menampilkan informasi tentang pekerjaan mereka, kesuksesan mereka, dsb. 
  6. Mengajak murid untuk mengatur kelas mereka sendiri. 
  7. Memajang pekerjaan-pekerjaan murid di kelas. 
  8. Melakukan self assessment 
  9. Membuat sudut murid di salah satu bagian sekolah, kemudian memberikan jadwal untuk setiap kelas untuk melakukan sesuatu di sudut tersebut.
  10. Memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi. 

Untuk menumbuhkan kepemimpinan murid dalam proses belajar, ketiga aspek tersebut perlu dipertimbangkan dengan baik oleh guru. Pilihan murid menjadi penting agar murid dapat mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka. Melalui pilihan dan kepemilikan, suara mereka dapat diwujudkan. Perlu diperhatikan bahwa ketiga aspek ini tidak dapat berada di lingkungan yang tidak terstruktur Ketiga aspek ini harus disematkan dengan hati-hati dalam lingkungan belajar yang menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut secara otentik. Lingkungan belajar yang seperti ini akan mensyaratkan seluruh anggota komunitas untuk ikut terlibat dalam prosesnya. 
Contoh Program/Kegiatan Sekolah yang Mempromosikan, suara (voice), Pilihan dan Kepemilikan Murid Untuk lebih memperdalam pemahaman Bapak/Ibu terkait dengan elemen pilihan, kepemilikan dan suara ini, 
Situasi 1 Bu Dian mengajar di Kelas X. Di awal tahun ajaran baru ia ingin melibatkan murid-muridnya mengatur sendiri ruang kelas mereka. Bu Dian ingin murid-muridnya memiliki rasa kepemilikan terhadap kelas mereka sehingga mereka akan secara sadar menjaga dan memelihara kelasnya dengan baik. Ia kemudian meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan dimana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dsbnya. 
Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid di kelas tersebut. Namun, Ibu Dian lalu menyadari bahwa layout pilihan tersebut menurut kacamata dia sebagai guru sepertinya adalah layout yang “paling sulit untuk dilakukan dan paling tidak efektif”. Namun karena itu yang paling banyak dipilih, dan karena Ibu Dian ingin menghargai pilihan murid, Ibu Dian tetap mewujudkan layout tersebut. 

Refleksi setelah beberapa hari berlangsung
Setelah beberapa hari mengimplementasikan layout tersebut, Ibu Dian bertanya kepada murid-muridnya “apakah menurut kalian, layout ini membantu kalian untuk belajar, bergerak dan berinteraksi dengan baik di kelas?”. Bu Dian memberikan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk membantu siswa berefleksi. Ternyata murid-murid Ibu Dian juga merasa bahwa layout tersebut tidak efektif. Ada yang yang bilang tempat sampahnya ternyata kejauhan. Atau ternyata letak lemari bukunya menghalangi orang untuk melihat ke luar jendela. 
Setelah melakukan refleksi, Ibu Dian lalu mengajak murid-muridnya untuk memberikan saran bagaimana agar layout kelas mereka bisa lebih efektif. Berdasarkan masukan murid-murid, di minggu berikan layout kelas mereka pun diubah kembali menjadi lebih efektif. 

Situasi 2 Murid-murid Pak Waluyo, guru Kelas 5 SD, sedang mempelajari sebuah unit pembelajaran tentang “Pesawat Sederhana”. Mereka mempelajari tentang konsep “gaya fisika” dan berbagai alat bantu sederhana (misalnya tuas, katrol, bidang miring, dsb.) yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Mereka juga mempelajari tentang kerja pesawat sederhana. Salah satu kegiatan belajar yang dilakukan Pak Waluyo adalah mengajak murid menemukan berbagai contoh pesawat sederhana yang ada atau digunakan di sekolah mereka, misalnya seperti perosotan, jungkat-jungkit, bidang miring, dan lain-lain. Murid-murid juga diajak untuk mendiskusikan bagaimana pesawat sederhana tersebut bekerja. Mereka pun melanjutkan diskusi dan pembelajaran di kelas dengan melakukan riset, eksperimen, dsb, baik dalam bentuk kerja kelompok maupun individual. Sebagai tugas sumatif, mereka mendapatkan tugas kelompok berupa proyek merancang sebuah model alat, yang mengaplikasikan konsep-konsep terkait pesawat sederhana untuk menyelesaikan permasalahan di sekolah mereka. Jadi murid diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang ingin dipecahkan, pesawat sederhana yang dapat digunakan, membuat desain modelnya dengan bahan-bahan bekas dan sederhana, kemudian mempresentasikannya. Usai sesi presentasi dan refleksi bersama, Pak Waluyo kemudian kembali mengundang murid untuk berpikir soal aksi nyata yang dapat mereka lakukan dengan pengetahuan “pesawat sederhana” yang baru saja mereka pelajari, untuk menyelesaikan permasalahan di tengah masyarakat dan lingkungan sekitar mereka.
Dalam proses ini, masalah, ide, rencana, inovasi solusi, dan eksekusinya diserahkan kepada murid untuk dikerjakan secara mandiri dengan dukungan Pak Waluyo sebagai guru, dan orang tua. Dari tantangan tersebut, ternyata kemudian muncul beberapa solusi nyata dan orisinil dari murid. Salah satunya, datang dari salah satu murid yang gemar berenang dan menjadi tim renang di klub renang dekat rumahnya. Ia mencermati bahwa balok startkolam renang di klub renang mereka terlalu miring dan permukaannya terlalu licin, sehingga menurutnya itu tidak aman. Sang Murid kemudian menyusun penjelasan yang melandasi kekhawatirannya itu berdasarkan pemahamannya tentang friksi gesekan dan gaya yang bekerja pada bidang miring. Ia khawatir saat anak-anak menggunakan kolam renang tersebut dan mereka tidak hati-hati, maka akan berbahaya. Ia juga berkonsultasi dengan orangtua dan Pak Waluyo untuk menguatkan argumen yang disusunnya. Akhirnya, sang murid dengan bantuan Pak Waluyo membuat janji bertemu dengan pengelola kolam. Murid tersebut kemudian mempresentasikan kekhawatiran dan rekomendasi perbaikan balok star tersebut. 

Situasi 3 Dalam masa pandemi ini, Pak Bahri, seorang kepala sekolah SMA merasa galau karena sudah selama 1 tahun ajaran, semua kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya harus dihentikan. Ia merasa murid-muridnya masih perlu melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengasah minat dan bakat murid, meskipun di masa pandemi. Namun ia bingung, dengan segala keterbatasan di masa pandemi ini, kira-kira kegiatan apa yang menarik minat murid dan masih memungkinkan untuk dapat dilakukan secara daring. Ia kemudian mengajak murid-murid yang menjadi anggota OSIS untuk bertemu secara daring. Setelah menanyakan kabar, perasaan, dan umpan balik mereka tentang kegiatan pembelajaran daring yang selama ini dilakukan, barulah Pak Bahri kemudian menyampaikan kegalauannya. Ia tanyakan apakah murid-murid merasakan kegalauan yang sama dengannya. Dari pertemuan tersebut, ia mengetahui ternyata murid-murid juga merasakan kegalauan yang sama. Ia lalu menanyakan apakah anak-anak memiliki saran atau gagasan, bagaimana mereka dapat tetap mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, walaupun secara daring, dan apa saja kegiatan-kegiatan yang sekiranya menarik minat murid-murid. Ternyata, murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. 
Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. Pak Bahri pun merasa senang. 

Situasi 4. Dalam satu kesempatan, sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Mata pelajaran normatif yang terkait adalah Bahasa Indonesia (BI), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran Teknologi Pakan Ternak (TPK) sebagai mata pelajaran produktif. Guru pelajaran TPK menantang murid untuk mengidentifikasi potensi pakan ternak organik dari lingkungan dan masyarakat sekitar berikut permasalahannya, kemudian menawarkan solusi untuk mengembangkannya. Tawaran solusi akan dipaparkan melalui presentasi yang secara teknis akan dinilai oleh Guru TIK dan secara konten bahasa akan dinilai oleh Guru BI. Dalam perjalanan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. 
Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. Sekolah melihat hal ini dan menghubungkan para murid dengan media TV lokal untuk membagikan apa yang mereka lakukan. Tak dikira, hal tersebut dianggap menarik oleh sebuah waralaba ayam goreng internasional yang beroperasi di kabupaten mereka dan memutuskan untuk menguji dan akhirnya menyatakan bahwa produk daging ayam broiler murid-murid ini layak untuk digunakan. 
Para murid pun diminta untuk memasok sebagian daging ayam untuk franchise tersebut. Selain memproduksi sendiri daging ayam broiler di sekolah, para murid juga mengajak masyarakat peternak broiler di sekitar sekolah untuk menggunakan pakan buatan mereka sehingga menghasilkan volume daging yang cukup untuk memasok daging ayam ke waralaba tersebut. 

Situasi 5 Dalam perjalanan menuju sekolah, seorang murid di sebuah SMK jurusan mesin melihat seorang ibu yang mengalami kesulitan saat memarut kelapa karena parutan sudah rusak. Melihat hal itu, murid mempunyai ide untuk dapat membantu kesulitan ibu tersebut dengan memanfaatkan alat yang ada di sekolah untuk dibuat mesin parut kelapa. Meskipun berbagai jenis mesin parut kelapa sudah banyak tersedia, tapi murid itu berkeinginan untuk memanfaatkan bahan-bahan bekas yang dimiliki sekolahnya. Gagasan untuk membuat mesin parut sederhana kemudian disampaikan kepada Bu Sri, gurunya. Setelah mendengarkan cerita dan gagasan murid, Bu Sri menyetujui dan memberikan kesempatan pada murid untuk mencari solusi permasalahan tersebut. 
Bu Sri meminta mereka mencari tahu dan mempelajari tentang cara kerja mesin parut yang sederhana terlebih dulu. Karena pembuatan mesin parut bukan hal yang cukup mudah, murid berinisiasi untuk bekerja bersama dengan beberapa murid. Dengan bimbingan guru mereka pun dapat mengembangkan ide dan alternatif jenis alat, bahan, cara kerja mesin yang dapat membantu pekerjaan memarut kelapa tersebut. Dalam kurun waktu kurang dari seminggu, sebuah mesin parut sederhana sudah berhasil diciptakan. Murid-murid mulai menguji cobakan jalannya mesin tersebut, ternyata ada beberapa bagian yang terasa belum bisa digunakan secara efektif dan efisien. Melihat hal tersebut, dilakukan diskusi bersama, masing-masing menyampaikan ide-ide dan mencari berbagai alternatif solusi agar mesin itu bisa bekerja dengan efektif dan efisien. 
Dengan menggunakan alternatif solusi dari beberapa murid, mesin itu pun diujicobakan kembali. Hasil kerja mesin tersebut ternyata dapat bekerja dengan baik sesuai yang diharapkan. Pada akhirnya murid tersebut membuat 2 mesin sederhana untuk memarut kelapa dan menyerahkan kepada ketua lingkungan setempat. Ketua lingkungan yang diwakili oleh RT dan RW setempat mengapresiasi hasil karya murid SMK tersebut dan meminta mereka untuk berbagi keterampilan membuat mesin pemarut kelapa sederhana kepada pemuda di Karang Taruna lingkungan. Pihak RT dan Rw menyediakan fasilitas tempat, peralatan, dan bahan-bahan yang diperlukan oleh murid-murid. Pihak sekolah menyambut baik dan memberikan kesempatan lagi kepada murid-murid untuk mendiskusikan dan mempersiapkan kegiatan berbagi keterampilan kepada pemuda di lingkungan sekitar sekolah. 

Lingkungan yang Menumbuhkankembangkan Kepemimpinan Murid’ dan ‘Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid’ di bawah ini. Sebagaimana padi yang hanya akan tumbuh subur pada lingkungan yang sesuai, maka program/kegiatan sekolah yang berdampak pada murid dan menumbuhkembangkan kepemimpinan murid pun akan tumbuh dengan lebih subur jika sekolah dapat menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah:
  1. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, hingga berkemampuan dan berkeinginan untuk memberikan pengaruh positif kepada kehidupan orang lain dan sekelilingnya. 
  2. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi sosial secara positif, arif dan bijaksana.
  3. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademiknya. 
  4. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. 
  5. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan. 
  6. Lingkungan tersebut berkomitmen untuk menempatkan murid sedemikian rupa sehingga aktif menentukan proses belajarnya sendiri. 
Lingkungan tersebut menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan. (di sadur dari Noble Noble, T. & H. McGrath, 2016) Peran Keterlibatan Komunitas dalam Menumbuhkembangkan Kepemimpinan Murid. Dalam rangka mewujudkan lingkungan belajar yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid, guru dan sekolah tentunya tidak dapat bekerja sendiri. Mereka akan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya dari komunitas. 
Klik Materi berikut tentang Keterlibatan Komunitas dengan Judul : Komunitas Untuk Mewujudkan Student Agency.



Read More »
12 July | 0komentar